PENDAHULUAN
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Energi matahari adalah radiasi yang diproduksi oleh reaksi fusi nuklir pada
inti matahari. Energi matahari menjadi sumber energi yang tak habis-habisnya
berpotensi memenuhi energi masa depan dengan konsekuensi yang minimal.
Adapum bentuk energi matahari yang sampai ke bumi yaitu berbentuk paketpaket energi (foton).
Parameter yang digunakan untuk mengkonversi radiasi matahari menjadi
listrik antara lain intensitas radiasi, yaitu jumlah daya matahari yang mengenai
permukaan per luasan dan karakteristik spektrum cahaya matahari. Intensitas
radiasi matahari diluar atmosfir bumi tergantung pada jarak antara bumi dan
matahari. Hal ini disebabkan oleh orbit bumi mengitari matahari adalah elips
energi solar atau radiasi cahaya terdiri dari biasan foton-foton yang memiliki
tingkat energi yang berbeda-beda. Tingkat energi yang berbeda-beda tersebut yang
akan menentukan beda panjang gelombang dari spektrum cahaya (Wulandari,
2012).
2.2 Sel Surya
Photovoltaic merupakan alat konversi energi dimana foton dari radiasi
diserap kemudian dikonversi menjadi energi listrik.
dibangkitkan oleh komponen yang disebut sel surya yang besarnya sekitar 10-15
cm persegi. Sel surya merupakan komponen vital yang umum terbuat dari bahan
semikonduktor (Wulandari, 2012).
Efek Photovoltaic merupakan suatu peristiwa dimana terciptanya suatu
muatan didalam bahan akibat penyerapan dari bahan. Perkembanagan teknologi
yang sangat pesat terutama teknologi semikonduktor elektronik menyebabkan sel
surya yang paling banyak digunakan adalah sel surya berbasis teknologi silikon.
2.3 Solar Sel Tersentisasi Dye
Solar sel berbasis silikon menjadi jenis sel surya yang banyak digunakan
saat ini. Tetapi mahalnya biaya produksi dan proses pabrikasinya yang sederhana
menjadi salah satu kendala. Solar sel tersensitasi dye merupakan
salah satu
mahal sehingga biaya fabrikasinya lebih murah. Sistem sel surya ini juga memiliki
kelemahan yaitu stabilitasnya rendah karena penggunaan elektrolit cair yang
mudah mengalami degradasi atau kebocoran (Rahman, 2013).
Pada sistem sel surya tersensitasi dye lapisan nanokristal TiO2 yang berpori
berperan sebagai fotoanoda kemudian dye berperan sebagai fotosensitizer. Pada
sel surya tersensitasi dye, dye akan bertindak sebagai donor elektron yang
dibangkitkan ketika menyerap cahaya. Dengan kata lain, dye mirip fungsinya
dengan klorofil ketika proses fotosintesis berlangsung (Wulandari, 2012).
2.4 Karakteristik Semikonduktor Titanium Dioxida
Titanium Dioxida merupakan bahan semikonduktor yang bersifat
fotokatalis dan fotodegradasi yang memiliki sifat optik yang baik. Ukuran sudut
kontak air dengan lapisan TiO2 mengalami penurunan apabila mendapat
penyinaran matahari sehingga lapisan bersifat hidrofilik (suka air).
Cara yang digunakan untuk mengetahui karakteristik TiO 2 dapat dilakukan
dengan beberapa tahap seperti berikut ini:
Pengujian SEM
Gambaran morfologi TiO2 dapat dilakukan dengan pengujian Scanning
Electron Microscope (SEM). Pengujian ini akan menampilkan struktur
( )
Dasar dari UV-Vis ini adalah serapan cahaya, dimana radiasi cahaya atau
elektromagnetik dianggap menyerupai gelombang.
2.5 Performasi DSSC
Daya listrik yang dihasilkan sel surya ketika mendapat cahaya diperoleh
dari kemampuan perangkat sel surya tersebut untuk memproduksi tegangan dan
arus. Hal ini dapat diprensentasikan dalam kurva arus tegangan (I-V)
ditunjukkkan dalam Gambar 2.1.
FF=
I mpp V mpp
(2.1)
V OC I sc
Persamaan fill factor dapat digunakan untuk menentukan daya maksimum dari sel
surya seperti persamaa (2. 2).
Pmpp =V OC I sc FF (2.2)
Sehingga efisiensi sel surya yang didefinisikan sebagai daya yang dihasilkan dari
sel (Pmax) dibagi dengan daya dari cahaya yang datang (Pcahaya) sesuai dengan
persamaan (2. 3).
=
P mpp
(2.3)
Pcahaya
dimana :
A)
Impp
: Arus maksimum (
Vmpp
ISC
VOC
P mpp
Nilai efisiensi ini menjadi ukuran global dalam menentukan kualitas performasi
suatu sel surya (Rahman, 2013).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hubungan Kemampuan Absorbansi Ekstrak Dye Buah Terung Belanda
Terhadap Panjang Gelombang
Dalam bab ini akan dibahas mengenai aplikasi semikonduktor TiO 2 sebagai
solar sel tersensitasi dye dari bahan ekstrak buah terung Belanda. Hal pertama
yang dilakukan adalah membuat larutan dye dari ekstrak buah terung belanda
yang dapat menyerap dan meneruskan spektrum cahaya tampak. Pembuatan
larutan dye ini dilakukan
Belanda. Pemisahan dapat dilakukan dengan cara mengiris kulit dan daging buah
secara tipis. Hasil pengirisan dikeringkan sampai tidak ada terkandung air
didalamya. Setelah dipastikan kering, kulit dan daging buah terung belanda
dihancurkan dengan menggunakan mortal. Serbuk terung Belanda yang didapat
dilarutkan dengan campuran equades, etanol dan asetat. Ekstrak yang telah
dicampurkan disaring dengan kain kasa untuk memisahkan filtrat dan residu.
Larutan dye terung Belanda ini kemudian dikarakterisasi menggunakan
spektofotometri UV-VIS.
Pengujian UV-VIS ini bertujuan untuk mengetahui panjang gelombang
( ) dan nilai absorbansi (A) dengan cara menembakkan sinar ultraviolet (UV)
Panjang gelombang
Gambar 3.1 Grafik panjang gelombang dengan absorbansi buah terung
Belanda (Nafi, 2013)
3.2 Hasil Uji XRD dan SEM Pada Serbuk TiO2
Adapun penggunaan TiO2 nanopartikel sebagai semikonduktor dikarenakan
dengan struktur partikel maka permukaan dari TiO2 yang akan dilapisikan menjadi
lebih luas sehigga memperbanyak dye yang terserap dan elektron yang akan
tereksitasi mengakibatkan meningkatnya nilai efisiensi. Pembuatan serbuk TiO 2
dilakukan dengan metode kopresipitasi. Adapun bahan yang digunakan adalah
TiCl3 15 %, HCl 37 %, NaCl 99,5%, NH 4OH 98%, NH3 25% dan air destilasi.
Pembuatan serbuk TiO2 dimulai dengan pembuatan larutan dari bahan-bahan
diatas dan diaduk dengan pengaduk magnetik selama 25 jam dan pH nya dijaga
anatara 9-10. Suspensi didiamkan semalam dan kemudian disaring dan dicuci
dengan menggunakan air destilasi. Endapan dikeringkan setelah itu endapan
tersebut dihancurkan dengan mortal dan dilakukan uji XRD dan SEM. Berikut
adalah gambar hasil pengujian XRD.
Gambar 3.2 Pola XRD pada lapisan TiO 2 dengan variasi temperatur dan
waktu kalsinasi (Nafi, 2013)
Gambar 3.2 menunjukkan hasil XRD lapisan TiO 2 dengan variasi
temperatur dan daya tahan kalsinasi. Pengujian XRD ini dilakukan untuk
mengetahui struktur kristal dan kristalinitas dari lapiasa TiO2.
Pengujian Scanning Electron Microscope (SEM) menunjukkkan morfologi
permukaan lapisan TiO2 . Gambar 3.3 menunjukkan hasil SEM cross section
dengan perbesaran 500x. Tebal lapisan oksida TiO2 antara 37,5-75
m .
Gambar 3.3 Hasil SEM cross section TiO2 dengan perbesaran 500x (Nafi, 2013)
Pengujian SEM menunjukkan bentuk partikel TiO2 yaitu sperikal (sphere),
dapat juga dilihat celah pada permukaan TiO2. Celah ini yang nantinya akan
mengabsorsi molekul terug belanda. Semakin banyak celah yang terbentuk , maka
akan semakin banyak larutan dye yang diserap dan semakin banyak sinar matahari
yang diserap maka energi yang dihasilkan pun semakin menjadi besar pula. (Nafi,
2013)
10
D (3. 1)
D+ e
Elektron dari excited state akan di injeksi ke pita konduksi TiO 2 dimana
TiO2 bertindak sebagai akseptor/kolektor elektron. Molekul dye yang ditinggalkan
kemudian dalam keadaan teroksidasi (D+).
+ (3. 2)
(TiO2 )+ D
D +TiO 2=e
Setelah itu, elektron mengalir menuju counter-elektroda melalui rangkaian
eksternal. Katalis yang berada pada counter mengakibatkan elektron akan
diterima oleh elektrolit sehingga hole yang terbentuk pada elektrolit (I3), akibat
donor elektron pada proses sebelumnya, berekombinasi dengan elektron
11
membentuk iodide (I-). Elektrolit redoks yang biasanya berupa pasangan iodide
dan triiodide
12
beda. Gambar 3. 5 dibagian (c) menunjukkan bahwa pada hari pertama besar
voltase yang dihasilkan adalah 593,1 Mv. Voltase ini diperoleh ketika diberikan
temperatur
13
FF=
V MPP I MPP
V OC I SC
296 0,1002
492 0,2101
FF=0,2869 dengan menggunakan fill factor maka maksimum daya
FF=
14
diberikan pembungkus plastik. Pada hari pertama tegangan masih rendah. Hal ini
disebabkan oleh dye tidak sepenuhnya terserap oleh lapisan TiO2.
Tegangan yang dihasilkan dengan memberi variasi temperatur kalsinasi
menunjukkan bahwa hasilnya berbanding lurus dengan luas permukaan aktifnya.
Perbedaan tegangan yang dihasilkan oleh DSSC I dan DSSC II terlihat jelas pada
Gambar 3. 6 (Nafi, 2013).
BAB IV
PENUTUP
Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa:
15
DAFTAR PUSTAKA
Ikhsan. 2013. Peningkatan Suhu Modul Dan Daya Keluaran Panel Surya
Dengan Menggunakan Reflektor ,vol. 7, no. 1, 275-283.
Nafi., Maula., Susanti Dyah. 2013. Aplikasi Semikonduktor TiO2 dengan variasi
temperatur dan waktu tahan kalsinasi sebagai Dye sensitized solar sel
(DSSC) dengan dye dari ekstrak buah terung belanda (solanum
betaceum).Jurnal Teknik Pomits. vol. 2, 2337-3539
16
17