Anda di halaman 1dari 16

TUGAS MAKALAH ILMU BEDAH KHUSUS

DOSEN : drh. M. ARFAN LESMANA, M.Sc

FRAKTURA METACARPUS/ METATARSUS

Oleh :
AIDIL AKBAR SAIMIMA
NIM. 125130101111069

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN KEDOKTERAN HEWAN


PROGRAM KEDOKTERAN HEWAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
MALANG
2015

BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Fraktur adalah terputusnya kontinuitas tulang dan ditentukan sesuai jenis
dan luasnya. Fraktur terjadi jika tulang dikenai stress yang lebih besar dari yang
dapat diabsorbsinya. Meskipun tulang patah jaringan sekitarnya akan terpengaruh
mengakibatkan edema jaringan lunak, perdarahan ke otot dan sendi, dislokasi
sendi, rupture tendo, kerusakan saraf dan kerusakan pembuluh darah. Fraktur
adalah kontinuitas jaringan tulang, tulang rawan epifisis atau tulang rawan sendi
yang umumnya disebabkan oleh rudapaksa dan biasanya disertai cidera jaringan.
Prinsip penanganan fraktur adalah mengembalikan keadaan dan posisi
tulang yang patah semirip mungkin dengan keadaan normalnya. Fraktur dapat
ditangani dengan jalan operasi dan yang terpenting mengutamakan prinsip 4r
yang meliputi rekognisi, reduksi, atau reposisi, retensi atau fiksasi, dan
rehabilitasi. Konsep 4r ini dengan sendirinya akan berjalan dengan baik apabila
dilakukan anti infeksi yaitu untuk meniadakan infeksi yang mutlak dilakukan
pada setiap pembedahan.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa saja causa dari fraktur ?
2. Bagaimana gejala klinis dari fraktur metacarpal ?
3. Bagaimana cara mendiagnosa kejadian fraktur metacarpal ?
4. Apa saja terapi yang dapat diberikan kepada penderita fraktur metacarpal ?
1.3 Tujuan
1. Mengetahui causa dari fraktur.
2. Mengetahui gejala klinis dari fraktur metacarpal.
2

3. Mengetahui cara mendiagnosa kejadian fraktur metacarpal.


4. Mengetahui terapi yang dapat diberikan kepada penderita fraktur metacarpal ?

BAB II
ISI
2.1

Causa
Fraktura adalah perubahan tata letak tulang karena patahnya tulang
metacarpus atau metatarsus. Menurut Bleby J dan bishop G (2003) fraktur
adalah patahnya tulang, yang biasanya dialami hewan kecil akibat kecelakaan,
terjatuh dan luka. Fraktura bisa disebabkan oleh berbagai faktor seperti trauma,
tumor, dan ricketsia. Tulang memiliki bahan yang mempunyai daya elastisitas,
sehingga jika trauma lebih besar daripada daya elastisitasnya maka akan terjadi
fraktura. Menurut Parker (2004). Fraktura sering terjadi pada tulang panjang (os
femur, os humerus, os tibia dan os fibula). Dan pada tulang pendek atau pipih
juga bisa terjadi (os mandibula, os vertebrae, os pelvis, tengkorak dan digit).
Fraktur pad metacarpus merupakan kejadian yang tidak umum. Bagian yang
biasa terjadi fraktur yaitu bagian distal sekitar 5 cm. Secara umum tulang yang
retak / patah tidak dapat mengalami persembuhan total seperti pada otot. Jika
terjadi persembuhan, tulang tersebut tidak akan mengalami persambungan
tetapi akan membentuk callus.
Kausa fraktur
Trauma fisik langsung 75% - 80 % akibat tabrakan dan jatuh dari tempat
ketinggian.
Trauma fisik langsung karena jatuh berulang ulang pada hewan pacuan

2.2

Gejala klinis
Gejala klinis pada hewan yang mengalami fraktura os metacarpus /
metatarsus adalah kadang disertai adanya fibris, terjadi perubahan pada susunan
anatomis tulang, akan menimbulkan rasa sakit apabila disentuh bagian yang
sakit, adanya kebengkakan (akibatadanya peradangan), terjadi panas lokal

(panca radang), terdapat bunyi krepitasi, dan adanya gangguan fungsional dari
metacarpal dan metatarsus.
2.3

Diagnosa
Presentasi klinis
Untuk mendiagnosa fraktura os metacarpus / metatarsus. Maka yang
harus diperhatikan adalah signalement, anamnese dari hewan tersebut untuk
mengetahui kejadian pada hewan yang menyebabkan adanya fraktura, secara
umum biasanya dari trauma (anjing dengan fraktura sesamoid yang memiliki
sejarah sebelumnya lameness acute yang terhenyak berulang kali) dan harus
memperhatikan gejala klinisnya. Diagnosa dapat dilakukan dengan cara
inspeksi dan palpasi pada daerah yang diperkirakan terjadinya fraktura
Radiografi
Hewan memiliki banyak tulang yang tidak stabil pada os metacarpus /
metatarsus. Maka pada derah ini sering mengalami fraktura. Radiografi
meliputi lateral dan caudocranial meluas dari carpus atau tarsus dan berakhir di
digit. Untuk mengembalikan tulang pada posisinya dan menstabilkan fraktura
maka diperlukan peneguhan diagnosa yaitu dengan melakukan X-ray
(Rontgen). Menurut Ticer J W (1975), pengambilan gambar X-ray pada
metacarpus dilakukan dengan posisi lateral recumbency (mediolateral).
Gelombang X-ray dipusatkan pada bagian proximal kedua atau ketiga os
metacarpus / metatarsus. Posisi lainnya adalah anteroposterior.

Gambar 2.1 (a) Gambaran Roentgen Fraktura os metatarsus pada kuda


(b) fraktura setelah pemasangan pin (Denny 1989).
Setelah dilakukan rontgen maka fraktura tersebut dapat diklasifikasikan sebagai
berikut :
1. Berdasarkan trauma
Fraktura osseum direkta, yaitu fraktura yang langsung pada tulang tempat
terjadinya trauma.
Fraktura osseum indirekta, yaitu fraktura yang berbeda lokasinya dengan
tempat trauma.
2. Berdasarkan arah frakturanya
Fraktura os sagital, yaitu fraktura yang memanjang searah dengan posisi
tulang.
Fraktura os obliqus, yaitu fraktura yang arahnya miring.
Frakturaos tranversal, yaitu frakturabyang arahnya mendatar.
Fraktura spiral, yang bentuknya memutar pada tulang.
Fraktur T, yaitu fraktura yang bentuknya seperti huruf T.
Fraktur V, yaitu fraktura yang arahnya seperti huruf V.
3. Berdasarkan pembungkusnya
6

Fraktura cum complita (open fraktura) yaitu fraktura yang diikuti


olehkerobekan dan kerusakan komponen lainnya. Misalnya kulit dan otot
pembungkusnya.
Fraktura os incomplita (close fraktura), yaitu fraktura yang tidak diikuti
oleh kerusakan komponen lainnya.
4. Berdasarkan model patahnya
Fraktura os complita, yaitu seluruh tulang patah.
Fraktura os incomplita yaitu hanya sebagian tulang yang pecah.
5. Berdasarkan fragmen yang pecah
Fraktura os simplek, yaitu fraktura yang membentuk dua fragmen.
Fraktura os multipleks, fraktura yang membentuk lebih dari dua fragmen.
Fraktura ini terbagi dua yaitu, fraktura os conguosata (fragmen yang
ukurannya masih besar) dan fraktura os comunitiva yaitu, fragmen yang
pecah menjadi ukuran yang kecil (hancur).
6. Berdasarkan arah fragmen (posisi, letak, dislokasio)
Fraktura os dislokasio ad exim / axis yaitu kedua patahan tulang
membentuk sudut.
Fraktura os dislokasio ad lotus / ad longitudinum yaitu kedua tulang satu
arah (tidak membentuk sudut).
Os metacarpus / os metacarpal nomor dua sampai lima, dari medial ke
lateral. Biasanya os metacarpal / os metatarsus ketiga dan os metacarpus / os
metatarsus keempat. Fraktura condylar dari metacarpal ketiga dan metatarsal
keempat sering terjadi pada hewan balapan. Klinis dan radiografi diutamakan
pada fraktura ini. Maka fraktura dibagi empat kelompok :
1. Fraktura condylar inkomplit
2. Fraktura lateral condylar tidak pindah komplit
3. Fraktura lateral condylar pindah komplit dibagi dua :
Fraktura lateral berpindah tempat dari condylar.
Fraktura proximal dan lateral berpindah tempat dari condylar
7

4. Fraktura longitudinal, kejadian ini biasanya dimulai pada permukaan art


condylar medial dan menyebar proximal.

Gambar 2.2 (1) fraktura condylar inkomplit (2) fraktura lateral pindah
condylar tidak komplit (3) fraktura lateral pindah komplit (4) fraktura
longitudinal (Denny 1989).
2.4

Terapi
Pendekatan anatomi
Titik tumpu terjadi pada daerah digit III dan digit IV . Bagian superficial
dorsal metacarpus atau metatarsus ada pembuluh darah arteri di atas telapak.
Tendo extensor berperan pada daerah kaki bagian bawah. Tendon metatarsus
yang terdapat pembuluh darah plantar dari digit. Ada sedikit jaringan lunak
menutupinya, dan tulang serta persendian dapat dipalpasi dengan mudah.
Metode dalam penanganan fraktura
1) Reposisi tanpa operasi

Pemasangan GIPS (GYBSONA).

SPALK (upih)

Thomas Splint

2) Reposisi dengan operasi

KIRSCHER SPLINT

BONE PLATE

BONE PINNING (INTERMEDULLARY PIN)

PROSTHESIS INSERTID (Stainles Steel Screw)

Bone Wire

Kombinasi dengan Metode 1 - 5

3) Solusi Akhir

Amputasi

Euthanasia
Tindakan medis yang dapat diberikan pada penanganan fraktura

contohnya adalah pemasangan spalk dan bone pinning (intermedullary pin).


Prosedur Pemasangan Spalk
Sebelum pemasangan spalk hewan harus dianastesi, setelah hewan
teranestesi, spalk yang berupa pelepah pinang diletakkan memanjang dari digit
hingga sepertiga Os radius dengan menyesuaikan bentuk anatomi ekstremitas.
Kapas diletakkan diantara digit, berguna sebagai bantalan saat dilakukan
pembalutan pada bagian yang telah dilapisi palepah pinang tersebut.
Penggunaan pelepah pinang dimaksudkan untuk memfiksir os metacarpus / os
metatarsus yang mengalami fraktura. Teknik ini disebut juga pembidaian.
Prosedur Pemasangan Pin
Preparasi dan Posisi
Preparir pada bagian distal tungkai sirkumferentially dari bahu atau
persendian ke jari jari. Posisi hewan dorsal rekumbensi untuk fleksibilitas
yang baik. Arahkan tungkai keluar dari posisi menggantung untuk mengikuti
manipulasi maximal selama operasi. Preparir humerus bagian proximal atau
proximal tibia sebagai daerah donor untuk cancellous bone harvest.
Pendekatan

Sayat kulit dan jaringan subkutan pada dorsal permukaan salah satunya di
garis tengah(untuk fraktur tulang III dan tulang keempat) atau langsung dia atas
tulang yang fraktur. Tarik kembali tendon extensor dan ligament dari
permukaan dorsal kaki untuk meihat fraktura (gambar A).

Gambar 2.3 Pendekatan fraktura (Johnson, 2005).


Reduksi
Angkat fraktura transversal ke posisinya, pertahankan reduksi dengan
implant. Gunakan tang reduksi yang tajam untuk mengurangi dan
mempertahankan posisi fraktur oblique.
Stabilisasi
Atur fraktura tranversal yang sederhana (oblique sangat pendek) pada
anjing kecil atau muda dan kucing dengan pin intramedullary. Gunakan bor
dengan kecepatan tinggi memperluas celah pada distal dorsal permukaan dari
tulang yang m B) tumpulkan ujung dari pin untuk mencegah penetrasi dari
cortek yang berlawanan dan pin digerakkan melalui celah dan ke proximal
melintasi garis fraktur segmen tulang bagian proximal. Belokkan ujung distal
dari pin untuk mencegah perpindahandan untuk memudahkan pelepasan.
Ulangi prosedur untuk metacarpus III dan IV atau metacarpus III dan IV
10

(gambar C). untuk anjing yang lebih tua atau besar atau hewan atlet gunakan
plate atau sekrup (atau keduanya untuk mencapai stabilitas fraktura). Fraktura
oblique atau avulsion yang stabil dengan sekrup yang tertinggal (gambar D1).
Lag bisa digunakansekrup untuk membantu perbaikan. Fraktura tranversal
metaphisial distal yang stabil denganveterinary T plate (gambar D2). Dengan
dynamic compression plate atau veterinary cuttableplate (gambar D2).
Penggunaan

(pemasangan)

pin

didaerah

intramedullary

harus

diperhatikankarena akan menggangu pergerakannya. Tendo extensor akan


menjadi pelindung.

Gambar 2.4 Pemasangan pin (Johnson, 2005).


Evaluasi Postoperative
Radiografi digunakan untuk mengevaluasi reduksi dari fraktur dan
penempatan implant.
Postoperative
Fiksasi akan dilakukan dengan menggunakan gips (membalut dengan
bebat bagian yang mengalami fraktura) selama 6 8 minggu agar hewan tidak
banyak bergerak sehingga tulang yang patah dapat disembuhkan. Radiografi
dilakukan lagi selang waktu 6 minggu sampai fraktur sembuh.
Proses persembuhan fraktura :

11

1. Stadium perbarahan traumatic fisiologis.


Darah membeku memenuhi ruang antara dan sekitar pinggir fraktura
Infiltrasi sel endotel dan osteogenik dari periost
Sel osteogenik berubah menjadi sel sel osteoblast dan chondrioblast
sehingga lambat laun terbentuk jaringan ikat baru.
2. Stadium Regenerasi
Callus sementara berangsur angsur mengecil, konsistensinya mengeras
karena infiltrasi sel-sel osteoblast dan chondrioblast bertambah padat.
Sehingga terbentuk jaringan osteoid dan disebut juga callus sekunder
(callus sekunder terjadi minggu kedua dan minggu ketiga).
3. Stadium konsolidasi
Penyerapan kalsium (Ca) dan phosphor (P) dari darah sehingga
konsistensinya bertambah keras.
Bersamaan proses ini juga terjadi persembuhan jaringan sekitar fraktur
termasuk termasuk di dalamnya otot otot (minggu keempat sampai
dengan minggu keenam)
Dalam waktu lebih kurang 2 bulan hewan mampu menumpukan kakinya.
6 bulan pasca fraktur persembuhan baru dapat mencapai persembuhan
sempurna.
Presentasi Klinis
Faktor penghambat persembuhan fraktura

Rachitis

Osteomalacia

Osteodhystrophia

Tumor ganas (osteogenic sarcoma)

Senilitas

Malnutrisi

Osteoporosis
12

Hipokalsemia

Gangguan gangguan terhadap persembuhan fraktura adalah :


1. Gerakan gerakan fragmen
Callus akan tumbuh baik jika tidak terjadi gerakan. Gerakan gerakan
fragmen bisa menimbulkan keadaan dimana callus menjadi licin dan bisa
digerakan seolah ada persendian baru ( neoarthrosis atau pseudoarthrosis ).
2. Callus akan tumbuh dengan baik bila dalam fraktur tidak ada benda asing.
Karena benda asing dapat mengiritir callus misalnya pada fraktura multiplex
dan komplikata. Pada fraktura komplikata ada kotoran masuk dapat
menyebabkan infeksi pada fraktura, sehingga proses persembuhan akan
terganggu.
3. Gangguan nutrisi
Kurangnya vitamin A dan D menggangu penyerapan Ca dan P oleh tubuh,
sehingga Callus akan menjadi keras atau lemah terus menerus dan terjadi di
jaringan ikat atau lunak.
Perkiraan Hasil
Tulang sembuh biasanya 12 18 minggu. Hewan akan melakukan latihan
sehingga kembali berfungsi dengan baik, jika rekontruksi anatomi adalah
sukses dan dapat mempertahankannya.
Faktor faktor yang mempengaruhi kecepatan persembuhan fraktura adalah
1. Umur
Pada hewan muda, lebih mudah terjadi fraktura karena komposisi tulangnya
belum kompak. Sedangkan pada hewan tua komposisi tulang sangat kompak
dan kuat sehingga lebih sulit atau sangat kecil kemungkinan terjadinya
fraktura. Umur memegang peranan penting dalam proses persembuhan
fraktur osseum. Hewan muda relative lebih cepat sembuh dibandingkan
hewan tua. Karena pada hewan muda memiliki banyak zat perekat sehingga
proses persambungan lebihcepat terjadi.

13

2. Tipe fraktura
3. Variasi individu
Kecepatan persembuhan suatu fraktur pada hewan berbeda beda. Hal ini
dipengaruhi oleh metabolisme dalam tubuh masing masing individu.
4. Tempat terjadinya trauma, pada bagian otot yang kecil lebih cepat daripada
bagian otot yang besar.
5. Gizi yang baik pada hewan akan mempercepat proses persembuhan
6. Adanya komplikasi penyakit (banyaknya penyakit seperti ricket, malnutrisi,
osteomyelitis dan tumor) sehingga menyebabkan imunitas turun maka
persembuhannya akan lebih lama.

14

BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Fraktura adalah perubahan tata letak tulang karena patahnya tulang
metacarpus atau metatarsus. Gejala klinis pada hewan yang mengalami fraktura
os metacarpus / metatarsus adalah kadang disertai adanya fibris, terjadi
perubahan pada susunan anatomis tulang, akan menimbulkan rasa sakit apabila
disentuh bagian yang sakit, adanya kebengkakan (akibatadanya peradangan),
terjadi panas lokal (panca radang), terdapat bunyi krepitasi, dan adanya
gangguan fungsional dari metacarpal dan metatarsus. Cara untuk mendiagnosa
dari fraktur metacarpal ini berdasarkan kepada pemeriksaan klinis dan
gambaran radiografi. Terapi yang dapat diberikan yakni dengan menggunakan
prinsip 4R yang meliputi rekognisi, reduksi, atau reposisi, retensi atau fiksasi,
dan rehabilitasi.

DAFTAR PUSTAKA
Anonimous. 2003. Patah Tulang. http://www.indonesiaindonesia.com/f/9874-patahtulang/ [27 Desember 2015].

15

Bleby J Bishop G. 2003. The Dogs Health from a to Z the Ultimate handy Guide For
every Dog Owner. UK : A David & Charles Boob.
Birchard ST and Sherding RG. 2000. Saunders Manual of Small Animal Practice. 2
nd edition. Philadelphia : WB Saunders Company.
Denny HR. 1989. Treatment of Equine Fracture. London : Wright
Fraser CM et al. 1986. The Merck Veterinary Manual. 5 nd Edition. USA : Merck &
Co Inc
Fossum TW et al. 2002. Small animal Surgery. 2 nd edition. China : Mosby
Johnson Ann L. 2005. Atlas of Orthopedic Surgical Procedures of the Dog and Cat.
USA : Elserier Inc.
Ticer JW. 1975. Radiographic Technique in Small Animal Practices. Kanada : WB
Saunders Company.

16

Anda mungkin juga menyukai