Anda di halaman 1dari 25

DENTAL

EMERGENCIES

DRG. NYM AYU ANGGAYANTI, M. BIOMED

ANGINA LUDWIG
PHLEGMON

WILHELM FREDRICK VON LUDWIG

AHLI BEDAH DARI JERMAN TAHUN 1836

MENDESKRIPSIKAN SEBAGAI peradangan akut yang progresif


yang berasal dari region kelenjar submandibula, sublingual
bilateral, dan ruang submental

Sensasi tercekik akibat obstruksi saluran nafas secara mendadak

KASUS PHLEGMON
dikategorikan sebagai kegawatdarurartan di
bidang bedah yang tercantum pada lampiran
SURAT KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN RI NO.
477/Menkes/SK/IV/2004 pada tanggal 19 April
2004

ANGINA LUDWIG

Infeksi ruang mandibula berupa selulitis dengan tanda khas


berupa pembengkakan seluruh submandibula, sublingual
bilateral, dan ruang submental -- belum membentuk pus
PHLEGMON
Infeksi ruang mandibula berupa selulitis dengan tanda khas
berupa pembengkakan seluruh submandibula, sublingual
bilateral, dan ruang submental sudah membentuk pus

ETIOLOGI

INFEKSI ODONTOGENIK

Khususnya dari gigi molar kedua atau gigi molar


ketiga bawah. Akar gigi terletak di belakang
bawah linea mylohidea (tempat melekat m.
mylohyoideus) yang terletak di aspek dalam
mandibula sehingga jika terjadi infeksi dan
membentuk abses maka pus nya dapat menyebar
ke ruang submandibula dan dapat meluas ke
ruang parafaringeal

SIALADENITIS

ABSES PERITONSIL

FRAKTUR MANDIBULA TERBUKA

LASERASI ORAL

ORAL PIERCING

INFEKSI SALURAN NAFAS ATAS

TRAUMA DASAR MULUT

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PENYEBARAN DAN KEGAWATAN :

1. Jenis dan virulensi kuman


2. Daya tahan tubuh penderita
3. Jenis dan posisi gigi sumber infeksi
4. Panjang akar gigi sumber infeksi terhadap perlekatan
otot-otot
5. Adanya tissue space dan potential space
Bila mempunyai keadaan umum yang buruk maka
phlegmon akan bergerak ke potential space yang berada
di bawahnya dan bisa menyebabkan sepsis.

PATOGENESIS

Berawal dari infeksi gigi

Nekrosis pulpa karena karies dalam yang tidak terawat


dan poket periodontal dalam merupakan jalan bakteri
untuk mencapai jaringan periapikal

Karena jumlah bakteri yang banyak maka infeksi


menjalar sampai ke tulang spongiosa sampai tulang
kortikal

Jika tulang tipis maka infeksi akan menembus dan


masuk ke jaringan lunak tergantung daya tahan tubuh

Infeksi odontogen dapat menyebar


melalui :

1. Jaringan ikat (perkontinuatum)


Paling sering karena adanya celah di
antara jaringan yang berpotensi sebagai
tempat berkumpulnya pus
2. Pembuluh darah (hematogenesis)
3. Pembuluh limfe (hymphogenesis)

MANIFESTASI KLINIS

OH BURUK, NYERI PD GIGI

DEMAM

PEMBENGKAKAN PADA DASAR MULUT DAN BAGIAN ANTERIOR LEHER

DISFAGIA

DROOLING

TRISMUS

FETID BREATH

STRIDOR

SNIFFING POSITION

DIAGNOSIS

ANAMNESA

Gejala awal biasanya berupa nyeri pada area gigi


yang terinfeksi. Dagu tegang dan nyeri saat
menggerakkan lidah. Penderita mungkin akan
mengalami kesulitan membuka mulut, berbicara
dan menelan yang mengakibatkan keluarnya air
liur terus menerus dan kesulitan bernafas.
Penderita dilaporkan kesulitan minum dan makan,
dapat dijumpai demam dan rasa menggigil

DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN FISIK

Dasar mulut akan terlihat merah dan membengkak.


Saat infeksi menyebar ke belakang mulut, peradangan
pada dasar mulut akan menyebabkan lidah terdorong
ke atas-belakang sehingga menyumbat jalan nafas.
Jika laring ikut membengkak, saat bernafas akan
terdengar suara tinggi (stridor). Biasanya penderita
akan mengalami dehidrasi akibat kurangnya cairan
yang diminum maupun makanan yang dimakan. Bila
demam tinggi mengindikasikan adanya infeksi
sistemik

DIAGNOSIS

PEMERIKSAAN PENUNJANG

A. LABORATORIUM
PEMERIKSAAN DARAH : tampak leukositosis yang
mengindikasikan adanya infeksi akut.
Pemeriksaan waktu bekuan darah penting untuk
dilakukan tindakan insisi drainase
PEMERIKSAAN KULTUR DAN SENSITIVITAS : untuk
menentukan bakteri yang menginfeksi serta
menentukan pemilihan antibiotik dan terapi

RONTGEN : foto panoramik dapat membantu


menentukan letak abses serta struktur tulang rahang
yang terinfeksi

USG : dapat menunjukkan lokasi dan ukuran pus serta


metastasis dari abses. USG dpt membantu diagnosis
pada anak karena bersifat non invasif dan non radiasi
serta membantu pengarahan aspirasi jarum untuk
menentukan letak abses

CT scan : dapat memberikan evaluasi radiologik terbaik


pada abses leher dalam, dapat mendeteksi akumulasi
cairan, penyebaran infeksi serta derajat obstruksi jalan
napas

MRI : menyediakan resolusi lebih baik untuk jaringan


lunak dibanding CT scan tetapi kekurangannya perlu
waktu yg banyak sehingga tdk efisien pada pasien yg
kesulitan bernafas

PENATALAKSANAAN
1. Pertama dan paling utama menjaga potensi
jalan nafas
2. Kedua, terapi antibiotik secara progresif,
dibutuhkan untuk mengobati dan membatasai
penyebaran infeksi
3. Ketiga, dekompresi ruang submandibular,
sublingual dan submental

1. aspirasi di titik paling fluktuaktif


2. didapatkan pus insisi kultur kuman
3. posisi drainage
4. posisi TRENDELENBURG
5. IVFD NaCl 0,9 % : D 5% = 1:1 20 tetes/menit
6. ampicilin 4 x 1 gr i.v. @ 12 jam skin test terlebih dahulu
7. metronidazole 4x 500 gr i.v. @ 8 jam
8. ketorolac 3 x 30 mg i.v.
9. Kalau mual ranitidin 2 x 50 mg i.v.
10.Kalau perlu ondansentron 3 x 4mg
11.dilatasi drainage tiap hari
12.diet cair (tinggi kalori tinggi protein)
13.KIE
14.Segera cabut gigi penyebab infeksi

R
TE

IM

S
KA

IH

Anda mungkin juga menyukai