Anda di halaman 1dari 66

Presentasi Kasus

Disusun oleh:
Irene S (07120090052)

Pembimbing:
Dr. Agah Gadjali, Sp.M
Dr. Hermansyah, Sp.M
Dr. Gartati Ismail, Sp.M
Dr. Mustafa, Sp.M
Dr. Henry A W, Sp.M

Identitas Pasien

Nama

: Ny. W

Umur

: 43 tahun

Jenis kelamin

Agama

: Islam

Suku

: Jawa

Pendidikan

: SMA

Pekerjaan

: Ibu rumah tangga

Alamat

: Jalan Klengkeng II Blok D No. 2 RT 1/8

Tanggal pemeriksaan

: Wanita

: 23 Januari 2014

Keluhan

Keluhan Utama:

Mata kiri merah sejak 2 hari sebelum datang ke RS


Polri.

Keluhan Tambahan:

Mata kiri terasa berair, bengkak, gatal, dan terasa


seperti ada benda yang mengganjal.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien datang dengan keluhan mata kiri merah sejak


2 hari sebelum datang ke RS Polri. Keluhan ini
pertama kali dirasakan saat pasien baru bangun tidur.

Pasien menyangkal adanya penglihatan buram.

Pasien juga mengeluhkan gatal pada mata sebelah


kiri sejak 2 hari yang lalu. Rasa gatal dirasakan hilang
timbul dan tidak terlalu berat. Selain itu, pasien juga
mengaku keluar banyak air mata dari mata kirinya.

Riwayat Penyakit Sekarang

Pasien juga merasa mata kirinya terasa seperti ada

benda yang mengganjal. Pada saat baru bangun tidur,


timbul sedikit kotoran mata berwarna kuning dan tidak
lengket.
Sejak 2 hari yang lalu, pasien juga mengaku kelopak

mata kirinya menjadi bengkak dan terasa sakit saat


ditekan.
Menurut pasien, tidak ada anggota keluarga maupun

teman-temannya yang mengalami gejala yang sama.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien juga mengaku tidak mengalami demam, sakit

tenggorokan maupun timbul bercak kemerahan pada


kulit sebelum timbul gejala seperti di atas. Adanya
penglihatan silau juga disangkal oleh pasien.
Pasien mengaku telah menggunakan tetes mata Insto

(Tetrahydrozoline HCl 0,05%, Benzalkonium Cl 0,01%),


tetapi mata merahnya tidak mengalami perbaikan.

Riwayat Penyakit Dahulu

Pasien mengaku tidak pernah mengalami gejala seperti


ini sebelumnya.

Riwayat hipertensi disangkal.

Riwayat diabetes mellitus disangkal.

Riwayat alergi disangkal.

Riwayat infeksi dan trauma pada mata disangkal.

Riwayat konsumsi obat-obatan rutin disangkal.

Riwayat Penyakit Keluarga

Tidak ada anggota keluarga yang mengalami

penyakit dengan gejala yang sama.

Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum

: Tampak sakit ringan

Kesadaran

: Compos mentis

Tekanan darah

: 110/70 mmHg

Nadi

: 76x/menit

Pernapasan

: 18x/menit

Suhu

: Afebris

Pemeriksaan Oftalmologi
OD

OS

Visus

5/5

5/66

Posisi bola mata

Ortoforia

Ortoforia

Gerakan bola mata

Baik ke segala arah

Baik ke segala arah

Tekanan intaokuler

N/palpasi

N/palpasi

Palpebra superior
dan inferior

Tenang

Palpebra superior
dan hiperemis dan
edema
Palpebra inferior

Pemeriksaan Oftalmologi
OD

OS

Konjungtiva:
Tarsal superior
Tarsal inferior
Bulbi

Tenang
Tenang
Tenang

Hiperemis
Hiperemis
Hiperemis

Kornea

Jernih

Jernih

Bilik mata depan

Jernih, dalam

Jernih, dalam

Pemeriksaan Oftalmologi
OD

OS

Iris

Warna coklat tua


Radier (+)
Kripta (+)

Warna coklat tua


Radier (+)
Kripta (+)

Pupil

Isokor, bulat,
diameter 3 mm

Isokor, bulat,
diameter 3 mm

Refleks cahaya

Langsung (+)
Tidak langsung (+)

Langsung (+)
Tidak langsung (+)

Lensa

Jernih

Jernih

Resume
Pasien wanita, 43 tahun, datang ke poli mata RS

Polri dengan keluhan mata kiri merah sejak 2 hari


sebelum datang ke RS. Pasien juga mengatakan
tidak mengalami penglihatan buram. Pasien
mengeluhkan mata kirinya terasa sedikit gatal,
bengkak, mengeluarkan banyak air mata dan
terasa seperti ada yang mengganjal. Pasien sudah
menggunakan tetes mata Insto (Tetrahydrozoline
HCl 0,05%, Benzalkonium Cl 0,01%), tetapi tidak
ada perbaikan.

Resume

Pemeriksaan fisik umum berada dalam batas normal.

Pemeriksaan oftalmologi:

VOD: 5/5

VOS: 5/66

Posisi kedua mata ortoforia

Gerakan kedua bola mata baik ke segala arah

TIO ODS normal per palpasi

Palpebra superior OS hiperemis dan edema

Palpebra inferior OS hiperemis

Refleks cahaya ODS langsung (+) dan tidak langsung (+)

Lensa ODS jernih

Diagnosis Kerja
Konjungtivitis viral akut OS

Initial Planning

Diagnostik: -

Terapi:

Tobramycine 3 mg/ml dan Dexamethasone 1 mg/ml eye drops 4


dd gtt 1 OS

Monitor: Perbaikan gejala

Edukasi:

Kompres mata dengan air dingin

Edukasi tentang menjaga kebersihan diri dengan mencuci


tangan

Prognosis

Quo ad vitam

: Bonam

Quo ad functionam

: Bonam

Quo ad sanationam

: Bonam

TINJAUAN PUSTAKA

Konjungtiva
adalah
membran mukosa yang
transparan dan tipis yang
membungkus permukaan
posterior kelopak mata
(konjuntiva
palpebralis)
dan permukaan anterior
sklera
(konjungtiva
bulbaris).

Konjungtiva
palpebralis
melapisi
permukaan
posterior kelopak mata
dan melekat erat ke
tarsus.

Di
tepi
superior
dan
inferior tarsus, konjungtiva
melipat ke posterior dan
membungkus
jaringan
episklera
menjadi
konjungtiva bulbaris.

Anatomi

Anatomi
Konjungtiva bulbaris melekat longgar ke septum

orbitale di fornices dan melipat berkali-kali.


Adanya lipatan-lipatan ini memungkinkan bola
mata bergerak dan memperbesar permukaan
konjungtiva sekretorik.
Konjungtiva bulbaris melekat longgar pada kapsul

tenon dan sklera di bawahnya, kecuali di limbus.

Anatomi

Lapisan epitel konjungtiva terdiri atas dua sampai lima lapisan sel
epitel silindris bertingkat, superfisial, dan basal.

Sel-sel epitel superfisial mengandung sel-sel goblet yang mensekresi


mukus.

Sel sel epitel basal berwarna lebih pekat dan mengandung pigmen.

Stroma konjungtiva dibagi menjadi:

Lapisan adenoid: tidak berkembang sampai setelah umur 2 atau 3 bulan.

Lapisan fibrosa: tersusun dari jaringan penyambung yang melekat pada


lempeng tarsus.

Kelenjar lakrimal aksesorius (kelenjar Krause dan Wolfring) terletak di


dalam stroma.

Anatomi
Arteri-arteri konjungtiva berasal dari arteria ciliaris

anterior dan arteria palpebralis.


Konjungtiva

menerima
persarafan
dari
percabangan pertama nervus V (oftalmik). Saraf
ini memiliki serabut nyeri yang relatif sedikit.

Konjungtivitis
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva atau

radang selaput lendir yang menutupi belakang


kelopak dan bola mata, dalam bentuk akut
maupun kronis.
Penyebabnya:

Bakteri

Klamidia

Alergi

Viral

Penyakit sistemik

Sitologi Konjungtivitis
Cedera epitel konjungtiva dapat diikuti oleh:

Edema epitel

Kematian sel dan eksfoliasi

Hipertrofi epitel

Pembentukan granuloma

Edema stroma konjungtiva (kemosis)

Hipertrofi lapisan limfoid stroma (pembentukan


folikel)

Dapat ditemukan sel-sel radang termasuk

neutrofil, eosinofil, basofil, limfosit, dan sel


plasma.

Manifestasi Klinis
Gejala konjungtivitis:

Sensasi benda asing

Sensasi tergores atau terbakar

Sensasi penuh di sekeliling mata

Gatal

Fotofobia

Manifestasi Klinis
Tanda-tanda konjungtivitis:

Hiperemia: paling jelas di forniks dan makin berkurang


ke arah limbus karena dilatasi pembuluh-pembuluh
konjungtiva posterior.

Mata berair (epifora): diakibatkan oleh adanya sensasi


benda asing, sensasi terbakar, atau oleh rasa gatalnya.

Eksudasi: ciri semua jenis konjungtivitis akut.

Hipertrofi papilar

Kemosis
konjungtiva:
sangat
mengarah
konjungtivits alergika, tetapi dapat timbul
konjungtivitis
gonokok,
meningokok
akut,
konjungtivitis adenoviral.

pada
pada
dan

Manifestasi Klinis

Folikel: merupakan suatu hiperplasia limfoid lokal di


dalam lapisan limfoid konjungtiva dan biasanya
mempunyai sebuah pusat germinal.

Pseudomembran dan membran: merupakan hasil


dari proses eksudatif. Pseudomembran adalah suatu
pengentalan (koagulum) di atas permukaan epitel,
yang bila diangkat, epitelnya tetap utuh. Membran
adalah pengentalan yang meliputi seluruh epitel,
yang jika diangkat, meninggalkan permukaan yang
kasar dan berdarah.

Manifestasi Klinis

Granuloma

Fliktenula: merupakan reaksi hipersensitivitas lambat


terhadap antigen mikroba, mis., antigen stafilokok atau
mikrobakterial.

Limfadenopati preaurikular

Perbedaan Beberapa Jenis


Konjungtivtis Umum
Temuan
Klinis dan
Sitologi

Viral

Bakteri

Klamidia

Alergika

Gatal

Minimal

Minimal

Minimal

Hebat

Hiperemia

Generalisata

Generalisata

Generalisata

Generalisata

Mata berair

Banyak

Sedang

Sedang

Minimal

Eksudasi

Minimal

Banyak

Banyak

Minimal

Adenopati
preaurikular

Sering

Jarang

Hanya sering
pada
konjungtivits
inklusi

Tak ada

Pada kerokan
dan eksudat
yang dipulas

Monosit

Bakteri, PMN

PMN, sel
plasma, badan
inklusi

Eosinofil

Disertai sakit
tenggorokan dan
demam

Sesekali

Sesekali

Tak pernah

Tak pernah

Konjungtivitis Viral
Terbagi menjadi:

Konjungtivitis folikular viral akut

Demam faringokonjungtival

Keratokonjungtivitis epidemika

Konjungtivitis virus herpes simpleks

Konjungtivitis penyakit newcastle

Konjungtivitis hemoragika akut

Konjungtivitis viral kronik

Blefarokonjungtivitis molluscum contagiosum

Blefarokonjungtivitis varicella-zoster

Keratokonjungtivitis campak

Demam
Faringokonjungtival

Lebih sering pada anak-anak dan mudah menular di


kolam renang berklor rendah.

Disebabkan oleh adenovirus tipe 3, 4 dan 7.

Gejala:

Demam 38,3o 40o C

Sakit tenggorokan

Konjungtivitis folikular pada satu atau dua mata

Limfadenitis preaurikuler (tidak sakit) -> merupakan tanda


khas

Tidak ada terapi spesifik, umumnya sembuh sendiri


dalam 10 hari.

Demam
Faringokonjungtival
Folikel

Keratokonjungtivitis
Epidemika
Umumnya bilateral. Awalnya sering pada satu

mata saja, dan biasanya mata pertama lebih


parah.
Disebabkan oleh adenovirus 8, 19, 29 dan 37.
Masa inkubasi 8-9 hari dan masa infeksius 14 hari.
Sering

terjadi transmisi nosokomial selama


pemeriksaan mata melalui jari-jari tangan dokter,
alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril,
atau pemakaian larutan yang terkontaminasi.

Keratokonjungtivitis
Epidemika
Gejala:

Injeksi konjungtiva

Nyeri sedang

Berair mata

Fotofobia

Keratitis epitel

Nodus preaurikular dengan nyeri tekan

Edema palpebra

Perdarahan subkonjungtiva sering muncul dalam 48 jam

Pseudomembran dan mungkin diikuti parut datar atau


simblefaron

Keratokonjungtivitis
Epidemika

Berlangsung paling lama 3-4 minggu.

Keratokonjungtivitis pada orang dewasa terbatas di


bagian luar mata, tetapi pada anak-anak mungkin
terdapat gejala-gejala sistemik infeksi virus, seperti
demam, sakit tenggorokan, otitis media, dan diare.

Belum ada terapi yang spesifik, tetapi kompres


dingin dapat mengurangi gejala dan diberikan
antibakteri jika terdapat superinfeksi bakterial.

Konjungtivitis Virus Herpes


Simpleks
Biasanya mengenai anak kecil.
Virus herpes tipe 1 merupakan penyebab hampir

seluruh kasus mata; tipe 2 adalah penyebab


umum pada neonatus dan langka pada dewasa.
Terjadi pada infeksi primer HSV atau saat episode

kambuh herpes mata.

Konjungtivitis Virus Herpes


Simpleks

Gejala:

Injeksi unilateral

Iritasi

Sekret mukosa

Nyeri

Fotofobia ringan

Vesikel di palpebra dan tepian palepbra

Edema palpebra hebat

Nodus preaurikuler kecil yang nyeri tekan -> khas

Terapi dilakukan dengan pemberian antivirus topikal atau


sistemik untuk mencegah terkenanya kornea.

Konjungtivitis Penyakit
Newcastle

Merupakan penyakit yang jarang didapat, biasanya terjadi di


antara pekerja peternakan unggas yang menangani burung
yang sakit atau di antara dokter hewan atau petugas
laboratorium yang bekerja dengan virus atau vaksin hidup.

Gejala:

Sakit pada mata

Gatal

Mata berair

Penglihatan kabur
Fotofobia

Penyakit ini sembuh sendiri dalam jangka waktu 1 minggu.

Konjungtivitis Hemoragika
Akut
Disebabkan oleh enterovirus tipe 70 dan

coxsackievirus A24.
Virus ini ditularkan melalui kontak erat dari orang

ke orang dan oleh benda penular seperti seprai,


alat-alat optik yang terkontaminasi, dan air.
Gejala dan tanda:

Nyeri

Kemerahan

Fotofobia
Edema palpebra
Sensasi benda asing
Perdarahan subkonjungtiva

Banyak mengeluarkan air mata

Konjungtivitis Hemoragika
Akut
Penyembuhan terjadi terjadi dalam 5-7 hari dan

tidak ada pengobatan yang pasti.


Pengobatan antibiotika spektrum luas,

sulfasetamid dapat dipergunakan untuk mencegah


infeksi sekunder.

Blefarokonjungtivitis
Molluscum Contagiosum
Menimbulkan sebuah nodul molluscum pada

tepian atau kulit palpebra dan alis mata.


Lesi bulat, berombak, putih mutiara, non

inflamatorik dengan bagian pusat yang melekuk


khas untuk moluscum contagiosum.
Terapi: eksisi, insisi sederhana pada nodul atau

krioterapi.

Blefarokonjungtivitis
Varicella-Zoster
Ciri khasnya adalah hiperemia dan konjungtivitis infiltratif

disertai dengan erupsi vesikular yang khas di sepanjang


penyebaran dermatom nervus trigeminus cabang oftalmik.
KGB preaurikular yang nyeri tekan juga muncul pada awal

penyakit.
Lesi palpebra pada varicella, yang mirip lesi kulit di tempat

lain, mungkin timbul di kedua palpebra atau tepian palpebra.


Terapi: Acyclovir oral dosis tinggi (800 mg per oral lima kali

sehari selama 10 hari) diberikan di awal perjalanan penyakit.

Blefarokonjungtivitis
Varicella-Zoster

Keratokonjungtivitis
Campak
Enantema khas campak sering kali mendahului erupsi

kulit.
Pada tahap awal, tampilan konjungtiva mirip kaca yang

aneh, yang dalam beberapa hari diikuti oleh


pembengkakan plica semilunaris (tanda Meyer).
Beberapa hari sebelum erupsi kulit, timbul konjungtivitis

eksudatif dengan sekret mukopurulen; dan saat muncul


erupsi kulit, timbul bercak-bercak Koplik pada
konjungtiva dan terkadang pada caranculus.
Tidak ada terapi yang spesifik.

Tatalaksana

Suportif:

Kompres dingin

Tetes mata artifisial

Steroid topikal untuk meredakan peradangan

Antibiotik topikal

Pemberian edukasi kepada pasien agar menjaga

kebersihan diri.

PEMBAHASAN

Teori

Temuan pada pasien

Definisi

Radang pada
konjungtiva yang
disebabkan oleh virus

Manifestasi
Klinis

Sensasi benda asing Terasa seperti ada


Sensasi tergores
yang mengganjal di
atau terbakar
mata sebelah kiri
Sensasi penuh di
Gatal
Mata kiri banyak
sekeliling mata
Gatal
mengeluarkan air
Fotofobia
mata
Kelopak mata kiri
bengkak

Tatalaksana

Kompres dingin
Tetes mata artifisial
Steroid topikal
untuk meredakan
peradangan
Antibiotik topikal

Kompres dingin
Menjaga kebersihan
dengan cuci tangan
Tobramycine 3 mg/ml
dan Dexamethasone 1
mg/ml eye drops 4 dd
gtt 1 OS

TERIMA KASIH

Konjungtivitis Bakteri
Terbagi menjadi 2, yaitu:

Akut:

Biasanya jinak dan dapat sembuh sendiri


Berlangsung kurang dari 14 hari
Terdiri dari 2 jenis, yaitu:

Hiperakut (purulen)

Subakut

Kronik

Konjungtivitis Bakteri

Konjungtivitis bakteri hiperakut (purulen):

Disebabkan oleh N gonorrhoeae, N kochii, N meningitidis.

Ditandai oleh eksudat purulen yang banyak.


Setiap konjungtivitis berat dengan banyak eksudat harus
segera dilakukan pemeriksaan laboratorium dan segera diobati.

Jika ditunda, bisa terjadi kerusakan kornea.

Konjungtivitis mukopurulen (catarrhal) akut:

Disebut juga sebagai pink eye.

Ditandai dengan hiperemia konjungtiva akut dan sekret


mukopurulen sedang.
Paling sering disebabkan oleh Haemophilus aegyptus dan
Streptococcus pneumoniae

Konjungtivitis Bakteri
Konjungtivitis subakut:

Paling sering disebabkan oleh H Influenzae dan


terkadang oleh Eschericia coli dan spesies proteus.

Infeksi H influenzae ditandai dengan eksudat tipis,


berair, atau berawan.

Konjungtivitis bakteri kronik:

Terjadi pada pasien dengan obstruksi ductus


nasolacrimalis dan dakriosistitis kronik.

Biasanya unilateral.

Konjungtivitis Bakteri
Temuan laboratorium:

Organisme penyebabnya dapat diidentifikasi dengan


pemeriksaan mikroskopik kerokan konjungtiva yang
dipulas dengan pulasan Gram atau Giemsa.

Menampilkan banyak neutrofil polimorfonuklear.

Pemeriksaan diharuskan jika penyakitnya purulen,


bermembran atau berpseudomembran.

Studi sensitivitas antibiotik.

Konjungtivitis Bakteri
Terapi:

Tergantung temuan agen mikrobiologiknya.

Dapat dimulai dengan anti mikroba topikal spektrum


luas (mis., polymyxin-trimethoprim).

Pada konjungtivitis purulen dan mukopurulen, saccus


conjunctivalis harus dibilas dengan larutan saline
untuk menghilangkan sekret konjungtiva.

Konjungtivits purulen yang sugestif neisseria:

Kornea tidak terlibat: Ceftriaxone 1 g dosis tunggal IM.

Korne aterlibat: Ceftriaxone parenteral 1-2 g per hari


selama 5 hari.

Konjungtivitis Jamur

Konjungtivits Candida:

Disebabkan oleh Candida spp.

Umumnya tampak sebagai bercak putih.

Pada pasien diabetes atau pasien yang sistem imunnya


terganggu.

Terapi: Amphotericin B (3-8 mg/mL) dalam larutan air


atau krim kulit Nystatin (100.000 U/g) 4-6 kali sehari.

Konjungtivitis jamur lain

Sporothrix schenckii

Rhinosporidium seeberi

Coccidioides immitis

Konjungtivitis Parasit

Infeksi Thelazia californiensis:

Habitat alami pada mata anjing, tapi juga bisa di kucing, domba,
beruang hitam, kuda, dan rusa.

Terapi: menyingkirkan cacing dari saccus conjunctivalis dengan


forceps atau aplikator berujung kain.

Infeksi Loa loa:

Ditularkan melalui gigitan lalat kuda atau mangga.

Cacing dewasa bermigrasi ke palpebra, konjungtiva, atau orbita.

Diagnosis ditegakkan dengan menemukan mikrofilaria dalam


darah yang diperiksa siang hari.

Terapi: Diethylcarbamazine.

Konjungtivitis Imunologik
(Alergika)
Terbagi menjadi:

Reaksi hipersensitivitas humoral segera:

Konjungtivitis Hay Fever

Konjungtivitsi vernal

Keratokonjungtivitis atopik

Konjungtivitis papilar raksasa

Reaksi hipersensitivitas tipe lambat:

Fliktenulosis

Konjungtivitis ringan sekunder akibat blefaritis


kontak

Konjungtivitis Imunologik
(Alergika)

Konjungtivitis Hay Fever:

Radang konjungtiva non-spesifik ringan umunya menyertai


rinitis alergika.

Biasanya ada riwayat alergi terhadap tepung sari, rumput,


bulu hewan, dll.

Pasien mengeluh gatal, kemerahan, berair mata, dan sering


mengatakan matanya seakan-akan tenggelam dalam
jaringan sekitarnya.

Terapi:

Tetes vasokonstriktor-antihistamin topikal.

Kompres dingin untuk mengurangi gatal.

Konjungtivitis Imunologik
(Alergika)

Keratokonjungtivitis vernal

Disebut juga sebagai catarrh musim semi, konjungtivitis


musiman atau konjungtivitis musim kemarau.

Biasanya mulai pada tahun-tahun prapubertas dan berlangsung


selama 5-10 tahun.

Pasien mengeluh sangat gatal dengan kotoran mata berserat-serat.

Temuan klinis:

Konjungtiva tampak putih susu dan banyak papila halus di


konjungtiva tarsalis inferior.

Konjungtiva tarsalis superior sering menampakkan papila


raksasa mirip batu kali.

Terapi: Dapat sembuh sendiri. Dapat diberikan kompres dingin,


kombinasi antihistamin sebagai profilaksis.

Konjungtivitis Imunologik
(Alergika)

Keratokonjungtivitis atopik

Pada pasien dermatitis atopik.

Tanda dan gejala:

Sensasi terbakar

Pengeluaran sekret mukoid

Merah

Fotofobia

Tepian palpebra eritematosa

Konjungtiva tampak putih seperti susu

Papila-papila halus

Timbul keratitis perifer superfisial yang ddikuti vaskularisasi


setelah eksaserbasi berulang kali

Konjungtivitis Imunologik
(Alergika)
Keratokonjungtivitis atopik

Terapi:

Obati infeksi sekunder

Terapi topikal jangka panjang dengan obat penstabil sel


mast

Antihistamin oral

NSAID, seperti Ketorolac dan Iodoxamide

Konjungtivitis Imunologik
(Alergika)

Konjungtivitis papilar raksasa:

Tanda dan gejala mirip konjungtivitis vernal.

Pada pasien pengguna lensa kontak atau mata buatan dari


plastik.

Terapi:

Mengganti protesis mata plastik dengan kaca dan


memakali kaca mata.

Jika lensa kontak tetap harus dipakai, perlu dilakukan


perawatan lensa kontak yang baik, disinfeksi dengan
hidrogen peroksida dan pembersihan lensa kontak
secara enzimatik atau penggantian lensa kontak ke
jenis weekly-disposable atau daily-disposable.

Konjungtivitis Imunologik
(Alergika)

Konjungtivitis flikten:

Disebabkan oleh alergi terhadap bakteri atau antigen tertentu,


seperti protein dari basil tuberkel, Staphylococcus spp, Candida
albicans, Coccidioides immitis, Haemophilus aegyptus, dan
Chlamydia trachomatis serotipe L1, L2, L3.

Manifestasi klinis:

Mata berair

Iritasi dengan rasa sakit

Fotofobia dapat ringan hingga berat

Pada konjungtiva terlihat bintik putih yang dikelilingi daerah


hiperemi

Terlihat kumpulan pembuluh darah yang mengelilingi suatu


tonjolan bulat dengan warns kuning kelabu seperti mikroabses
yang biasanya terletak di dekat limbus

Konjungtivitis Imunologik
(Alergika)
Konjungtivitis flikten:

Terapi:

Steroid topikal

Midriatika bila terjadi penyulit pada kornea

Kacamata hitam karena adanya rasa silau yang sakit

Perhatikan higiene mata

Antibiotika salep ketika tidur

Air mata buatan

Dapat sembuh sendiri dalam 2 minggu.

Konjungtivitis Imunologik
(Alergika)
Konjungtivitis ringan sekunder akibat blefaritis kontak

Disebabkan oleh atropine, neomycin, antibiotik spektrum


luas, dan obat topikal lain.

Disertai konjingtivitis infiltratif ringan yang menimbulkan


hiperemia, hipertrofi papilar ringan, sekret mukoid ringan,
dan sedikit iritasi.

Terapi: Tergantung agen penyebab, kortikosteroid topikal


tetapi pemakaiannya harus dibatasi.

Anda mungkin juga menyukai