1.
Rumusan Masalah
Melihat adanya kesenjangan antara harapan dengan kenyataan yang ada di
lapangan seperti yang sudah dipaparkan pada latar belakang masalah, maka
rumusan penelitian ini dapat disampaikan sebagai berikut:
1)
2)
2.
D. Manfaat Penelitian
Secara teoritis, hasil penelitian ini diharapkan akan bermanfaat sebagai
acuan dalam memperkaya teori dalam rangka peningkatan kompetensi guru.
Sedangkan secara praktis penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi sekolah,
khususnya SMA Negeri ........ dalam rangka meningkatkan prestasi
belajar ................... Di samping itu, penelitian ini juga diharapkan bermanfaat
sebagai informasi yang berharga bagi teman-teman guru, kepala sekolah di
sekolahnya masing-masing.
BAB II
KAJIAN PUSTAKA
A. Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual yang melukiskan
prosedur yang sistematis dalam mengorganisasi pengalaman belajar untuk
mencapai tingkat belajar tertentu (Udin S. W., 1997). Joyce, dkk. (2003)
mengemukakan bahwa suatu model pembelajaran adalah suatu perencanaan
atau pola yang digunakan sebagai pedoman pelaksanaan pembelajaran di kelas.
Oemar Hamalik (2003: 24) menjelaskan bahwa model pembelajaran merupakan
suatu rencana atau pola yang digunakan untuk membentuk kurikulum,
merancang bahan pengajaran dan membimbing pengajaran di kelas. Dari
pendapat tersebut di atas dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran
merupakan kerangka konseptual dalam wujud suatu perencanaan pembelajaran
yang melukiskan prosedur yang sistematis yang digunakan sebagai pedoman
dalam pembelajaran di kelas.
Istilah model pembelajaran mempunyai empat ciri khusus yakni: 1)
rasional teoretik yang logis yang disusun oleh para pencipta, 2) landasan
pemikiran tentang apa dan bagaimana siswa belajar, 3) tingkah laku mengajar
yang diperlukan agar model tersebut dapat berhasil, 4) lingkungan belajar yang
diperlukan agar tujuan pembelajaran itu dapat tercapai (Wina Sanjaya, 2006:
128).
Sintaks suatu model pembelajaran menggambarkan keseluruhan urutan
alur langkah yang pada umumnya diikuti oleh serangkaian kegiatan
pembelajaran (Nana S., 1989: 43). Sintaks pembelajaran menunjukkan dengan
jelas kegiatan-kegiatan apa yang perlu dilakukan oleh guru atau siswa dan tugastugas khusus yang dilakukan oleh siswa. Sintaks dari bermacam model
pembelajaran mempunyai komponen yang sama seperti diawali dengan menarik
perhatian siswa dan memotivasi siswa agar terlibat dalam proses pembelajaran.
Demikian pula setiap model pembelajaran selalu mempunyai tahap menutup
pelajaran. Namun demikian ada perbedaan seperti perbedaan pengelolaan
lingkungan belajar, perbedaan peran siswa, perbedaan peran guru, perbedaan
ruang fisik dan perbedaan sistem sosial kelas. Perbedaan-perbedaan tersebut
harus dipahami oleh para guru dalam menerapkan model pembelajaran agar
dapat dilaksanakan dengan baik.
B. Model Pembelajaran Problem Based Learning
Model pembelajaran problem based learning (pembelajaran berbasis
masalah), awalnya dirancang untuk program graduate bidang kesehatan oleh
Barrows, Howard (1986) yang kemudian diadaptasi dalam bidang pendidikan
oleh Gallagher (1995). Problem based learning disetting dalam bentuk
pembelajaran yang diawali dengan sebuah masalah dengan menggunakan
instruktur sebagai pelatihan metakognitif dan diakhiri dengan penyajian dan
analisis kerja siswa.
Model pembelajaran problem based learningberlandaskan padapsikologi
kognitif, sehingga fokus pengajaran tidak begitu banyak pada apa yang sedang
dilakukan siswa, melainkan kepada apa yang sedang mereka pikirkan pada saat
mereka melakukan kegiatan itu. Pada problembased learning peran guru lebih
berperan sebagai pembimbing dan fasilitator sehingga siswa belajar berpikir dan
memecahkan masalah mereka sendiri. Belajar berbasis masalah menemukan
akar intelektualnya pada penelitian John Dewey (Ibrahim, 2000). Pedagogi Jhon
Dewey menganjurkan guru untuk mendorong siswa terlibat dalam proyek atau
tugas yang berorientasi masalah dan membentu mereka menyelidiki masalahmasalah tersebut. Pembelajaran yang berdayaguna atau berpusat pada masalah
digerakkan oleh keinginan bawaan siswa untuk menyelidiki secara pribadi situasii
yang bermakna merupakan hubungan problem based learning dengan psikologi
Dewey. Selain Dewey, ahli psikologi Eropa Jean Piaget tokoh pengembang konsep
konstruktivisme telah memberikan dukungannya. Pandangan konstruktivismekognitif yang didasari atas teori Piaget menyatakan bahwa siswa dalam segala
usianya secara aktif terlibat dalam proses perolehan informasi dan membangun
pengetahuannya sendiri (Ibrahim, 2000).
2)
3)
Selama tahap ini guru mendorong semua ide dan menerima sepenuhnya ide
tersebut.
4)
5)
1.
Tujuan Pembelajaran
Tujuan pembelajaran dirancang untuk dapat merangsang dan melibatkan
pebelajar dalam pola pemecahan masalah. Kondisi ini akan dapat
mengembangkan keahlian belajar dalam bidangnya secara langsung dalam
mengidentifikasi permasalahan. Dalam konteks belajar kognitif sejumlah tujuan
yang terkait adalah belajar langsung dan mandiri, pengetahuan dan pemecahan
masalah. Sehingga untuk mencapai keberhasilan, para pebelajar harus
mengembangkan keahlian belajar dan mampu mengembangkan strategi dalam
mengidentifikasi dan menemukan permasalahan belajar, evaluasi dan juga
belajar dari berbagai sumber yang relevan.
2.
Keberlanjutan masalah
Dalam hal ini ada dua hal yang harus terpenuhi. Pertama, harus dapat
memunculkan konsep-konsep atau prinsip-prinsip yang relevan
dengancontent domain yang dibahas. Kedua, permasalahan hendaknya riil
sehingga memungkinkan terjadinya kesamaan pandang antarsiswa. Ada tiga
alasan kenapa permasalahan harus nyata (realistik). (1) Siswa terkadang terbuka
untuk meneliti semua dimensi dari permasalahan sehingga dapat mengalami
kesulitan dalam menciptakan suatu permasalahan yang luas dengan informasi
yang sesuai. (2) Permasalahan nyata cenderung untuk lebih melibatkan siswa
terhadap suatu konteks tentang kesamaan dengan permasalahan. (3) Siswa
segera ingin tahu hasil akhir dari penyelesaian masalahnya.
3.
1)
2)
3)
Guru berperan sebagai fasilitator atau pembimbing. Dalam hal ini guru tidak
berperan sebagai penceramah atau pemberi faktual, namun berperan sebagai
fasilitator. Guru tidak memberitahu siswa tentang apa yang mereka harus
pelajari atau baca. Siswa itu sendirilah (secara berkelompok) yang
mengidentifikasi dan menentukan konsep-konsep atau prinsip-prinsip apa yang
harus mereka pelajari dan mereka pahami agar mampu memecahkan masalah
yang telah disajikan guru pada awal setting pembelajaran.
4)
5)
Informasi baru diperoleh melalui belajar secara mandiri (self directed learning).
Siswa diharapkan belajar dari dunia pengetahuan dan mengakumulasikan
keahliannya melalui belajar mandiri, serta dapat berbuat seperti praktisi yang
sesungguhnya. Selama proses belajar secara mandiri, siswa bekerja bersama
dalam kelompok, berdiskusi, melakukan komparasi, mereview serta berdebat
tentang apa yang sudah mereka pelajari.
6)
1)
2)
3)
Berikan kesempatan kepada siswa untuk mengelola data yang mereka miliki
yang merupakan proses metakognisi.
4)
1.
2.
3.
4.
5.
7.
8.
9.
10. Pemecahan masalah dapat mengembangkan minat siswa untuk secara terusmenerus belajar sekalipun belajar pada pendidikan formal telah berakhir.
Sedangkan kelemahannya adalah:
1.
Manakala siswa tidak memiliki minat atau tidak memiliki kepercayaan sehingga
masalah yang dipelajari sulit dipecahkan maka siswa akan merasa enggan untuk
mencoba.
2.
3.
3.
Cognition plays a role in learning. Over the last 30 years social learning theory
has become increasingly cognitive in its interpretation of human learning.
Awareness and expectation of future reinforcements or punishments can have a
major effect on the behaviors that people exhibit.
4. Sociallearning theory can be considered a bridge or a transition between
behaviorist learning theories and cognitive learning theories.
Belajar Berbasis Masalah didukung pula oleh teorinya Jerome Bruner yang
dikenal dengan pembelajaran penemuan. Belajar penemuan ini merupakan suatu
model pembelajaran yang menekankan pentingnya membantu siswa memahami
struktur atau ide kunci dari suatu disiplin ilmu, perlunya siswa aktif terlibat dalam
proses pembelajaran dan pembelajaran yang sebenarnya terjadi melalui
penemuan pribadi. Tujuan pendidikan tidak hanya meningkatkan banyaknya
pengetahuan siswa tetapi juga menciptakan kemungkinan-kemungkinan untuk
penemuan siswa. Pembelajaran penemuan diterapkan dengan menekankan
penalaran induktif dan proses-proses inkuiri yang merupakan ciri dari metode
ilmiah. Belajar berdasarkan masalah pada intinya adalah melakukan proses
inkuiri tersebut.
Kaitan intelektual antara pembelajaran penemuan dan belajar berbasis
masalah sangat jelas. Pada kedua model ini, guru menekankan keterlibatan siswa
secara aktif, orientasi induktif lebih ditekankan dari pada deduktif, dan siswa
menentukan atau mengkonstruksi pengetahuannya sendiri. Pada belajar berbasis
masalah atau penemuan, guru mengajukan pertanyaan atau masalah kepada
siswa dan memperbolehkan siswa untuk menemukan ide dan teori mereka
sendiri.
Belajar Berbasis Masalah (BBM) memiliki nama lain yang pada dasarnya
bermakna sama, seperti Problem-Based Learning (PBL), Problem-Based
Instruction (PBI), Project-Based Teaching (Pembelajaran Proyek), Experienced
Based Education (Pendidikan Berdasarkan Pengalaman), Authentic Learning
(Belajar Autentik) dan Echored Instruction (Pembelajaran Berakar pada
Kehidupan Nyata).
Belajar Berbasis Masalah (BBM) adalah pembelajaran yang dirancang
berdasarkan masalah kehidupan yang bersifat tidak tentu (ill-structured), terbuka
dan mendua. Masalah yang tidak tentu adalah masalah yang kabur, tidak jelas,
atau belum terdefinisikan (Fogarty, dalam Arnyana, 2004). Sedangkan Boud
(1985: 1) menyatakan bahwa Belajar adalah masalah merupakan pembelajaran
yang dimulai dengan penyajian masalah, yang berupa pertanyaan atau teka-teki
yang dapat merangsang siswa untuk menyelesaikannya. Definisi yang hampir
sama dinyatakan oleh Ibrahim dan Nur (2000: 3), bahwa BBM terdiri dari
menyajikan kepada siswa situasi masalah yang autentik dan bermakna yang
dapat memberikan kesempatan kepada mereka untuk melakukan penyelidikan
dan inkuiri. Secara lebih spesifik, Barrows (1996: 5) menyatakan bahwa BBM
merupakan pembelajaran yang memiliki karakteristik, yakni (1) belajar berpusat
pada siswa, (2) belajar terjadi dalam kelompok kecil, (3) guru berperan sebagai
fasilitator atau penuntun, (4) bentuk masalah difokuskan pada pengaturan dan
merangsang untuk belajar, (5) masalah merupakan sarana untuk membangun
keterampilan pemecahan masalah, (6) informasi baru diperoleh melalui selfdirecting learning.
Belajar Berbasis Masalah diterapkan untuk merangsang berpikir tingkat
tinggi siswa dalam situasi berorientasi masalah, termasuk di dalamnya belajar
bagaimana belajar (Ibrahim dan Nur, 2000). Peran guru dalam pembelajaran ini
adalah menyajikan masalah, mengajukan pertanyaan dan memfasilitasi
penyelidikan dan dialog. Lebih penting lagi, guru melakukan scaffolding, yaitu
suatu kerangka dukungan yang memperkaya keterampilan dan pertumbuhan
intelektual siswa. BBM tidak terjadi tanpa guru mengembangkan lingkungan
kelas yang memungkinkan terjadinya pertukaran ide secara terbuka.
Belajar Berbasis Masalah memiliki ciri-ciri sebagai berikut: (1) Mengajukan
pertanyaan atau masalah. BBM mengorganisasikan pertanyaan dan masalah
yang sangat penting dan secara pribadi bermakna bagi siswa. Masalah yang
diajukan berupa situasi kehidupan nyata/autentik, menghindari jawaban
sederhana dan memungkinkan adanya berbagai macam solusi untuk situasi
tersebut. (2) Berfokus pada keterkaitan antar disiplin. (3) Penyelidikan autentik.
BBM mengharuskan siswa melakukan penyelidikan autentik untuk mencari
penyelesaian masalah secara nyata. Mereka harus menganalisis dan
mendefinisikan masalah, mengembangkan hipotesis, mengumpulkan dan
menganalisis informasi, melakukan eksperimen (jika diperlukan), membuat
inferensi dan merumuskan simpulan sebagai solusi terhadap masalah yang
diajukan. (4) Menghasilkan produk atau karya dan memamerkannya. BBM
menuntut siswa untuk menghasilkan produk tertentu dalam bentuk karya nyata
atauartefak dan peragaan yang menjelaskan atau mewakili bentuk penyelesaian
masalah yang mereka temukan. (5) Kerja sama. BBM juga dicirikan oleh siswa
bekerjasama antara yang satu dengan lainnya dalam bentuk berpasangan atau
berkelompok (antara 4-8 siswa) dalam memecahkan masalah yang dihadapinya.
Dalam pembelajarannya, siswa bekerjasama antara satu dengan yang lain, untuk
mengembangkan keterampilan berpikir (Ibrahim dan Nur, 2000: 5-6).
Belajar berdasarkan masalah dikembangkan untuk membantu siswa
mengembangkan kemampuan berpikir, memecahkan masalah dan keterampilan
intelektual. Di samping itu, BBM memberikan kesempatan belajar berbagai peran
orang dewasa melalui pelibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi
serta menjadi pebelajar yang otonom dan mandiri (Ibrahim dan Nur, 2000). BBM
dapat mengembangkan kemampuan berpikir tingkat tinggi. Hal ini didukung oleh
Hastings yang mengemukakan bahwa belajar berdasarkan masalah dapat
mengembangkan keterampilan berpikir kritis dan analitis serta menghadapkan
siswa pada latihan untuk memecahkan masalah (dalam Arnyana, 2004).
Aktivitas
Kata Aktivitas berasal dari Bahasa Inggris activity yang artinya state
of action, lireliness or ingorous mation (Webster New American Dictionary: 12).
Apabila diartikan dalam Bahasa Indonesia kata ini berarti kebenaran dari
perlakuan, kegiatan yang aktif, kegiatan yang aktual atau giat dalam melakukan
gerak-gerik, usul. Dalam bahasa Indonesia aktif berarti giat belajar, giat
berusaha, dinamis, mampu berkreasi dan beraksi (Kamus Besar Bahasa
Indonesia: 32).
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
Bertanya pada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapinya
4.
5.
6.
7.
8.
2.
Belajar
Belajar dalam Bahasa Inggris adalah Study yang artinya The act of
using the mind to require knowledge (Webster New American Dictionary: 1993).
Apabila diartikan dalam Bahasa Indonesia, belajar adalah perbuatan
menggunakan ingatan/pikiran untuk mendapatkan/ memperoleh pengetahuan.
Belajar artinya berusaha untuk memperoleh ilmu atau menguasai suatu
keterampilan; juga berarti berlatih (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 27).
Selanjutnya belajar juga berarti perubahan yang relatif permanen dalam
kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat pengolahan atas pengalaman yang
diperolehnya dari praktek yang dilakukannya (Glosarium Standar Proses, Permen
Diknas No. 41 tahun 2007). Dari ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah penggunaan pikiran untuk memperoleh ilmu. Ini berarti
bahwa belajar adalah perbuatan yang dilakukan dari tahap belum tahu ke tahap
mengetahui sesuatu yang baru.
Prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya cara belajar siswa aktif
adalah: stimulus, perhatian dan motivasi, respon, penguatan dan umpan balik
(Sriyono, 1992: http://www.scribd.com/doc/90372081).
D. Prestasi Belajar
1.
Aktivitas
Kata Aktivitas berasal dari Bahasa Inggris activity yang artinya state
of action, lireliness or ingorous mation (Webster New American Dictionary: 12).
Apabila diartikan dalam Bahasa Indonesia kata ini berarti kebenaran dari
perlakuan, kegiatan yang aktif, kegiatan yang aktual atau giat dalam melakukan
gerak-gerik, usul. Dalam bahasa Indonesia aktif berarti giat belajar, giat
berusaha, dinamis, mampu berkreasi dan beraksi (Kamus Besar Bahasa
Indonesia: 32).
Aktivitas merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh siswa, baik dalam
aktivitas jasmani maupun dalam aktivitas rohani. Aktivitas ini jelas merupakan
ciri bahwa siswa berkeinginan untuk mengikuti proses. Siswa dikatakan memiliki
keaktifan apabila ditemui ciri-ciri seperti berikut (Tim Instruktur PKG, 1992: 2):
1.
2.
3.
4.
5.
1.
2.
3.
Bertanya pada siswa lain atau kepada guru apabila tidak memahami persoalan
yang dihadapinya
4.
5.
6.
7.
8.
2.
Belajar
Belajar dalam Bahasa Inggris adalah Study yang artinya The act of
using the mind to require knowledge (Webster New American Dictionary: 1993).
Apabila diartikan dalam Bahasa Indonesia, belajar adalah perbuatan
menggunakan ingatan/pikiran untuk mendapatkan/ memperoleh pengetahuan.
Belajar artinya berusaha untuk memperoleh ilmu atau menguasai suatu
keterampilan; juga berarti berlatih (Kamus Besar Bahasa Indonesia: 27).
Selanjutnya belajar juga berarti perubahan yang relatif permanen dalam
kapasitas pribadi seseorang sebagai akibat pengolahan atas pengalaman yang
diperolehnya dari praktek yang dilakukannya (Glosarium Standar Proses, Permen
Diknas No. 41 Tahun 2007). Dari ketiga pengertian tersebut dapat disimpulkan
bahwa belajar adalah penggunaan pikiran untuk memperoleh ilmu. Ini berarti
bahwa belajar adalah perbuatan yang dilakukan dari tahap belum tahu ke tahap
mengetahui sesuatu yang baru.
Prinsip belajar yang dapat menunjang tumbuhnya cara belajar siswa aktif
adalah: stimulus, perhatian dan motivasi, respon, penguatan dan umpan balik
(Sriyono, 1992: http://www.scribd.com/doc/90372081). Juga dikatakan bahwa
ativitas belajar berupa keaktifan jasmani dan rohani yang meliputi keaktifan
panca indra, keaktifan akal, keaktifan ingatan dan keaktifan emosi. Pendapat lain
menyatakan bahwa aktivitas belajar dilakukan dalam bentuk interaksi antara
guru dengan siswa dan antara siswa siswa dengan siswa lain (Abdul, 2002 dalam
http://www.scribd.com/doc/90372081).
Dari kedua pendapat di atas, dapat dipahami bahwa belajar sebenarnya
merupakan cara yang membuat siswa aktif, baik dengan penggunaan cara
simulasi, respon, motivasi, penguatan, umpan balik yang dapat membangkitkan
keaktifan jasmani dan rohani siswa sehingga muncul interaksi antar siswa
dengan guru begitu juga interaksi antara siswa yang satu dengan siswa lainnya.
Dengan menggabungkan semua pendapat yang telah disampaikan serta
pengertian-pengertian tentang belajar dapat disimpulkan bahwa belajar adalah
penggunaan ingatan atau pikiran untuk memperoleh pengetahuan baru yang
belum diketahui sebelumnya dengan penggunaan cara-cara tertentu seperti
simulasi, respon, motivasi, penguatan, umpan balik yang dapat membangkitkan
keaktifan siswa baik jasmani maupun rohani yang dapat membangkitkan
interaksi antara siswa dengan guru serta siswa dengan siswa lainnya.
3.
Aktivitas Belajar
Dari semua pengertian dan pendapat-pendapat tentang aktivitas dan
pengertian-pengertian serta pendapat-pendapat tentang belajar dapat
disimpulkan bahwa aktivitas belajar mempunyai batasan-batasan seperti: 1)
kebenaran perlakuan, 2) ada partisipasi, 3) kegiatan aktual atau keikutsertaan
baik jasmani maupun rohani, 4) antusiasme, 5) interaksi siswa dengan guru,
siswa dengan siswa lainnya, 6) penerapan secara aktual apa yang telah
diporoleh.
Prestasi belajar ................ sama dengan prestasi belajar bidang studi yang
lain merupakan hasil dari proses belajar siswa dan sebagaimana biasa dilaporkan
pada wali kelas, murid dan orang tua siswa setiap akhir semester atau akhir
tahun ajaran.
Prestasi belajar mempunyai arti dan manfaat yang sangat penting bagi anak
didik, pendidik, orang tua/wali murid dan sekolah, karena nilai atau angka yang
diberikan merupakan manifestasi dari prestasi belajar siswa dan berguna dalam
pengambilan keputusan atau kebijakan terhadap siswa yang bersangkutan
maupun sekolah. Prestasi belajar merupakan kemampuan siswa yang dapat
diukur, berupa pengetahuan, sikap dan keterampilan yang dicapai siswa dalam
kegiatan belajar mengajar.
sangat dipengaruhi oleh factor luar yaitu guru dan metode. Hal inilah yang
menjadi titik perhatian peneliti di lapangan.
Terkait dengan penelitian ini, untuk mengukur prestasi belajar ...................
digunakan tes hasil belajar, dengan mengacu pada materi pelajaran ..................
pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang berlaku di sekolah ini.
E. Kerangka Berpikir
Model pembelajaran Problem Based Learning diseting memiliki bentuk yang
diawali dengan sebuah masalah dimana instruktur sebagai pelatih, diakhiri
penyajian dan kerja siswa, guru lebih sebagai pembimbing dan fasilitator, siswa
diupayakan berpikir untuk memecahkan masalahnya sendiri. Pemusatan
masalah disekitar materi pelajaran, kemampuan siswa mewujudkan hipotesis,
kemampuan menyajikan hasil karya, menuntuk kemampuan menganalisis,
mempresentasikan hasil, pengembangan kreativitas berpikir, menuntut
kemampuan menyampaikan konsep-konsep terkait materi. Model ini menuntut
kemampuan guru sebagai motivator dan fasilitator, kemampuan mengajar
kelompok kecil, guru merupakan kunci keberhasilan pembelajaran, kelompok
bisa lebih banyak 5-8 orang. Unit-unit pelajaran ditukar untuk setiap anggota
kelompok. Guru harus menghindari ceramah, masalah disampaikan sebagai
stimulus sehingga pembelajaran menantang, kemampuan metakognisi
(mengolah data), siswa diupayakan memiliki kemampuan lebih dari menggali
semua masalah yang ada dan kemampuan membandingkan temuan-temuannya
dengan temua orang lain, sehingga siswa menjadi sangat aktif dalam mengikuti
proses pembelajaran. Model ini menuntut kegiatan intelektual metode belajar
sendiri, memproses apa yang mereka telah dapatkan dalam pikirannya untuk
menjadi sesuatu yang bermakna. Mereka diupayakan untuk lebih produktif,
mampu membuat analisa membiasakan mereka brpikir kritis, dapat
mempresentasikan apa yang telah dipelajari. Model ini juga bisa diupayakan
untuk pengembangan kemampuan akademik, menghindarkan siswa belajar
dengan hapalan, dapat memberikan tambahan kemampuan untuk dapat
mengasimilasikan dan mengakomodasikan informasi, serta menuntut
kemampuan pemecahan dengan latihan khusus untuk mempertinggi daya ingat
dengan berlatih untuk dapat memecahkan masalah-masalah yang ada.
F. Hipotesis Tindakan
Dengan semua paparan di atas, dapat disampaikan hipotesis atau dugaan
sementara yang bunyinya:
Langkah-langkah Model Pembelajaran Problem Based Learning dapat
Meningkatkan Prestasi Belajar Siswa Kelas...... pada Semester ..........
Tahun ajaran ............... SMA .....................
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
Penelitian yang dilakukan termasuk penelitian tindakan. Oleh karenanya,
rancangan yang khusus untuk sebuah penelitian tindakan sangat diperlukan.
Penelitian tindakan didasarkan pada filosofi bahwa setiap manusia tidak suka
atas hal-hal yang statis, tetapi selalu menginginkan sesuatu yang lebih baik.
Peningkatan diri untuk hal yang lebih baik ini dilakukan terus menerus sampai
tujuan tercapai (Suharsimi Arikunto, Suhardjono, Supardi, 2006: 67).
Dalam melaksanakan penelitian, rancangan merupakan hal yang sangat
penting untuk disampaikan. Tanpa rancangan, bisa saja alur penelitian akan
ngawur dalam pelaksanaannya.
Untuk penelitian ini penulis memilih rancangan penelitian tindakan yang
disampaikan oleh ........................ seperti terlihat pada gambar berikut.
Ada hal-hal penting yang perlu diperhatikan dalam memahami langkahlangkah yang ada di dalam model PTK yang dikembangkan oleh Ebbut, Elliot, dan
Kemmis. Bila guru akan menerapkan atau mengadopsi untuk penelitian tindakan
kelas.
Diadopsi dari (Sukidin, Basrowi, Suranto, 2002: 46 54)
Perlu diketahui bahwa sebenarnya model-model ini lebih memberikan
gambaran garis besar proses daripada suatu teknologi. Urutan langkah-langkah
memang diperlihatkan, tetapi hanya sedikit sekali yang menyinggung soal
apanya dan bagaimana antara langkah-langkah ini. Tidak mengherankan kalau
model-model ini dapat membingungkan para praktisi. Bahkan Ebbut sendiri
mengakui bahwa gambar Elliot cenderung sulit untuk dimengerti.
Subjek Penelitian
Subjek penelitian ini adalah semua siswa kelas......... SMA Negeri ..........................
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel berikut.
2.
Objek Penelitian
Yang menjadi objek penelitian ini adalah peningkatan aktivitas dan prestasi
belajar siswa kelas ....... SMA Negeri ......................... setelah diterapkan
modelProblem Based Learning dalam proses pembelajaran.
C. Waktu Penelitian
2.
Instrumen Penelitian
.....................
:
:
Jawablah ................................
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A. Hasil Penelitian
Pada Bab IV ini penulis sampaikan data yang diperoleh dari
penelitian
b.
c.
Meminta teman-teman guru bidang studi sejenis dan kepala sekolah sebagai
mitra kesejawatan dalam pelaksanaan pembelajaran Problem Based Learning
yang sudah direncanakan. Hasilnya adalah kesiapan teman-teman guru untuk
ikut melaksanakan supervisi kunjungan kelas dalam mengamati kekurangan
yang ada.
d.
e.
a)
b)
c)
f.
g.
h.
i.
2.
Pelaksanaan Tindakan I
a.
Pengelolaan Kelas
Mengelola kelas dengan persiapan yang matang, mengajar materi dengan benar
sesuai model pembelajaran Problem Based Learning.
b.
Alat Penilaian
Pembahasan dan jenis penilaian, terlampir di RPP berikut format penilaian.
c.
Penampilan
Penampilan secara umum, peneliti berpakaian rapi, menggunakan bahasa yang
santun, menuntun siswa semaksimal mungkin dengan penggunaan
metode Problem Based Learning, diawali dengan penyampaian tujuan, berlanjut
dengan penyampaian masalah, mengajari siswa-siswa dalam belajar
berhubungan dengan masalah tersebut, pemberian cara-cara pemecahan
masalah, mengupayakan kemampuan membuat laporan. Setelah pembelajaran
selesai dilakukan, dilanjutkan dengan mengadakan pertemuan dengan guru yang
mengawasi proses pembelajaran untuk mendiskusikan hasil pengamatan yang
dilakukan.
d.
1.
2.
3.
Peneliti mengusulkan agar guru yang mengamati mau kembali dan bersedia
mengamati kembali pada kesempatan di siklus II.
4.
5.
1)
2)
3)
Peneliti belum begitu baik dalam waktu. Memulai pelajaran tidak tepat waktu
akibat hal-hal tertentu.
3.
Observasi/Pengamatan
Pengamatan yang dilakukan sangat bervariasi. Penulis menggunakan guru
teman sejawat untuk ikut masuk kelas mengamati kebenaran pelaksanaan
pembelajaran yang menggunakan model Problem Based Learning. Data yang
diperoleh dari kegiatan observasi yang dilakukan guru akan sangat berpengaruh
4.
Refleksi Siklus I
Sebelum memulai refleksi, ada baiknya melihat pendapat pakar pendidikan
tentang apa yang dimaksud dengan refleksi. Pendapat ini akan merupakan
panduan terhadap cara atau hal-hal yang perlu dalam menulis refleksi. Refleksi
merupakan kajian secara menyeluruh tindakan yang telah dilakukan berdasarkan
data yang telah terkumpul, kemudian dilakukan evaluasi guna menyempurnakan
tindakan. Refleksi menyangkut analisis, sintesis, dan penilaian terhadap hasil
1.
2.
3.
4.
SD
SD
= ..............
No Subjek
Penelitian
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
Nilai
(X)
(X-x)
(X-x)2
23
24
25
26
27
28
29
30
X
XX
5.
Untuk persiapan penyajian dalam bentuk grafik maka hal-hal berikut dihitung
terlebih dahulu.
1.
2.
3.
4.
Interval
Nilai
Tengah
Frekuensi
Absolut
Frekuensi
Relatif
1
2
3
4
5
6
Total
Frekuensi Relatif =
5.
...........
x 100
Siklus II
1.
Perencanaan
Melihat semua hasil yang didapat pada siklus I, baik refleksi data kualitatif
maupun refleksi data kuantitatif, maka untuk perencanaan pelaksanaan
penelitian di siklus II ini ada beberapa hal yang perlu dilakukan yaitu:
a.
b.
c.
d.
2.
Pelaksanaan Tindakan
Observasi/Penilaian
Penilaian terhadap kebenaran pelaksanaan pembelajaran Problem Based
Learning didahului dengan menctat hal-hal penting seperti aktivitas belajar yang
dilakukan pada saat peneliti melakukan tindakan. Dari catatan-catatan yang
cepat tersebut penulis mengetahui bagian mana yang mesti diperbaiki, dibagian
mana diperlukan penekanan-penekanan, dibagian mananya perlu diberi saransaran serta penguatan-penguatan. Di samping itu adanya guru yang mengamati
proses pembelajaran akan sangat membantu untuk mengetahui lebih jelas
kesalahan-kesalahan yang dilakukan selama pross pembelajaran. Guru yang
mengamati mencatat juga kreativitas siswa, kemauan siswa untuk ikut
berpartisipasi dalam pembelajaran, kontribusi diantara para siswa. Semua ini
sudah terlaksana dengan baik. Pelaksanaan tes prestasi belajar akhirnya
dilanjutkan minggu depannya karena setelah guru melakukan proses
pembelajaran, waktu untuk memberikan tes tidak mencukupi sehingga
dilaksanakan pada pertemuan selanjutnya. Hasil tes prestasi belajar siswa siklus
II akan dibahas pada refleksi II.
4.
Refleksi Siklus II
Analisis Kuantitatif untuk Perolehan Nilai Tes Prestasi Belajar Siklus II
Sesuai data pada lampiran 12.
1.
2.
3.
4.
5.
1)
= 1 + 3,3 x log N
= .......................
= .......................
= .......................
2)
3)
4)
= ...................
Tabel data kelas interval disajikan sebagai berikut:
No
Urut
1
2
3
4
5
6
Interval
Total
6.
200
300
400
500
600
700
Nilai
Tengah
Frekuensi
Absolut
Frekuensi
Relatif
...........
100
2.
Hasil tes prestasi belajar di siklus I telah menemukan efek utama bahwa
penggunaan metode tertentu akan berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa
yang dalam hal ini adalah metode Problem Based Learning. Hal ini sesuai dengan
hasil meta analisis metode pembelajaran yang dilakukan oleh Soedomo, 1990
(dalam Puger, 2004) yang menyatakan bahwa metode pembelajaran yang
diterapkan oleh seorang guru berpengaruh terhadap prestasi belajarnya.
Seperti telah diketahui bersama bahwasannya mata pelajaran.......
menitikberatkan pembelajaran pada aspek kognitif, .............., dan ....... sebagai
pedoman prilaku kehidupan sehari-hari siswa. Untuk penyelesaian kesulitan yang
ada maka penggunaan metode ini dapat membantu siswa untuk berkreasi,
bertindak aktif, bertukar pikiran, mengeluarkan pendapat, bertanya, berdiskusi,
berargumentasi, bertukar informasi dan memecahkan masalah yang ada
bersama dengan anggota kelompok diskusinya. Hal inilah yang membuat siswa
berpikir lebih tajam, lebih kreatif dan kritis sehingga mampu untuk memecahkan
masalah-masalah yang kompleks dan efek selanjutnya adalah para siswa akan
dapat memahami dan meresapi mata pelajaran ........... lebih jauh.
Kendala yang masih tersisa yang perlu dibahas adalah prestasi belajar
yang dicapai pada siklus I ini belum memenuhi harapan sesuai dengan tuntutan
KKM mata pelajaran............ di sekolah ini yaitu...... Oleh karenanya upaya
perbaikan lebih lanjut masih perlu diupayakan sehingga perlu dilakukan
perencanaan yang lebih matang untuk siklus selanjutnya.
3.
BAB V
PENUTUP
A. Simpulan
Dengan mengetahui bahwa pemicu rendahnya aktivitas belajar dan prestasi
belajar ada pada faktor-faktor seperti metode yang digunakan guru, sehingga
penggunaan atau penggantian metode konvensional menjadi metode-metode
yang sifatnya konstruktivis sangat diperlukan, akibatnya peneliti mencoba
metode Problem Based Learning dalam upaya untuk dapat memecahkan
permasalahan yang ada di sekolah.
Berdasar pada rendahnya prestasi belajar siswa yang disampaikan pada
latar belakang masalah, penggunaan model pembelajaran Problem Based
Learning diupayakan untuk dapat menyelesaikan dua tujuan penelitian ini yaitu
untuk mengetahui peningkatan prestasi belajar siswa. Seberapa besar
peningkatan yang dicapai sudah dipaparkan dengan jelas pada akhir analisis.
Dari hasil penelitian yang boleh disampaikan di Bab IV dan semua data yang
telah disampaikan tersebut, tujuan penelitian yang disampaikan sudah dapat
dicapai.
Untuk menjawab tujuan penelitian yaitu pencapaian kenaikan prestai belajar
siswa dapat dilihat bukti-bukti yang sudah disampaikan.
a. Dari data awal ada ..... siswa mendapat nilai di bawah ........ pada siklus I
menurun menjadi ...... siswa dan siklus II hanya ............ siswa mendapat
nilai .............
b. Dari rata-rata awal..... naik menjadi ...... pada siklus I dan pada siklus II naik
menjadi ..........
c. Dari data awal siswa yang tuntas hanya ..... orang sedangkan pada siklus I
menjadi lebih banyak yaitu ....... siswa dan pada siklus II menjadi cukup banyak
yaitu ...... siswa.
Dari semua data pendukung pembuktian pencapaian tujuan pembelajaran
dapat disampaikan bahwa model Problem Based Learning dapat memberi
jawaban yang diharapkan sesuai tujuan penelitian ini. Semua ini dapat dicapai
adalah akibat kesiapan dan kerja keras peneliti dari sejak pembuatan proposal,
review hal-hal yang belum bagus bersama teman-teman guru, penyusunan kisikisi dan instrumen penelitian, penggunaan sarana trianggulasi data sampai pada
pelaksanaan penelitian yang maksimal.
B. Saran
Berdasarkan temuan yang sudah disimpulan dari hasil penelitian, dalam upaya
mencapai tujuan pembelajaran dalam bidang studi..............................., dapat
disampaikan saran-saran sebagai berikut:
1.
2.
Walaupun penelitian ini sudah dapat membuktikan efek utama dari model
Problem Based Learning dalam meningkatkan aktivitas dan prestasi belajar,
sudah pasti dalam penelitian ini masih ada hal-hal yang belum sempurna
dilakukan, oleh karenanya kepada peneliti lain yang berminat meneliti topik yang
sama untuk meneliti bagian-bagian yang tidak sempat diteliti.
3.
DAFTAR PUSTAKA
Abdul. 2002. http://www.scribd.com/doc/9037208/
Abdurrahman, Mulyono. 1999. Pendidikan bagi Anak Berkesulitan Belajar.Jakarta: Rineka
Cipta.
Ali, M.S. 2002. Hasil Belajar Fisika Ditinjau dari Beberapa faktor Psikologis.Disertasi. IKIP
Jakarta.
Alien, Deborah E. et al- 1996. The Power of Problem Based Learning in Teaching Introductory
Science Courses. Jossey-Boss Publisher.
Amien, Moh. 1996. Perkembangan Intelektual Siswa SMP. Jurnal IlmuPendidikan. Jilid 3 No. 4.
Jakarta : LPTK dan ISPI.
Anastasi, Anne. 1976. Psychological Testing. Fifth Edition. New York: Macmillan
Publishing Co., Inc.
Anom. 2000. Profesionalisme Guru Fisika dalam Menghadapi Tantangan Era
Global. Makalah. Disampaikan pada seminar dalam rangka HUT ke-36 Jurusan
Fisika STKIP Singaraja pada 1 hari Minggu 5 Nopember 2000.
Arends, Richard I. 2004. Learning to Teach. Sixth Edition. New York: McGraw-Hill
Arief Furchan. 2004. Pengantar Penelitian dalam Pendidikan. Pustaka Belajar: Yogyakarta.
Arikunto, Suharsimi. 1995. Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara.
Arikunto, Suharsimi; Suhardjono; Supardi. 2006. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: PT Bumi
Aksara.
Arnyana, Ida Bagus Putu. 2004. Pengembangan Perangkat Model Belajar Berdasarkan
Masalah Dipandu Strategi Kooperatif serta Pengaruh Implementasinya Terhadap
Kemampuan Berpikir Kritis dan Basil Belajar Siswa Sekolak Menengah Atas pada
Pelajaran Ekosistem. Disertasi. UNM.
Azwar, Saifuddin. 1996. Pengantar Psikologi Inteligensi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, Saifuddin. 2001. Tes Prestasi. Y ogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, Saifuddin. 2003. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Azwar, Saifuddin. 2004. Penyusunan Skala Psikologi. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Badan Standar Nasional Pendidikan. 2007. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional
Republik Indonesia Nomor 41 Tahun 2007. Jakarta: BSNP.
Bakry, N.M. 1986. Logikci Praktis. Yogyakarta: Liberty.
Barbara J. Duch. 1995. Problem-based Learning in Physic:The Power of student Teaching
Students. Journal College Taching Vol XXV.No.5 MAR/APR.
Barrows Howard. 1996. New Direction for Teaching and Learning "Problem-Based
Learning in Medichine and Beyond; Abrief Overview". Jossey Bass Publishers.