Lia Praselia
Nama Wahana: RS Panglima Sebaya
Topik
: DEMAM TYPOID
No. RM :
Keterampilan
Manajemen
Bayi
Penyegaran
Masalah
Anak
Tinjauan Pustaka
Istimewa
Remaja
Dewasa Lansia
Bumi
l
Deskripsi: Wanita usia 17 tahun datang dibawa ibunya dengan keluhan demam sejak 1 minggu ini. Demam dirasakan
hilang timbul, hilang pada pagi hari, meningkat pada sore hari,mual dan muntah dengan frekuensi 6 kali/hari ,isi muntah apa
yang diminum dan dimakan, mengigil (-), sakit kepala (+), Nafsu makan menurun, nyeri ulu hati (+), BAB dan BAK (+)
normal.
Tinjauan Pustaka
Cara membahas :
Diskusi
Data pasien :
Kasus
Nama: Nn. D
Riset
Audit
Pos
Nomor Registrasi :
Telp: -
Terdaftar sejak: -
3. Riwayat kesehatan/ Penyakit : Pasien tidak pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya.
4. Riwayat keluarga : Pasien adalah anak ketiga. Tidak ada anggota keluarga yang pernah mengalami keluhan serupa dengan pasien
Suhu: 38,6 C
Nadi
Nafas : 17x/menit
: 88x/menit
Laboratorium
Hb
: 13,8 gr/dL
Leukosit : 4.600 U/L
Trombosit : 275.000 /mm3
widal tes
DDR
Daftar Pustaka: (diberi contoh, MEMAKAI SISTEM HARVARD,VANCOUVER, atau MEDIA ELEKTRONIK)
1. Buku ajar penyakit dalam. Edisi IV. Fakultas kedokteran universitas indonesia: 2006; Jakarta
2. Panduan pelayanan medic.perhimpunan dokter spesialis penyakit dalam indonesia. Edisi I. 2008; Jakarta
Hasil Pembelajaran :
1. Defenisi
2. Epidemiologi
3. Etiologi
4. Patofisiologi
5. Manifestasi Klinis
SUBJEKTIF
Wanita usia 17 tahun datang dibawa ibunya dengan keluhan demam sejak 3 hari SMRS. Demam dirasakan hilang timbul,
hilang pada pagi hari, meningkat pada sore hari,mual dan muntah dengan frekuensi 6 kali/hari ,isi muntah apa yang diminum
dan dimakan, mengigil (-), sakit kepala (+), Nafsu makan menurun, nyeri ulu hati (+), BAB dan BAK (+) normal.
OBJEKTIF
Keadaan umum
Kesadaran
: Composmentis
Tekanan darah
: 110/70 mmHg
Denyut nadi
: 88 kali/menit
Frekuensi nafas
: 17 kali/menit
Suhu
: 38,6 C
Berat badan
50 kg
Pemeriksaan sistematis
Kepala
: Normocephal
Mata
: Sklera ikterik (-), konjungtiva anemis (-), air mata (+), cekung (-)
Hidung
Telinga
: Discharge (-)
Mulut
Abdomen
Inspeksi : Datar
Palpasi : Supel, distensi (-), nyeri tekan (+) epigastrium, turgor baik
Perkusi : Timpani
Auskultasi
: BU (+) normal
Hepar
Lien
perforasi ileum, timbul akibat nekrosis Peyer patch pada ileum terminal, 2-3 minggu dari onset. . Di Indonesia, insidens demam tifoid banyak
dijumpai pada populasi yang berusia 3-19 tahun. Selain itu, demam tifoid di Indonesia juga berkaitan dengan rumah tangga, yaitu adanya
anggota keluarga dengan riwayat terkena demam tifoid, tidak adanya sabun untuk mencuci tangan, menggunakan piring yang sama untuk
makan, dan tidak tersedianya tempat buang air besar dalam rumah.
EPIDEMIOLOGI
Demam typhoid masih merupakan masalah kesehatan sedang bergembang. Besarnya angka kasus demam typhoid di dunia ini sangat
sukar di tentukan sebabab penyakit ini di kenal mempunyai gejala dengan spektrum klinisnya sangat luas. Di perkirakan angka kejadian dari
150/100.000/tahuan di Amerika Selatan dan 900/100.000/tahun di Asia. Umur di Indonesia ( daerah endemis ) di laporkan antara 3 smpai 19 tahun
mencapai 91% kasus. Angka yang kurang lebih sama juga di laporkan dari Amerika Selatan. Salmonella Typhi dapat hidup dalam tubuh manusia
( manusia sebagai natural reservoir). Manusia yang terinfeksi Salmonella Typhi dapat mengeksresikanya melalui sekret saluran nafas, urin dan tinja
dalam jangka waktu yang sangat bervariasi. Salmonella Typhi yang berada di luar tubuh manusia dapat hidup untuk beberapa minggu apabila berada di
dalam air, es, debu atau kotoran yang kering maupun pada pakian. Akan tetapi Salmonella Typhi hanya dapat hidup kurang dari 1 minggu pada
raw sewage, dan mudah di matikan dengan klorinasi dan pasteurisasi.
ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh infeksi kuman Salmonella typhosa/ Eberthella typhosa/ Salmonella typhi yang merupakan kuman gram
negatif, bergerak dengan rambut getar dan tidak menghasilkan spora.
Bakteri ini dapat hidup sampai beberapa minggu di alam bebas seperti di dalam air, es, sampah dan debu. Bakteri ini dapat mati dengan
pemanasan (suhu 600 C) selama 15 20 menit, pasteurisasi, pendidihan dan khlorinisasi. S. typhi mempunyai beberapa komponen antigen,
yaitu:
1. Antigen O (Antigen Somatik) yaitu terletak pada lapisan luar dari tubuh kuman. Bagian ini mempunyai struktur kimia lipopolisakarida atau
disebut juga endotoksin. Antigen ini tahan terhadap panas dan alkohol tetapi tidak tahan terhadap formaldehid.
2. Antigen H (Antigen Flagella) yang terletak pada flagella, fimbriae atau pili dari kuman. Antigen ini mempunyai struktur kimia suatu protein
dan tahan terhadap formaldehid tetapi tidak tahan terhadap panas alkohol.
3. Antigen Vi yang terletak pada kapsul (envelope) dari kuman yang dapat melindungi kuman terhadap fagositosis. Selain itu, S. typhi juga dapat
menghambat proses aglutinasi antigen O oleh anti O serum. Antigen Vi berhubungan dengan daya invasif bakteri dan efektivitas vaksin. Ketiga
macam antigen tersebut di dalam tubuh penderita akan menimbulkan pula pembentukan 3 macam antibodi yang lazim disebut aglutinin
4. Outer Membrane Protein (OMP) merupakan bagian dari dinding sel terluar yang terletak di luar membran sitoplasma dan lapisan
peptidoglikan yang membatasi sel dengan lingkungan sekitarnya. OMP berfungsi sebagai barier fisik yang mengendalikan masuknya cairan ke
dalam membran sitoplasma, selain itu juga berfungsi sebagai reseptor untuk bakteriofag dan bakteriosin yang sebagian besar terdiri dari protein
urin, berperan pada patogenesis demam tifoid dan merupakan antigen yang penting dalam mekanisme responimun penjamu. Sedangkan protein
non purin hingga kini fungsinya belum diketahui pasti.
PATOGENESIS
Kuman Salmonella typhi , Salmonella
paratyphi masuk ke saluran cerna
Sebagian
dimusnahkan asam
lambung
Sebagian
menembus lamina
propia
Mual, muntah
Intake kurang
( madequat )
Gangguan nutrisi
kurang
dari kebutuhan tubuh
PERITONITIS
Perdarahan
Masuk aliran
limfe
Perforasi
Masuk dalam
kelenjar limfe
mesentrial
Menembus dan
masuk aliran
darah
Nyeri Tekan
Gangguan rasa
nyaman =
nyeri
Masuk dan
bersarang dihati
dan limpa
Hepata megali,
Splenomegali
Infeksi Salmonella
typhi,
Paratyphi dan
Endotoksin
Dilepasnya zat
pirogen oleh
leukosit pada
jaringan
yang meradang
DEMAM TIFOID
Gangguan rasa
nyaman : Panas
peningkatan suhu
badan
MANIFESTASI KLINIS
Manifestasi klinis demam tifoid pada anak tidak khas dan sangat bervariasi. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi manifestasi klinis
dan beratnya penyakit adalah strain S.typhi, jumlah mikroorganisme yang tertelan, keadaan umum dan status nutrisi, status imonologi faktor
genetik.
a. Masa Inkubasi
Masa inkubasi demam tifoid berlangsung selama 3 hari 3 bulan, pada umumnya 1 hingga 3 minggu bergantung jumlah dan strain kuman
yang tertelan. Selama masa inkubasi penderita tetap dalam keadaan asimtomatis.
b. Onset Penyakit
Setelah masa inkubasi penderita mulai menunjukkan gejala klinis.Onset penyakit berjalan secara pelahan tetapi bisa juga timbul tiba-tiba.
Demam makin lama makin tinggi tetapi dapat pula remiten atau menetap. Pada awalnya suhu meningkat secara bertahap menyerupai anak
tangga selama 2-7 hari, lebih tinggi pada sore dan malam hari. Akan tetapi demam bisa pula mendadak tinggi.
Pada saat awal demam penderita biasanya mengalami gejala yang mirip sindroma flu (flu like syndrome) yaitu sakit kepala, malaise, nyeri
menelan, anoreksia, nyeri perut, nyeri otot dan nyeri sendi.
c. Perjalanan Penyakit tifoid
i.
ii.
Minggu kedua
Pada sebagian besar penderita demam tinggi terus menerus dengan perbedaan suhu 0,5 0C pada pagi dan petang hari. Pada keadaan ini
mungkin terdapat bradikardi relatif. Keadaan umum menurun, apatis, bingung, tidak bisa istrahat atau tidur. Lidah tertutup selaput tebal dan
penderita kehilangan nafsu makan dan minum. Pemeriksaan abdomen sullit diinterpretasikan, nyeri yang merata diseluruh kuadran bawah,
dan distensi abdomen dengan daerah yang meteorismus atau timpani oleh karena konstipasi.
iii.
Minggu ketiga
Penderita memasuki tahapan typhoid state, yang ditandai dengan disorientasi, bingung, insomnia, lesu dan tidak bersemangat. Bisa
didapatkan adanya delirium, tetapi jarang dijumpai stupor dan koma. Wajah tifoid yang khas yaitu wajah tanpa ekspresi, suram, kelopak mata
setengah terbuka, dilatasi pupil, slack jaw, mulut dan bibir kering. Pernafasan tampak cepat dan dangkal dengan tanda stagnasi di basal paru.
Abdomen tampak lebih distensi dari sebelumnya. Nodus Payer mungkin mengalami nekrotik dan ulserasi sehingga sewaktu-waktu dapat
timbul perdarahan dan perforasi. Saat ini berak lembek dan berwarna coklat tua atau kehijauan dan berbau, hal ini dikenal dengan pea-soup
diarrhoea, tetapi mungkin penderita masih mengalami konstipasi. Pada akhir minggu ketiga suhu mulai menurun secara lisis dan mencapai
normal pada minggu berikutnya.