ZERO-DIMENSIONAL
NANOSTRUCTURES: NANOPARTICLES
EGI YULIORA
20214052
PREFACE
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT oleh karena izin-Nya penulis
dapat
menyelesaikan
makalah
ini
yang
berjudul
ZERO-DIMENSIONAL
Penulis
CONTENTS
PREFACE.................................................................................................................2
CONTENTS..............................................................................................................3
CHAPTER 1. INTRODUCTION...........................................................................5
CHAPTER II. ZERO-DIMENSIONAL NANOSTRUCTURES:
NANOPARTICLES..................................................................................................14
II.1 Introduction.........................................................................................................15
II.2 Nanoparticles through homogeneous nukleation................................................20
II.2.1 Fundamentals of homogeneous nucleation.............................................20
II.2.2 Subsequent growth of nuclei...................................................................21
II.2.2.1 Growth controlled by difussion..................................................23
II.2.2.2 Growth controlled by surface process........................................25
II.2.3 Synthesis of metallic nanoparticles.........................................................26
II.2.3.1 Influences of reduction reagents.................................................26
II.2.3.2 Influences by other factors.........................................................27
II.2.3.3 Influences of polymer stabilizer.................................................28
II.2.4 Synthesis of semiconductor nanoparticles..............................................28
II.2.5 Synthesis of oxide nanoparticles.............................................................29
II.2.5.1 Introduction to sol-gel procesing................................................30
II.2.5.2 Forced hydrolysis.......................................................................31
II.2.5.3 Controlled release of ions...........................................................32
II.2.6 Vapor phase reactions..............................................................................32
II.2.7 Solid state phase segregation..................................................................32
II.3 Nanoparticles through heterogeneous nucleation................................................35
II.3.1 Fundamentals of heterogeneous nucleation............................................36
II.3.2 Synthesis of nanoparticles.......................................................................36
II.4 Kinetically confined synthesis of nanoparticles..................................................37
II.4.1 Synthesis inside micelles or using microemulsion.................................36
II.4.2 Aerosol Syntesis......................................................................................37
II.4.3 Growth termination.................................................................................38
CHAPTER I
INTRODUCTION
Material nano merupakan material yang mempunyai ukuran dalam skala
nanometer yaitu berkisar antara 1-100 nm. Banyak pihak tertarik dengan nanomaterial
karena dengan ukuran nano , sifat material lebih menguntungkan dari pada ukuran
besar. Rekayasa material nanopartikel pada dasarnya adalah rekayasa pengendalian
ukuran, bentuk dan morfologi , serta penataan material pada ukuran nanometer, yang
akan menentukan karakteristik nanopartikel hasil sintesis.
Karakteristik dari nanomaterial :
a. Efek permukaan
Karakteristik kunci dari nanomaterial yang pertama adalah jumlah atom
permukaan yang signifikan. Semakin kecil ukuran benda maka permukaan atom
penyusun benda tersebut yang terekspos dipermukaan benda akan memiliki fraksi yang
semakin besar. Misalkan benda berbentuk kubus dengan panjang sisi L terdiri dari
kubus kubus kecil dengan panjang sisi d sebesar 1/3 nm. Semakin kecil kubus maka
semakin besar fraksi atom penyusun yang terekspos seperti dalam hasil hitungan tabel
1.1 dibawah ini.
Jika benda tersusun dari kristal dengan struktur FCC maka bisa kita hitung energi
permukaan pada masaing masing bidang permukaannya. Gambar dibawah dapat
digunakan sebagai ilustrasi hitungan tersebut.
Dari Gambar 1.1 diatas, maka dapat disimpulkan jika bidang {111} dari FCC
merupakan permukaan yang paling stabil karena mengandung energi permukaan yang
paling kecil. Hal ini menyebabkan permukaan dari bahan kristalin nanopartikel
cenderung tersusun dari bidang {111} seperti pada Gambar 1.2 berupa gambar TEM
dari nanopartikel emas yang membentuk faset dengan bidang [111].
banyak parameter fisis seperti ukuran gelombang kuantum, mean free path, ukuran
koherensi, dan domain dimensi yang kesemuanya menentukan sifat sifat dari material.
Dalam ilustrasi dibawah ini digambarkan perubahan suhu leleh dari logam emas yang
merupakan fungsi dari ukuran partikelnya.
Gambar 1.3 perubahan suhu leleh dari logam emas terhadap ukuran partikelnya.
(*)
c. Efek Kuantum
Efek kuantum dapat dijelaskan dengan Teori Kubo, yang dideskripsikan dengan
persamaan berikut.
Ketika perbedaan energi (delta E) lebih besar dari nilai k.T (maksimal internal energi
dari sistem), maka akan banyak sifat yang ada pada bulk material yang hilang dan
digantikan dengan sifat yang unik.
Gambar 1.5 Perubahan sifat optik emas dari perubahan ukuran (*)
Mampu menyediakan afinitas, kapasitas dan selektifitas tingkat tinggi dari suatu
material dikarenakan sifat kimia, fisika dan biologi yang unik.
Memiliki surface area yang besar sehingga dapat meningkatkan reaktifitas kimia
dan meningkatkan kekuatan sifat elektronik.
Top down merupakan pembuatan struktur yang kecil dari material yang
berukuran besar.
Klasifikasi nanomaterial :
Nol dimensi
Satu dimensi
Dua dimensi
Tiga dimensi
Sifat nanomaterial :
1. Sifat elektrik
Nanomaterial mempunyai energi lebih besar dari pada material ukuran biasa
karena memiliki surface area yang besar. Energy band secara bertahap berubah terhadap
orbital molekul. Logam ukuran besar mengikuti hukum Ohm. Pada logam ukuran nano
10
11
5. Sifat kimia
Merupakan faktor yang penting untuk aplikasi kimia nanomaterial yaitu
penambahan surface area yang mana akan meningkatkan aktivitas kimia dari material
tersebut.
Contoh aplikasi : teknologi fuel cell merupakan aplikasi yang penting dari penggunaan
logam nanopartikel. Dimana dalam fuel cell digunakan logam Pt dan Pt-Ru.
Pada chapter berikutnya akan dibahas secara terperinci mengenai nanostruktur 0
dimensi.
12
nanometer terjadi transisi dari ukuran atom atau melekul menjadi ukuran yang lebih
besar seperti bulk. Beberapa contoh perubahan sifat fisis material diantaranya adalah
jika ukuran materialnya menjadi nanometer maka mengakibatkan menurunnya titik
leleh material berbentuk kristal; hilangnya sifat listrik dan magnetnya material
ferromagnetik atau ferroelektrik; semikonduktor berbentuk
isolator.
Struktur kristal yang stabil pada suhu tinggi, stabil pada suhu yang jauh lebih
rendah pada ukuran nano, ferroelectrics dan kemagnetannya ketika ketika material
berada pada ukuran nano. Semikonduktor bulk akan menjadi isolator ketika ukurannya
kecil (skala nanometer). Meskipun bulk emas tidak memiliki sifat sebagai katalis, tetapi
nanokristal emas dapat menjadi katalis yang baik pada suhu rendah.
Pada umumnya, nanoteknologi dapat didefenisikan sebagai teknologi desain,
fabrikasi atau produksi, dan penerapan struktur dan material nano. Nanoteknologi juga
membahas pengertian mendasar dari sifat fisis dan fenomena dari nanomaterial dan
13
nanostruktur. Mempelajari kaitan dasar atara sifat fisis, fenomena dan dimensi bahan
pada skala nanometer atau disebut juga dengan nanosains. Berikut adalah teknik dalam
produksi
material
berukuran
nano
yang
dikelompokkan
berdasarkan
media
penumbuhan
dengan
teknik
solution-liquid-solid
(SLS),
dan
14
Nukleasi homogen adalah nukleasi yang terjadi di atas material yang sama. Dalam
sintesis nanomaterial , pendekatan Bottom-up lebih populer untuk digunakan,
contohnya sintesis nanomaterial dengan nukleasi homogen dari cairan atau uap atau
dengan nukleasi heterogen di atas substrat. Nanopartikel dapat dinukleasi secara
homogen dalam tiga media, yaitu cair, gas dan padat
Nanomaterial dapat disintesis dengan:
Nukleasi
Pembentukan supersaturasi
Nukleasi (pembentukan awal dari fasa termodinamika baru atau struktur baru via
self-assembly)
Penumbuhan lanjut.
Dalam sintesis nanopartikel, tidak hanya ukuran yang menjadi acuan tetapi kita juga
harus mengontrol beberapa hal seperti :
Disini akan dibahas tentang sistesis nanopartikel penyebaran searah yang memiliki
ukuran yang seragam.
II.2.1 Fundamentals of homogeneous nucleation (dasar-dasar nukleasi homogen)
Pembentukan fase
Nukleasi homogen terjadi secara spontan, dari nukleasi homogen ini akan
terbentuk fase baru, dimana pembentukan fase yang baru ini terjadi ketika konsentrasi
zat terlarut dalam pelarut melebihi kelarutan keseimbangannya.. Untuk menghasilkan
fase baru juga memerlukan energi yang diakibatkan oleh tekanan uap yang lebih tinggi.
Energi ini disebut dengan energi bebas Gibbs.
Energi Gibbs adalah energi yang dibutuhkan untuk merubah bentuk fasa ke fasa
lain, jika energi bebas Gibbs tinggi maka sulit untuk merubah fasa, penurunan suhu di
bawah titik transformasi fase Energi ini akan berkurang dengan memisahkan zat terlarut
dari larutan, agar terbentuk padatan dan larutannya maka keadaannya harus super jenuh
(supersaturasi), jika tidak terjadi supersaturasi maka tidak akan diperoleh padatan atau
nukleasinya. Penurunan energi bebas Gibbs dari cair ke padat itu disebut proses
nukleasi dan tumbuh. Sesuatu yang stabil memiliki energi bebas Gibbs yang sangat
kecil, Perubahan energi bebas gibbs per satuan volume
GV , dimana
GV
bergantung pada konsentrasi zat terlarut dapat dilihat pada persamaan (2.1) berikut:
GV =
kT
C
kT
ln
=
ln(1+ )
C0
( )
(2.1)
Dengan
C
= Temperatur (K)
= Volume atom
Ketika
C > C0 maka
GV
C = C0 maka = 0 dan
16
Dimana
C
= =indeks supersaturasi
C0
Sehingga =
CC 0
C0
Jika nukleasi terjadi secara spontan maka didapatkan perubahan potensial kimia
terhadap perubahan volume V, namun energi ini tidak seimbang dengan penetapan
energi permukaan yang disertai dengan pembentukan fase baru, hal ini mengakibatkan
peningkatan energi permukaan s. Perubahan total energi dari potensial kimia volume
dan permukaan diberikan oleh pembentukan inti.
G= V + s
(2.2)
dengan
energi permukaan persatuan volume
4
V = r 2 GV
3
energi permukaan persatuan luas
s= r 2
Dari gambar dibawah dapat dilihat grafik hubungan potensial kimia volume dan
permukaan.
Gambar 2.1 Hubungan potensial kimia volume, potensial kimia permukaan dan energi
bebas
Dari Gambar 2.2 dapat dilihat:
17
r kritis (r*) merupakan jari-jari minimum dari suatu nuklei yang bisa terbentuk
dari suatu nanopartikel, r* diperoleh dengan penurunan suhu.
Jika r* < r nuklei, maka nuklei tidak ada (larut dalam larutan)
Dari grafik dapat dengan mudah kita lihat bahwa inti baru yang stabil terbentuk jika
jari-jari-jarinya melebihi ukuran jari-jari kritis (r*). Nukleus yang jari-jari lebih kecil
dari r* akan larut ke dalam larutan, hal ini bertujuan untuk mengurangi energi bebas
secara keseluruhan, sedangkan jari-jari inti yang lebih besar dari r* akan menghasilkan
inti yang stabil dan terus tumbuh lebih besar. Pada ukuran kritis r = r*,
dG /dr=0
dengan demikian kita dapat mendefenisikan ukuran jari-jari kritis (r*) dan energi kritis
(G*) adalah
r =2
GV
(2.3)
- 8 =4 r GV
18
r=
2
GV
r* =
2
GV
G =
16
2
( 3 GV )
(2.4)
merupakan energi yang mengahalangi proses nukleasi, dimana energi ini harus
diatasi dengan segera. Kemudian r* ukuran minimum dari jari-jari inti bulat yang stabil.
Persamaan 2.1 menunjukkan bahwa
GV
Gambar 2.3 pengaruh temperature terhadap ukuran kritis pada tiga inti
T1 > T3 untuk memperoleh r* besar dibutuhkan T yang besar
Jika r < maka T <
Laju nukleasi per satuan volume dan per satuan waktu (RN), sebanding dengan
(i) probabilitas, P, bahwa fluktuasi termodinamika energi bebas kritis (AG *), (ii)
jumlah pertumbuhan spesies per satuan volume (n), dan (iii) frekuensi berhasil
melompati pertumbuhan spesies () sehingga laju nukleasi dapat ditulis:
19
RN =nP=
C 0 kT
3
} ( )
exp
G
kT
(2.5)
dimana :
P=exp
G
kT
dan
=
kT
3 3
Dengan
= Diameter spesies tumbuh
= Viskositas larutan
n = Laju nukleasi
P = Probabilitas nukleasi, jika 1 maka terjadi laju nukleasi terus menerus
Dari persamaan (2.5) dapat ditunjukkan bahwa konsentrasi awalnya tinggi atau
supersaturasi, viskositas rendah dan energi hambatan kritis juga rendah sehingga
mendukung sejumlah besar pembentukan inti.
Untuk mendapatkan nanopartikel yang monosize (satu ukuran/ homogen), maka
sintesis inti harus terbentuk pada waktu yang sama, dengan demikian inti akan memiliki
keadaan yang sama, sehingga akan menghasilkan ukuran yang sama pula. Dalam
prakteknya, untuk mencapai nukleasi yang tajam, konsentrasi pertumbuhan spesies
ditingkatkan spontan ke supersaturasi yang sangat tinggi dan kemudian dengan cepat
dibawa ke bawah konsentrasi minimum untuk nukleasi. Distribusi ukuran nanopartikel
dapat diubah dalam proses pertumbuhan berikutnya. Distribusi ukuran inti awal dapat
meningkat atau menurun bergantung pada proses kinetik pertumbuhan berikutnya.
Pembentukan nanopartikel berukuran seragam dapat dicapai jika proses pertumbuhan
dikendalikan dengan tepat.
20
Langkah-langkah penumbuhan nuklei ini dapat dibagi menjadi dua kelompok, yaitu :
1. Penumbuhan yang dikontrol oleh difusi
Ketika konsentrasi dari spesies yang ditumbuhkan berkurang dibawah
konsentrasi minimum untuk proses nukleasi, maka nukleasi akan berhenti
sedangkan proses penumbuhan tetap berjalan.
21
proses
permukaan
yakni
penumbuhan
mononuklir
dan
penumbuhan polinuklir.
II.2.2.1 Growth controlled by difussion (penumbuhan yang dikontrol oleh difusi)
(2.6)
Dengan
D = Koefisien difusi
C = Konsentrasi bulk supersaturasi
C s = Konsentrasi permukaan dari partikel padat
V m = Volume molar inti
r = jari-jari inti bola
Jika persamaan di atas kita pecahkan, dengan mengasumsikan ukuran awal inti r0 dan
perubahan konsentrasi bulk diabaikan, maka:
r 2=2 D ( CC s ) V m t +r 02 atau r 2=k D t +r 02
(2.7)
22
Jika dua partikel memiliki jari-jari awal yang berbeda dan penurunan perbedaan
jari-jari dengan meningkatnya waktu atau penumbuhan partikel yang sangat cepat maka
dengan mengkombinasikannya dengan persamaan (2.7) akan diperoleh bentuk:
r=
r 0 r0
r r
= 0 0 2
r
k D t +r 0
(2.8)
Gambar 2.5 Ilustrasi penumbuhan yang dikontrol permukaan (penmbahan besar nuklei
dari penambahan luas permukaan)
Laju pertumbuhan sebanding dengan luas permukaan
Dalam proses permukaan terdapat dua mekanisme yaitu:
Penumbuhan polinuklir
1 1
= k m t
r r0
23
r=r 2
r0
r 0
r0
( 1k m r 0 t )
=
2
(2.10)
kp
(2.11)
dengan waktu dan akan mendapatkan perbedaan radius relatif, perbedaan radius relatif
ini berbanding terbalik dengan jari-jari partikel dan waktu pertumbuhan.
r=k p t+r 0
(2.12)
r=r 0
(2.13)
dan
Partikel dapat membesar dengan perbedaan jari-jari yang kecil, jadi mekanisme
pertumbuhan ini juga baik untuk sintesis partikel monosize.
Gambar 2.3 dan 2.4 menggambarkan perbedaan radius sebagai fungsi dari
ukuran partikel dan waktu,
Mekanisme penumbuhan yang dibahas yaitu:
Penumbuhan monolayer
Penumbuhan polinuklir
Hal ini jelas bahwa mekanisme pertumbuhan dikontrol oleh difusi diperlukan untuk
sintesis partikel monosized oleh nukleasi homogen. Ketika inti kecil, mekanisme
pertumbuhan monolayer mungkin lebih mendominasi. Pada saat pertumbuhan
polinuklir menjadi utama sehingga inti menjadi lebih besar. Difusi lebih dominan untuk
penumbuhan partikel yang relatif besar. Mekanisme penumbuhan yang berbeda dapat
menjadi dominan ketika kondisi penumbuhan yang menguntungkan ditetapkan. Sebagai
contoh, ketika pasokan pertumbuhan spesies sangat lambat dikarenakan reaksi kimia
24
yang lambat, pertumbuhan inti kemungkinan besar akan dominan yang dikontrol oleh
difusi.
Ketika konsentrasi pertumbuhan spesies dijaga sangat rendah, jarak difusi akan
sangat besar dan akibatnya difusi bisa menjadi langkah penghambat.
25
produksi massal.
26
27
28
sintesis. Umumnya, reaksi reduksi yang kuat akan menghasilkan laju reaksi yang cepat
dan menghasilkan nanopartikel yang lebih kecil.
Reagen reduksi yang lemah menyebabkan laju reaksi yang lambat dan
menghasilkan partikel yang lebih besar. Namun laju reaksi yang kecil akan
menghasilkan distribusi yang lebih luas atau lebih sempit. Jika reaksi lambat terjadi
pada pembentukan inti awal atau inti sekunder, distribusi luas akan terjadi. Sebaliknya
jika tidak terbentuk inti, reaksi lambat akan menghambat perkembangan pembentukan
partikel nano, akibatnya distribusi ukuran yang sempit akan terjadi.
II.2.3.2 Influences by other factors (pengaruh lainnya)
Selain dipengaruhi oleh reagen reduksi, laju reaksi reduksi dan perkembangan
partikel dapat dipengaruhi oleh hal lainnya. Contohnya adalah dalam sintesis
nanopartikel Pt menggunakan reduksi methanol cair dari H 2PtCl6, Duff dkk menemukan
bahwa konsentrasi koloid ion yang tinggi muncul dalam reaksi campuran
monodispersitas dan bentuk partikel koloid logam mendekati bola. Peningkatan
konsentrasi dari ion klorida akan menyebabkan laju reaksi yang lambat. Akibatnya,
perkembangan partikel nano akan lambat dan menghambat pembentukan inti Pt.
Selanjutnya meningkatkan jumlah polimer dalam reaksi campuran akan meningkatkan
kebulatan dari partikel.
29
Pengaruh lainnya dari polimer stabilisator adalah polimer stabilisator memiliki efek katalis
dalam reaksi reduksi, penggunaan stabilisator yang sama, namun mengubah konsentrasi larutan
material akan menyebabkan perbedaan bentuk nanopartikel yang dihasilkan.
II.2.4
Synthesis
of
semiconductor
nanoparticles
(sintesis
nanopartikel
semikonduktor)
Dua metode sintesis nanopartikel semikonduktor yaitu:
nanopartikel oksida
nanopartikel nonoksida
Umumnya metode sistesis nanopartikel nonoksida semikonduktor menggunakan
prinsip pirolisis (perubahan secara kimiawi yang terjadi karena panas) dari prekursor
(senyawa yang mendahului senyawa lain dalam jalur metabolisme) logam organik yang
dilarutkan dalam pelarut anhidrat di suhu yang tinggi di lingkungan pengap dengan
adanya stabilisator polimer atau material pelapis (capping). Polimer inilah yang
dihubungkan langsung dengan permukaan nanokristal melalui ikatan kovalen ataupun
jenis ikatan lainnya tergantung pada unsur atau ion logam yang digunakan. Formasi
pembubaran tunggal partikel (monodispersed) pada nanokristal semikonduktor
berlangsung sesuai dengan tahap-tahap berikut:
Nucleation atau pengintian yaitu tahap awal pada proses kristalisasi yang terjadi
pada saat konsentrasi larutan meningkat dan mengalami titik jenuh,
dan
tri-noctylphosphine
oksida
(TOPO)
digunakan
sebagai
pelarut
30
Pada kasus yang ekstrim, salah satu prekursor dapat sepenuhnya dihidrolisis lebih
dulu dan menghabiskan air, jika prekursor yang dihidrolisis memiliki kondensasi
yang nilainya sangat rendah, maka prekursor kedua dimasukkan dan dipaksa untuk
kondensasi dengan prekursor yang dihidrolisis oleh reaksi:
M OEt 4 4 H 2 O M OH 4 4 HOEt
32
Laju reaksi dan ukuran partikel yang sangat tergantung pada pelarut, prekursor,
jumlah air dan amonia. Untuk pelarut alkohol yang berbeda, tingkat reaksi yang tercepat
dengan metanol, paling lambat dengan n-butanol. Demikian juga, ukuran partikel akhir
yang diperoleh dalam kondisi berimbang yang terkecil dalam metanol dan terbesar di nbutanol. Namun, ada kecenderungan ke arah distribusi ukuran lebar dengan alkohol
yang lebih tinggi.
II.2.5.3 Controlled release of ions (pelepasan terkontrol ion)
Nanopartikel itu bukanlah dalam bentuk ion, misalnya dalam proses sintesis kita
akan memperoleh ion, dan untuk mengubah ion tersebut salah satu caranya adalah
dengan cara dipanaskan pada temperatur intermediate, dimana tentunya harus ada
reduksi agennya (pereduksi).
Pelepasan terkontrol komponen anion dan/atau kation memiliki pengaruh
signifikan pada kinetika reaksi pembentukan inti dan pertumbuhan selanjutnya oksida
nanopartikel, dicapai dengan pelepasan spontan anion dari molekul organik. Sebagai
contoh, diketahui bahwa larutan urea, CO (NH 2)2, ketika dipanaskan membebaskan ion
hidroksida, yang dapat menyebabkan pengendapan oksida logam (hidroksida).
Misalnya, dekomposisi urea digunakan untuk mengontrol proses pembentukan inti
dalam sintesis Y203: nanopartikel Eu. Yttrium & europium klorida dilarutkan dalam air
dan pH diatur -1 dengan asam hidroklorida atau kalium hidroksida. Kelebihan urea,
biasanya 15x, dilarutkan ke dalam larutan. Larutan ini selanjutnya dinaikkan suhunya
menjadi > 80 C selama 2 jam. Urea membusuk secara perlahan dan ada ledakan
pembentukan inti ketika nilai pH ~ 4-5 telah tercapai.
Pembuatan nanopartikel ZnO kristal adalah contoh lain dari pelepasan terkontrol
anion. Zink asetat pertama dilarutkan dalam metanol untuk membentuk larutan Zink
prekursor alkoksida dan kemudian zink prekursor alkoksida dihidrolisis dan dipadatkan
untuk membentuk zink oksida koloid dengan lithium hidroksida sebagai katalis bersama
sonikasi pada 0C atau suhu kamar. Sonikasi mempercepat pelepasan kelompok OH -,
sehingga reaksi langsung membentuk sol ZnO yang stabil. semua penggunaan NaOH,
KOH atau Mg(OH)2 menghasilkan endapan keruh. Nanopartikel ZnO berdiameter -3,5
nm dalam sols segar dan -5,5 nm selama 5 hari. Aging dari alkohol koloid ZnO dikenal
33
untuk menghasilkan partikel yang lebih besar. Kelompok asetat diyakini dapat
menempel pada permukaan ZnO koloid dan dengan demikian menstabilkan dispersi
koloid.
II.2.6 Vapor phase reactions (reaksi fasa uap)
Salah satu cara sintesis nanopartikel adalah dengan reaksi fasa uap. Secara
umum, reaksi dan sintesis dilakukan pada suhu tinggi dan pada ruang hampa. Vakum
diperlukan untuk memastikan konsentrasi rendah dari pertumbuhan spesies untuk
mempromosikan diffusion-controlledpada pertumbuhan berikutnya. Nanopartikel yang
tumbuh biasanya dikumpulkan pada substrat non-sticking pada suhu yang relatif rendah.
Jelas hanya sebagian kecil dari nanopartikel yang menetap pada permukaan substrat.
Selain itu, nanopartikel yang menetap di permukaan substrat tidak mewakili distribusi
ukuran partikel yang benar. Hal ini juga sulit untuk memperkenalkan mekanisme
stabilisasi selama sintesis untuk mencegah pembentukan aglomerat. Meskipun
tantangan tersebut, hal itu telah dibuktikan bahwa berbagai nanopartikel dapat disintesis
oleh reaksi fasa uap. Sebagai contoh, teknik agregasi gas telah diterapkan pada sintesis
nanopartikel perak dengan diameter 2-3 nm. Contoh lain adalah produksi partikel silika
tersebar dengan ukuran diameter kurang dari 100 nm dengan cara pembakaran silikon
tetraklorida di hydrogen.
Nanopartikel dibentuk melalui nukleasi homogeny dan kemudian diendapkan
pada substrat, dapat bermigrasi dan menggumpal. Terdapat 2 jenis gumpalan yang
ditemukan. Salah satunya adalah ukuran besar partikel bulat dan partikel seperti jarum.
Pembentukan partikel yang tersebar luas ditemukan dalam sistem Au pada (100)
NaC198 dan substrat (1 1 1) CaF99, dan Ag (100) pada substrat NaCl. Namun, langkahujungnya tidak selalu diperlukan untuk pembentukan jarum-seperti kristal. Misalnya,
CdS kristal nanorods dengan panjang beberapa ratus micrometer telah terbentuk.
Partikel Au dengan diameter pada skala nanometer telah tumbuh pada berbagai substrat
oksida termasuk oksida besi, -alumina, dan titania. Nanopartikel GaAs dapat disintesis
oleh nukleasi fasa uap homogeny dari prekursor organologam. Trimethyl gallium dan
AsH3digunakan sebagai prekursor dan hidrogen digunakan sebagai gas pembawa juga
sebagai reagen pengurangan. Reaksi dan nukleasi terjadi pada suhu 700 C pada
34
tekanan atmosfer. Nanopartikel GaAs dikumpulkan secara termal pada film karbon
berlubang pada suhu 350 C. Nanopartikel yang ditemukan terdiri dari highly faceted
single crystal GaAs dengan diameter mulai dari 10 sampai 20 nm. Selain itu,
meningkatnya suhu reaksi dan suhu nukleasi membuat ukuran partikel menjadi lebih
besar. Peningkatan konsentrasi prekursor memiliki pengaruh yang sama pada ukuran
partikel. Namun, perubahan suhu dan konsentrasi precursor yang ditemukan memiliki
pengaruh yang dapat diabaikan pada morfologi nanopartikel.
35
nanopartikel dengan berbagai ukuran. Karena difusi solid-state relatif lambat, hal ini
relatif mudah untuk pertumbuhan difusi- dikendalikan untuk pembentukan partikel
monosized.
tinggi
Dengan mengasumsikan
penumbuhan spesies terjadi pada fasa uap yang mengenai permukaan substrat, spesies
tersebut kemudian berdifusi dan terkumpul membentuk sebuah inti yang berbentuk topi
seperti tampak pada Gambar 3.23. Serupa dengan nukleasi homogen, terjadi
pengurangan energi bebas Gibbs dan peningkatan energi permukaan. Perubahan total
energi kimia,
berikut.
3
G=a3 r v + a1 r vf +a2 r fs + a2 r sv
(2.14)
36
vf ,
fs , dan
sv
Gambar 2.10 Skema ilustrasi proses nukleasi heterogen dengan energi permukaan
dalam kesetimbangan.
Konstanta geometrik dinyatakan sebagai berikut.
a1=2 (1cos)
(2.15)
a2= sin 2
(2.16)
23 cos +cos 2
a3 =3
(2.17)
Dengan
= sudut kontak
yang bergantung pada sifat-sifat permukaan dan didefinisikan oleh persamaan Young :
sv = fs + vf cos
(2.18)
37
r=
2 ( a1 vf + a2 fs a2 sv )
(2.19)
3 a3 G v
G =
4 ( a1 vf +a2 fs a 2 sv )3
(2.20)
27 a32 G v
r=
G =
16 vf
3 ( G v )
}{
23 cos +cos 3
4
(2.21)
(2.22)
Membandingkan persamaan ini dengan Pers. (2.6), terlihat bahwa suku pertama
merupakan nilai dari hambatan energi kritis untuk proses nukleasi homogen, sementara
suku kedua menyatakan faktor kebasahan (wetting factor). Saat sudut kontak 180, fasa
yang baru tidak akan membasahi substrat, faktor kebasahan menjadi 1 dan hambatan
energi kritis menjadi sama dengan nukleasi homogen. Jika sudut kontak kurang dari
180, hambatan energi untuk nukleasi heterogen selalu lebih kecil dari nukleasi
homogen, yang mengartikan bahwa nukleasi heterogen lebih mudah terjadi dibanding
nukleasi homogen pada banyak kasus. Ketika sudut kontak 0, faktor kebasahan
menjadi nol dan tidak ada energi penghalang untuk pembentukan fasa baru. Sebagai
contoh, sudut kontak sama dengan 0 adalah endapannya merupakan material yang
sama dengan substrat yang digunakan sebagai media penumbuhan.
Untuk mensintesis partikel-partikel nano atau dot kuantum (quantum dot) pada
substrat, diperlukan >0 dan persamaan Young menjadi :
sv < fs + vf
(2.23)
Nukleasi heterogen tersebut umumnya dikenal sebagai penumbuhan metode VolmerWeber pada lapisan-lapisan tipis. Dua tipe nukleasi lainnya, yaitu penumbuhan metode
Frank-van der Merwe dan Stanski-Krastanov.
II.3.2 Synthesis of nanoparticles (sintesis nanopartikel)
38
Gambar 2.11 SFM (Scanning Force Microscopy) dari partikel perak nano pada substrat
grafit HOPG-298: (i) penumbuhan terjadi hanya pada defek tepian dari substrat asli dan
(ii) penumbuhan terjadi dimanapun defek permukaan muncul.
Harus dicatat bahwa pembentukan partikel-partikel nano melalui nukleasi
heterogen berbeda dari sintesis dengan menggunakan reaksi fasa uap (Subbbab 2.2.6).
Untuk nukleasi homogen pada fasa uap, partikel pertama kali dibentuk pada fasa uap
dan kemudian terendapkan di atas permukaan substrat, sementara nukleasi heterogen,
spesies penumbuh dikenakan di bagian atas dan membentuk inti pada permukaan
substrat.
39
Tetesan cairan dalam fase gas termasuk sintesis aerosol dan semprotan pirolisis
Tetesan cairan dalam cairan, seperti misel dan sintesis emulsi mikro
Akhiran sintesis. Semua metode ini akan dibahas secara singkat dalam bagian ini.
Semprotan
Nanospray adalah contoh dari tipe liquid aerosol, dimana prosesnya adalah:
Evaporasi larutan
Kondensasi terlarut
Sentrik padatan
Pembentukan nanopartikel dengan metode aerosol berbeda dari metode lain
41
Menguapkan pelarut
menggunakan sumber cairan untuk menghasilkan lapisan tipis. Metode ini dilakukan
dengan cara penyemprotan larutan logam bersama bahan penguat ke dalam sustrat
dimana pemadatan logam terjadi.
Berbagai kelebihan metode spray pyrolisis :
42
C)
43
Teknik band gap, Teknik band gap adalah proses mengontrol atau mengubah
suatu material dengan mengontrol komposisi dari campuran semikonduktor
tertentu seperti GaAIAs, InGaAs, dan InAIAs.
44
45
dicapped dengan TOPO dan diperoleh diameter 3,5 nm. Untuk penumbuhan shell,
nanokristal CdSe dihancurkan menjadi anhydrous pyridine dan mengalir kembali jika
dibawah pengaruh argon. Cds stock solution dibuat dengan menambahkan (TMS) 2S
yang dibutuhkan ke dalam Cd(CH 3)2 yang telah dihancurkan pada TBP berisi
kandungan nitrogen dengan perbandingan molar Cd:S adalah 1:2,1, was added drop
wise (1 drop per second) hingga reaksi akhir pada 100oC.
REFERENCES
http://elektronikafisika.blogspot.com/2012/08/peran-dan-perkembangannanoteknologi.html
https://fiqrotul.wordpress.com/2011/12/15/nanomaterial/
46
http://kuliah-tugas-pendidikan.blogspot.com/2014/06/material-nano.html
(*) https://materialcerdas.wordpress.com/teori-dasar/karakteristik-nanomaterial-1/
http://yohanesnende.blogspot.com/2014/03/makala-perkembangan-teknologi-nano.html
Guozhong, C 2014. Nanostructure & Nanomaterial: Syntesis, Properties, and
Application. Imperal College Press
47