Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Energi merupakan bagian penting dalam kehidupan masyarakat karena
hampir semua aktivitas manusia membutuhkan energi. Energi yang berasal dari
alam seperti cahaya matahari dan angin adalah salah satu energi alternatif yang
mempunyai potensi yang tinggi yang dapat diperbarui secara alamiah, tetapi
penggunaan energi solar cell atau sel surya merupakan alternatif yang paling
potensial. Salah satu alasan mengapa menggunakan sel surya adalah sumber
energi alami jangka panjang adalah matahari. Suplai energi sinar matahari yang
diterima bumi mencapai

3 1024 joule pertahun, yang setara dengan

2 1017 Watt. (Ikhsan, 2013)


Dye Sensitized Solar Cell ( DSSC ) dapat menjadi terobosan baru dalam
potensial sel surya generasi mendatang. DSSC tidak memerlukan material dengan
kemurnian tinggi sehingga biaya proses produksinya relatif rendah. Absorbsi
cahaya dan separasi muatan listrik yang terjadi pada DSSC berlangsung secara
terpisah, absorbsi cahaya dilakukan oleh molekul dye dan separasi muatan oleh
anorganik semikonduktor nanokristal TiO2. TiO2 merupakan jenis semikonduktor
yang paling banyak digunakan, hal ini disebabkan karena TiO 2 memiliki celah pita
(band gap) yang lebar.(Vandri, 2012)
Karakteristik dye yang paling penting adalah mampu menyerap spektrum
cahaya yang lebar dan cocok dengan pita energi TiO2. Dye dapat diperoleh secara
alami dari ekstrak bagian-bagian tumbuhan mulai dari bunga, daun atau buah.
Ekstrak Dye atau pigmen tumbuhan akan digunakan sebagai fotosentelizer berupa
ekstrak klorofil, karoten atau antosianin. Antosianin merupakan senyawa yang
berperan untuk menemukan warna pada tumbuhan. Zat pewarna alami yang
digunakan pada penelitian ini adalah terung Belanda (Solanum betaceum) yang
berperan sebagai lapisan penyerap elektron foton cahaya yang akan menjadi

eksiton. Terung Belanda merupakan suatu buah yang mengandung antosianin


paling banyak pada bagian daging buah.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan yang dibahas dalam makalah ini adalah:
1. Bagaimana karakteristik semikonduktor TiO2
2. Bagaimana prinsip kerja Dye Sensitized Solar Cell (DSSC)
3. Apa pengaruh variasi suhu dan temperatur terhadap arus dan
tegangan yang dihasilkan.
1.3 Tujuan
1. Memaparkan karakteristik dye dari ekstraksi buah terung Belanda
sebagai absorber UV-vis.
2. Memaparkan besar efisiensi tegangan yang diperoleh dari solar sel
tersentisasi dye dari bahan ekstrak buah terung Belanda dengan
variasi temperatur dan waktu tahan kalsinasi.
1.4 Batasan Masalah
Dalam makalah ini data yang diambil adalah data sekunder yang membahas
mengenai solar sel tersensitasi dye dari bahan ekstrak buah terung Belanda.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Energi Matahari

Energi matahari adalah radiasi yang diproduksi oleh reaksi fusi nuklir pada
inti matahari. Energi matahari menjadi sumber energi yang tak habis-habisnya
berpotensi memenuhi energi masa depan dengan konsekuensi yang minimal.
Adapum bentuk energi matahari yang sampai ke bumi yaitu berbentuk paketpaket energi (foton).
Parameter yang digunakan untuk mengkonversi radiasi matahari menjadi
listrik antara lain intensitas radiasi, yaitu jumlah daya matahari yang mengenai
permukaan per luasan dan karakteristik spektrum cahaya matahari. Intensitas
radiasi matahari diluar atmosfir bumi tergantung pada jarak antara bumi dan
matahari. Hal ini disebabkan oleh orbit bumi mengitari matahari adalah elips
energi solar atau radiasi cahaya terdiri dari biasan foton-foton yang memiliki
tingkat energi yang berbeda-beda. Tingkat energi yang berbeda-beda tersebut yang
akan menentukan beda panjang gelombang dari spektrum cahaya (Wulandari,
2012).
2.2 Sel Surya
Photovoltaic merupakan alat konversi energi dimana foton dari radiasi
diserap kemudian dikonversi menjadi energi listrik.

Listrik tenaga matahari

dibangkitkan oleh komponen yang disebut sel surya yang besarnya sekitar 10-15
cm persegi. Sel surya merupakan komponen vital yang umum terbuat dari bahan
semikonduktor (Wulandari, 2012).
Efek Photovoltaic merupakan suatu peristiwa dimana terciptanya suatu
muatan didalam bahan akibat penyerapan dari bahan. Perkembanagan teknologi
yang sangat pesat terutama teknologi semikonduktor elektronik menyebabkan sel
surya yang paling banyak digunakan adalah sel surya berbasis teknologi silikon.
2.3 Solar Sel Tersentisasi Dye
Solar sel berbasis silikon menjadi jenis sel surya yang banyak digunakan
saat ini. Tetapi mahalnya biaya produksi dan proses pabrikasinya yang sederhana
menjadi salah satu kendala. Solar sel tersensitasi dye merupakan

salah satu

konsep alternatif bagi peranti fotovoltaik konvensional berbasis silikon. Pada


tahun 1991, Michael Gratze menjadi orang pertama yang mengembangkan sistem
solar sel tersensitasi dye ini. Keuntungan dari sistem sel surya ini adalah pabrikasi
yang terjadi lebih sederhana dan tidak menggunakan peralatan yang rumit dan
3

mahal sehingga biaya fabrikasinya lebih murah. Sistem sel surya ini juga memiliki
kelemahan yaitu stabilitasnya rendah karena penggunaan elektrolit cair yang
mudah mengalami degradasi atau kebocoran (Rahman, 2013).
Pada sistem sel surya tersensitasi dye lapisan nanokristal TiO2 yang berpori
berperan sebagai fotoanoda kemudian dye berperan sebagai fotosensitizer. Pada
sel surya tersensitasi dye, dye akan bertindak sebagai donor elektron yang
dibangkitkan ketika menyerap cahaya. Dengan kata lain, dye mirip fungsinya
dengan klorofil ketika proses fotosintesis berlangsung (Wulandari, 2012).
2.4 Karakteristik Semikonduktor Titanium Dioxida
Titanium Dioxida merupakan bahan semikonduktor yang bersifat
fotokatalis dan fotodegradasi yang memiliki sifat optik yang baik. Ukuran sudut
kontak air dengan lapisan TiO2 mengalami penurunan apabila mendapat
penyinaran matahari sehingga lapisan bersifat hidrofilik (suka air).
Cara yang digunakan untuk mengetahui karakteristik TiO 2 dapat dilakukan
dengan beberapa tahap seperti berikut ini:
Pengujian SEM
Gambaran morfologi TiO2 dapat dilakukan dengan pengujian Scanning
Electron Microscope (SEM). Pengujian ini akan menampilkan struktur

morfologi dan bentuk ukuran partikel dari lapisan TiO.


Pengujian XRD
Pengujian XRD (X-Ray Diffraction ) dilakukan untuk menganalisis karakter
dari suatu bahan zat padat. Semua bahan yang mengandung kristal seperti
keramik, logam, materi elektrolit, ketika dianalisis menggunakan XRD akan

memunculkan puncak-puncak yang spesifik.


Pengujian UV-Vis
UV-Vis merupakan suatu alat yang dapat digunakan untuk mengukur panjang
gelombang

( )

dan juga berfungsi untuk menentukan nilai absorbsi (A).

Dasar dari UV-Vis ini adalah serapan cahaya, dimana radiasi cahaya atau
elektromagnetik dianggap menyerupai gelombang.
2.5 Performasi DSSC
Daya listrik yang dihasilkan sel surya ketika mendapat cahaya diperoleh
dari kemampuan perangkat sel surya tersebut untuk memproduksi tegangan dan

arus. Hal ini dapat diprensentasikan dalam kurva arus tegangan (I-V)
ditunjukkkan dalam Gambar 2.1.

Gambar 2.1 Grafik I-V photovoltaic yang bekerja secara normal


(Wulandari, 2012)
Gambar diatas memperlihatkan tegangan open-circuit (Voc), Arus short
circuit (Isc) dan Maksimum Power Point (MPP). Ketika sel dalam kondisi short
circuit arus tidak dapat mengalir, hal ini mengakibatkan tegangan maksimum.
Kondisi ini disebut dengan tegangan open circuit (Voc). Titik pada kurva I-V yang
menghasilkan arus dan tegangan maksimum (MPP).
Sifat kelistrikan dapat diukur dengan menggunakan voltmeter dan
ampermeter dengan variabel beban. Salah satu besaran yang menjaadi parameter
untuk kerja sel surya adalah faktor pengisian (fill factor = FF). Fill factor sel
surya merupakan besaran tak berdimensi yang menyatakan perbandingan daya
maksimum yang dihasilkan sel surya terhadap perkalian antara Voc dan Isc.
seperti pada persamaan (2. 1).

FF=

I mpp V mpp
(2.1)
V OC I sc

Persamaan fill factor dapat digunakan untuk menentukan daya maksimum dari sel
surya seperti persamaa (2. 2).
Pmpp =V OC I sc FF (2.2)

Sehingga efisiensi sel surya yang didefinisikan sebagai daya yang dihasilkan dari
sel (Pmax) dibagi dengan daya dari cahaya yang datang (Pcahaya) sesuai dengan
persamaan (2. 3).
=

P mpp
(2.3)
Pcahaya

dimana :
A)

Impp

: Arus maksimum (

Vmpp

: Tegangan maksimum (mV)

ISC

: Arus yang dihasilkan pada keadaan short circuit ( A)

VOC

: Tegangan input (mV)

P mpp

: Daya maksimum DSSC (Mw/cm2).

Nilai efisiensi ini menjadi ukuran global dalam menentukan kualitas performasi
suatu sel surya (Rahman, 2013).

BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Hubungan Kemampuan Absorbansi Ekstrak Dye Buah Terung Belanda
Terhadap Panjang Gelombang
Dalam bab ini akan dibahas mengenai aplikasi semikonduktor TiO 2 sebagai
solar sel tersensitasi dye dari bahan ekstrak buah terung Belanda. Hal pertama
yang dilakukan adalah membuat larutan dye dari ekstrak buah terung belanda
yang dapat menyerap dan meneruskan spektrum cahaya tampak. Pembuatan
larutan dye ini dilakukan

dengan pemisahan kulit dan daging buah terung

Belanda. Pemisahan dapat dilakukan dengan cara mengiris kulit dan daging buah
secara tipis. Hasil pengirisan dikeringkan sampai tidak ada terkandung air
didalamya. Setelah dipastikan kering, kulit dan daging buah terung belanda
dihancurkan dengan menggunakan mortal. Serbuk terung Belanda yang didapat
dilarutkan dengan campuran equades, etanol dan asetat. Ekstrak yang telah
dicampurkan disaring dengan kain kasa untuk memisahkan filtrat dan residu.
Larutan dye terung Belanda ini kemudian dikarakterisasi menggunakan
spektofotometri UV-VIS.
Pengujian UV-VIS ini bertujuan untuk mengetahui panjang gelombang
( ) dan nilai absorbansi (A) dengan cara menembakkan sinar ultraviolet (UV)

pada larutan. Pada Gambar 3. 1 menunjukkan bahwa nilai absorbansi tertinggi


adalah daging buah terung Belanda dengan panjang gelombang dan nilai
absorbansi secara berturut-turut yaitu 495 nm dan 3,720. Kulit terung Belanda

memiliki panjang gelombang 450 nm dan nilai absorbansi 3, 50 sedangkan pada


kulit dan daging terung Belanda panjang gelombang 450 nm dan besar nilai
absorbansi 2, 8.

Panjang gelombang
Gambar 3.1 Grafik panjang gelombang dengan absorbansi buah terung
Belanda (Nafi, 2013)
3.2 Hasil Uji XRD dan SEM Pada Serbuk TiO2
Adapun penggunaan TiO2 nanopartikel sebagai semikonduktor dikarenakan
dengan struktur partikel maka permukaan dari TiO2 yang akan dilapisikan menjadi
lebih luas sehigga memperbanyak dye yang terserap dan elektron yang akan
tereksitasi mengakibatkan meningkatnya nilai efisiensi. Pembuatan serbuk TiO 2
dilakukan dengan metode kopresipitasi. Adapun bahan yang digunakan adalah
TiCl3 15 %, HCl 37 %, NaCl 99,5%, NH 4OH 98%, NH3 25% dan air destilasi.
Pembuatan serbuk TiO2 dimulai dengan pembuatan larutan dari bahan-bahan
diatas dan diaduk dengan pengaduk magnetik selama 25 jam dan pH nya dijaga
anatara 9-10. Suspensi didiamkan semalam dan kemudian disaring dan dicuci
dengan menggunakan air destilasi. Endapan dikeringkan setelah itu endapan
tersebut dihancurkan dengan mortal dan dilakukan uji XRD dan SEM. Berikut
adalah gambar hasil pengujian XRD.

Gambar 3.2 Pola XRD pada lapisan TiO 2 dengan variasi temperatur dan
waktu kalsinasi (Nafi, 2013)
Gambar 3.2 menunjukkan hasil XRD lapisan TiO 2 dengan variasi
temperatur dan daya tahan kalsinasi. Pengujian XRD ini dilakukan untuk
mengetahui struktur kristal dan kristalinitas dari lapiasa TiO2.
Pengujian Scanning Electron Microscope (SEM) menunjukkkan morfologi
permukaan lapisan TiO2 . Gambar 3.3 menunjukkan hasil SEM cross section
dengan perbesaran 500x. Tebal lapisan oksida TiO2 antara 37,5-75

m .

Gambar 3.3 Hasil SEM cross section TiO2 dengan perbesaran 500x (Nafi, 2013)
Pengujian SEM menunjukkan bentuk partikel TiO2 yaitu sperikal (sphere),
dapat juga dilihat celah pada permukaan TiO2. Celah ini yang nantinya akan
mengabsorsi molekul terug belanda. Semakin banyak celah yang terbentuk , maka
akan semakin banyak larutan dye yang diserap dan semakin banyak sinar matahari
yang diserap maka energi yang dihasilkan pun semakin menjadi besar pula. (Nafi,
2013)

Gambar 3. 4 Hasil SEM dengan perbesaran 30.000x (Nafi, 2013)

10

3.3 Pengujian Daya yang Dihasilkan oleh DSSC


Struktur material DSSC terdiri dari substrat, lapisan oksida TiO 2, larutan
dye, elektrolit dan katalis. Pada gambar 3.5 akan dijelaskan prinsip kerja DSSC.

Gambar 3. 5 Prinsip kerja DSSC (Misbachudin, 2013)


Prinsip kerja Dye Sensitized Solar Cell (DSSC) diawali ketika foton dari
sinar matahari menimpa elektroda, maka energi foton tersebut diserap oleh larutan
dye yang melekat pada permukaan partikel TiO 2 sehingga elektron dari dye
mendapatkan energi untuk dapat tereksitasi. Elektron akan tereksitasi dari ground
state (D) ke excited state (D*) seperti pada persamaan (3.1).

D (3. 1)
D+ e
Elektron dari excited state akan di injeksi ke pita konduksi TiO 2 dimana
TiO2 bertindak sebagai akseptor/kolektor elektron. Molekul dye yang ditinggalkan
kemudian dalam keadaan teroksidasi (D+).
+ (3. 2)

(TiO2 )+ D

D +TiO 2=e
Setelah itu, elektron mengalir menuju counter-elektroda melalui rangkaian
eksternal. Katalis yang berada pada counter mengakibatkan elektron akan
diterima oleh elektrolit sehingga hole yang terbentuk pada elektrolit (I3), akibat
donor elektron pada proses sebelumnya, berekombinasi dengan elektron

11

membentuk iodide (I-). Elektrolit redoks yang biasanya berupa pasangan iodide
dan triiodide

(I-/I3-) yang bertindak sebagai mediator elektron sehingga dapat

yang menghasilkan proses siklus dalam sel.


Elektron yang tereksitasi masuk kembali kedalam sel dan bereaksi dengan
elektrolit menuju dye teroksidasi. Elektrolit menyediakan elektron pengganti
untuk molekul dye teroksidasi sehingga dye kembali ke keadaan awal denga
persamaan (3.3).
( elektrolit ) elektrolit + D(3. 3)
++e
D
Iodide ini kan digunakan untuk mendonor elektron kepada dye yang teroksidasi,
sehingga terbentuk suatu siklus transpor elektron (Wulandari, 2013).
Pengukuran tegangan dan arus pada DSSC dengan variasi temperatur dan
dan waktu tahan kalsinasi dapat dilihat pada Gambar 3.5

Gambar 3. 5 Menunjukkan hubungan antara variasi temperatur dan waktu


tahan kalsinasi dengan variasi (a) 5500C, 60 menit; (b) 5500C,
120 menit; (c) 6500C, 60 menit; (d) 6500C, 120 menit; (e)
7500C, 60 menit; (f) 7500C, 120 menit ( Nafi, 2013 ).
Pengujian tegangan dilakukan dengan cara memapar DSSC pada sinar
matahari dan dihubungkan dengan multimeter yang dilakukan selama 15 hari.
Voltase yang dihasilkan dari setiap variasi waktu dan temperatur adalah berbeda-

12

beda. Gambar 3. 5 dibagian (c) menunjukkan bahwa pada hari pertama besar
voltase yang dihasilkan adalah 593,1 Mv. Voltase ini diperoleh ketika diberikan
temperatur

6500C dan waktu tahan kalsinasi 60 menit dan menjadi voltase

tertinggi yang diperoleh selama 15 hari pengujian. Pengujian yang dilakukan


selama 15 hari mengalami penurunan voltasi dimulai hari ke 2 pengujian.
Penurunan nilai voltase ini terjadi karena terjadi penguapan pada larutan elektrolit
maupun larutan dye.
Perhitungan efisiensi dilakukan untuk membandingkan daya yang
dihasilkan DSSC dengan daya yang dihasilkan oleh matahari ketika menyinari
bumi. Tabel 3. 1 menunjukkan besar nilai efesiensi dari DSSC dengan variasi
temperatur dan waktu tahan kalsinasinya (Nafi, 2013).

Tabel 3. 1 Efisiensi DSSC dengan variasi temperatur dan waktu tahan


(Nafi, 2013)

Nilai efisiensi DSSC tertinggi yang diperoleh ketika diberikan variasi


temperatur dan waktu tahan kalsinasi berturut-turut 6500 dan 60 menit yaitu
sebesar 0,0469%. Efisiensi dapat dihitung dengan menggunakan persamaan 2.3
(Nafi, 2013)
Berikut akan diuraikan contoh mencari efisiensi DSSC dengan menggunakan
persamaan (2.3).
Perhitungan performasi DSSC. Perhitungan nilai Fill Factor
.

13

FF=

V MPP I MPP
V OC I SC
296 0,1002
492 0,2101
FF=0,2869 dengan menggunakan fill factor maka maksimum daya
FF=

dari sel surya didapat dari persamaan (2.2).


Pmax =V OC I SC FF
Pmax =492 0,2101 0,2869
Pmax =29,6566 mW Efisiensi sel surya yang didefenisikan sebagai daya
yag dihasilkan dari sel (PMAX) dibagi dengan daya dari cahaya datang (Pcahaya).
P
= MAX
Pcahaya
0,0296
=
2,08
=0,0142 =0,0142100 =1,42
Besar efisiensi DSSC yang diperoleh adalah 1,42% (Rahman, 2013).
DSSC dimodifikasi menjadi dua yaitu DSSC I dan DSSC II. Adapun
perbedaan dari kedua DSSC ini adalah pada DSSC II dibuat dengan cara
pemberian pembungkus plastik (plastic wapper) pada permukaan DSSC.
Pemberian plastik pada permukaan DSSC untuk mencegah penguapan larutan dye
ataupun larutan elektrolit pada saat DSSC bekerja. Sementara pada DSSC I tidak

14

diberikan pembungkus plastik. Pada hari pertama tegangan masih rendah. Hal ini
disebabkan oleh dye tidak sepenuhnya terserap oleh lapisan TiO2.
Tegangan yang dihasilkan dengan memberi variasi temperatur kalsinasi
menunjukkan bahwa hasilnya berbanding lurus dengan luas permukaan aktifnya.
Perbedaan tegangan yang dihasilkan oleh DSSC I dan DSSC II terlihat jelas pada
Gambar 3. 6 (Nafi, 2013).

Gambar 3. 6 Perbandingan daya DSSC I dan DSSC II (Nafi, 2013)

BAB IV
PENUTUP

Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan pada makalah ini, maka dapat disimpulkan bahwa:

15

1. Pengujian UV-vis menunjukkan bahwa besar absorbansi dan panjang


gelombang tertinggi yang dihasilkan dye terung Belanda terdapat pada
daging buah yaitu sebesar 3,720 dan 459 nm
2. Sel DSSC yang telah dibuat dengan TiO2 sebagai bahan semikonduktor
dan ekstrak buah terung Belanda terbukti berhasil mengkonversi energi
surya menjadi energi listrik. Nilai efisiensi yang didapatkan DSSC dengan
yang tertinggi terdapat pada daging buah terung Belanda sebesar 0,0462 %
dan besar tegangan yang dihasilkan yaitu 593,1 Mv. Nilai efisiensi dan
besar tegangan yang dihasilkan diukur dengan variasi temperatur dan
waktu tahan kalsinasi. Temperatur optimum untuk menghasilkan performa
DSSC yang maksimum adalah 6500C dan waktunya adalah 60 menit.

DAFTAR PUSTAKA

Ikhsan. 2013. Peningkatan Suhu Modul Dan Daya Keluaran Panel Surya
Dengan Menggunakan Reflektor ,vol. 7, no. 1, 275-283.
Nafi., Maula., Susanti Dyah. 2013. Aplikasi Semikonduktor TiO2 dengan variasi
temperatur dan waktu tahan kalsinasi sebagai Dye sensitized solar sel
(DSSC) dengan dye dari ekstrak buah terung belanda (solanum
betaceum).Jurnal Teknik Pomits. vol. 2, 2337-3539

16

Rahman., Hidayat & Prajitno., Gontjang. 2013. Pengaruh Pemberian SPACE


(Bantalan) Untuk Mendapatkan Kestabilan Arus dan Tegangan Prototipe
DSSC Denagn Ekstraksi Kulit Buah Manggis (Garcinia Mangostana L )
Sebagai Dye Sensitizer. Jurnal Sains dan Seni Pomits. vol. 1, no. 2,
2301-929x.
Trianiza., Ice & Yudoyono Gatut, Fabrikasi DSSC (Dye Sensitized Solar Cell)
dengan Teknik Pelapisan Spin Coating Menggunakan Kaca ITO dan FTO
Sebagai Substrak dan Variasi Jahe Merah (Zingiber Officinale Var
Rubrum) Sebagai Dye Sensitizer. ITSN. Surabaya.
Vandri., Webri & R Iskandar. 2012. Performasi Prototype Dye-Sensitized Solar
Sel (Dye Tersensitasi Kulit Manggis) Dengan hubungan Variass
Hambatan Terhadap Efisiensi Konversi Energi Listrik dan Perbandingan
Terhadap Sel Surya Konvensional. ISSN. 19: 0854-8471.
Wulandari., Henni Eka & Prajitno Gontjang. 2012. Studi Awal Fabrikasi Dye
Sensitized Solar Cell (DSSC) Menggunakan Ekstraksi Bunga Sepatu
(Hibiscus rosa sinensis L ) Sebagai Dye Sensitizer Dengan Variasi Lama
Absorbsi Dye . ITSN
Misbachudin., M Choirul, Trihandaru., Suryasatriya, Sutresno., Adita. 2013.
Pembuatan prototipe Dye Sensitizer Solar Cell dengan memanfaatkan
ekstrak antosianin strowberry. ISSN 2087-0992

17

Anda mungkin juga menyukai