Anda di halaman 1dari 83

Presentasi Kasus

Ilmu Penyakit Mata


Pembimbing:
Dr. Agah Gadjali, Sp. M
Dr. Gartati Ismail, Sp. M
Dr. Hermansyah, Sp. M
Dr. Mustafa, Sp. M
Dr. Henry A.W, Sp. M

Presentan
Lady Anjani
FK UPH
07120090048
Kepaniteraan Klinik Ilmu Penyakit Mata
Fakultas Kedokteran Universitas Pelita Harapan
RS. Bhayangkara Tk. I R. S. Soekanto

Identitas Pasien

Nama
Usia
Jenis kelamin
Agama
Pekerjaan
Status Pernikahan
Suku
Pendidikan

: Tn. S
: 68 tahun
: Laki-laki
: Islam
: Pensiunan Polisi
: Menikah
: Jawa
: SMU

Alamat
: Jl. Cempaka Baru
no. 20 Jati Cempaka, Pondok Gede, Bekasi
Tanggal pemerikasaan : 11 November 2013
No RM
: 524025

Anamnesis
Dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal
11 November 2013.

Keluhan Utama
Kedua mata terasa gatal yang hilang timbul
sejak 1 bulan lalu memburuk 1 minggu
sebelum datang berobat ke Poli Mata RS Polri.

Keluhan Tambahan
Kedua mata merah, terkadang berair sejak 1
bulan yang lalu dan memburuk 1 minggu
sebelum datang ke Poli Mata RS Polri.

Riwayat Penyakit Sekarang


Pasien datang ke Poli Mata RS Polri dengan
keluhan utama kedua mata terasa gatal sejak
1 minggu yang lalu.
Keluhan ini sudah dialami pasien sejak satu
bulan yang lalu namun hilang timbul dan
dirasakan makin gatal seminggu sebelum
datang ke Poli Mata.

Riwayat Penyakit Sekarang (2)


Rasa gatal disertai dengan kedua mata yang
merah dan terkadang berair sejak 1 bulan
yang lalu namun memburuk 1 minggu yang
lalu.
Keluhan tersebut muncul terutama saat mata
terkena keringat, air sabun, dan debu saat
membersihkan rumah.

Riwayat Penyakit Sekarang (3)


Untuk menghilangkan rasa gatal, pasien
mengaku mengelap matanya menggunakan
tissue dan obat tetes mata dari dokter spesialis
mata (tidak diketahui isinya).
Pasien menyangkal adanya kotoran pada kedua
mata saat bangun tidur dan tidak terasa lengket.
Keluhan silau pada siang hari, nyeri dan adanya
benjolan pada mata disangkal oleh pasien.

Riwayat Penyakit Sekarang (4)


Tidak ada keluhan pandangan berawan, selaput
yang menutupi mata, bayangan di sekitar
lampu.
Pasien sebelumnya sudah menggunakan
kacamata dan keluhan ini tidak mengganggu
tajam penglihatan.
Pasien mengaku tahun 2012 pernah berobat ke
dokter dengan keluhan yang sama.

Riwayat Penyakit Dahulu


Pasien pernah mengalami gejala serupa tahun
2012 dan berobat ke dokter. Gejala hilang
namun sering kambuh.
Riwayat darah tinggi disangkal.
Riwayat kencing manis disangkal.
Riwayat penyakit mata disangkal.
Riwayat operasi pada mata disangkal.

Riwayat Penyakit Dahulu


Riwayat trauma disangkal.
Riwayan paparan bahan kimia pada mata
disangkal.
Riwayat asma, alergi obat atau makanan
disangkal.
Pasien memiliki riwayat bersin di pagi hari.

Riwayat Penyakit Keluarga


Tidak ada anggota keluarga yang mengalami
keluhan serupa.
Kakek pasien dan anak kandung pasien
memiliki riwayat sakit asma.
Riwayat darah tinggi dan kencing manis
disangkal.

Pemeriksaan Fisik
Status Generalis
Keadaan umum
Kesadaran
Tanda-Tanda Vital
Tekanan darah
Nadi
Respirasi
Suhu
KGB preaurikular

: Baik
: Compos mentis
: Tidak diukur
: 82 kali per menit
: 18 kali per menit
: Afebris
: tidak teraba

Pemeriksaan Oftalmologi
OD

OS

Visus

5/30 S+1.00 C-2.00 X705/5 5/60 S+1.50 C-3.00 X905/5


ADD S+2.75 JI
ADD S+2.75JI

Kedudukan
Bola Mata

Ortoforia

Gerakan
Bola mata

Baik ke segala arah

Baik ke segala arah

Tekanan
Intraokuler

N/ Palpasi

N/ Palpasi

Palpebra Superior

Tenang

Tenang

OD

OS

Palpebra inferior

Tenang

Tenang

Konjungtiva tarsal
superior

Hiperemi s(++)
Hipertrofi papil (++)

Hiperemi s(+)
Hipertrofi papil (+)

Konjungtiva tarsal
inferior

Hiperemi s(++)
Edema (++)

Hiperemi s(+)
Edema (+)

Konjungtiva bulbi

Hiperemis (++)
Injeksi konjungtiva (++)

Hiperemis (+)
Injeksi konjungtiva (+)

Kornea

Jernih

Jernih

Bilik mata depan

Jernih
Kedalaman sedang

Jernih
Kedalaman sedang

OD

OS

Iris

Warna coklat tua


Radier (+)
Kripta (+)

Warna coklat tua


Radier (+)
Kripta (+)

Pupil

bulat,
diameter 3 mm

bulat,
diameter 3 mm

Refleks cahaya

Langsung (+)
Tidak langsung (+)

Langsung (+)
Tidak langsung (+)

Lensa

Jernih

Jernih

Foto

Foto

Konjungtiva tarsal superior :


hiperemi s(+), hipertrofi papil (+)

Foto

Konjungtiva tarsal inferior :


hiperemis(+), edema (+)

Resume
Pasien laki-laki berusia 68 tahun datang ke Poli
Mata RS Polri pada tanggal 11 November 2013
dengan keluhan utama gatal yang hilang
timbul pada kedua mata sejak sejak 1 bulan
lalu memburuk 1 minggu sebelum datang
berobat ke Poli Mata RS Polri. Pasien juga
merasakan rasa gatal pada kedua mata
disertai dengan kemerahan dan terkadang
berair.

Resume (2)
Keluhan muncul terutama saat mata terkena
keringat, air sabun, dan debu saat
membersihkan rumah. Untuk menghilangkan
rasa gatal, pasien menggunakan tissue dan
obat tetes mata dari dokter spesialis mata
(tidak diketahui isinya).
Pasien menyangkal adanya kotoran pada
kedua mata saat bangun tidur dan tidak terasa
lengket.

Resume (3)
Tidak ada gangguan tajam penglihatan pada
pasien, namun pasien memang sudah memakai
kacamata.
Pasien memiliki riwayat bersin di pagi hari,
memiliki riwayat asma dari kakek, namun tidak
ada riwayat alergi obat ataupun makanan.

Resume (4)
Pada pemeriksaan oftalmologi didapatkan visus
OD 5/30 S+1.00 C-2.00 X705/5 ADD S+2.75
JI dan visus OS 5/60 S+1.50 C-3.00 X905/5
ADD S+2.75JI.
Konjungtiva tarsal superior ODS : hiperemis (+),
hipertrofi papil (+). (OD lebih parah daripada
OS)
Konjungtiva tarsal inferior ODS : hiperemis (+),
edema (+). (OD lebih parah daripada OS)

Resume (5)
Konjungtiva bulbi ODS : hiperemis (+), injeksi
konjungtiva (+). (OD lebih parah daripada OS)
Pemeriksaan oftalmologi lainnya dalam batas
normal.
Pasien pernah menderita hal yang sama tahun
2012 dan berobat ke dokter. Namun sering
kambuh.

Diagnosis Kerja
Konjungtivitis alergika

Saran Pemeriksaan Penunjang


Pemeriksaan pewarnaan apusan

Penatalaksanaan
Dextamin (Dexamethasone (micronized) 500
mcg, Dexchlorpheniramine Maleate 2 mg) 2
tab x 2 per hari.
Cendo xitrol (Dexamethasone 1 mg/mL,
Neomycin Sulfat 3.5 mg/mL, Polymyxin B
Sulfat 10.000 IU/mL) 4 tetes per hari untuk
kedua mata.
Conver 2% (Sodium Chromoglycate 20 mg/mL)
3 tetes per hari untuk kedua mata.

Edukasi
Memakai kacamata terutama saat beraktivitas
membersihkan rumah.
Dilarang menggosok mata dengan tangan.
Segera cuci tangan dengan sabun setelah
kontak dengan mata, terutama sebelum dan
sesudah membersihkan mata dan memakai
obat.

Prognosis
Quo ad vitam
Quo ad functionam
Quo ad sanactionam

: Bonam
: Bonam
: Dubia ad bonam

Tinjauan Pustaka
Konjungtiva membran mukosa yang
transparan dan tipis yang membungkus
permukaan
posterior
kelopak
mata
(Konjungtiva palpebralis) dan permukaan
anterior sklera (Konjungtiva bulbaris).

Anatomi Mata (Anterior)

Pendarahan dan persyarafan :


Arteri A. Ciliaris anterior dan A. Palpebralis
Menerima Persyarafan dari percabangan pertama
nervus V

Konjungtivitis
Konjungtivitis merupakan radang konjungtiva
atau radang selaput lendir yang menutupi
belakang kelopak dan bola mata, dalam
bentuk akut maupun kronis.

Patofisiologi
Jika konjungtiva terpapar agen infeksi, maka
akan timbul perlawanan dengan:
Film air mata : unsur berairnya mengencerkan
materi infeksi.
Air mata : mengandung substansi antimikroba,
termasuk lisozim dan antibodi (IgG dan IgA).
Mukus : untuk menangkap debris.
Pompa palpebra : menghanyutkan air mata ke
duktus air mata.

Agen perusak mengakibatkan kerusakan epitel


konjungtiva, serta dapat membuat edema
epitel, kematian sel dan eksfoliasi, hipertrofi
epitel, atau granuloma.
Edema juga dapat terjadi pada stroma
konjungtiva (kemosis) dan hipertrofi lapis
limfoid stroma (pembentukan folikel).

Sel radang (neutrofil, eosinofil, basofil,


limfosit, dan sel plasma) bermigrasi dari
stroma konjungtiva melalui epitel permukaan,
kemudian bergabung dengan fibrin dan mukus
sel goblet membentuk eksudat konjungtiva
yang mengakibatkan perlengketan palpebra,
terutama pada pagi hari.

Pada konjungtivitis alergi, eosinofil dan basofil


sering ditemukan dalam biopsi konjungtiva.

Gejala
Sensasi benda asing
Sensasi tergores atau terbakar
Sensasi penuh di sekeliling mata
Gatal
Fotofobia

Tanda tanda Konjungtivitis


Hiperemia dilatasi pembuluh darah konjungtiva
Epifora (mata berair) akibat adanya sensasi
benda asing, sensasi rasa gatal.
Eksudat
Pseudoptosis pada konjungtivitis berat terjadi
infiltrasi pada otot Muller
Hipertrofi papiler karena eksudat radang yang
mengumpul diantara serabut-serabut konjungtiva.

Tanda tanda Konjungtivitis


Kemosis (pada konjungtiva)
Folikel Hiperplasia limfoid lokal dalam lapisan
limfoid konjungtiva
Pseudomembran dan membran karena proses
eksudatif
Limfadenopati preaurikuler

Penyebab
Infeksi :
Bakteri
Klamidia
Viral
Rickettsia
Jamur
Parasitik

Non Infeksi :
Alergi
Kimia atau Iritatif
Etiologi tidak
diketahui
Berkaitan dengan
penyakit sistemik

Klasifikasi
Konjungtivitis hiperakut.
Konjungtivitis neonatorum.
Konjungtivitis gonore dewasa.

Konjuntivitis akut.
Konjungtivitis kataralis akut / bakteri.
Konjuntivitis iklusi pada neonatus.
Konjuntivitis iklusi pada dewasa.

Konjungtivitis folikular akut.

Demam faringokonjungtivitis.
Keratokonjungtivitis epidemi.
Konjungtivitis hemoragik akut.
Keratokonjungtivitis herpes simplex
Konjungtivitis new castle.
Konjungtivitis klamidia lain.

Konjungtivitis kronis.
Konjngtivitis folikularis kronik.
Trakoma
Non trakoma (konjungtivitis inklusi kronik, folikular
toksik, virus lain)

Konjungtivitis bakterial kronik (S. aureus ; sifilis ;


TB).

Gejala Klinis
Sensasi benda asing (sensasi tergores, panas,
penuh di sekitar mata, gatal, mata berair).
Hiperemia : tanda konjungtivitis akut,
kemerahan nyata pada forniks dan mengurang
ke arah limbus (dilatasi pembuluh konjungtiva
posterior (injeksi konjungtiva)).
Merah terang / pink eye : konjungtivitis bakterial.
Keputihan mirip susu : konjungtivitis alergika.

Hiperemia tanpa infiltrasi sel : iritasi oleh


penyebab fisik seperti angin, matahari, asap, dll.

Fotofobia.
Jika ada sakit, pertanda kornea terkena.
Eksudasi (ciri semua konjungtivitis akut).
Pada konjungtivitis bakterial => eksudatnya
berlapis-lapis dan amorf (tidak berbentuk).
Pada konjungtivitis alergika => eksudatnya
berserabut.

Eksudat yang menyebabkan perlengketan


palpebra (terutama saat bangun tidur)
kemungkunan disebabkan oleh bakteri atau
klamidia.
Sekret pada mata (serosa akibat virus,
mukosa dan purulen akibat bakteri).
Pseudoptosis: turunnya palpebra superior
karena infiltrasi ke muskulus Muller. Terdapat
pada konjungtivitis berat seperti trakoma.

Hipertrofi papila : reaksi konjungtiva non-spesifik


karena konjungtiva terikat pada tarsus / limbus di
bawahnya oleh serabut halus. Pada penyakit
yang mengalami nekrosis (trakoma), eksudat
dapat digantikan jaringan granulasi / jaringan
ikat.
Papil merah : akibat bakteri atau klamidia.
Papil besar poligonal (tarsus) : keratokonjungtivitis
vernal.
Papil pada inferior : keratokonjungtivitis atopik.

Kemosis : indikasikan konjungtivitis alergika,


namun juga dapat pada konjungtivitis gonokok /
meningokok akut, dan adenovirus. Dapat juga
muncul sebelum ada infiltral atau eksudat.
Folikel (hiperplasia limfoid lokal berupa struktur
kelabu / putih yang avaskuler dan bulat) : banyak
pada konjungtivitis virus.
Pseudomembran dan membran.

Granuloma
Plikten : merupakan reaksi hipersensitif
terhadap mikroba.
Adenopati pre-aurikuler, nyeri tekan.
Simblefaron (perlekatan antara konjungtiva
palpebra dan konjungtiva bulbi) dan
ankiloblefaron (fusi antara palpebra satu
dengan yang lain).

Diagnosis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik.
Pemeriksaan laboratorium (penunjang):
Pulasan : gram, giemsa, KOH.
Kultur.
Tes sensitivitas.

Diagnosis Banding
Variabel

Virus

Bakteri
Purulen

Nonpurulen

Fungus
dan
Parasit

Alergi

Sekret

Sedikit

Banyak

Sedikit

Sedikit

Sedikit

Air mata

Banyak

Sedang

Sedang

Sedikit

Sedang

Gatal

Sedikit

Sedikit

Hebat

injeksi

Umum

Umum

Lokal

Lokal

Umum

Nodul preaurikular

Sering

Jarang

Sering

Sering

Pewarnaan
Usapan

Monosit,
limfosit

Bakteri,
PMN

Bakteri, PMN

Biasanya
negatif

Eosinofil

Sakit
tenggorokan
dan panas
yang
menyertai

Kadang

Kadang

Tanda

Bakterial

Viral

Alergik

Toksik

TRIC

Injeksi
konjungtiva

Mencolok

Sedang

Ringansedang

Ringansedang

Sedang

hemoragi

Kemosis

++

+/-

++

+/-

+/-

Eksudat

Purulen /
mukopurule
n

Jarang, air

Berserabut
(lengket)
putih

Berserabut
(lengket)

Pseudomem
bran

+/-

+/-

Papil

+/-

+/-

Folikel

+(medikasi)

Tanda

Bakterial

Viral

Alergik

Toksik

TRIC

Nodus

++

+/-

Preaurikular
panus

- (kecuali
vernal)

Konjungtivitis Bakteri
1. Konjungtivitis bakteri hiperakut (purulen)
Onset : kurang dari 24 jam.
Penyebab : Neisseria gonorrhoeae
Penularan : pada orang dewasa, organisme
ditularkan dari alat kelamin ke tangan dan
kemudian ke mata atau secara langsung dari
kelamin ke mata. Pada neonatus infeksi
konjungtiva terjadi pada saat berada pada
jalan lahir.

Manifestasi Klinis :
Pada dewasa : injeksi konjungtiva berat, edema
palpebra, keluarnya sekret purulen berlebihan,
kemosis, rasa tidak nyaman atau nyeri dan kadang
terdapat preauricular lymphadenopati.
Pada neonatus : sekret kuning kental dan purulen
dengan masa inkubasi antara 12 jam hingga 5 hari,
disertai perdarahan sub konjungtiva dan kemosis.

Pemeriksan dan diagnosis


Pemeriksaan sekret dan pewarnaan metilen blue
dimana dapat terlihat diplokok di dalam sel
leukosit. Dengan pewarnaan gram akan terdapat
sel intraseluler atau ekstraseluler dengan sifat
gram negatif.

Terapi :
Pasien dirawat/isolasi
Antibiotik sistemik pada bayi
50.000U/kgBB/hari selama 7 hari.

penisilin

Antibiotik sistemik pada dewasa : penisilin G 4,8 juta


unit IM bagi 2 dosis atau ceftriaxone 1gr/hr IV selama
7 hari.
Sekret dibersihkan dengan kapas yang dibasahi air
hangat bersih atau dengan garam fisiologis setiap
jam dan selanjutnya diberi salep penisilin setiap
jam.
Antibiotik topikal untuk dewasa : penisilin,
ciprofloxacin, atau ofloxacin tiap jam.

Komplikasi : ulserasi dan perforasi kornea,


selain itu bisa masuk kealiran darah
menyebabkan sepsis dan meningitis.

2.

Konjungtivitis bakteri akut (mukopurulen


/catarrhal)
Onset : Terjadi secara epidemik, biasanya timbul
tiba-tiba dalam beberapa jam atau beberapa hari.
Penyebab : Streptococcus pneumoniae pada iklim
sedang dan Haemophilus aegyptius pada iklim
panas. Penyebab yang jarang terjadi adalah
Staphylococcus dan Streptococcus jenis lain.
Sering ditandai dengan sekret mukopurulen yang
mengakibatkan kelopak mata melekat terutama
pada saat bangun pagi.

Manifestasi Klinis :
Hiperemi Konjungtiva
Edema kelopak dengan kornea yang jernih
Mata terasa mengganjal dan fotofobia.
Kemosis : pembengkakan konjungtiva.
Mukopurulen atau Purulen.

Pemeriksan dan diagnosis : pemeriksaan


mikroskopik kerokan pada konjungtiva yang
dipulas dengan pewarnaan gram atau geimsa.

Terapi :
Konjungtivitis bakteri akut hampir selalu sembuh
sendiri dalam waktu 3 minggu.
Terapi tergantung temuan agen mikrobiologiknya.
Prinsip terapi dengan obat topikal spektrum luas.
Pada 24 jam pertama obat diteteskan tiap 2 jam
kemudian pada hari berikutnya diberikan 4 kali
sehari selama 1 minggu. Pada malam harinya
diberikan salep mata untuk mencegah belekan di
pagi hari dan mempercepat penyembuhan.

Komplikasi : tukak kataral marginal, konjungtivitis


stafilokokus
dapat
berlanjut
menjadi
blefarokonjungtivitis dan memasuki tahap
menahun.

3. Konjungtivitis bakteri subakut


Terjadi beberapa jam sampai beberapa hari.
Paling sering disebabkan oleh Haemophylus
influenza dan terkadang oleh E. coli dan species
proteus, sp. Ditandai dengan eksudat tipis, berair
dan berawan.

4. Konjungtivitis bakteri kronis


Konjungtivitis yang terjadi lebih dari 4 minggu.
Sering terjadi pada beberapa pasien dengan
obstruksi
duktus
nasolakrimalis
dan
dakriosistitis kronik unilateral. Biasanya
ditandai dengan merah mata dengan sekret
purulen,
umumnya
disebabkan
oleh
Staphylococcus aureus dan Chlamydia
trachomatis.

Konjungtivitis Klamidia
1. Trakoma
Onset : masa inkubasi 7 hari namun bervariasi
dari 5-14 hari.
Penyebab : Chlamydia trachomatis
Sering terjadi pada komunitas padat penduduk
dengan higenitas sanitasi yang kurang dan kurang
air bersih, menyebar melalui kontak langsung
atau benda yang tercemar, umumnya dari
anggota keluarga yang terkena (saudara atau
orang tua). Bersifat bilateral.

4 stadium menurut Mac Callan:

Stadium insipien.
Stadium established.
Stadium parut.
Stadium sembuh.

Manifestasi Klinis :
Mirip konjungtivitis bakteri seperti mata berair,
fotofobia, nyeri, eksudasi, edema palpebra, kemosis
konjungtiva bulbi, hiperemia, hipertropi papiler, folikel
tarsal dan limbus.

2. Konjungtivitis inklusi
Merupakan penyakit okulogenital karena
infeksi klamidia, yang merupakan penyakit
kelamin (uretra, prostat, serviks, dan epitel
rektum), di mana kuman dapat menetap
beberapa tahun sehingga mudah terjadi
infeksi ulang.
Pada neonatus ditularkan melalui jalan lahir.
Masa inkubasi 5-10 hari.

Konjungtivitis Folikular Virus Akut


1. Demam faringokunjungtival
Biasa disebabkan oleh adenovirus tipe 3,4,7.
Sering menyerang anak-anak, disertai demam,
faringitis, dan pembesaran kelenjar limfe preaurikuler.

2. Keratokonjungtivitis Epidemika
Disebabkan oleh adenovirus tipe 8, 19, 29, dan 37.
Penularan : Transmisi nosokomial selama pemeriksaan
mata sangat sering terjadi melalui jari-jari tangan
dokter, alat-alat pemeriksaan mata yang kurang steril,
atau pemakaian larutan yang terkontaminasi.

3. Konjungtivitis herpetik
Biasanya pada anak kecil, ditandai pelebaran pembuluh
darah unilateral, iritasi, kotoran mata mukoid, sakit,
dan fotofobia ringan.
Pada kornea tampak lesi-lesi epithelial tersendiri yang
umumnya menyatu membentuk satu ulkus atau ulkusulkus epithelial yang bercabang banyak (dendritik).
Vesikel herpes kadang-kadang muncul di palpebra dan
tepian palpebra, disertai edema hebat pada palpebra.
Khas terdapat sebuah nodus preaurikuler yang terasa
nyeri jika ditekan.

Konjungtivitis Virus Menahun


Blefarokonjungtivitis
Dapat
disebabkan
oleh
mollucum
contangiosum, varicella zoster, morbili.

Konjungtivitis Virus

Konjungtivitis Imunologik (Alergi)


Konjungtivitis vernal
Reaksi hipersentivitas tipe I.

Konjungtivitis flikten
Reaksi hipersensitivitas tipe IV.

Konjungtivitis iatrogenik
Akibat pengobatan yang diberikan dokter.

Konjungtivitis atopik
Reaksi alergi konjungtiva terhadap polen, disertai
demam. Mata berair, bengkak, dan belek berisi
eosinofil.

Konjungtivitis Kimia dan Iritatif


Akibat pemakaian obat dan efek bahan kimia.
Pada luka karena asam, sifat protein jaringan
diubah.
Alkali tidak mengubah sifat protein dan
cenderung cepat menyusup kedalam jaringan dan
menetap di dalam jaringan konjungtiva. Disini
mereka terus merusak selama berjam-jam atau
berhari-hari menyebabkan symblepharon.
Pada kejadian manapun gejala utama bahan
kimia adalah sakit, pelebaran pembuluh darah,
fotofobia, dan blefarospasme.

Tatalaksana Konjungtivitis
Konjungtivitis biasanya hilang sendiri. Tapi
tergantung pada penyebabnya, terapi dapat
meliputi antibiotika sistemik atau topikal, bahan
anti inflamasi, irigasi mata, pembersihan kelopak
mata atau kompres hangat.
Bila
konjungtivitis
disebabkan
oleh
mikroorganisme, pasien harus diajari bagaimana
cara menghindari kontaminasi mata yang sehat
atau mata orang lain.

Instruksikan kepada pasien untuk tidak


menggosok mata yang sakit kemudian
menyentuh mata yang sehat, untuk mencuci
tangan setelah setiap kali memegang mata
yang sakit, dan menggunakan kain lap, handuk
dan sapu tangan baru yang terpisah.

Komplikasi
Jaringan parut pada konjungtiva
Kerusakan duktus kelenjar lakrimal
Parut dapat juga mengubah bentuk palpebra
superior dengan membalik bulu mata ke
dalam sehingga menggesek kornea
komplikasi lanjut : ulkus.

Prognosis
Bila ditangani dengan cepat dan dapat
menghindarkan komplikasi serta penularan
terutama pada infeksi mikroorganisme, maka
prognosisnya akan baik.

Pembahasan
Pasien
Sedikit
sedikit
Hebat
Tidak ada
Tidak ada

TERIMA KASIH

Anda mungkin juga menyukai