HUKUM AGRARIA
1. Pengantar
2. hukum agraria sebelum berlakunya UUPA
3. usaha-usaha pembahasan dibidang agraria setelah proklamasi kemerdekaan.
4. sejarah pembentukan UUPA
5. UUPA sebagai dasar pembentukan hukum agraria nasional
6. hak-hak agraria
7. hak atas tanah
8. ketentuan pokok pengaruh hak-hak atas tanah
9. ketentuan pokok pendaftaran tanah
10. ketentuan pokok tata guna tanah
11. ketentuan pokok land reform.
Sebelum mempelajari tentang hukum agraria maka perlu kiranya kita melihat sejarah
bahwa hukum agraria sangat penting bagi masyarakat untuk pengaturan tentang hukum hukum
kebendaan yang diatur pada buku II BW. Adapun hukum kebendaan yang mengatur tentang hak-
hak kebendaan yang merupakan hak-hak absolut. Dengan demikian untuk pengaturan-pengaturan
yang lebih optimal maka sangat perlu suatu pengaturan melalui suatu UU yaitu UUPA. UUPA yang
diundangkan melalui UU no.5 tahun 1960 telah menghapus sebagian besar ketentuan-ketentuan
tentang kebendaan sebagaimana disebut diatas yaitu buku II BW.
Dengan demikian jelas seklai bahwa yang dimaksud hukum agraria adalah suatu aturan
yang mengatur tentang hak-hak kebendaan seseorang/masyarakat negara yang menyangkut
tentang bumi, air, ruang angkasa serta semuanya ini menyangkut tentang definisi secara umum.
Sebagaimana diundangkannya UUPA no.5 tahun 1960 banyak yang harus kita simak
tentang sejarah-sejarah hukum di Indonesia maupun diluar negeri diantaranya adalah zaman
Hindia Belanda.
Sebagai negara jajahan belanda di Indonesia berlaku azas corcodanti (penyetaraan)
dengan hukum adat di Indonesia yaitu dengan suatu cara yaitu kodifikasi dan unifikasi tahun
1848.
Diantara UU yang telah dikodifikasi adalah sbb :
1. Wet boek van Strafrecht (KUHP)
2. Bugerlijk wetboek (BW) kecuali hukum tanah menjadi UU hukum Agraria
3. wet boek van koop handel (KUHD).
Azas korkodansi, kodifikasi dan unifikasi mewarnai hukum Indonesia sekarang paham
liberalisme dan individualisme menjadi jiwa pembentukan hukum belanda.
Misal :
-
negara berhak mengatur tentang hak-hak kebendaan seseorang, menggunakan hak-hak tanpa
batas dengan demikian tugas-tugas negara menjaga agar hak-hak individu tidak dirusak orang
lain.
Toesteming atau perjanjian persetujuan yang diadakan memikat kedua pihak atau persetujuan
para pihak didalamnya adalah hak-hak para pihak tersebut (Liberal).
Dalam hukum belanda agama dan adat terletak dibelakang dan tidak disinggungsinggung dalam pembentukan hukum artinya agama dan adat tidak termasuk dalam koridor hukum
negara sehingga hukum-hukum yang diproduk lebih mengutamakan kepada unsur-unsur rasio
pembuat UU tersebut.
Menteri kehakiman dalam seminar sejarah hukum pada tanggal 05 April 1975
menyatakan bahwa perbincangan sejarah hukum mempunyai arti penting dalam rangka pembinaan
hukum nasional karena usaha pembinaan hukum tidak saja memerlukan bahan-bahan tentang
perkembangan hukum masa kininakan tetapi juga bahan-bahan mengenai perkembangan hukum
masa lalu.
Melalui sejarah hukum kita akan mampu menjajaki berbagai aspek hukum Indonesia
pada masa dulu, hal mana akan dapat memberikan bantuan kepada kita untuk memahami kaedahkaedah serta institusi hukum yang ada dewasa ini dalam masyarakat bangsa indonesia mulai
penelitian sejarah hukum dapat diketahui tentang adanya kemungkinan lembaga-lembaga hukum
yang tidak diperlukan lagi atau masih perlu dikembangkan dalam membina hukum nasional.misal
dalam hukum agraria kita mengenal domein verklaring artinya semua tanah yang tidak bisa
dibuktikan haknya adalah tanah negara.
Politik hukum agraria berkembang tahun 1960 sampai dengan 1998 pemerintah dalam
melaksanakannya ambifalen (mendua) karena dalam UUPA No. 3:
1. Mengakui tanah ulayat sepanjang menurut kenyataan masih ada kalau tidak bertentangan dengan
UU yang lebih tinggi.
2. UUPA disusun berdasar hukum adat namun tidak dinyatakan hukum mana yang dipakai.
Untuk mengetahui proses perkembangan pengetahuan sistem hukum di Indonesia
kiranya perlu dikenal sistem hukum yang lama dan dengan mengetahui sistem hukum yang lama
tersebut kita akan dapat menganalisa seberapa jauh sistem ini berpengaruh pada perkembangan
hukum baru.
-
Contoh : azas penggunaan kekuasaan sewenang-wenang (a bous of power/ misbruik van recht)
diubah menjadi emansipasi wanita di cabut.
Hukum acara perdata di Indonesia pada dasarnya sama dengan hukum acara perdata
belanda hukum acara perdata belanda meneladani code prosedur civil tetapi kemudian hukum
acara perdata mengalami beberapa kali peninjauan. Perlu kita ketahui azas utama hukum acara
perdata adalah sbb :
1.
Terbuka untuk umum,semua keputusan selalu diucapkan dalam sidang terbuka atas dasar
ketentuan UU
1. Zaman Belanda
Pengaruh politik pertanahan terlihat dari tindakan / perbuatan yang dilakukan
pemerintah. Politik tersebut dimulai pada tahun 1830 (Perang Napoleon di Eropa) diantara politik
yang diterapkan oleh bangsa-bangsa Barat antara lain :
a.
Cultuure stelsel
b.
Agrarische Wet
c.
Agrarische Besluit
Dalam perkembangannya antara Agrarische Wet dan Agrarische Besluit ada yang
mengatakan domein verklaring.
yang dikatakan Domein verklaring adalah dijelaskan pada pasal 1 Agrarische wet
menyebutkan tanah yang tidak bisa dibuktikan atas kepemilikan (Eigendom/eigenaar).
Oleh karena itu UU atau Agrarische wet yang dikeluarkan oleh bangsa belanda
tersebut hukum belanda tersebut berisi ketentuan ketentuan yang sangat berpihak kepada
kepentingan kepentingan perusahaan swasta swasta. Namun ada juga melindungi kepentingan
orang Indonesia asli tapi melalui beberapa cara :
1.
Memberi kesempatan bagi orang Indonesia asli untuk memperoleh hak eigendom agraris atas
tanahnya sehingga dapat dihipotikkan.
2.
memperbolehkan rakyat meyewakan tanah kepada orang asing untuk rakyat yang berekonomi
lemah mendapat perlindungan terhadap orang yang berekonomi kuat.
Secara global agrarische wet bertujuan memberikan kemungkinan kepada modal asing
untuk berkembang di Indonesia dengan hak erfracht (HGU) selama 75 tahun, tanah dengan hak
penyerahan atas tanah maka dilakukan atas kesepakatan para pihak tapi dalam kenyataannya
Belanda melakukan pelanggaran (wanprestasi) dengan demikian sangat jelas sekali politik hukum
agraria yang pernah diterapkan di indonesia jelas tidak memihak kepada rakyat tetapi sangat
menguntungkan kepada perusahaan perusahaan swasta belanda yang ada di Indonesia pada saat
itu. Oleh karena itu setelah 17 Agustus 1945 pemerintah di indonesia berusaha merobah sestem
hukum agraria belanda dengan menyesuaikan dari hukum negeri sendiri. Usaha ini baru berhasil
dengan keluarnya UU no. 5 tahun 1960 artinya setelah 15 tahun indonesia merdeka dalam pasal 2
dijelaskan bahwa atas dasar ketentuan dalam pasal 33 ayat 3 UUD 1945 sebagaimana dimaksud
dalam pasal tersebut bumi, air dan ruang angkasa termasuk kekayaan alam yang terkandung
didalamnya, pada tingkatan tertinggi dikuasai oleh negara sebagai organisasi seluruh rakyat
indonesia.
Dengan demikian kesimpulan tentang hukum pertanahan :
2. Maksud yang terkandung dalam pasal 33 ayat 3 banyak yang telah disalah gunakan artinya
oleh pemerintah.
3. Politik pertanahan belanda sampai sekarang abad tidak menjamin hak-hak rakyat atas
tanah malah menghilang lenyapkan hak atas tanah.
4. Kiranya perlu ada suatu politikal will (kebijakan) dari pemerintah terhadap eksistensi
tanah adat yang dituangkan dalam peraturan per UU an dan dihilangkan apa yang disebut
security approach.
5. UUPA no.5 tahun 1960 dibandingkan dengan UU kehutanan No. 5 tahun 1967 pada UUPA
mengakui adanya hak rakyat sedangkan UU kehutanan tidak megakui yang hanya diakui
adalah 2 hutan :
1.
Hutan milik
2.
Hutan negara
Penjabaran UUPA yaitu pada PP no. 10 tahun 1961, PP 24 1997 mengenal adanya pendaftaran
tanah sementara UU kehutanan tidak mengakuinya.
1. PMDN No. 15 tahun 1975 didalamnya termasuk pembebasan hak atas tanah.
2. Keppres No. 5 tahun 1993 tentang pembebasan tanah dan penyerahan hak atas
tanah.
Pada tahun 1950 arah kebijakan kolonial belanda sudah dikatakan berobah dari tahun
sebelumnya karena para ahli hukum kita mulai belajar di negara belanda itu sendiri, itupun
berbagai cara dilakukan oleh bangsa belanda untuk menarik ahli-ahli hukum indonesia agar mau
menambah ilmu pengetahuan di negara belanda walaupun dengan secara halus dan lain sebagainya,
karena politik belanda sebelumnya datang ke Indonesia bukan untuk menjajah namun belanda
datang ke Indonesia adalah untuk berdagang, namun pada tahun 1602 terjadi persaingan dagang
antara Inggris, perancis dan jepang tapi karena belanda duluan yang menjajah di indonesia maka
belandalah menerobos ke dalaam sistem tatanan hidup bermasyarakat. Sehingga VOC yang pada
mulanya sebagai serikat dagang akhirnya bermaksud untuk yang lainnya, diantara tugas VOC itu
ialah :
1. Mengurus anak anak negeri
Untuk itu belanda membuat KUHD yang kita kenal dengan WvK (Wet boek van Kopenhandle).
WvK dibentuk tidak lain adalah untuk kepentingan dagang di indonesia, maka politik dagang yang
muncul berobah menjadi politik etik, karena:
a.
Balas jasa bertujuan agar dapat mengeruk keuntungan belanda membuat bangunan untuk
bumiputra sebagai uang pelicin.
b. Karena dilihat dari segi politik hukum. Dengan demikian pula dapat kita lihat untuk melancarkan
program program kolonial maka tahun 1929 dibuatlah adat recht oleh Van vollen Hoven.
Sedangkan pada tahun 1931 dibuat KUHP berlaku untuk orang eropa daratan, tahun 1938 dibuat
KUHP untuk orang belanda sedangkan tahun 1948 dibuat KUHP untuk orang indonesia.
Kalau kita hubungkan Domein verklaring dengan UUD 1945 pasal 33 ayat 3 dan peraturan menteri
agraria no. 5 tahun 1999 menjelaskan :
1. Pelepasan hak atas tanah, UU no. 20 /1961
2. Penyerahan hak atas tanah, Keppres no. 55 / 1963
3. Pencabutan hak atas tanah, pasal 18 UUPA sedangkan untuk tanah tanah rakyat yang dikuasai
oleh pemerintah harus di HGU- kan dan tanah tanah tersebut bisa dikembalikan kepada rakyat
berdasarkan pasal 33 ayat 3 UUD 1945.
A. SISTEMATIKA UU NO. 5 TAHUN 1960
Sistematika UU no. 5 tahun 1960 adalah :
1. Dasar dasar dan ketentuan pokok terdiri dari 4 bab, yaitu pasal 1 s/d 58 terdiri dari
bagian 1 s/d 12.
5. Nama UUPA, dengan berlakunya UUPA maka hukum tanah secara tertulis sedangkan
hukum adat akan menjadi hukum yang melengkapi.
B. MASA SEJAK PROKLAMASI S/D UU NO. 5 / 1960 DI UNDANGKAN
Terdapat sejumlah UU antara lain :
1. UU no. 13/1946 yaitu penghapusan hak istimewa dari desa Verdikan di Banyumas.
2. UU. Bo. 13/1948 yang mencabut VGM yang berlaku di Surakarta dan yogyakarta.
3. UU. No. 5/1950 yang merupakan pelengkap UU no. 13/1948 menjelaskan hak konversi
dihapus secara tuntas :
a. Tanah untuk perkebunan dataran rendah dikembalikan kepada desa
b. Tanah untuk perkebunan pegunungan menjadi tanah negara.
4. UU. No. 1/1958 tentang penghapusan tanah partikulir kepada pemiliknya dikenakan ganti
rugi.
Yang dimaksud tanah partikulir adalah tanah eigendom dengan hak istimewa yang bersifat
kenegaraan (land heerlijke rechten).
11. UU no. 51 PrP 1960 tentang larangan pemakaian tanah tanpa izin yang berhak atau
kuasanya ada ancaman tanah yang tidak selalu dibenarkan.
1. Asas religius
2. Asas kebangsaan
3. Asas demokrasi
4. Asas kemasyarakatan, pemerataan dan keadilan sosial
5. Asas pengguna dan pemilihan secara berencana
6. Asas pemindahan horizontal, antara tanah dengan tanaman serta bangunan diatasnya.
Komuna listik religius dengan memungkinkan penguasa tanah secara individual dengan hak-hak
atas tanah yang bersifat pribadi sekaligus mengandung unsur-unsur kebersamaan.
teritorial
geneologis
d. Individual terhadap penguasaan atas tanah oleh perorangan untuk memenuhi pribadi dan keluarga.
HAK ULAYAT
a. Eksistensi atau keberadaan hak ulayat diakui sepanjang kenyataan masih ada
b. Didaerah yang ulayatnya sudah lengkap tidak akan dihidupkan lagi.
c. Didaerah yang tidak mengenal adanya hak ulayat maka tidak akan diarahkan kepada
masyarakat tersebut.
PELAKSANAAN HAK ULAYAT PASAL 3 MENJELASKAN
1. Hak-hak bangsa indonesia sebagai hak penguasaan atas tanah yang tertinggi dan beraspek
perdata dan publik.
2. Hak penguasaan dari negara yang beraspek hukum publik, pelaksanaannya dapat
dilimpahkan kepada pihak lain dalam bentuk hak pengelolaan.
Batas sepadan
PBB
Wakaf
Hibah
Alas hak adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang keberadaan tanah yang merupakan
surat surat untuk pendaftaran tanah.
Untuk menjamin kepastian hukum dari hak hak atas tanah UUPA mengharuskan
pemerintah untuk mengadakan pendaftaran tanah diseluruh indonesia. Menurut peraturan
pemerintah no. 24 tahun 1997 pendaftaran tanah dilaksanakan berdasarkan azas sederhana,
aman, terjangkau, mutakhir dan terbuka (lihat pasal 2 PP no. 24 tahun 1997).
Azas azas yang dimaksud dari PP no. 24 tahun 1997 adalah sebagai berikut :
1. Azas sederhana
Dimaksudkan agar ketentuan ketentuan pokok dan prosedurnya dengan mudah dapat dipahami
oleh pihak pihak yang berkepentingan terutama pemegang hak atas tanah.
2. Azas aman
Bahwa pendaftaran tanah perlu diselenggarakan secara teliti dan cermat sehingga hasilnya dapat
memberikan jaminan kepastian hukum sesuai dengan tujuan.
3. Azas terjangkau
Dimaksudkan agar pihak pihak yang memerlukan khususnya dapat memperhatikan kebutuhan da
keamanan golongan ekonomi lemah. Pelayanan yang diberikan dalam rangka pendaftaran tanah
harus bisa terjangkau oleh pihak pihak yang memerlukannya.
4. Azas Mutakhir
Kelengkapan yang memadai dalam melaksanakan dan kesinambungan dalam pemeliharaan datanya
yang harus menunjukkan keadaan data data yang mutakhir sehingga data data tersebut dapat
sebagai bukti apabila terjadi permasalahan permasalahn dikemudian hari.
5. Azas terbuka
Pasal 19 ayat 1 UUPA sebagaimana dijelaskan diatas tadi bahwa setiap tanah yang ada
diseluruh wilayah indonesia diperintahkan untuk didatarkan ke BPN hal ini dipertegas pada pasal
3 PP no. 24 tahun 1997 bahwa pendaftaran tanah bertujuan sbb :
a. Untuk memberikan kepastian hukum dan perlindungan hukum bagi pemegang hak atas
suatu bidang tanah, disamping itu agar dapat membuktikannya sebagai pemegang hak yang
bersangkutan.
1. Sistem Positif
2. Sistem Negatif
2. Sistem Negatif
Pada saat ini apa yang tercantum dalam buku pendaftaran tanah dan surat surat bukti tanah
tindakan merupakan alat pembuktian yang mutlak apabila keterangan dari pendaftaran tanah ada
yang tidak benar maka dapat diadakan perubahan pembetulan seperlunya oleh karena itu jaminan
perlindungan yang diberikan oleh sistem negatif tidaklah bersifat mutlak.
Seperti pada sistem positif, UUPA tidaklah menganut sistem positif karena sistem ini
dalam pelaksanaannya memerlukan ketelitian yang sangat tinggi tenaga dan biaya yang banyak.
Oleh karena itu memerintahkan agar pendaftaran tanah tidak menggunakan sistem publikasi
positif yang kebenaran datanya dijamin ole negara melainkan menggunakan sistem publikasi
negatif sedangkan kelemahan sistem publikasi negatif adalah pihak yang namanya tercantum
sebagai pemegang hak dalam buku tanah dan sertifikat selalu menghadapi kemungkinan gugatan
dari pihak lain yang merasa mempunyai tanah itu.
Menurut keterangan pemerintah no. 24 tahun 1997 terutama pasal 32 ayat 2 sistem
publikasi negatif negara tidak menjamin kebenaran data yang disajikan. Namun apabila
dihubungkan dengan pasal 19 ayat 2 huruf c UUPA bahwa surat tanda bukti yang diterbitkan
berlaku sebagai alat bukti yang kuat hal ini diperkuat lagi oleh pasal 23,32 & 38 UUPA, yang
menjelaskan bahwa pendaftaran sebagai peristiwa hukum merupakan alat pembuktian yang kuat.
Dengan demikian dapat dikatakan bahwa pendaftaran tanah di indonesia tidak
menganut sistem negatif karena hak ini diungkapkan dengan jelas oleh pasal 32 ayat 2 PP no. 24
tahun 1997. menurut pasal 1 angka 20 PP. No. 24 tahun 1997., menjelaskan bahwa sertifikat itu
adalah surat tanah bukti hak sebagai alat pembuktian yang kuat untuk hak atas tanah. Hak
pengelolaan, tanah wakaf, hak milik atas satuan rumah susun dan hak tanggungan yang masing
masing sudah dibukukan dalam buku tanah yang ersangkutan.
Menurut pasal 32 ayat 1 PP. No. 24 tahun 1997 menjelaskan sertifikat merupakan
surat tanda bukti hak yang berlaku sebagai alat pembuktian yang luas mengenai data data fisik
dan data yuridis yang termuat didalamnya sepanjang data fisik dan data yuridis sesuai dengan
data yang ada dalam surat ukur dan buku tanah yang bersangkutan.
MACAM MACAM SERTIFIKAT
2.
3.
Tanah negara
Yaitu tanah yang dikuasai langsung oleh negara yaitu tanah tanah yang bukan tanah menurut
UUPA bukan tanah ulayat, bukan tanah kaum, bukan tanah hak pengelolaan dan bukan tanah
kawasan hutan.
2.
TANAH NEGARA
Tanah negara yang diatas permohonannya kepada pemohon (Orang atau badan hukum)
telah diberikan sesuatu hak berdasarkan SK yang berwenang untuk mendapatkan sertifikat
tersebut SK harus didaftarkan ke kantor pertanahan Kabupaten / kota.
a.
Penerimaan hak, membawa SK tersebut ke kantor pertanahan dn disana akan dilakukan tahap
tahap :
1.
2.
3.
Pendaftaran surat pendaftaran tersebut lengkap dengan bukti bukti pembayaran dan
diserahkan diloket yang ditentukan.
b.
Berdasarkan SK dan bukti pembayaran itu kantor pertanahan membuat sertifikat tanah, kemudian
menyerahkan e si pemilik atau pemegang haknya.
Tanah bekas hak milik adat yang lahir berdasarkan proses adat setempat. Misal hak
ganggam bauntuak, hak yayasan, andar beni, grand sultan yang sejak tanggal 24 september 1960
di konversikan menjadi hak milik namun belum terdaftar.
Syarat
pendaftarannya
mengajukan
permohonan
keapda
kepala
BPN
dengan
melampirkan :
3. Bukti penguasaan secara fisik atas sebidang tanah yang bersangkutan selam 20 tahun
yang dituangkan dalam surat pernyataan penguasaan itu yang dilakukan dengan itikad baik
dan tidak perah diganggu gugat atau tidak dalam keadaan sengketa.
a. Melakukan pemeriksaan data fisik (Penetapan dan pemasangan tanda batasn, pengukuran,
pemetaan) oleh petugas yang ditunjuk.
c. Mengadakan pengumuman data fisik dan yuridis selama 60 hari dikantor pertanahan,
kantor wali nagari, kantor lurah dan tempat tempat umum.
Azas dan sistem pendaftaran tanah sebagaimana diterangkan dalam pasal 19 UUPA
mengenal beberapa ciri ciri khusus diantaranya adalah :
a. TORREN SISTEM
Sistem pendaftaran tanah di indonesia setelah berlakunya UUPA no. 5 tahun 1960ndan PP no. 10
tahun 1961, mempergunakan sistem TORREN. Sistem torren ini juga dipergunakan diluar
indonesia khususnya asia tenggara seperti malaysia, singapura, philipana dan juga termasuk
australia serta bagian barat USA. Sebelum kita mempergunakan yang dikembangkan oleh Belanda
dalam pengeluaran dari bukti bukti atas tanah. (Sebelum berlakunya UUPA sangat tidak efisien
karena disamping adanya kepala kantor juga adanya pejabat balik nama).
Sistem Torren ini selain sederhana, efisien dan murah dan selalu dapat diteliti pada akta
pejabatnya dan siapa siapasaja yang bertanda tangan pada sertifikat haka tas tanahnya apabila
terjadi mutasi maka nama yang sebelumnya dicoret dengan tinta halus sehingga masih terbaca
dan pada bagian bawahnya tertulis nama pemilik yang baru dan disertai dasar hukumnya.
b. AZAS NEGATIVE
Pendaftaran menurut PP No. 10 tahun 1961 menganut azas negatif, artinya belum tentu seorang
yang tertulis namanya di sertifikat adalah mutlak milik dia sendiri oleh karena itu pasal 23 ayat 2
dan pasal 32 ayat 2 serta pasal 38 ayat 2 bahwa pendaftaran itu merupakan alat pembuktian
yang kuat dan tidak tertulis sebagai bukti satu satunya alat pembuktian.
c. AZAS PUBLISITAS
Pendaftaran ini bersifat umum dan terbuka dan berbeda dengan perbankan yang terdapat
kerahasiaan oleh karena itu setiap orang berhak untuk meminta informasi dari kantor
pendaftaran tanah demikian juga berhak untuk meminta, suatu surat keterangan pendaftaran
tanah yang berisikan jenis jenis hak, luas, lokasi dalam keadaan sita dan dalam perkara atau
lebih tepat dinamakan surat keterangan informasi tanah.
d. AZAS SPESIALITAS
Bahwa pendaftaran tanah jelas dan diketahui lokasinya sehingga peranan dari surat ukur adalah
memperjelas lokasi dari tanah tersebut.
e. AZAS RECHTKADESTER
Seperti sudah disebutkan sebelumnya bahwa pendaftaran tanah hanya bertujuan demi untuk
pendaftaran saja, bukan sebagai tagihan pajak ataupun untuk keperluan lain lainnya dengan
digalakannya PBB ada tendensi bahwa pendaftaran tanah akanterkait pada PBB.
Pasal 19 ayat 3 UUPA pendaftaran itu mahal sekali anggarannya sehingga tergantung anggaran
yang tersedia, pendaftaran kepegawaian dan sarana maupun prasarana yang diperlukan sehingga
diprioritaskan didaerah tertentu terutama yang mempunyai lalu lintas perdagangan yang tinggi
menurut pertimbangan menteri yang bersangkutan dan organisasi yang ada sungguhpun pada
waktu itu diseluruh wilayah indonesia ditiap tiap daerah, kabupaten / kota sudah ada kantor
kantor agraria dan pertanahan. Ayat 4 dari pasal 19 UUPA memberikan kejelasan tentang
kemungkinan rakyat yang tidak mampu dibebaskan dari pembayaran biaya biaya tersebut dan
kemungkinan dengan pendaftaran yang disubsidi seperti PRONA (Proyek Operasi Nasional
Agraria).
HAK MILIK
meliputi tubuh bumi, maupun ruang angkasa, hak milik itu dibatasi tidak meliputi wewenang untuk
mengambil dari hasil tubuh bumi tersebut. Yang tidak ada kaitannya dengan penggunaan tanah.
Demikian pula penggunaan ruang angkasa harus terkait dengan penggunaan tanahnya. Dari
ketentuan dari pasal 20 ini tentang hak milik dapat kita bagi menjadi 4 bagian :
a. Turun temurun
b. Terkuat dan terpenuh
c. Fungsi sosial
d. Dapat beralih dan dialihkan
Bahwa pembatasan mengenai hak ini, turun temurun, terkuat dan terpenuh dan berfungsi sosial
sudah dijelaskan dalam poin tersebut diatas sedangkan masalah keputusan pemerintah untuk
pemberian hak ddan luas diatur dalam PMDN (Peraturan menteri dalam negeri) no. 6 tahun 1972
yang mengatur tentang wewenang untuk pemberian hak milik tanah pada umumnya yaitu pada
sampai 200 mtr2 adalah kewenangan dari kepala kanwil BPN propinsi. Demikian pula tanah-tanah
pertanian yang meliputi luasnya 20.000 m2 merupakan wewnang BPN propinsi dan begitu juga
pemberian hak milik kepada transmigrasi sebesar 20.000 m2 juga diberikan kanwil BPN propinsi.
3. pasal 17 ayat 3 tanah kelebihan batas masyarakat akan dialihkan pemerintah dengan ganti rugi
kepada rakyat yang membutuhkan dalam hal ini ada 3 hal yang diatur :
luas maksimal pemilikan tanah dan penguasaan tanah pertanian.
Luas minimal pemilikan tanah pertanian dan larangan pemecah pemilikan tanah menjadi bagian yang
kecil.
Soal gadai tanah pertanian.
UU no. 6 PRT thn 1960 dijabarkan lebih lanjut dalam :
a.
Kep. Menteri agraria no. SK/978/KA/tahun 1960 tentang penegosan luas tanah maksimal
pertanian.
b.
Instruktur bersama menteri dalam negeri dan otonodo dan menteri agraria tahun 1961 No.
SEKRA 9/1/12 tanah pertanian itu adalah :
5.
1.
Tanah perkebunan
2.
tanah perikanan
3.
4.
tonggak
sejarah
tersebut
sejarah
hukum
agraria
2. Masa kemerdekaan :
2. sebagai akibat dari politik pemerintah jajahan itu, hukum agraria lama
bersifat dualisme, yaitu berlakunya peraturan peraturan hukum adat
disamping peraturan peraturan dari dan yang didasarkan atas hukum
barat, yang akan menimbulkan pelbagai masalah antar golongan yang
seba sulit juga tidak sesuai dengan cita cita persatuan bangsa.
3. Koninklijke Besluit tanggal 16 April 1872 No. 29 (Stb. 1872:177) dan peraturan
pelaksanannya.
4. Buku II Kitab Undang Undang Hukum Perdata Indonesia sepanjang yang
mengenai bumi, air serta kekayaan alam yang terkandung di dalamnya, kecuali
ketentuan ketentuan mengenai hipotik yang masih berlaku pada mulia berlaku
undang undang ini.
Sejarah hukum belanda perlu diingat bahwa setelah kerajaan belanda
menjadi Negara monarki konstitusional. Pemerintah di Hindia Belanda dalam
menjalankan tugas-tugasnya terkuat dalam bentuk Undang-Undang (Wet) yang
dikenal dengan RR (Regeling Reglement) tahun 1855 (Stb. 1855:2).
Politik agraria tercantum daam pasal 62 RR yang terdiri dari 3 ayat
yang antara lain menggariskan bahwa gubernur jenderal tidak boleh menjual
tanah dan bahwa gubernur jenderal dapat menyewakan tanah berdsarkan
ketentuan ordonansi.
Tujuan dari Agrarische Wet adalah untuk memberi kemungkinan dan
jaminan kepada modal besar asing agar dapat berkembang di Indonesia, dengan
pertama tama membuka kemungkinan untuk memperoleh tanah dengan hak
erfpacht yang berjangka waktu lama.
Agrarische Wet lahir atas desakan masyarakat pemilik modal besar
swasta, yang pada masa kultur stelsel (tanam paksa) sebelumnya terbatas sekali
kemungkinannya
untuk
berusaha
dalam
lapangan
perkebunan
besar.
Kesempatan yang ada sebelumnya hanyalah melalui sewa tanah, yang pada
masa tanam paksa, kemungkinan itu sesuai dengan politik monopoli pemerintah
justru ditutup.
pakai
(gebruiksrecht)
dan
hak
(ontginningsrecht)
menggarap/mengolah
USAHA
PENYESUAIAN
HUKUM
AGRARIA
KOLONIAL
DENGAN
pengamatan
Boedi
Harsono
pertama-tama
adalah
kedua
menurut
Boedi
Harsono
sambil
menunggu
pemerintah
jajahan,
dengan
pembentukan
Panitia
Agraria
yang
tanah
yang
memuat
politik
agraria
negara
Republik
Indonesia,
peraturan
yang
memungkinkan
adanya
hak
perseorangan yang kuat, yaitu hak milik yang dapat dibebabi hak
tanggungan.
menetukan
apakah
apakah
orang-orang
asing
dapat
pula
d. Perlunya
diadakan
penepan
luas
minimum
tanah
untuk
terbentuknya
kembali
Negara
Kesatuan
maka
dengan
terdahulu
dibubarkan
dan
dibentuk
Panitia
Agraria
Baru,
yaitu
berkedudukan di Jakarta.
Tugas panitia hampir sama dengan panitia terdahulu diYogyakarta.
Beberapa kesimpulan panitia mengenai soal tanah untuk pertanian kecil (rakyat),
yaitu:
e. Hak ulayat disetujui untuk diatur oleh atau atas kuasa undang-undang
sesuai dengan pokok-pokok dasar negara.
3. PANITIA SOEWAHJO
Dalam masa jabatan Menteri Agraria, Goenawan, dengan Keputusan
Presiden Republik Indonesia Nomor 1/1956 tanggal 14 Januari 1956, panitian
lama dibubarkan dan dibentuk suatu panitia baru Panitia Negara Urusan Agraria,
berkedudukan di Jakarta.
Panitia yang baru diketuai oleh Soewahjo Soemodilogo, Sekretaris
Jenderal Kementerian Agraria dan beranggotakan pejabat-pejabat pelbagai
Kementerian dan jawatan, ahli-ahli hukum adat dan wakil-wakil beberapa
organisasi tani.
Adapun pokok-pokok yang penting daripada Rancangan UndangUndang Pokok Agraria hasil karya panitia tersebut ialah :
b. Asas domein diganti dengan hak kekuasaan negara atas dasar ketentuan
pasal 38 ayat (3) Undang-Undang Dasar sementara.
4. RANCANGAN SOENARJO
dalam
rancangan
Soenarjo,
dianggap
telah
merupakan
suatu
5. RANCANGAN SADJARWO
Setelah disesuaikan dengan UUD 1945 dan Pidato Presiden Soekarno
pada tanggal 17 Agustus 1959, dalam bentuk lebih sempurna dan lengkap
diajukanlah Rancangan undang-Undang Pokok Agraria yang baru oleh Menteri
Agraria Sadjarwo sehingga dikenal sebagai Rancangan Sadjarwo.
Rancangan Soejarwo berbeda prinsipiil dari rancangan Soenarjo. Ia
hanya menggunakan hukum adat sebagai dasar hukum agraria baru dan ia tidak
mengoper pengertian-pengertian hak kebendaan dan hak perorangan yang
tidak dikenal daam hukum adat,
Rumusan bahwa hak milik, hak usaha dan hak bangunan dapat dipertahankan
terhadap siapapun juga dari rancangan Soenarjo, diubah dengan sengaja dalam
rancangan Sadjarwo menjadi hak milik, hak guna usaha dan hak guna bangunan,
dapat beralih dan dialihkan kepada pihak lain, karena tidak berkehendak untuk
memasukkannya pengertian-pengertian hak kebendaan dan hak perorangan
ke dalam hukum agraria yang baru.
Pada tanggal 24 september 1960 RUU yang telah disetujui oleh DPR
GR itu disyahkan oleh Presiden menjadi Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960
tentang Peraturan Dasar Pokok-Pokok Agraria, yang menurut diktumnya yang
kelima dapat disebut dan selanjutnya memang lebih terkenal sebagai UndangUndang Pokok Agraria (UUPA).
UUPA diundangkan di dalam Lembaran Negara tahun 1960 Nomor 104,
sedang penjelasannya dimuat didalam tambahan Lembaran Negara Nomor 2043.
UUPA mulai berlaku pada tanggal diundangkannya, yaitu pada tanggal 24
september 1960
Dalam penjelasan UUPA dirumuskan tujuan yang hendak dicapai oleh
PA, yaitu meletakkan dasar-dasar :
1. Bagi penyusunan hukum agraria nasional
2. untuk mengadakan kesatuan dan kesederhanaan dalam hukum pertanahan.
3.
untuk memberikan kepastian hukum mengenai hak-hak atas tanah bagi rakyat
seluruhnya.
pada
tingkatan
tertinggi
dikuasai
oleh
negara
sebagai
sifat
dan
tingkat
pengetahunan
bangsa
Indonesia
yang
masih
sederhana.
2.
PERATURAN PERALIHAN
Dalam UUPA terdapat 6 pasal kententuan peralihan, yaitu :