Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan pembuatan
makalah yang berjudul TRAUMA THORAX ini dapat diselesaikan dengan
baik dan tepat waktu.
Makalah ini berisikan tentang definisi, tujuan, dan askep teori. Semoga
makalah ini dapat memberi pengetahuan dan membantu pembelajaran yang
berkaitan di lingkungan kampus kami.
Makalah ini masih jauh dari sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun sangat kami harapkan demi kesempurnaan makalah kami
selanjutnya.
Surabaya,
September 2013
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
Trauma torak semakin meningkat sesuai dengan kemajuan transportasi
dan kondisi sosial ekonomi masyarakat. Di Amerika Serikat didapatkan
180.000 kematian pertahun karena trauma. 25 % diantaranya karena trauma
torak langsung, sedangkan 5 % lagi merupakan trauma torak tak langsung
atau penyerta.
Pneumotoraks
didefinisikan
sebagai
adanya
udara
di
dalam
1.2 TUJUAN
a. Tujuan Umum
BAB 2
TINJAUAN TEORITIS
2.1 DEFINISI
Trauma adalah luka atau cedera fisik lainnya atau cedera fisiologis akibat
gangguan emosional yang hebat (Brooker, 2001).
Trauma adalah penyebab kematian utama pada anak dan orang dewasa
kurang dari 44 tahun.Penyalahgunaan alkohol dan obat telah menjadi faktor
implikasi pada trauma tumpul dan tembus serta trauma yang disengaja atau
tidak disengaja (Smeltzer, 2001).
Trauma thorax adalah semua ruda paksa pada thorax dan dinding thorax,
baik trauma atau ruda paksa tajam atau tumpul.(Hudak, 1999).
Trauma thorax adalah luka atau cedera yang mengenai rongga thorax
yang dapat menyebabkan kerusakan pada dinding thorax ataupun isi dari
cavum thorax yang disebabkan oleh benda tajam atau bennda tumpul dan
dapat menyebabkan keadaan gawat thorax akut
Hematotorax adalah tedapatnya darah dalam rongga pleura, sehingga
paru terdesak dan terjadinya perdarahan.
Di dalam toraks terdapat dua organ yang sangat vital bagi kehidupan
manusia, yaitu paru-paru dan jantung. Paru-paru sebagai alat pernapasan dan
jantung sebagai alat pemompa darah.Jika terjadi benturan atau trauma pada
dada, kedua organ tersebut bisa mengalami gangguan atau bahkan kerusakan.
2.2 ETIOLOGI
a. Tamponade jantung : disebabkan luka tusuk dada yang tembus ke
mediastinum/daerah jantung.
b. Hematotoraks : disebabkan luka tembus toraks oleh benda tajam,
traumatik atau spontan.
c. Pneumothoraks : spontan (bula yang pecah) , trauma (penyedotan luka
rongga dada), iatrogenik (pleural tap, biopsi paaru-paru, insersi CVP,
ventilasi dengan tekanan positif). (FKUI, 1995).
2.3 ANATOMI FISIOLOGI
Kerangka rongga thorax, meruncing pada bagian atas dan berbentuk
kerucut terdiri dari sternum, 12 vertebra thoracalis, 10 pasang iga yang
berakhir di anterior dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang yang
melayang.
Kartilago dari 6 iga memisahkan articulasio dari sternum, kartilago
ketujuh sampai sepuluh berfungsi membentuk tepi kostal sebelum
posterior
thorax.
Tepi
bawah
muskulus
pectoralis
2.6 KLASIFIKASI
Trauma thorak klasifikasikan menjadi :
1. Trauma tembus (tajam)
a. Terjadi diskontinuitas dinding toraks (laserasi) langsung akibat
penyebab trauma.
b. Terutama akibat tusukan benda tajam (pisau, kaca, dsb) atau peluru.
c. Sekitar 10-30% memerlukan operasi torakotomi.
Trauma tembus, biasanya disebabkan tekanan mekanikal yang
dikenakan secara direk yang berlaku tiba-tiba pada suatu area fokal.
Pisau atau projectile, misalnya, akan menyebabkan kerusakan jaringan
thoraks.
Deselerasideferensial, yang dialami oleh organ thoraks
ketika terjadinya impak.
Benturan yang secara direk yang mengenai dinding torak dapat
menyebabkan luka robek dan kerusakan dari jaringan lunak dan tulang
seperti tulang iga. Cedera thoraks dengantekanan yang kuat dapat
menyebabkan peningkatan tekanan intratorakal sehingga menyebabkan
ruptur dari organ organ yang berisi cairan atau gas.
2.7 KOMPLIKASI
a. Surgical Emfisema Subcutis
Kerusakan pada paru dan pleura oleh ujung patahan iga yang tajam
memungkinkan keluarnya udara ke dalam cavitas pleura dari jaringan
dinding dada, paru.
Tanda-tanda khas: penmbengkakan kaki, krepitasi.
b. Cedera Vaskuler
Di antaranya adalah cedera pada perikardium dapat membuat
kantong tertutup sehingga menyulitkan jantung untuk mengembang dan
menampung darah vena yang kembali. Pembulu vena leher akan
mengembung dan denyut nadi cepat serta lemah yang akhirnya
membawa kematian akibat penekanan pada jantung.
c. Pneumothorak
Adanya udara dalam kavum pleura. Begitu udara masuk ke dalam
tapi keluar lagi sehingga volume pneumothorak meningkat dan
mendorong mediastinim menekan paru sisi lain.
d. Pleura Effusion
Adanya udara, cairan, darah dalam kavum pleura, sama dengan
efusi pleura yaitu sesak nafas pada waktu bergerak atau istirahat tetapi
nyeri dada lebih mencolok. Bila kejadian mendadak maka pasien akan
syok.
Akibat adanya cairan udara dan darah yang berlebihan dalam rongga
pleura maka terjadi tanda tanda:
1. Dypsnea sewaktu bergerak/ kalau efusinya luas pada waktu
istirahatpun bisa terjadi dypsnea.
2. Sedikit nyeri pada dada ketika bernafas.
3. Gerakan pada sisi yang sakit sedikit berkurang.
4. Dapat terjadi pyrexia (peningkatan suhu badan di atas normal).
e. Plail Chest
Pada trauma yang hebat dapat terjadi multiple fraktur iga dan
bagian tersebut. Pada saat insprirasi bagian tersebut masuk sedangkan
saat ekspirasi keluar, ini menunjukan adanya paroxicqalmution (gerakan
pernafasan yang berlawanan).
f. Hemopneumothorak
penimbunan udara dan darah pada kavum pleura.
2.8 PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Radiologi : foto thorax (AP).
Gas darah arteri (GDA), mungkin normal atau menurun.
Torasentesis : menyatakan darah/cairan serosanguinosa.
Hemoglobin : mungkin menurun.
Pa Co2 kadang-kadang menurun.
Pa O2 normal / menurun.
Saturasi O2 menurun (biasanya).
Toraksentesis : menyatakan darah/cairan
2.9 PENATALAKSANAAN
1. Darurat
a. Anamnesa yang lengkap dan cepat. Anamnesa termasuk pengantar
yang mungkin melihat kejadian. yang ditanyakan :
- Waktu kejadian
- Tempat kejadian
- Jenis senjata
- Arah masuk keluar perlukaan
- Bagaimana keadaan penderita selama dalam transportasi.
- Pemeriksaan harus lengkap dan cepat, baju penderita harus dibuka,
-
Aktivitas / istirahat
Gejala : dipnea dengan aktivitas ataupun istirahat.
2.
Sirkulasi
Tanda : Takikardia ; disritmia ; irama jantunng gallops, nadi apical
berpindah,tanda Homman ; TD : hipotensi/hipertensi ; DVJ
3.
Integritas ego
Tanda : ketakutan atau gelisah.
4.
Makanan dan cairan
Tanda : adanya pemasangan IV vena sentral/infuse tekanan.
5.
Nyeri / ketidaknyamanan
Gejala : nyeri uni laterl, timbul tiba-tiba selama batuk atau regangan,
tajamdan nyeri, menusuk-nusuk yang diperberat oleh napas dalam,
kemungkinan menyebar ke leher, bahu dan abdomen.
Tanda : berhati-hati pada area yang sakit, perilaku distraksi,
mengkerutkan wajah.
6.
Pernapasan
Gejala : kesulitan bernapas ; batuk ; riwayat bedah dada/trauma, penyakit
parukronis, inflamasi,/infeksi paaru, penyakit interstitial menyebar,
keganasan ;pneumothoraks spontan sebelumnya, PPOM.
Tanda : Takipnea peningkatan kerja napas, bunyi napas turun atau tak
ada , fremitus menurun, perkusi dada hipersonan, gerakkkan dada tidak
sama, kulit pucat, sian osis, berkeringat, krepitasi subkutan, mental
ansietas, bingung, gelisah, pingsan,
tekanan positif
7.
Keamanan
Gejala : adanya trauma dada, radiasi/kemoterapi untuk keganasan.
8.
Penyuluhan / pembelajaran
9.
Gejala
:
riwayat
factor
risiko
keluarga,
TBC,
kanker, adanya bedah intratorakal/biopsy paru.
3.2 DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan pola pernapasan b/d ekpansi paru yang tidak maksimal
karena akumulasi udara/cairan.
b. Inefektif bersihan jalan napas b/d peningkatan sekresi sekret dan
penurunan batuk sekunder akibat nyeri dan keletihan.
yang
dapat
dimanifestasikan
sebagai
ketakutan/ansietas.
6. Perhatikan alat bullow drainase berfungsi baik, cek setiap 1 2
jam.
7. Periksa pengontrol penghisap untuk jumlah hisapan yang benar.
Rasionalnya : Mempertahankan tekanan negatif intrapleural
sesuai yang diberikan, yang meningkatkan ekspansi paru
optimum/drainase cairan.
8. Periksa batas cairan pada botol penghisap, pertahankan pada
batas yang.ditentukan.
Rasionalnya : Air penampung/botol bertindak sebagai pelindung
yang mencegah udara atmosfir masuk ke area pleural.
9. Observasi gelembung udara botol penempung.
Rasionalnya : gelembung udara selama ekspirasi menunjukkan
lubang
angin
dari
penumotoraks/kerja
yang
diharapka.
yang
meningkat
dapat
mematikan
DAFTAR PUSTAKA
Doenges, Marilyn E. 1999. Rencana Asuhan Keperawatan, Edisi 3. EGC :
Jakarta.
Boedihartono, 1994. Proses Keperawatan di Rumah Sakit.EGC : Jakarta.
Brooker, Christine. 2001. Kamus Saku Keperawatan. EGC : Jakarta.
Dorland, W. A. Newman. 2002. Kamus Kedokteran. EGC : Jakarta.
FKUI.1995. Kumpulan Kuliah Ilmu bedah. Binarupa Aksara : Jakarta
Hudak, C.M. 1999. Keperawatan Kritis. Jakarta : EGC.
Nasrul Effendi. 1995. Pengantar Proses Keperawatan. EGC. Jakarta.
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Keperawatan Medikal-Bedah Brunner and
Suddarth Ed.8 Vol.3.EGC : Jakarta.
Wilkinson, Judith M. 2006. Buku Saku Diagnosis Keperawatan, edisi 7.
EGC:.Jakarta.
http://www.iwansain.wordpress.com