Anda di halaman 1dari 24

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1.

Tumbuhan Temulawak
Temulawak merupakan tanaman obat berupa tumbuhan rumpun berbatang

semu. Di daerah Jawa Barat temulawak disebut sebagai koneng gede sedangkan di
Madura disebut sebagai temu lobak. Kawasan Indo-Malaysia merupakan tempat dari
mana temulawak ini menyebar ke seluruh dunia. Saat ini tanaman ini selain di Asia
Tenggara dapat ditemui pula di Cina, IndoCina, Bardabos, India, Jepang, Korea, di
Amerika Serikat dan beberapa Negara Eropa.
Klasifikasi ilmiah tanaman temulawak adalah sebagai berikut:
Divisi

: Spermatophyta

Sub divisi : Angiospermae


Kelas

: Monocotyledonae

Ordo

: Zingiberales

Keluarga

: Zingiberaceae

Genus

: Curcuma

Spesies

: Curcuma xanthorrhiza ROXB.(Rahmat,1995)

2.1.1. Deskripsi Temulawak


Tanaman temulawak berbatang semu dengan tinggi hingga lebih dari 1m
tetapi kurang dari 2m, berwarna hijau atau coklat gelap. Akar rimpang terbentuk
dengan sempurna dan bercabang kuat, berwarna hijau gelap. Tiap batang mempunyai
daun 2 9 helai dengan bentuk bundar memanjang sampai bangun lanset, warna daun
hijau atau coklat keunguan terang sampai gelap, panjang daun 31 84 cm dan lebar
10 18 cm, panjang tangkai daun termasuk helaian 43 80 cm. Perbungaan lateral,
tangkai ramping dan sisik berbentuk garis, panjang tangkai 9 23 cm dan lebar 4 6
cm, berdaun pelindung banyak yang panjangnya melebihi atau sebanding dengan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

mahkota bunga. Kelopak bunga berwarna putih berbulu, panjang 8 13 mm, mahkota
bunga berbentuk tabung dengan panjang keseluruhan 4.5 cm, helaian bunga
berbentuk bundar memanjang berwarna putih dengan ujung yang berwarna merah
dadu atau merah, panjang 1.25 2 cm dan lebar 1cm.

Gambar 2.1. Tanaman Temulawak (Rahmat, 1995)


2.1.2. Manfaat Tanaman
Di Indonesia satu satunya bagian yang dimanfaatkan adalah rimpang
temulawak untuk dibuat jamu godog. Rimpang ini mengandung 48-59, 64 % zat
tepung, 1,6-2,2 % kurkumin dan 1,48-1,63 % minyak asiri dan dipercaya dapat
meningkatkan kerja ginjal serta anti inflamasi. Manfaat lain dari rimpang tanaman ini
adalah sebagai obat jerawat, meningkatkan nafsu makan, anti kolesterol, anti
inflamasi, anemia, anti oksidan, pencegah kanker, dan anti mikroba (Rahmat, 1995).

2.1.3. Kandungan Kimia Temulawak


Komponen komponen

yang terkandung dalam temulawak dapat

digolongkan menjadi 2 golongan, yaitu minyak atsiri dan golongan kurkuminoid.


Minyak atsiri atau minyak menguap merupakan komponen dalam temulawak yang
memberikan bau karateristik, sedangkan kurkuminuid terdiri dari beberapa zat warna
kuning (Oei dkk, 1985).
Beberapa penelitian mengidentifikasi kandungan kimia minyak atsiri yang
terkandung dalam rimpang temulawak. Itokawa (1985 ) melaporkan adanya empat
senyawa seskuiterpenoid bisabolan yaitu: -kurkumen, ar-turmeron, -atlanto dan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

xantorizol. Selanjutnya dibuktikan bahwa ketiga senyawa tersebut yaitu : kurkumen, ar-turmeron dan xantorizol, mempunyai khasiat anti-tumor.
Ueraha (1989, 1990) berhasil mengidentifikasi tujuh senyawa seskuiterpenoid
bisabolon dari fraksi larutan klorofom rimpang temulawak, setelah dideterminasi
berdasarkan data spektral, konversi kimia, dan kristalografi sinar-X. Ketujuh senyawa
tersebut adalah bisacuron, bisacumol, bisacurol, bisacuron epoksida, bisacuron A,
bisacuron B, dan bisacuron.

Kandungan kimia minyak atsiri temulawak


Alto-Aromadendre, Atlanton, Bergamoten, -Bisabolol, Bisacumol, Bisacuron,
Bisacuron A, Bisacuron B, Bisacuron C, Bisacuron epoksida, Borneol, Isoborneol,
Kamfen, Kamfor, 1,8 Sineol, Ar-kurkumen, - kurkumen, - kurkumen, Kurkufenol ,
Kurzeren, Kurzerenon, P- Sinem, 2-(1,5-Dimetilheks-4-enil) 4 metilfenol, Elemen,

Elemen,

Elemen,

Famesen,

Furanodienon,

Germakonm,

Isofuranogermakren, Limonen, Linalol, Mirsen, - Pinen, - Pinen, Sabinen,


-Seskuifelandren, - Terpineol, Trisiklen, Turmerol, Ar-turmeron, -Turmeron, turmeron, Xantorizol dan Zingiberen.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Gambar 2.2. Berbagai rumus kimia minyak atsiri temulawak


(Purnomowati,Yoganingrum,1997)
2.2.

Senyawa Terpen
Terpen merupakan suatu golongan hidrokarbon yang banyak dihasilkan oleh

tumbuhan dan terutama terkandung pada getah dan vakuola selnya. Pada tumbuhan,
senyawa-senyawa golongan terpen dan modifikasinya, terpenoid, merupakan
metabolit sekunder. Terpen dan terpenoid dihasilkan pula oleh sejumlah hewan,
terutama serangga dan beberapa hewan laut. Di samping sebagai metabolit sekunder,

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

terpen merupakan kerangka penyusun sejumlah senyawa penting bagi makhluk


hidup. Sebagai contoh, senyawa-senyawa steroid adalah turunan skualena, suatu
triterpen; juga karoten dan retinol. Nama "terpen" (terpene) diambil dari produk getah
tusam, terpentin (turpentine).
Terpen dan terpenoid menyusun banyak minyak atsiri yang dihasilkan oleh
tumbuhan. Kandungan minyak atsiri memengaruhi penggunaan produk rempahrempah, baik sebagai bumbu, sebagai wewangian, serta sebagai bahan pengobatan,
kesehatan, dan penyerta upacara-upacara ritual. Nama-nama umum senyawa
golongan ini seringkali diambil dari nama minyak atsiri yang mengandungnya. Lebih
jauh lagi, nama minyak itu sendiri diambil dari nama (nama latin) tumbuhan yang
menjadi sumbernya ketika pertama kali diidentifikasi. Sebagai misal adalah citral,
diambil dari minyak yang diambil dari jeruk (Citrus). Contoh lain adalah eugenol,
diambil dari minyak yang dihasilkan oleh cengkeh (Eugenia aromatica).
Terpenoid disebut juga isoprenoid. Hal ini dapat dimengerti karena kerangka
penyusun terpena dan terpenoid adalah isoprena (C5H8).

Terpen memiliki rumus dasar (C5H8)n, dengan n merupakan penentu kelompok


tipe terpen. Modifikasi terpen (disebut terpenoid, berarti "serupa dengan terpena")
adalah senyawa dengan struktur serupa tetapi tidak dapat dinyatakan dengan rumus
dasar. Kedua golongan ini menyusun banyak minyak atsiri.
Klasifikasi biasanya tergantung pada nilai n.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Tabel 2.1. Klasifikasi Terpen


Nama

Rumus

Sumber

Monoterpen

C10H16

Minyak Atsiri

Seskuiterpen

C15H24

Minyak Atsiri

Diterpen

C20H32

Resin Pinus

Triterpen

C30H48

Saponin, Damar

Tetraterpen

C40H64

Pigmen, Karoten

Politerpen

(C5H8)n n 8

Karet Alam

2.3.

Minyak Atsiri
Dalam tumbuhan, kebanyakan senyawa-senyawa yang beraroma dihasilkan

melalui jalur metabolisme sekunder. Terpen merupakan persenyawaan hidrokarbon


tidak jenuh yang molekulnya tersusun dari unit isoprene (C5H8). Unit Isopren
berkondensasi dengan persambungan kepala ke ekor isopentenil pirofosfat dan
dimetil pirofosfat menghasilkan terpen dalam tumbuhan.

Isoprene (C5)

Satuan isopenten

Pada minyak atsiri yang bagian utamanya terpenoid, biasanya terpenoid itu
terdapat pada fraksi minyak atsiri yang tersuling uap. Zat inilah penyebab wangi,
harum atau bau yang khas pada banyak tumbuhan. Secara ekonomi senyawa tersebut
penting sebagai dasar wewangian alam dan juga untuk rempah rempah serta sebagai
senyawa citarasa dalam industri makanan. Monoterpen dan sekuiterpen merupakan
komponen utama dari banyak minyak atsiri yang digunakan sebagai cita rasa dan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

pewangi. Monoterpen dan seskuiterpen dapat dipilah-pilah berdasarkan kepada


kerangka karbon dasarnya. Yang umum adalah asiklik (misalnya graniol dan fanesol),
monosiklik (misalnya limonene dan bisabolena), bisiklik (misalnya dan -pinena).
Dalam setiap golongan monoterpen dan seskuiterpen bisa terdapat senyawa
hidrokarbon tak jenuh atau keton.
Minyak atsiri dapat diperoleh melalui ekstraksi tumbuh tumbuhan yakni dari
daun, bunga, akar, dan kulit kayu. Biasanya tumbuhan penghasil minyak atsiri
tumbuh liar atau dibudidayakan dan biasanya tumbuhan itu berarti wangi.
Minyak atsiri merupakan minyak yang mudah menguap pada suhu kamar
tanpa mengalami dekomposisi, mempunyai rasa getir (pungent taste), beraroma
wangi sesuai dengan aroma tumbuhan penghasilnya. Umumnya larut dalam pelarut
organic dan tidak larut dalam air.Minyak atsiri itu berupa ciran jernih,tidak berwarna,
tetapi selama penyimpanan akan mengental dan berwarna kekuningan atau
kecoklatan. Hal tersebut terjadi karena adanya pengaruh oksidasi dan resinifikasi
(berubah menjadi dammar atau resin). Untuk mencegah atau memperlambat proses
oksidasi dan resinifikasi tersebut, minyak atsiri harus dilindungi dari pengaruh sinar
matahari yang dapat merangsang terjadinya oksidasi dan oksigen udara yang akan
mengoksidasi minyak atsiri, (Koensoemardiyah,2010).

2.3.1. Sumber Minyak Atsiri


Minyak atsiri merupakan salah satu hasil akhir proses metabolisme sekunder
dalam tumbuhan. Tumbuhan penghasil minyak atsiri antara lain termasuk family
Pinaceae, Labiatae, Compositae, Lauranceae, Myrataceae, rutaceae, Piperaceae,
Zingiberaceae, Umbelliferae, dan Gramineae. Minyak atsiri terdapat pada setiap
bagian tumbuhan yaitu di daun, bunga, buah, biji, batang, kulit, akar dan rhizome
(Ketaren, 1985). Minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri tertera dalam
Tabel 2.2.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Tabel 2.2. Sumber-sumber Minyak Atsiri


Nama Minyak

Tanaman Penghasil

Sereh wangi
Nilam (patchouli)

Cymbopogon nardus R
Pogostemon cablin
Benth
Melaleuca
Leucadenron
Cymbopogon citrates

Kayu Putih
(cajuput)
Sereh dapur
(lemon grass)
Lada (pepper)

Piper nigrum L

Bagian
Tanaman
Daun
Daun
Daun
Daun
Daun/buah

Kenanga
(cananga)
Cengkeh (clove)

Cananga odorata
Hook
Caryophyllus

Bunga

Lavender

Lavandula offcinalis
Chaix

Bunga

Mawar (rose)

Rosa alba L

Bunga

Melati (jasmine)

Jasminumofficinale

Bunga

Kapolaga
(cardamom)
Seledri (celery seed)

Elettaria cardamomun

Biji

Apium graveolen L

Biji

Sitrun (lemon)

Citrus medica

Adas (fennel)

foeniculum fulgares
Mill
Vetiveria zizanioides
stap
Curcuma longa

Akar wangi
(Vetiver)
Kunyit (Turmeric)
Jahe (ginger)
Camphor

Zingiber officinale
Roscoe
Cinnamomun
Camphora L

Bunga

Buah/Kulit
Buah
Buah/Kulit
Buah
Akar/rhizoma
Akar/rhizoma
Akar/rhizoma
Batang/kulit
buah

Negara Asal
Srilanka
Malaysia,
Indonesia
Indonesia
Madagaskar,
Guetemala
India Timur,
Cina,
Srilanka
Indonesia
Zanzibar,
Indonesia,
Madagaskar
Perancis,
Rusia
Bulgaria,
Turki
Perancis
selatan
India,
amerika
Inggris, India
Kalifornia
Eropah,
tengah, Rusia
Indonesia,
Lousiana
Amerika
selatan
Jamaika
Formosa,
Jepang

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

2.3.2. Penggunaan Minyak Atsiri


Penggunaan minyak atsiri dan bahan kimia volatil untuk tujuan pengobatan,
kosmetik serta wangi wangian telah dikenal dalam masyarakat sejak zaman purba.
Dan kini ada kecenderungan untuk kembali ke penggunaan bahan bahan alam,
antara lain karena minyak atsiri dapat larut dalam lemak yang terdapat pada kulit,
dapat diabsorbsi kedalam aliran darah, dan mempunyai kompabilitas dengan
lingkungan

(dapat

mengalami

biodegradasi

dan

merupakan

bagian

dari

kesetimbangan ekosistem selama ribuan tahun) (Rojat, dkk, 1996).


Minyak atsiri merupakan sumber dari aroma kimia alami yang dapat
digunakan sebagai komponen flavor dan fragrance alami dan sebagai sumber yang
penting dari struktur stereospsesifik enansiomer murni yang biosintesisnya lebih
murah dibandingkan dengan proses sintesis (Lawrence dan Reynold, 1992).
Minyak atsiri digunakan sebagai bahan baku dalam berbagai industri,
misalnya industri parfum, kosmetik, essence, industri farmasi dan flavoring
agent. Dalam pembuatan parfum dan wangi-wangian, minyak atsiri tersebut
berfungsi sebagai zat pengikat bau (fixative) dalam parfum, misalnya minyal nilam,
minyak akar wangi dan minyak cendana. Minyak atsiri yang berasal dari rempahrempah, misalnya minyak lada, minyak kayu manis, minyak jahe, minyak cengkeh,
minyak ketumbar, umumnya digunakan sebagai bahan penyedap (flavoring agent)
dalam bahan pangan dan minuman (Ketaren, 1985).
Minyak atsiri ini selain memberikan aroma wangi yang menyenangkan juga
dapat membantu pencernaan dengan merangsang system saraf skresi, sehingga akan
meningkatkan skresi getah lambung yang mengandung enzim hanya oleh stimulus
aroma dan rasa bahan pangan. Selain itu juga dapat merangsang keluar cairan getah
sehingga rongga mulut dan lambung menjadi basah.
Beberapa jenis minyak atsiri digunakan sebagai bahan antiseptik internal atau
eksternal, bahan analgesik, haelitik atau sebagai antizimatik sebagai sedatif dan
stimulant untuk obat sakit perut. Minyak atsiri mempunyai sifat membius,
merangsang atau memuakkan (Guenther, 1987).

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

2.3.3. Cara Memproduksi Minyak Atsiri


Komponen minyak atsiri dalam tumbuhan terdapat dalam jumlah yang sangat
kecil, sehingga diperlukan bahan awal yang besar jumlahnya untuk memperoleh
minyak atsiri yang memadai jumlahnya untuk diteliti. Ada beberapa metode untuk
mendapatkan minyak atsiri antara lain:
a. Metode Penyulingan (Destilasi)
Bahan yang mengandung minyak atsiri dapat diperoleh dengan metode penyulingan
(Bradesi, dkk, 1997). Bahan untuk penyulingan biasanya diambil pada pagi hari
secepat mungkin setelah embun menghilang (Douglas, 1979). Ada tiga metode
penyulingan yang digunakan dalam industry minyak atsiri, yaitu:
1. Penyulingan dengan air (hydrodistillation)
2. Penyulingan dengan air dan uap (hydro and steam distillation)
3. Penyulingan dengan uap langsung (steam distillation)
Perbedaan antara distilasi uap langsung dengan hidrodistilasi adalah pada
distilasi uap langsung tidak terjadi kontak langsung antara sampel dengan air,
sedangkan hidrodistilasi sampelnya dicelupkan ke dalam air mendidih (Chalchat dan
Garry, 1997).
Dalam setiap metode penyulingan bahan tumbuhan, baik dengan penyulingan
uap, penyulingan air dan uap atau penyulingan air minyak atsiri hanya dapat diuapkan
jika kontak langsung dengan uap panas. Minyak dalam jaringan tumbuhan mula-mula
terekstraksi dari kelenjar tanaman dan selanjutnya terserap pada permukaan bahan
melalui peristiwa osmosis (Guenther, 1987). Lamanya penyulingan yang dilakukan
pada setiap tumbuhan tidak sama satu dengan yang lain tergantung pada mudah atau
tidaknya minyak atsiri tersebut menguap, dua sampai delapan jam tersebut secara
maksimal.
Metode penyulingan air banyak diterapkan di negara-negara berkembang
karena alatnya yang cukup sederhana dan praktis. Beberapa bahan lebih baik disuling
dengan penyulingan air, misalnya bunga mawar (Boelens dan Boelens, 1997). Bahan
tersebut akan menggumpal jika disuling dengan uap, sehingga uap tidak dapat

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

berpenetrasi kedalam bahan, uap hanya akan menguapkan minyak atsiri yang terdapat
dipermukaan gumpalan. Tetapi metode penyulingan ini juga mempunyai kelemahan,
yaitu adanya penggunaan suhu yang tinggi (Pino, dkk, 1997) yang dapat
mengakibatkan dekomposisi minyak (hidrolisis ester, polimerisasi dll).

b. Maserasi dengan Lemak/Minyak


Kebanyakan bahan flavor bersifat larut dalam lemak atau minyak, tetapi
mempunyai range polaritas yang lebar. Minyak dapat bertindak sebagai pelarut dan
merupakan medium yang dapat melindungi bahan yang mudah menguap.
Lemak/minyak mempunyai daya absorbsi yang tinggi dan jika dicampur dan kontak
dengan bunga yang beraroma wangi, maka lemak akan mengabsorbsi minyak yang
dikeluarkan oleh bunga tersebut. Pada akhir proses, minyak dari bunga tersebut
diekstraksi dari lemak dengan menggunakan alkohol dan selanjutnya alkohol
dipisahkan (Guenter, 1987).

c. Ekstraksi dengan Pelarut Menguap


Metode lain yang dapat digunakan untuk mengisolasi minyak atsiri adalah
dengan menggunakan metode ekstraksi pelarut menguap. Contoh pelarut yang
digunakan adalah dietil eter untuk mengekstraksi daun Citrus aurantium. Dan pelarut
ini juga digunakan dalam mengekstraksi minyak Rhizome dari Curcuma ochrorhiza
Val dan lain-lain.
Jika dibandingkan dengan mutu minyak bunga hasil penyulingan, maka
minyak hasil ekstraksi dengan menggunakan pelarut lebih mendekati aroma bunga
alamiah, namun demikian metode ini juga mempunyai kelemahan yaitu kesulitan
penghilang residu pelarut dari ekstrak (Pino, dkk, 1997).

d. Ekstraksi dengan Karbon Dioksida Superkritis


Ekstraksi dengan karbon dioksida superkritis pada prinsipnya didasarkan pada
kelarutan senyawa-senyawa aromatik dari bahan nabati dalam CO2. Bahan nabati dan

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

CO2 dimasukkan kedalam ekstraktor berupa labu yang diberi tekanan dan temperatur
yang telah diatur, kemudian CO2 dipompa kedalam separator pada tekanan dan
temperatur yang rendah, yang kemudian masuk kedalam tangki ekstraksi. Kelebihan
CO2 dimurnikan kembali didalam bejana terisi arang (Charcoal trap).
Keuntungan dari metode ini antara lain adalah tidak menggunakan pelarut
yang beracun, biaya murah, mampu mengisolasi senyawa termolabil tanpa diikuti
denaturasi karena dilakukan pada temperatur rendah, juga kemungkinan untuk
memperoleh produk baru dengan komposisi yang biasanya diperoleh dengan teknik
destilasi ( Pino, 1997 ). Namun demikian metode ini juga mempunyai kekurangan
yaitu dalam hal penentuan kondisi untuk ekstraksi minyak atsiri dari tumbuhan
tertentu (Boelens dan Boelens, 1997).

2.3.4. Penyimpanan Minyak Atsiri


Pada proses penyimpanan minyak atsiri dapat mengalami kerusakan yang
diakibatkan oleh berbagai proses, baik secara kimia maupun secara fisika. Biasanya
kerusakan disebabkan oleh reaksi-reaksi yang umum seperti oksidasi, resinifikasi,
polimerisasi, hidrolisis ester dan interaksi gugus fungsional. Proses tersebut
dipercepat (diaktivasi) oleh panas, adanya udara (oksigen), kelembaban, serta
dikatalis oleh cahaya dan pada beberapa kasus kemungkinan dikatalis oleh logam
(Guenther, 1987).
Minyak atsiri yang mengandung kadar terpen tinggi mudah mengalami
kerusakan oleh proses oksidasi terutama oleh proses esterifikasi. Terpen dan
turunannya biasanya mengandung atom karbon tidak jenuh, karena itu dengan adanya
oksigen bisa menyebabkan pemecahan atau penataulangan dari terpen.
Sebelum penyimpanan minyak atsiri harus dibebaskan dari air, karena air
merupakan salah satu faktor yang paling berpengaruh terhadap kerusakan minyak
atsiri. Penghilangan air dapat dilakukan dengan menambah natrium sulfat anhidrus,
disusul dengan pengocokan, kemudian didiamkan beberapa lama, kemudian disaring.
Kemudian disimpan dalam wadah tertutup rapat pada suhu kamar dan terlindungi

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

dari cahaya. Penyimpanan minyak dalam jumlah yang kecil sangat baik dilakukan
memakai botol atau gelas berwarna gelap, sedangkan dalam jumlah yang besar dapat
disimpan dalam drum yang dilapisi dengan timah atau bahan yang tidak bereaksi
dengan minyak atsiri. Penyemprotan gas karbon dioksida atau nitrogen kedalam drum
sebelum ditutup akan menghilangkan gas oksigen dari permukaan minyak, sehingga
minyak terlindungi dari kerusakan akibat oksidasi (Guenther, 1987).

2.4.

Kromatografi Gas Spektrometri Massa (GC-MS)


Spektrometer massa memiliki 3 fungsi yang sangat penting, pertama molekul

molekul ditembaki oleh elektron electron berenergi tinggi membentuk ion ion. Ion
ion di aselerasi dalam suatu medan elektrik. Kedua, ion ion yang di aselerasi
dipisahkan berdasarkan perbandingan massa mereka terhadap muatan di dalam
medan magnet atau medan elektrik. Selanjutnya ion ion tertentu dengan
perbandingan massa terhadap muatan di deteksi oleh suatu peralatan yang mampu
menghitung jumlah ion ion yang terpisah. Hasilnya di deteksi oleh detektor dan di
rekam dalam rekorder. Hasil dari rekorder adalah suatu spektrum massa yakni grafik
dari sejumlah partikel partikel yang di deteksi sebagai suatu fungsi perbandingan
massa terhadap muatan (Donald,et al,1979).

2.4.1. Kromatografi Gas


Kromatografi gas adalah metode kromatografi pertama yang dikembangkan
pada zaman instrumen dan elektrokimia yang telah merevolusikan keilmuan selama
lebih dari tiga puluh tahun.
Kromatografi gas dapat dipakai untuk setiap campuran yang setiap campuran
yang sebagai komponennya atau akan lebih baik lagi jika semua komponennya
mempunyai tekanan uap yang berarti pada suhu yang dipakai untuk pemisahan.
Tekanan uap atau keatsirian memungkinkan komponen menguap dan bergerak
bersama sama dengan fase gerak yang berupa gas. Waktu yang diperlukan untuk
memisahkan campuran sangat beragam, tergantung banyaknya komponen dalam

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

suatu campuran, semakin banyak komponen yang terdapat dalam suatu campuran
maka waktu yang diperlukan semakin lama. Komponen campuran dapat diidentifikasi
berdasarkan waktu tambat (waktu retensi) yang khas pada kondisi yang tepat. Waktu
tambat adalah waktu yang menunjukkan berapa lama suatu senyawa tertahan dalam
kolom (Gritter J, et al, 1985).

a. Memilih Sistem
Dalam kromatografi gas terdapat empat peubah utama yaitu gas pembawa,
jenis kolom dan fase diam dan suhu untuk pemisahan.
Gas Pembawa
Faktor yang mempengaruhi suatu senyawa bergerak melalui kolom
kromatografi gas ialah keatsirian yang merupakan sifat senyawa itu dan aliran gas
melalui kolom. Nitrogen, helium, argon, hydrogen dan karbon dioksida merupakan
gas yang sering digunakan sebagai gas pembawa karena tidak reaktif serta dapat
dibeli dalam keadaan murni dan kering dalam tangki bervolume besar dan bertekanan
tinggi.
Detektor
Detektor pilihan pertama untuk kromatografi gas adalah Detektor Ionisasi
Nyala (DIN) yang memiliki kepekaan yang tinggi untuk beberapa jenis senyawa.
Fase Cair Diam
Dua segi fase harus diketahui, pertama, bagaimana cairan ditahan dalam kolom
yaitu cairan itu disaputkan pada permukaan serbuk padat dalam kolom, dan yang
kedua yaitu sifat kimia dari cairan itu.

b. Sistem
Suhu Kolom
Kromatografi gas didasarkan pada dua sifat senyawa yang dipisahkan,
kelarutan senyawa itu dalam cairan tertentu dan tekanan uapnya atau keatsiriannya.
Karena tekanan uap bergantung langsung pada suhu, suhu merupakan faktor utama

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

dalam kromatografi gas. Suhu kolom berkisar -100o C 400oC tergantung sifat
bahan. Secara umum, pemisahan yang baik diperoleh pada suhu rendah. Sebagai
patokan dapat dipakai bahwa setiap kenaikan suhu 30oC waktu tambat menjadi
setengahnya.
Gas Pembawa
Laju aliran gas tergantung pada diameter kolom. Aliran berbanding lurus
dengan penampang kolom dan penampang bergantung pada jari-jari pangkat dua
(r2). Misalnya jika pemisahan yang baik dengan kolom 2 mm pada aliran 20
ml/menit, maka untuk menghasilkan hasil yang sama dengan kolom 4 mm diperlukan
aliran 80 ml/menit. Untuk mendapatkan sistem kolom yang optimal yaitu dengan cara
mengatur laju aliran gas dan menghasilkan tingkat puncak yang maksimum.
Kolom
Ada dua kolom dalam kromatografi gas yaitu: kolom kemas, terdiri atas fase
cair berdiameter 1-3 mm dan panjangnya 2 m, kolom kapiler; berdiameter 0,02 - 0,2
mm dan panjangnya 15-25 m, yang berfungsi sebagai penyangga lembam untuk fase
diam cair.
Detektor
Detektor adalah gawai yang ditempatkan pada ujung kolom kromatografi gas
yang menganalisis aliran gas yang keluar dan memberikan data kepada perekam data
yang menyajikan hasil kromatogram secara grafis. DHB (Detektor hantar bahang);
didasarkan pada bahang dipindahkan dari benda panas dengan laju yang bergantung
pada susunan gas yang mengelilingi benda panas. Daya hantar ini merupakan fungsi
dari laju pergerakan molekul gas. Gas yang mempunyai bobot molekul yang rendah
mempunyai daya hantar paling tinggi.
Detektor Ionisasi Nyala (DIN); pendeteksian DIN ialah jika dibakar, senyawa
terurai membentuk pecahan sederhana bermuatan positif, biasanya terdiri atas satu
karbon. Pecahan ini meninggikan daya hantar tempat lingkungan nyala, dan
peningkatan daya hantar ini dapat diukur dengan mudah dan direkam.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Penanganan Sinyal
Data Kualitatif; data kromatografi gas biasanya terdiri atas waktu tambat berbagai
komponen campuran. Waktu tambat diukur mulai dari titik penyuntikan sampai
ketitik maksimum puncak dan sangat khas untuk senyawa tertentu dan pada kondisi
tertentu. Komponen tertentu didalam campuran dapat dipisahkan dengan cara spiking
jika tersedia senyawa murninya. Senyawa murni ditambahkan kedalam cuplikan yang
diduga mengandung senyawa itu dan cuplikan dikromatografi.
Data Kuantitatif; Pengukuran sebenarnya yang dilakukan pada kertas grafik ialah
pengukuran luas puncak. Jika puncak itu simetris atau berupa kurva Gauss tinggi
puncak dapat dipakai untuk mengukur luas puncak.

2.4.2.

Spektrum Massa
Spektrum massa biasa diambil pada suatu berkas sinar sebesar 70 elektron

volt. Kejadian tersederhana ialah tercampaknya satu atom dari satu molekul dalam
fasa gas oleh sebuah elektron dalam berkas atom dan membentuk suatu ion molekul
yang merupakan suatu kation radikal (M+).
Suatu massa elektron menyatakan massa massa bermuatan positif terhadap
(konsentrasi) nisbinya. Puncak paling kuat (tinggi) pada atom disebut puncak dasar
(base peak), dinyatakan dengan nilai 100 % dan kekuatan (tinggi x kepekaan) puncak
puncak lain, termasuk puncak ion molekulnya, dinyatakan sebagai persentasi
puncak dasar tersebut.
Puncak ion molekul biasanya merupakan puncak puncak dengan bilangan
massa tertinggi, kecuali jika terdapat puncak-puncak isotop. Puncak puncak
isotopnya yang biasa.

a. Penentuan Rumus Molekul


Penentuan rumus molekul yang mungkin dari kekuatan puncak isotop hanya
dapat dilakukan jika puncak ion molekul termaksud cukup kuat hingga puncak
tersebut dapat diukur dengan cermat sekali.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Misalnya suatu senyawa mengandung 1 atom karbon. Maka untuk tiap 100
molekul yang mengandung satu atom

12

C, sekitar 1,08 % molekul mengandung satu

atom 13C. Karenanya molekul-molekul ini akan menghasilkan sebuah puncak M + 1


yang besarnya 1,08 % kuat puncak ion molekulnya; sedangkan atom-atom 2H yang
akan memberikan sumbangan tambahan yang amat lemah pada puncak M + 1 itu.
Jika suatu senyawa mengandung sebuah atom sulfur, puncak M + 2 akan menjadi 4,4
% puncak induk.

b. Pengenalan Puncak Ion Molekul


Ada dua hal yang menyulitkan pengidentifikasian puncak ion molekul yaitu:
1. Ion molekul tidak nampak atau amat lemah. Cara penanggulangannya ialah
mengambil spectrum pada kepekaan maksimum, jika belum diketahui dengan jelas
dapat juga dilihat berdasarkan pola pecahnya.
2. Ion molekul nampak tetapi cukup membingungkan karena terdapatnya beberapa
puncak yang sama atau lebih menonjol. Dalam keadaan demikian, pertama tama
soal kemurnian harus dipertanyakan. Jika senyawa memang sudah murni, masalah
yang lazim ialah membedakan puncak ion molekul dari puncak M 1 yang lebih
menonjol. Satu cara yang bagus ialah dengan mengurangi berkas penembak
mendekati puncak penampilan.
Kuat puncak ion molekul tergantung pada kemantapan ion molekul. Ion ion
molekul paling mantap adalah dari sistim aromatik murni. Secara umum golongan
senyawa-senyawa berikut ini akan memberikan puncak-puncak ion menonjol:
senyawa aromatik (alkana terkonjugasi), senyawa lingkar (alkana normal, pendek),
merkaptan. Ion molekul biasanya tidak alifatik, nitrit, nitrat, senyawa nitro, nitril
dan pada senyawa senyawa bercabang. Puncak puncak dalam arah M 3
sampai M 14 menunjukkan kemungkinan adanya kontaminasi (Silverstein,
1981).

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Kaidah Umum untuk Mengenali Puncak-Puncak dalam Spektra


Sejumlah kaidah umum untuk mengenali puncak-puncak menonjol dalam
dampak electron dapat ditulis dan dipahami dengan konsep-konsep buku kimia fisik:
1. Tinggi nisbi puncak ion molekul terbesar bagi senyawa rantai lurus dan
akan menurun jika derajat percabangan bertambah.
2. Tinggi nisbi puncak ion molekul biasanya makin kecil dengan
bertambahnya bobot molekul deret homolog; kecuali untuk ester lemak.
3. Pemecahan/pemutusan cenderung terjadi pada karbon terganti gugus alkil;
makin terganti gugus, makin mudah terputus. Hal ini merupakan akibat
lebih mantapnya karboksasi tersier daripada sekunder yang lebih mantap
daripada yang primer.
4. Adanya ikatan rangkap, struktur lingkar dan terlebih lebih

cincin

aromatik (heteroatom) memantapkan ion molekul hingga meningkatkan


pembentukannya.
5. Ikatan rangkap mendukung pemecahan alil dan menghasilkan ion
karbonium alil.
6. Cincin jenuh denderung melepas rantai samping pada ikatan-. Hal ini
tidak lain daripada kejadian khusus percabangan. Muatan positif
cenderung menyertai sibir cincin. Cincin tak jenuh dapat mengalami
reaksi Retro-Diels-Alder.
7. Dalam senyawa aromatik terganti gugus alkil, pemecahan paling mungkin
terjadi pada ikatan berlokasi beta terhadap cincin menghasilkan ion benzyl
talunan termantapkan atau iontropilium.
8. Ikatan C-C yang bersebelahan dengan heteroatom cenderung terpecah,
meninggalkan muatan pada sibiran yang mengandung heteroatom yang
electron tak- ikatannya menciptakan kemantapan talunan.
9. Pemecahan sering berkaitan dengan penyingkiran molekul netral mantap
yang kecil, misalnya karbon monooksida, olefin, ammonia, hidrogen

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

sulfida, hidrogen sianida, merkaptan, ketena atau alkohol. (Silverstein,


1981).

2.4.3.

Spektroskopi Inframerah
Penggunaan spektrofotometri infra merah untuk maksud analisa lebih banyak

ditujukan untuk identifikasi suatu senyawa.Hal ini disebabkan spectrum infra merah
senyawa organik bersifat khas, artinya senyawaan yang berbeda akan mempunyai
spectrum yang berbeda pula. Selain dari senyawaan isomer-optik, tidak satu pun
antara dua senyawaan yang mempunyai kurva serapan infra merah yang identik.
Alat spektrofotometer infra merah pada dasarnya terdiri dari komponen
komponen pokok yang sama dengan alat spektrofotometer ultra lembayung dan sinar
tampak,yaitu terdiri sumber sinar, monokromator berikut alat alat optic seperti cermin
dan lensa, sel tempat cuplikan, detector, amplifier, dan alat dengan skala pembacaan
atau alat perekam spectrum (recorder).
Sumber sinar infra merah pada umumnya berupa zat padat inert yang
dipanaskan dengan listrik, sehingga mancapai suhu antara 1.500 2.000o K.Akibat
pemanasan ini akan dipancarkan sinar kontinu yang menyerupai sinar yang
dipancarkan oleh benda hitam.
Daerah penyerapan terpenting dalam spectrum infra merah adalah:
a. Daerah vibrasi regang hydrogen 3700 2700 cm-1
Ditemukan puncak puncak serapan maksimum di daerah ini hanya disebabkan
oleh vibrasi regang antara hydrogen dengan suatu atom lain.
b. Daerah vibrasi regang ikatan ganda tiga, 2700 1850 cm-1.
Gugus fungsional yang menyerap di daerah ini terbatas, karena itu ada atau tidak
adanya serapan tersebut dalam suatu molekul dapat segera di lihat.
c. Daerah ikatan ganda dua, 1950 1550 cm-1.
Vibrasi regang gugusan karbonil memberikan puncak serapan di seluruh daerah
ini.Keton, aldehid, asam asam, amida, karbonat semunya mempunyai puncak
serapan di sekitar 1700 cm-1.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

d. Daerah sidik jari finger-print , 1500 700 cm-1.


Di daerah ini perbedaan sedikit saja dari molekul, adanya subtitusi denga gugus
fungsional yang berbeda akan menyebabkan perubahan yang menyolok pada
distribusi puncak serapannya (Noerdin.D, 1986).

2.4.4. Sensitivitas Antimikrobial


Banyak zat kimia dapat menghambat atau mematikan mikroorganisme
berkisar dari unsur logam berat seperti perak dan tembaga sampai kepada molekul
organic yang kompleks seperti persenyawaan ammonium kwartener. Berbagai
substansi tersebut menunjukkan efek antimikrobialnya dalam berbagai cara dan
terhadap permukaan benda atau bahan juga berbeda-beda; ada yang serasi dan ada
yang bersifat merusak.

2.4.5. Bakteri Escherichia coli


Escherichia coli, atau biasa disingkat E. coli, adalah salah satu jenis spesies
utama bakteri gram negatif, bakteri yang ditemukan oleh Theodor Escherich ini dapat
ditemukan dalam usus besar manusia.

Gambar 2.3. Bakteria Escherichia coli


E. coli merupakan bakteri berbentuk batang dengan panjang sekitar 2
mikrometer dan sekitar 0.5 mikrometer. Volume sel E. coli berkisar 0.6-0.7
micrometer kubik. Bakteri ini termasuk umumnya hidup pada rentang 20 40oC,
optimum pada 37 oC. Kita mungkin banyak yang tidak tahu jika di usus besar
manusia terkandung sejumlah E. coli yang berfungsi membusukkan sisa-sisa

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

makanan. Dari sekian ratus strain E. coli yang teridentifikasi, hanya sebagian kecil
bersifat pathogen, misalnya strain O157 : H7. Bakteri yang namanya berasal dari sang
penemu Theodor Escherich yang menemukannya di tahun 1885 ini merupakan jenis
bakteri yang menjadi salah satu tulang punggung dunia bioteknologi. Hampir semua
rekayasa genetika di dunia bioteknologi selalu melibatkan E. coli akibat genetikanya
yang sederhana dan mudah untuk direkayasa. Riset di E. coli menjadi model untuk
aplikasi ke bakteri jenis lainnya. Bakteri ini juga merupakan media cloning yang
paling sering dipakai. Teknik recombinant DNA tidak dapat tanpa bantuan bakteri ini.
Banyak industri kimia mengaplikasikan teknologi fermentasi yang memanfaatkan E.
coli. Misalnya dalam produksi obat-obatan (insulin, antiobiotik), high value
chemicals (1-3 propanediol, lactate). Secara teoritis, ribuan jenis produk kimia yang
dihasilkan oleh bakteri ini asal genetikanya sudah direkayasa sedemikian rupa guna
menghasilkan jenis produk tertentu yang diinginkan. Jika mengingat besarnya
peranan ilmu bioteknologi dalam aspek-aspek kehidupan manusia, maka tidak dapat
dipungkiri juga betapa besar manfaat E. coli bagi kita.(Levinson,2008).
2.4.6. Bakteri Salmonella
Salmonella adalah suatu genus bakteri enterobakteria gram-negatif berbentuk
tongkat yang menyebabkan tifoid, paratifod, dan penyakit foodborne. Spesies
spesies Salmonella dapat bergerak bebas dan menghasilkan hidrogen sulfida.
Salmonella dinamai dari Daniel Edward Salmon, ahli patologi Amerika, walaupun
sebenarnya, rekannya Theobald Smith (yang terkenal akan hasilnya pada anafilaksis)
yang pertama kali menemukan bakteri ini tahun 1885 pada tubuh babi. Salmonella
adalah penyebab utama dari penyakit yang disebarkan melalui makanan (foodborne
diseases). Pada umumnya, serotipe Salmonella menyebabkan penyakit pada organ
pencernaan. Penyakit yang disebabkan oleh Salmonella disebut salmonellosis. Ciriciri orang yang mengalami salmonellosis adalah diare, keram perut, dan demam
dalam waktu 8-72 jam setelah memakan makanan yang terkontaminasi oleh
Salmonella. Gejala lainnya adalah demam, sakit kepala, mual dan muntah-muntah.

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Infeksi Salmonella dapat berakibat fatal kepada bayi, balita, ibu hamil dan
kandungannya serta orang lanjut usia. Hal ini disebabkan karena kekebalan tubuh
mereka yang menurun. Kontaminasi Salmonella dapat dicegah dengan mencuci
tangan dan menjaga kebersihan makanan yang dikonsumsi.

Penyebab penyakit

Typus (Hepatitis A atau dulu orang menyebutnya sebagai penyakit kuning karena
seluruh tubuh si penderita berwarna kekuningan) adalah bakteri bernama Salmonella
typhi. Sumber penyebab hepatitis, lebih banyak disebabkan kuman yang menempel di
bekas cucian gelas, sendok, piring dan sebagainya dengan kondisi air cucian yang tak
diganti, tangan yang kotor. Bakteri ini umumnya terdapat dalam makanan yang sudah
basi, daging mentah, maupun kotoran.

2.4.7. Bakteri Shigella


Shigella adalah genus dari Gram-negatif, non-motil, bakteri endospor
berbentuk-tongkat yang berhubungan dekat dengan Escherichia coli dan Salmonella.
Shigella merupakan penyebab dari penyakit shigellosis pada manusia, selain itu,
Shigella juga menyebabkan penyakit pada primata lainnya, tetapi tidak pada mamalia
lainnya.

Gambar 2.4. Bakteri Shigella


Batang ramping, tidak berkapsul, tidak bergerak, tidak membentuk spora,
gram negatif. Bentuk cocobasil dapat terjadi pada biakan muda. Shigella adalah
fakultatif anaerob tetapi paling baik tumbuh secara aerobic. Koloninya konveks,
bulat, transparan dengan pinggir-pinggir utuh mencapai diameter kira-kira 2mm
dalam 24 jam. Kuman ini sering ditemukan pada perbenihan diferensial karena

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

ketidakmampuannya meragikan laktosa. Shigella mempunyai susunan antigen yang


kompleks. Terdapat banyak tumpang tindih dalam sifat serologic berbagai spesies dan
sebagian besar kuman ini mempunyai antigen O yang juga dimiliki oleh kuman
enterik lainnya. Antigen somatic O dari Shigella adalah lipopolisakarida. Kekhususan
serologiknya tergantung pada polisakarida. Terdapat lebih dari 40 serotipe.
Klasifikasi Shigella didasarkan pada sifat-sifat biokimia dan antigenik.
Disentri merupakan penyakit yang sangat sering kita jumpai di masyarakat.
Umumnya penyakit disentri ini menyerang masyarakat menengah ke bawah dimana
tingkat pengetahuannya tentang sanitasi dan kebersihan lingkungan sangatlah
terbatas. Disentri adalah suatu infeksi yang menimbulkan luka yang menyebabkan
tukak di usus besar bagian tengah yang disebut colon ditandai dengan gejala khas
yang disebut sebagai sindroma disentri, yakni: sakit di perut yang sering disertai
dengan berak-berak, dan tinja mengandung darah dan lendir. Adanya darah dan
lekosit dalam tinja merupakan suatu bukti bahwa kuman penyebab disentri tersebut
menembus dinding kolon dan bersarang di bawahnya.

Dulu dikenal hanya dua

macam disentri berdasarkan penyebabnya, yakni disentri basiler yang disebabkan


oleh Shigella spp. dan disentri amuba yang disebabkan oleh Entamoeba histolytica.

2.4.8. Bakteri Staphylococcus aureus


Staphylococcus aureus (S. aureus) adalah bakteri gram positif yang
menghasilkan pigmen kuning, bersifat aerob fakultatif, tidak menghasilkan spora dan
tidak motil, umumnya tumbuh berpasangan maupun berkelompok, dengan diameter
sekitar 0,8-1,0 m. S. aureus tumbuh dengan optimum pada suhu 37oC dengan waktu
pembelahan 0,47 jam. S. aureus merupakan mikroflora normal manusia. Bakteri ini
biasanya terdapat pada saluran pernafasan atas dan kulit. Keberadaan S. aureus pada
saluran pernafasan atas dan kulit pada individu jarang menyebabkan penyakit,
individu sehat biasanya hanya berperan sebagai karier. Infeksi serius akan terjadi
ketika resistensi inang melemah karena adanya perubahan hormon; adanya penyakit,

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

luka, atau perlakuan menggunakan steroid atau obat lain yang memengaruhi imunitas
sehingga terjadi pelemahan inang.

Gambar 2.5. Bakteria Staphylococcus aureus


Klasifikasi S. aureus
Kingdom : Monera
Divisio : Firmicutes
Class : Bacilli
Order : Bacillales
Family : Staphylococcaceae
Genus : Staphilococcus
Species : Staphilococcus aureus
Staphylococcus aureus merupakan bakteri Gram Positif, tidak bergerak, tidak
berspora dan mampu membentuk kapsul, berbentuk kokus dan tersusun seperti buah
anggur.

Ukuran

Staphylococcus

berbeda-beda

tergantung

pada

media

pertumbuhannya. Apabila ditumbuhkan pada media agar, Staphylococcus memiliki


diameter 0,5-1,0 mm dengan koloni berwarna kuning. Dinding selnya mengandung
asam teikoat, yaitu sekitar 40% dari berat kering dinding selnya. Asam teikoat adalah
beberapa kelompok antigen dari Staphylococcus. Asam teikoat mengandung
aglutinogen dan N-asetilglukosamin.(Rya,Ray,2004).

UNIVERSITAS SUMATRA UTARA

Anda mungkin juga menyukai