Anda di halaman 1dari 8

ESTIMASI CURAH HUJAN MENGGUNAKAN CITRA

MTSAT DAN TRMM 2A12 (bagian 2)


dwiprab.blogspot.co.id /2014/11/estimasi-curah-hujan-menggunakan-citra_20.html
ESTIMASI CURAH HUJAN MENGGUNAKAN
CITRA MTSAT DAN TRMM 2A12 (Bagian 2)
ALAT DAN BAHAN
Perangkat Lunak:
1. ILWIS.
2. Orbit Viewer.
3. Curve Expert.
4. MS Excell.
Data
1. Citra digital MSAT cakupan wilayah Jawa meliputi band IR1 (inframerah thermal) dan IR3 (water
vapor) tanggal 5 Desember 2007 jam 00.30 21.30 UTC (22 perekaman).
2. TRMM data granule tanggal 5 Desember 2007.
LANGKAH KERJA
Menentukan citra TRMM dan MTSAT yang ber-kolokasi ruang dan waktu
Satu tahapan penting yang harus dilakukan untuk memperoleh hubungan yang kuat antara estimasi hujan
dari citra TRMM dan suhu permukaan awan bagian atas dari MTSAT adalah dengan terlebih dahulu
menentukan kedua citra tersebut yang berkolokasi. Caranya adalah sebagai berikut:
1. Jalankan Orbit Viewer.
2. Klik menu File Open File. Browse pada file TRMM data granule yaitu 2A12.071205.57283.6.HDF.
3. Klik pada surfaceRain pada kolom Arrays, dan klik pada wilayah Indonesia. Hasilnya adalah seperti
yang terlihat pada Gambar 6.

Gambar 6. Tampilan data TRMM pada Orbit Viewer

1. Dikarenakan fokus kajian kita adalah wilayah P. Jawa, maka lakukan klik pada wilayah P. Jawa yang
terekam oleh TRMM (seperti yang terlihat dalam Gambar 6, dalam hal ini adalah sebagian wilayah
Jawa Timur) sehingga akan muncul informasi koordinat lokasi yang kita klik beserta atribut
lainnya seperti intensitas hujan dan waktu perekaman (dalam UTC).
2. Dalam penentuan kolokasi citra, informasi yang harus kita perhatikan adalah waktu perekaman
local (UTC) terbaca kurang lebih pada 05:26:03. Dengan demikian kita harus menggunakan citra
MTSAT dengan waktu perekaman yang sedekat mungkin dengan waktu tersebut, dimana dalam hal
ini kurang lebih adalah 05.30 UTC.
Mengeksport data TRMM dalam format file teks
1. Klik menu File Save data, sehingga muncul jendela pada Gambar 7. Ubahkan Output format
menjadi Swath: ASCII (Arc/Info). Ambil nilai default untuk batas koordinat cakupan area dan klik
tombol Create File. Hasil dari proses ini ada dua buah file yaitu:
2A12.071205.57283.6.surfaceRain.txt yang berisi data intensitas hujan dan
2A12.071205.57283.6.surfaceRain.geo yang berisi koordinat titik pengukuran hujan oleh TRMM.

Gambar 7. File masukan dan keluaran data TRMM serta format keluarannya.
Mengimport data MTSAT di ILWIS
1. Jalankan ILWIS.
2. Pada Operation List, klik Impor Via GDAL, sehingga akan muncul jendela seperti Gambar 8.

Gambar 8. Mengimport file HDR di ILWIS


1. Pilih pada MTSAT200712050530IR1 dan untuk
output filenya, tulis nama file keluaran, misalnya
IR1. Ini perupakan proses mengimpor citra
MTSAT band IR1 dari format HDR menjadi
format ILWIS. Selanjutnya klik tombol OK.
2. Dengan cara yang sama, lakukan untuk file
MTSAT200712050530IR3 dengan nama file
keluaran IR3.
3. Buka citra IR1 dengan cara mengklik ganda
pada file IR1 di ILWIS. Setelah citra tertayang di
layer, klik dan tahan sambil menggeser mouse sehingga akan terlihat nilai pixel dari citra tersebut.
Nilai piksel yang tertayang merupakan nilai suhu kecerahan citra IR1 dikalikan 100. Ini merupakan
trik untuk menyimpan data yang mengandung digit dibelakang koma dalam format bilangan interger
yang membutuhkan memori yang lebih kecil, dibandingkan ketika data tersebut tersimpan dalam
format bilangan real yang memakan memori yang lebih besar. Sehingga untuk mendapatkan nilai
suhu kecerahan yang sebenarnya (dalam Kelvin) lakukan kalkulasi sederhana yang dapat diketikan
pada Command Line yaitu:
IR1x := IR1 / 100
Dengan cara yang sama lakukan untuk citra IR3 yaitu:
IR3x := IR3 / 100
Membuat citra awan berpotensi hujan
1. Citra awan yang berpotensi hujan dibuat dengan menggunakan band IR1 dan IR3, yaitu dengan
melakukan operasi pengurangan berdasarkan kedua citra tersebut. Jika selisih suhu kecerahan

kurang dari 11 K maka pixel yang bersangkutan dianggap berpotensi hujan (Kidder, dkk dalam
Maathuis 2007).
2. Dalam hal ini digunakan operasi pengandaian untuk membuat citra awan yang berpotensi hujan,
sehingga estimasi hujan hanya akan dihitung pada pixel yang dianggap sebagai awan. Perintah
yang digunakan adalah:

PC1:=iff(IR1x IR3x < 11, 1, 0)


Hasilnya adalah seperti yang tersaji pada Gambar 9 berikut ini.

Gambar 9. Tayangan hasil citra awan yang berpotensi hujan.


Mengimport data TRMM di ILWIS dan mengubah data TRMM menjadi peta titik
1. Proses pengolahan data TRMM diawali dengan mengimport teks file yang berisi lokasi dan
intensitas hujan yang sudah dieksport dari file HDF menggunakan perangkat lunak Orbit View. Dari
Operation Tree di ILWIS, pilih Import/Export Import Table. Pilih file
2A12.071205.57283.6.surfaceRain.geo untuk mengimport koordinat lokasi estimasi hujan dari
TRMM seperti yang terlihat pada Gambar 10.

Gambar 10. Memasukan nama file untuk Import


Table Wizard.

1. Klik Next dan pilih Use ILWIS Import. Klik Next,


pilih Comma Delimited. Klik Next dan cek
konfigurasi table yang berisi koordinat lokasi. Klik
Next sekali lagi sehingga muncul jendela seperti
yang terlihat dalam Gambar 11. Ubahlah nama
Column2 menjadi X dan Column3 menjadi Y.
Berikanlah nama file yang sesuai untuk
menyimpan file keluarannya, misalnya nama
keluarannya adalah: lokasi.

2. Dengan cara yang sama lakukan untuk table yang berisi informasi intensitas hujan, ubahlah nama
colomn2 menjadi Hujan seperti yang terlihat pada Gambar 12. Simpan keluarannya dengan nama
yang informatif misalnya: hujan

1. Buka table lokasi. Pada menu tabel lokasi, klik Columns Join
2. Pada jendela Join Wizard, masukan tabel Hujan pada drop down list Table dan pilih Hujan untuk
nama kolom yang akan digabung (join). Klik Next dan berikan nama kolom, misalnya
menggunakan nama yang sama dengan nama kolom sebelumnya yaitu: hujan.
3. Lakukan proses seleksi untuk memilih titik koordinat yang ada hujannya atau dengan kata lain
hujan > 0. Prosesnya adalah dengan mengetikkan perintah berikut pada Command Line di tabel
lokasi (lihat Gambar 13):
hujan_lb0:=iff(hujan > 0, hujan, ?)

Gambar 13. Proses menyeleksi data hujan > 0 dengan


operasi Tabel di ILWIS.
1. Proses selanjutnya adalah mengubah tabel lokasi
menjadi peta titik (point map). Pada operation tree, pilih
Table Operations Table to Point. Ubahlah parameter
pada jendela Table to Point map seperti yang tersaji pada
Gambar 14. X Column dan Y column merupakan
koordinat lokasi hujan yang merupakan system koordinat
LatLonWGS84. Dalam hal ini harus dipastikan untuk
menggunakan kolom hujan_lb0 dari tabel Lokasi sebagai
data yang akan direpresentasikan sebagai peta titik.
Berilah nama keluaran yang sesuai misalnya: hujan_lb0.

Gambar 14. Proses merubah data tabel menjadi data titik.

1. Hasil dari proses ini adalah seperti yang tersaji pada Gambar
15.

Gambar 15. Hasil dari pembuatan peta titik vector.


1. Peta hujan_lb0 tersebut merupakan peta titik dalam format vector. Untuk dapat di-crosskan dengan
citra MTSAT yang berformat raster, maka peta titik ini harus dikonversi menjadi peta titik dengan
format raster. Pada Operation tree, klik Rasterize Point to Raster. Masukan nama peta titik vector
dan nama file keluarannya. Harus dipastikan bajwa Georeference yang digunakan adalah sama
dengan georeference citra MTSAT. Ini untuk menjamin batas koordinat dan ukuran piksel peta titik
raster keluaran adalah sama dengan citra MTSAT (lihat Gambar 16). Hasil yang diperoleh adalah
seperti yang terlihat pada Gambar 17.

Gambar 16. Proses merubah peta titik vektor menjadi


peta titik raster.

Gambar 17. Hasil dari pembuatan peta titik raster.


Menggabungkan citra MTSAT dan TRMM
1. Penggabungan citra MTSAT dan TRMM dilakukan melalui proses penyilangan (crossing) untuk
mendapatkan tabel hasil penyilangan (cross table) sebagai dasar untuk membuat persamaan
regresi yang menyatakan hubungan antara suhu kecerahan dari citra MTSAT dan intensitas hujan
dari citra TRMM.
2. Dari operation tree pilih Raster Operations Cross. Masukan nama file yang sesuai untuk peta
pertama (1 st map) dan peta kedua (2 nd map), serta nama tabel silang keluarannya, seperti yang
terlihat pada Gambar 18. Tabel hasil silang misalnya diberi nama: h_t. Dalam hal ini tidak diperlukan
keluaran hasil penyilangan dalam bentuk peta, sehingga pada Output Map tidak perlu dicentang.

Gambar 18. Proses meng-cross kan peta hujan raster dari


TRMM dan citra MTSAT.

Anda mungkin juga menyukai