Presentan
Lady Anjani
FK UPH
07120090048
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
RS. Bhayangkara Tk. I R. S. Soekanto
Identitas Pasien
Nama
Usia
Jenis kelamin
Agama
Pekerjaan
Status Pernikahan
Suku
Pendidikan
: Tn. S
: 68 tahun
: Laki-laki
: Islam
: Pensiunan Polisi
: Menikah
: Jawa
: SMU
Alamat
: Jl. Cempaka Baru
no. 20 Jati Cempaka, Pondok Gede, Bekasi
Tanggal pemerikasaan : 11 November 2013
No RM
: 524025
Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal
11 November 2013.
Keluhan Utama
Kedua mata terasa gatal yang hilang timbul
sejak 1 bulan lalu memburuk 1 minggu
sebelum datang berobat ke Poli Mata RS Polri.
Keluhan Tambahan
Kedua mata merah, terkadang berair sejak 1
bulan yang lalu dan memburuk 1 minggu
sebelum datang ke Poli Mata RS Polri.
Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Suhu
KGB preaurikular
: Baik
: Compos mentis
: Tidak diukur
: 82 kali per menit
: 18 kali per menit
: Afebris
: tidak teraba
Pemeriksaan Oftalmologi
OD
OS
Visus
Kedudukan
Bola Mata
Ortoforia
Gerakan
Bola mata
Tekanan
Intraokuler
N/ Palpasi
N/ Palpasi
Palpebra Superior
Tenang
Tenang
OD
OS
Palpebra inferior
Tenang
Tenang
Konjungtiva tarsal
superior
Hiperemi s(++)
Hipertrofi papil (++)
Hiperemi s(+)
Hipertrofi papil (+)
Konjungtiva tarsal
inferior
Hiperemi s(++)
Edema (++)
Hiperemi s(+)
Edema (+)
Konjungtiva bulbi
Hiperemis (++)
Injeksi konjungtiva (++)
Hiperemis (+)
Injeksi konjungtiva (+)
Kornea
Jernih
Jernih
Jernih
Kedalaman sedang
Jernih
Kedalaman sedang
OD
OS
Iris
Pupil
bulat,
diameter 3 mm
bulat,
diameter 3 mm
Refleks cahaya
Langsung (+)
Tidak langsung (+)
Langsung (+)
Tidak langsung (+)
Lensa
Jernih
Jernih
Foto
Foto
Foto
Resume
Pasien laki-laki berusia 68 tahun datang ke Poli
Mata RS Polri pada tanggal 11 November 2013
dengan keluhan utama gatal yang hilang
timbul pada kedua mata sejak sejak 1 bulan
lalu memburuk 1 minggu sebelum datang
berobat ke Poli Mata RS Polri. Pasien juga
merasakan rasa gatal pada kedua mata
disertai dengan kemerahan dan terkadang
berair.
Resume (2)
Keluhan muncul terutama saat mata terkena
keringat, air sabun, dan debu saat
membersihkan rumah. Untuk menghilangkan
rasa gatal, pasien menggunakan tissue dan
obat tetes mata dari dokter spesialis mata
(tidak diketahui isinya).
Pasien menyangkal adanya kotoran pada
kedua mata saat bangun tidur dan tidak terasa
lengket.
Resume (3)
Tidak ada gangguan tajam penglihatan pada
pasien, namun pasien memang sudah memakai
kacamata.
Pasien memiliki riwayat bersin di pagi hari,
memiliki riwayat asma dari kakek, namun tidak
ada riwayat alergi obat ataupun makanan.
Resume (4)
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan visus
OD 5/30 S+1.00 C-2.00 X705/5 ADD S+2.75
JI dan visus OS 5/60 S+1.50 C-3.00 X905/5
ADD S+2.75JI.
Konjungtiva tarsal superior ODS : hiperemis (+),
hipertrofi papil (+). (OD lebih parah daripada
OS)
Konjungtiva tarsal inferior ODS : hiperemis (+),
edema (+). (OD lebih parah daripada OS)
Resume (5)
Konjungtiva bulbi ODS : hiperemis (+), injeksi
konjungtiva (+). (OD lebih parah daripada OS)
Pemeriksaan oftalmologi lainnya dalam batas
normal.
Pasien pernah menderita hal yang sama tahun
2012 dan berobat ke dokter. Namun sering
kambuh.
Diagnosis Kerja
Konjungtivitis alergika
Penatalaksanaan
Dextamin (Dexamethasone (micronized) 500
mcg, Dexchlorpheniramine Maleate 2 mg) 2
tab x 2 per hari.
Cendo xitrol (Dexamethasone 1 mg/mL,
Neomycin Sulfat 3.5 mg/mL, Polymyxin B
Sulfat 10.000 IU/mL) 4 tetes per hari untuk
kedua mata.
Conver 2% (Sodium Chromoglycate 20 mg/mL)
3 tetes per hari untuk kedua mata.
Edukasi
Memakai kacamata terutama saat beraktivitas
membersihkan rumah.
Dilarang menggosok mata dengan tangan.
Segera cuci tangan dengan sabun setelah
kontak dengan mata, terutama sebelum dan
sesudah membersihkan mata dan memakai
obat.
Prognosis
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanactionam
: Bonam
: Bonam
: Dubia ad bonam
Tinjauan Pustaka
Konjungtiva membran mukosa yang
transparan dan tipis yang membungkus
permukaan
posterior
kelopak
mata
(Konjungtiva palpebralis) dan permukaan
anterior sklera (Konjungtiva bulbaris).
Konjungtivitis
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva
atau radang selaput lendir yang menutupi
belakang kelopak dan bola mata, dalam
bentuk akut maupun kronis.
Patofisiologi
Jika konjungtiva terpapar agen infeksi, maka
akan timbul perlawanan dengan:
Film air mata : unsur berairnya mengencerkan
materi infeksi.
Air mata : mengandung substansi antimikroba,
termasuk lisozim dan antibodi (IgG dan IgA).
Mukus : untuk menangkap debris.
Pompa palpebra : menghanyutkan air mata ke
duktus air mata.
Gejala
Sensasi benda asing
Sensasi tergores atau terbakar
Sensasi penuh di sekeliling mata
Gatal
Fotofobia
Penyebab
Infeksi :
Bakteri
Klamidia
Viral
Rickettsia
Jamur
Parasitik
Non Infeksi :
Alergi
Kimia atau Iritatif
Etiologi tidak
diketahui
Berkaitan dengan
penyakit sistemik
Klasifikasi
Konjungtivitis hiperakut.
Konjungtivitis neonatorum.
Konjungtivitis gonore dewasa.
Konjuntivitis akut.
Konjungtivitis kataralis akut / bakteri.
Konjuntivitis iklusi pada neonatus.
Konjuntivitis iklusi pada dewasa.
Demam faringokonjungtivitis.
Keratokonjungtivitis epidemi.
Konjungtivitis hemoragik akut.
Keratokonjungtivitis herpes simplex
Konjungtivitis new castle.
Konjungtivitis klamidia lain.
Konjungtivitis kronis.
Konjngtivitis folikularis kronik.
Trakoma
Non trakoma (konjungtivitis inklusi kronik, folikular
toksik, virus lain)
Gejala Klinis
Sensasi benda asing (sensasi tergores, panas,
penuh di sekitar mata, gatal, mata berair).
Hiperemia : tanda konjungtivitis akut,
kemerahan nyata pada forniks dan mengurang
ke arah limbus (dilatasi pembuluh konjungtiva
posterior (injeksi konjungtiva)).
Merah terang / pink eye : konjungtivitis bakterial.
Keputihan mirip susu : konjungtivitis alergika.
Fotofobia.
Jika ada sakit, pertanda kornea terkena.
Eksudasi (ciri semua konjungtivitis akut).
Pada konjungtivitis bakterial => eksudatnya
berlapis-lapis dan amorf (tidak berbentuk).
Pada konjungtivitis alergika => eksudatnya
berserabut.
Granuloma
Plikten : merupakan reaksi hipersensitif
terhadap mikroba.
Adenopati pre-aurikuler, nyeri tekan.
Simblefaron (perlekatan antara konjungtiva
palpebra dan konjungtiva bulbi) dan
ankiloblefaron (fusi antara palpebra satu
dengan yang lain).
Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium (penunjang):
Pulasan : gram, giemsa, KOH.
Kultur.
Tes sensitivitas.
Diagnosis Banding
Variabel
Virus
Bakteri
Purulen
Nonpurulen
Fungus
dan
Parasit
Alergi
Sekret
Sedikit
Banyak
Sedikit
Sedikit
Sedikit
Air mata
Banyak
Sedang
Sedang
Sedikit
Sedang
Gatal
Sedikit
Sedikit
Hebat
injeksi
Umum
Umum
Lokal
Lokal
Umum
Nodul preaurikular
Sering
Jarang
Sering
Sering
Pewarnaan
Usapan
Monosit,
limfosit
Bakteri,
PMN
Bakteri, PMN
Biasanya
negatif
Eosinofil
Sakit
tenggorokan
dan panas
yang
menyertai
Kadang
Kadang
Tanda
Bakterial
Viral
Alergik
Toksik
TRIC
Injeksi
konjungtiva
Mencolok
Sedang
Ringansedang
Ringansedang
Sedang
hemoragi
Kemosis
++
+/-
++
+/-
+/-
Eksudat
Purulen /
mukopurule
n
Jarang, air
Berserabut
(lengket)
putih
Berserabut
(lengket)
Pseudomem
bran
+/-
+/-
Papil
+/-
+/-
Folikel
+(medikasi)
Tanda
Bakterial
Viral
Alergik
Toksik
TRIC
Nodus
++
+/-
Preaurikular
panus
- (kecuali
vernal)
Konjungtivitis Bakteri
1. Konjungtivitis bakteri hiperakut (purulen)
Onset : kurang dari 24 jam.
Penyebab : Neisseria gonorrhoeae
Penularan : pada orang dewasa, organisme
ditularkan dari alat kelamin ke tangan dan
kemudian ke mata atau secara langsung dari
kelamin ke mata. Pada neonatus infeksi
konjungtiva terjadi pada saat berada pada
jalan lahir.
Manifestasi Klinis :
Pada dewasa : injeksi konjungtiva berat, edema
palpebra, keluarnya sekret purulen berlebihan,
kemosis, rasa tidak nyaman atau nyeri dan kadang
terdapat preauricular lymphadenopati.
Pada neonatus : sekret kuning kental dan purulen
dengan masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari,
disertai perdarahan sub konjungtiva dan kemosis.
Terapi :
Pasien dirawat/isolasi
Antibiotik sistemik pada bayi
50.000U/kgBB/hari selama 7 hari.
penisilin
2.
Manifestasi Klinis :
Hiperemi Konjungtiva
Edema kelopak dengan kornea yang jernih
Mata terasa mengganjal dan fotofobia.
Kemosis : pembengkakan konjungtiva.
Mukopurulen atau Purulen.
Terapi :
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh
sendiri dalam waktu 3 minggu.
Terapi tergantung temuan agen mikrobiologiknya.
Prinsip terapi dengan obat topikal spektrum luas.
Pada 24 jam pertama obat diteteskan tiap 2 jam
kemudian pada hari berikutnya diberikan 4 kali
sehari selama 1 minggu. Pada malam harinya
diberikan salep mata untuk mencegah belekan di
pagi hari dan mempercepat penyembuhan.
Konjungtivitis Klamidia
1. Trakoma
Onset : masa inkubasi 7 hari namun bervariasi
dari 5-14 hari.
Penyebab : Chlamydia trachomatis
Sering terjadi pada komunitas padat penduduk
dengan higenitas sanitasi yang kurang dan kurang
air bersih, menyebar melalui kontak langsung
atau benda yang tercemar, umumnya dari
anggota keluarga yang terkena (saudara atau
orang tua). Bersifat bilateral.
Stadium insipien.
Stadium established.
Stadium parut.
Stadium sembuh.
Manifestasi Klinis :
Mirip konjungtivitis bakteri seperti mata berair,
fotofobia, nyeri, eksudasi, edema palpebra, kemosis
konjungtiva bulbi, hiperemia, hipertropi papiler, folikel
tarsal dan limbus.
2. Konjungtivitis inklusi
Merupakan penyakit okulogenital karena
infeksi klamidia, yang merupakan penyakit
kelamin (uretra, prostat, serviks, dan epitel
rektum), di mana kuman dapat menetap
beberapa tahun sehingga mudah terjadi
infeksi ulang.
Pada neonatus ditularkan melalui jalan lahir.
Masa inkubasi 5-10 hari.
2. Keratokonjungtivitis Epidemika
Disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29, dan 37.
Penularan : Transmisi nosokomial selama pemeriksaan
mata sangat sering terjadi melalui jari-jari tangan
dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril,
atau pemakaian larutan yang terkontaminasi.
3. Konjungtivitis herpetik
Biasanya pada anak kecil, ditandai pelebaran pembuluh
darah unilateral, iritasi, kotoran mata mukoid, sakit,
dan fotofobia ringan.
Pada kornea tampak lesi-lesi epithelial tersendiri yang
umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkusulkus epithelial yang bercabang banyak (dendritik).
Vesikel herpes kadang-kadang muncul di palpebra dan
tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra.
Khas terdapat sebuah nodus preaurikuler yang terasa
nyeri jika ditekan.
Konjungtivitis Virus
Konjungtivitis flikten
Reaksi hipersensitivitas tipe IV.
Konjungtivitis iatrogenik
Akibat pengobatan yang diberikan dokter.
Konjungtivitis atopik
Reaksi alergi konjungtiva terhadap polen, disertai
demam. Mata berair, bengkak, dan belek berisi
eosinofil.
Tatalaksana Konjungtivitis
Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi
tergantung pada penyebabnya, terapi dapat
meliputi antibiotika sistemik atau topikal, bahan
anti inflamasi, irigasi mata, pembersihan kelopak
mata atau kompres hangat.
Bila
konjungtivitis
disebabkan
oleh
mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana
cara menghindari kontaminasi mata yang sehat
atau mata orang lain.
Komplikasi
Jaringan parut pada konjungtiva
Kerusakan duktus kelenjar lakrimal
Parut dapat juga mengubah bentuk palpebra
superior dengan membalik bulu mata ke
dalam sehingga menggesek kornea
komplikasi lanjut : ulkus.
Prognosis
Bila ditangani dengan cepat dan dapat
menghindarkan komplikasi serta penularan
terutama pada infeksi mikroorganisme, maka
prognosisnya akan baik.
Pembahasan
Pasien
Sedikit
sedikit
Hebat
Tidak ada
Tidak ada
TERIMA KASIH