Oleh Valentina Meta Srikartika, S.Farm, MPH, Apt Penyakit Lupus atau yang dalam istilah kedokterannya dikenal sebagai Systemic Lupus Erythematous (SLE) adalah penyakit kelainan sistem kekebalan tubuh. Sebagian besar masyarakat Indonesia, belum pernah mendengar atau belum mengetahui penyakit ini lebih jauh, dikarenakan asumsi bahwa penyakit ini adalah penyakit langka, dan tidak banyak jumlah penderitanya di Indonesia. Faktanya, jumlah penderita lupus di Indonesia semakin meningkat setiap tahun. Menurut data dari Yayasan Lupus Indonesia (2013), jumlah penderita lupus di Indonesia meningkat dari 12.700 jiwa pada tahun 2012, menjadi 13.300 jiwa per April 2013. Terlebih lagi, masyarakat juga perlu mewaspadai penyakit ini karena deteksi penyakit Lupus yang terlambat akan berdampak buruk pada proses perjalanan penyakit itu sendiri. Dimana ketika Lupus telah mencapai tahap severe Lupus (parah), penyakit ini telah menyerang ke organorgan penting, sehingga dapat mengancam keselamatan hidup penderita Lupus itu sendiri. Oleh sebab itu, masyarakat perlu untuk mengenal lebih jauh mengenai penyakit Lupus, sehingga masyarakat dengan bantuan tenaga kesehatan dapat mendeteksi dan menangani penyakit ini sejak dini. Apa itu penyakit Lupus? Systemic Lupus Erythematosus, atau yang lebih dikenal sebagai SLE atau Lupus, adalah penyakit kronis (jangka panjang) yang dapat menyebabkan inflamasi atau radang (nyeri dan bengkak) di berbagai bagian tubuh. Lupus dapat menyerang kulit, sendi, hingga ginjal, paru-paru, dan sistem saraf pusat. Kebanyakan pasien akan akan merasakan gejala kelelahan, timbul ruam pada kulit, nyeri dan bengkak pada sendi, dan demam. Keparahan penyakit Lupus bervariasi, dari tingkat ringan ke parah. Ada waktu ketika pasien merasakan gejala aktif dari Lupus, dan diikuti beberapa waktu ketika penyakit ini dalam fase tidak aktif (remisi) (American College of Rheumatology, 2013). Apa yang menyebabkan Lupus? Apakah lupus penyakit turunan? Sistem imun adalah sistem pertahanan alami tubuh kita. Dalam kondisi sehat, sistem imun membantu melindungi tubuh dengan membentuk suatu antibodi yang menyerang kuman dan kanker. Namun pada orang dengan penyakit Lupus, sistem imun tubuh mengalami gangguan. Alih-alih memproduksi antibodi yang melindungi tubuh dari zat-zat asing, penyakit autoimun seperti Lupus memproduksi auto-antibodi yang menyerang jaringan normal pada tubuh (The Lupus Initiative, 2014).
Umumnya, penyakit lupus dimulai saat seseorang mencapai umur
20-30 tahun. Ada beberapa faktor internal dan eksternal yang dapat memicu keabnormalan sistem imun pada penyakit lupus. Faktor genetik dapat memicu perkembangan penyakit lupus. Orang yang memiliki hubungan kekerabatan langsung dengan pasien lupus memiliki resiko 20 kali lebih besar menderita lupus daripada populasi umum. Wanita juga memiliki resiko terjangkit lupus 10 kali lebih besar daripada pria. Selain itu, telah dilaporkan bahwa beberapa virus, paparan sinar ultraviolet, dan beberapa jenis obat seperti Hydralazine (terapi hipertensi), Kuinidin dan Procainamide (terapi aritmia), Fenitoin (terapi epilepsi), dan Isoniazid (terapi tuberculosis), dapat menstimulasi sistem imun pada penyakit lupus (Mok CC & Lau CS, 2003). Bagaimana lupus didiagnosa? Penyakit lupus dijuluki penyakit seribu wajah sebab penyakit ini memiliki banyak gejala sehingga sulit untuk dideteksi, dan umumnya gejala peyakit ini muncul sangat lambat. The American College of Rheumatology (2013) menyusun pedoman untuk tenaga kesehatan untuk mendeteksi gejala pasien dengan lupus, diantara lain adalah sbb: 1. Kemerahan (rash): terjadi disekitar pipi dan hidung seperti bentuk kupu-kupu 2. Nyeri dan luka pada mulut atau hidung: berlangsung selama beberapa hari hingga berbulan-bulan 3. Arthritis: Nyeri dan bengkak pada persendian selama beberapa minggu 4. Inflamasi paru-paru atau jantung: dengan gejala nyeri dada ketika menarik nafas dalam 5. Gangguan Ginjal: ditemukan darah dan protein dalam urin, atau hasil test laboratorium yang menunjukkan gangguan fungsi ginjal 6. Gangguan Syaraf: kejang-kejang, stroke dan gangguan kesehatan mental 7. Hasil test Laboratorium: Anemia, kadar darah putih dan platelet yang rendah, dan hasil positif pada tes antinuclear antibody (ANA)
Ilustrasi kemerahan (rash) di pipi dan
hidung pada pasien lupus.
Apa dampak lebih luas dari penyakit lupus?
Lupus dapat berupa bentuk penyakit tidak aktif, artinya pasien tetap menderita lupus namun tidak menampakkan gejala penyakit yang mengganggu. Meskipun demikian, pasien harus tetap waspada terhadap perkembangan penyakitnya. Lupus dapat menyebabkan kondisi kesehatan yang fatal. Salah satunya adalah atherosclerosis (penyumbatan arteri) yang dapat menyebabkan serangan jantung, gagal jantung, dan stroke. Oleh sebab itu, penting untuk pasien lupus menghindari faktor resiko yang dapat menyebabkan terjadinya penyakit jantung, seperti merokok, hipertensi, dan kadar kolesterol tinggi. Pasien juga disarankan untuk lebih aktif bergerak/berolahraga ringan. Lupus juga dapat menyebabkan penyakit ginjal, yang selanjutnya dapat berkembang menjadi penyakit gagal ginjal. Kondisi ini dapat dicegah dengan terapi dini saat gejala penyakit ginjal muncul. Adapun gejala awal penyakit ginjal yang harus diwaspadai adalah hipertensi, pembengkakan kaki dan tangan, pembengkakan daerah sekitar mata, dan perubahan sistem urin, seperti temuan darah dalam urin, frekuensi kemih yang meningkat terutama saat malam hari, dan nyeri saat berkemih (American College of Rheumatology, 2013) Bagaimana pengobatan penyakit lupus? Penyakit lupus tidak dapat disembuhkan. Meskipun begitu, gejala penyakit yang timbul dapat diringankan dan kondisi penyakit dapat dikontrol agar tidak bertambah parah. Pengobatan lupus tergantung gejala dan tingkat keparahan yang diderita oleh pasien. a. Nonsteroidal anti-inflamatory drugs (NSAIDs) Golongan obat ini dapat mengurangi gejala bengkak, nyeri, dan demam. Termasuk diantaranya adalah Ibuprofen dan Naproxen. Beberapa jenis NSAIDs memiliki efek samping serius seperti pendarahan lambung atau kerusakan ginjal. Selalu konsultasikan dengan dokter dan apoteker saat anda mengkonsumsi golongan obat ini b. Obat antimalaria Pasien lupus juga dapat diterapi dengan pengobatan antimalaria, seperti Hydroxycholoquine. Meskipun obat ini digunakan sebagai terapi untuk mencegah dan mengobati malaria, obat ini juga dapat membantu mengurangi beberapa gejala lupus seperti lemas, kemerahan, nyeri sendi, dan luka pada mulut. Obat ini juga dapat mencegah terbentuknya kelainan pada keping darah (blood clot) c. Kortikosteroid dan obat penekan sistem imun Pasien lupus dengan gejala yang lebih serius dan dapat mengancam nyawa, seperti inflamasi/radang pada ginjal, gangguan paru-paru, jantung, dan sistem darah pusat
memerlukan terapi yang lebih agresif (kuat). Termasuk
didalamnya obat kortikosteroid dosis tinggi seperti Prednison, dan obat penekan sistem imun seperti Azathioprine dan Siklosporin. Mycophenolate digunakan untuk mengobati penyakit ginjal parah pada pasien lupus (American College of Rheumatology, 2013) Apa yang dapat diperbuat jika terdiagnosis lupus? Dengan kemajuan perkembangan terapi lupus, harapan hidup orang dengan lupus dapat meningkat. Akan tetapi, tetap saja lupus adalah penyakit kronis yang membatasi aktifitas pasiennya. Kualitas hidup pasien juga menurun karena timbulnya gejala penyakit seperti lemas dan nyeri sendi. Terlebih lagi, pada beberapa pasien, terapi lupus tidak dirasakan efeknya secara optimal. Masalah-masalah seperti ini dapat menyebabkan depresi, kemarahan, dan hilangnya semangat untuk melanjutkan terapi penyakit. Ada beberapa tips yang dapat digunakan untuk mengontrol penyakit ini.
Carilah dukungan. Ciptakan hubungan yang baik antara
anda dengan tenaga kesehatan seperti dokter dan apoteker. Dukungan dari keluarga dan sahabat juga dapat membantu mengatasi masalah psikologi yang kadang timbul dari kondisi kronik penyakit ini. Terlibatlah dalam pengobatan. Konsumsi semua obat yang sudah diresepkan dokter, dan lakukan kunjungan teratur kepada dokter anda. Pelajari sebanyak mungkin hal-hal yang berkaitan dengan lupus dan galilah informasi mengenai terapi lupus dengan Apoteker anda. Diskusikan dengan dokter/apoteker anda mengenai perkembangan penyakit dan respon anda terhadap pengobatan yang anda jalani. Tetap aktif. Olahraga ringan dapat membuat sendi anda menjadi flexible, mencegah penyakit jantung dan juga stroke. Jangan lakukan olahraga secara berlebihan. Lakukan secara bergantian olahraga ringan-sedang dengan jeda istirahat. Hindari terpapar sinar matahari. Sinar UV dapat menyebabkan gejala kemerahan pada kulit. Ketika melakukan aktifitas outdoor, gunakanlah pakaian pelindung (baju lengan panjang, topi) dan sunscreen DAFTAR PUSTAKA 1. American College of Rheumatology. 2013. Systemic Lupus Erythematosus (Lupus). Disease and Conditions. https://www.rheumatology.org/practice/clinical/patients/ diseases_and_conditions/lupus.asp (diakses 13 Agustus 2014) 2. Mok CC & Lau CS. 2003. Pathogenesis of systemic lupus erythematosus. J Clin Pathol. 41:1714-1724. 3. The Lupus Initiative. 2014. Patient Info. https://www.rheumatology.org/practice/clinical/patients/
diseases_and_conditions/lupus.asp (diakses 13 Agustus
2014) 4. Yayasan Lupus Indonesia. 2013. Informasi tentang lupus. http://yayasanlupusindonesia.org (diakses 13 Agustus 2014)