Anda di halaman 1dari 13

IMPETIGO BULOSA

PENDAHULUAN
Pioderma merupakan penyakit yang sering dijumpai. Dibagian ilmu penyakit
kulit dan kelamin FK UI, insidennya menduduki tempat ketiga, dan berhubungan
erat dengan keadaan sosial ekonomi. Sebenarnya infeksi kulit kecuali disebabkan
oleh kuman positif gram seperti pada pioderma dapat pula disebabkan oleh kuman
negatif gram, semisalnya Pseudomonas aeruginosa, Proteus vulgaris, Proteus
mirabilis, Escherichia colli dan Klebsiella. Penyebab yang umum ialah kuman positif
gram, yakni Streptococcus dan Staphylococcus. 1
Impetigo adalah infeksi menular piogenik pada kulit, terdiri dari dua bentuk
klinis : non-impetigo bulosa (impetigo contagiosa of tilbury fox) dan impetigo
bulosa. Impetigo bulosa disebabkan oleh Staphylococcus, sedangkan impetigo
kontagiosa dapat disebabkan oleh Staphylococcus aureus atau Streptococcus atau
oleh keduanya. 2,3
Gambaran klinis impetigo non bulosa lebih sering pada anak usia pra sekolah.
Lesi awal adalah sangat tipis-berdinding vesikel atau pustul dengan dasar
eritematosa, yang pecah dengan cepat dan berkembang menjadi plak dan krusta
kekuningan sampai coklat (Honey comp). Krusta kering dan terpisah meninggalkan
eritema, yang berbentuk dan penyembuhan spontan dapat terjadi 2-3 minggu tanpa
jaringan parut. Pada wajah, terutama sekitar hidung dan mulut dan anggota badan
adalah yang paling sering terkena. 2
Impetigo bulosa terjadi lebih sering pada bayi yang baru lahir dan bayi yang
lebih tua, ditandai dengan perkembangan yang cepat dari vesikel ke bula yang
lembek, yang lambat pecah dan menjadi lebih besar, sampai dengan diameter 1 sam
pai 2 cm dan dapat bertahan selama dua atau tiga hari, kandungan jernih pada
awalnya, kemudian menjadi keruh, dan sesudah pecah menjadi tipis, datar,
kecoklatan berbentuk krusta emas kekuningan, penyembuhan ditengah dan
perluasan perifer dapat menimbulkan lesi sirsinar. Meskipun lesi sering pada wajah,
lesi dapat terjadi dimana saja pada kulit, dan membran mukosa buccal mungkin
terlibat.2
Impetigo bulosa (vesiko-bulosa atau cacar monyet) adalah suatu penyakit
infeksi pada kulit yang superficial yaitu terbatas pada epidermis kulit, dengan
gambaran klinis berupa eritema, bula dan bula hipopion yang disebabkan oleh
Staphylococcus aureus. 1

Impetigo bulosa dapat terjadi pada semua umur, umumnya terdapat


pada anak-anak dan dewasa dengan frekuensi sama pada pria dan wanita.
Biasanya impetigo bulosa terdapat pada daerah tropis atau beriklim panas
serta pada negara-negara yang sedang berkembang dengan tingkat ekonomi
masyarakatnya masih tergolong lemah atau miskin. Lebih banyak terjadi pada
daerah tropis dengan udara panas dan musim panas dengan banyaknya debu.
Lebih sering terdapat pada seseorang dengan hygiene yang kurang terjaga
dan status gizi yang kurang ataupun karena suatu penyakit seperti anemia. 4
Impetigo vesiko-bulosa menyebar melalui kontak langsung dengan
lesi (daerah kulit yang terinfeksi). Pasien dapat lebih jauh menginfeksi
dirinya sendiri atau orang lain setelah menggaruk lesi. Infeksi sering kali
menyebar lebih cepat pada tempat dengan hygiene yang buruk atau tempat
tinggal yang padat penduduk. Faktor predisposisi antara lain kontak langsung
dengan pasien impetigo, kontak tidak langsung melalui handuk, selimut atau
pakaian psaien impetigo, cuaca panas maupun kondisi lingkungan yang
lembab, kegiatan atau olahraga, kontak langsung antar kulit, pasien dengan
dermatitis. 5
Bakteri S. Aureus masuk melalui kulit yang terluka melalui transmisi
kontak langsung. Kemudian bakteri S. Aureus ini memproduksi toksin
(exfoliatin) menyebabkan kerusakan dibawah stratum korneum sehingga
menimbulkan vesikel. Mula-mula berupa vesikel, kemudian lama-kelamaan
membesar menjadi bula yang sifatnya tidak mudah pecah karena dindingnya
relatif lebih tebal dari impetigo krustosa. Isinya berupa cairan yang lama
kelamaan akan berubah menjadi keruh karena invasi leukosit dan akan
mengendap.6
Staphylococcus
aureus
mengelupas

eksotoksin
eksfoliatif
ekstraseluler

hilangnya
adesi sel
kulit tampak bergelembung

Skema 1: Patofisiologi Impetigo Bulosa.6


Keadaan umum tidak dipengaruhi. Tempat predileksi di ketiak, dada dan
punggung, kadang juga bisa ditemukan pada ekstremitas atas dan bawah. Sering
bersama-sama miliaria, terdapat pada anak-anak dan orang dewasa. Lepuh timbul
mendadak pada kulit sehat, bervariasi mulai miliar hingga lentikular, dapat
bertahan 2-3 hari. Tampak bula dengan dinding tebal dan tipis, kadang-kadang
tampak bula hipopion. Pada awalnya, bula mengandung cairan berwarna kuning ,
kemudian setelah beberapa waktu berubah menjadi kuning pekat dan akhirnya

berwarna keruh, bula tidak dikelilingi eritem dan berbatas tegas. Bula ini terletak
superficial dan dalam waktu satu sampai dua hari, bula ini pecah atau kempes.
Jika bula pecah membentuk krusta yang berwarna kecoklatan, datar atau tipis dan
tepinya berwarna putih (koleret). Sehingga kadang-kadang waktu penderita
datang berobat, vesikel/bula telah memecah sehingga yang tampak hanya koleret
dan dasarnya masih eritematosa.1, 3, 4, 6
Pada gambaran histopatologis tampak vesikel subkornea berisi sel-sel
radang yaitu leukosit pada epidermis. Pada dermis tampak sebukan sel-sel radang
ringan dan pelebaran ujung-ujung pembuluh darah. 4

Gambar 1. Ruam berupa vesikel dan pustul pada impetigo bulosa.

Gambar 2. Ruam berupa erosi dengan dasar eritematosa yang ditutupi oleh krusta
(koleret).

Diagnosis ditegakkan atas dasar anamnesa, gambaran klinis yang khas


dan pemeriksaan penunjang. Pemeriksaan penunjang yang dapat mendukung
diagnosis impetigo bulosa adalah pewarnaan gram, pemeriksaan histopatologi
dan kultur cairan. Pewarnaan gram untuk mencari Staphylococcus aureus.
Sediaan diambil dari cairan bula atau vesikel. Biasanya ditemukan adanya
neutrofil dengan kuman coccus berbentuk rantai atau kelompok. Pemeriksaan
histopatologi menunjukkan pembentukan vesikel pada lapisan sub korneum atau
daerah stratum granulosum, kadang-kadang terdapat sel akantolisis, edema dari
papilla dermis dan infiltrat yang terdiri dari limfosit dan neutrofil disekitar
pembuluh darah pada fleksus superficialis. Pada kultur cairan menunjukkan
adanya S. Aureus atau dikombinasi dengan S. hemolitikus grup A atau kadang
dapat berdiri sendiri. 3,6,7
Adapun penatalaksaan pada impetigo bullosa adalah 3,4
1. UMUM
a. Menghindari dan mencegah faktor predisposisi.
b. Memperbaiki keadaan hygine dan lingkungan.
c. Meningkatkan daya tahan tubuh.
2. KHUSUS
a. Topikal
Jika bulla besar dan banyak sebaiknya dipecahkan selanjutnya
dibersihkan dengan betadine dan dioleskan dengan salep antibiotik.
Seperti : kloramfenikol 2% atau eritromisin 3%. Bila lesi basah,
dikompres dengan larutan permanganas kalikus 1/10.000. Jika kering,
lesi diolesi dengan salap yang mengandung mupirosin atau asam
fusidat ataupun gentamisin. 3,4
b. Sistemik
Jika timbul banyak vesikel atau bula dan terdapat gejala konstitusi
seperti demam, berikan antibiotik seperti : 6
Dicloxacillin
4 x 250-500 mg PO selama 5-7 hari
Amoksisilin
Dosis dewasa 4 x 500 mg/hari
Klindamisin
Dosis dewasa 4x150mg/hari
Eritromisin
Dosis dewasa 4x500mg/hari
Azitromisin
Dosis dewasa 4x500mg/hari

Terapi sistemik diberikan selama 7-10 hari, terapi diberikan sedini mungkin dengan
dosis yang sesuai sehingga penatalaksanaan penyakit akan lebih mudah dan lebih
cepat.
Tabel 1. Pengobatan topikal dan sistemik impetigo bulosa.6
Treatments
for impetigo
First line

TOPICAL
Mupirocin
Fusidic acid

bid

SYSTEMIC
Dicloxacillin

250-500 mg PO qid

bid

Amoxicillin

for 5-7 days


25 mg/kg tid; 250-

plus clavulanic 500 qid


acid,cephalexi
Second line

n
Azithromycin

500 mg x 1, then

(penicillin

250 mg daily for 4

allergy)

days
15 mg/kg/day tid
250-500 mg PO qid

Clindamycin
Erythromycin

for 5-7 days

Diagnosa banding dari impetigo bulosa adalah :1,3,4


Pemfigus : biasanya bula berdinding tebal, dikelilingi oleh daerah
eritematosa dan keadaan umum buruk.
Varicella : biasanya lesi menyebar sentrifugal, selalu disertai demam,
lesi lebih kecil dan umbilikasai vesikel.
Herpes simpleks : vesikel berkelompok dengan dasar kemerahan yang
pecah menjadi lecet tertutupi oleh krusta terdapat biasanya pada bibir
dan kulit.
Dermatofitosis : Jika vesikel atau bula telah pecah dan hanya terdapat
koleret dan eritema, maka mirip dermatofitosis dimana pada
dermatofitosis terdapat penyembuhan di tengah lesi dan lesi di pinggir
lebih aktif.
Prognosis pasien dengan impetigo bulosa pada umumnya baik apabila
menghindari dan mencegah faktor predisposisi dan mendapat terapi yang
tepat. Toksin eksfoliatin yang dihasilkan bakteri ini dapat menyebabkan SSSS
(Staphylococcal Scalded Skin Syndrome).6
5

DAFTAR PUSTAKA

1. Djuanda Adhi. Pioderma. Dalam: Djuanda A, Hamzah M, Aisah S,


penyunting. Ilmu Penyakit Kulit dan Kemanin. Edisi ke-5. Jakarta: Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia; 2007. H. 57-59.
2. K. Al-Kayalli, B. Razooqi, A. Mtaab. Antibacterial Activity of Aquous
Extract of Green Tea on Bacterial Isolated From Children With Impetigo.
Diyala Journal of Medicine, 2011; Vol 1, No 1; 37-43.
3. Sjahrial. Infeksi Bakteri Staphylococcus dan Streptococcus. Dalam: Harahap
M, penyunting. Ilmu Penyakit Kulit. Jakarta: Hipokrates; 2009. H. 47-49.

4. Siregar. Impetigo Bulosa. Dalam: Siregar, penyunting. Atlas Berwarna


Saripati Penyakit Kulit. Edisi ke-2. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran ECG;
2013. H. 47-49.
5. Craft N, Lee PK, Zipoli M, Weinberg A, Swartz M, Johnson RA. Superfisial
Cutaneous Infections And Pyodermas. Dalam Wolff K, Goldsmith LA, Katz
SI, Gilchrest BA, Paller AS, Lffell Dj, penyunting. Fitzpatricks dermatology
in general medicine. Edisi ke-7. New York: McGrow Hill Companies; 2008.
H. 1694-98.
6. Bayliss M. S, Bree A, Chern P. Bacterial And Spirochetal Diseases. Dalam:
Bayliss M. S, Bree A, Chern P ,penyunting. Illustrated Manual of Pediatric
dermatology Diagnosis and Management. London And New York: Taylor
Francis group; h. 95-96.
7. Burns BT, Graham R, Bacterial And Viral Infections. Dalam: Burns BT,
Graham R, penyunting. Dermatology. Edisi ke-8. New York: Blackwell
Publishing; 2008. h. 18-19

LAPORAN KASUS
Seorang pasien perempuan, bernama Nurhayati, umur 61 tahun, suku Jawa,
agama Islam, datang ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSU Dr. Pirngadi Medan, pada
tanggal 28 Oktober 2014 dengan keluhan utama keropeng berwarna kekuningan
disertai nyeri terdapat dilengan dan paha dialami sejak 5 bulan yang lalu. Pada
awalnya gelembung berisi cairan muncul di lengan atas kiri dan kanan disertai rasa
nyeri yang menyebar ke ketiak kanan, paha kiri dan kanan serta badan. Gelembung
kemudian pecah, mengering dan menjadi keropeng. Sebelumnya pasien sudah pernah
berobat ke Klinik untuk penyakitnya ini dan menggunakan obat yang dioleskan 2x /

hari, pasien tidak ingat nama obatnya. Setelah menggunakan obat tersebut pasien
sembuh, namun kambuh lagi sehingga pasien datang berobat ke Poliklinik Kulit dan
Kelamin RSUPM.
Dari anamnesa, riwayat penyakit keluarga tidak jelas, riwayat penyakit
terdahulu kencing manis atau diabetes melitus, riwayat pemakaian obat salep
dijumpai (pasien tidak ingat namanya).
Dari pemeriksaan fisik dijumpai keadaan umum baik dan status gizi baik.
Pada pemeriksaan dermatologis dijumpai ruam berupa erosi dengan dasar yang
eritematosa dan ditutupi krusta berwarna kuning dengan batas yang tegas dan
pinggirnya berwarna putih (koleret). Lokasi pada regio brachii anterior dextra et
sinistra dan regio femoris anterior dextra.
Berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik pada pasien ini, maka diagnosa
banding pada pasien ini adalah Impetigo Bulosa, Pemfigus, Varisela dan
dermatofitosis. Diagnosa sementara yaitu Impetigo Bulosa.
Penatalaksanaan pada pasien ini secara umum adalah menjaga kebersihan
dan menghilangkan faktor- faktor predisposisi, menjaga kadar gula darah agar tetap
dalam batas normal, mandi teratur dengan sabun mandi, pakaian, handuk, sprei
sering diganti, dan dicuci serta dipakai sendiri. Penatalaksanaan secara khusus pada
pasien ini diberikan terapi topikal yaitu asam fusidate Na 2% (fuson), dioleskan 2x /
hari pada lesi selama 7 hari, obat sistemik yaitu ciprofloksasin Hcl 2 x 500mg/hari
selama 4 hari.
Prognosa pada pasien ini adalah baik apabila menghindari dan mencegah
faktor predisposisi dan mendapat terapi yang baik.

DISKUSI
Diagnosis impetigo bulosa pada pasien ini ditegakkan berdasarkan anamnesa
dan pemeriksaan fisik. Dimana pada anamnesa dijumpai keluhan utama keropeng
berwarna kekuningan disertai nyeri terdapat dilengan dan paha dialami sejak 5
bulan yang lalu. Pada awalnya gelembung berisi cairan muncul di lengan atas kiri
dan kanan disertai rasa nyeri yang menyebar ke ketiak kanan, paha kiri dan kanan
serta badan. Gelembung kemudian pecah, mengering dan menjadi keropeng.
Sebelumnya pasien sudah pernah berobat ke Klinik untuk penyakitnya ini dan
menggunakan obat yang dioleskan 2x / hari, pasien tidak ingat nama obatnya.

Setelah menggunakan obat tersebut pasien sembuh, namun kambuh lagi sehingga
pasien datang berobat ke Poliklinik Kulit dan Kelamin RSUPM.
Hal ini sesuai dengan kepustakaan bahwa gejala klinis impetigo bulosa
adalah kelainan kulit berupa vesikel atau bula berisi cairan berwarna kuning pekat
dan keruh yang cepat memecah. Sehingga waktu pasien datang berobat bula telah
pecah dan yang tampak hanya koleret dengan dasarnya masih eritematosa.
Diagnosa banding pada pasien ini adalah Impetigo Bulosa, pemfigus, varisela
dan dermatofitosis. Diagnosa sementara Impetigo Bulosa. Hal ini sesuai dengan
kepustakaan bahwa diagnosis banding dari impetigo bulosa adalah

pemfigus,

varisela dan dermatofitosis. Penatalaksaan pada pasien ini secara umum adalah
menjaga kebersihan dan menghilangkan faktor- faktor predisposisi, menjaga kadar
gula darah agar tetap dalam batas normal, mandi teratur dengan sabun mandi,
pakaian, handuk, sprei sering diganti, dan dicuci serta dipakai sendiri.
Penatalaksanaan secara khusus pada pasien ini diberikan terapi topikal yaitu asam
fusidate Na 2% (fuson), dioleskan 2x / hari pada lesi selama 7 hari, obat sistemik
yaitu ciprofloksasin Hcl 2 x 500 mg/hari selama 4 hari.
Berdasarkan kepustakaan penatalaksaan pada pasien ini secara umum adalah
menjaga kebersihan dan menghilangkan faktor- faktor predisposisi, menjaga kadar
gula darah agar tetap dalam batas normal, mandi teratur dengan sabun mandi,
pakaian, handuk, sprei sering diganti, dan dicuci serta dipakai sendiri. Pengobatan
khusus secara topikal dapat diberikan salep antibiotik seperti kloramfenikol 2% atau
eritromisin 3%. Secara sistemik dapat diberikan antibiotik jika timbul gejala
konstitusi seperti demam atau terdapat bulla yang banyak. Obat sistemik yang biasa
di berikan yaitu dicloxacillin, amoksicillin, eritromisin dan klindamisin.
Prognosa pada pasien ini baik apabila menghindari dan mencegah faktor predisposisi
dan mendapat terapi yang tepat.

10

KESIMPULAN
Impetigo bulosa adalah penyakit infeksi piogenik pada kulit superfisial dan
menular disebabkan oleh Staphylococcus aureus. Ditandai oleh lepuh-lepuh berisi
cairan kekuningan dengan dinding tegang, terkadang tampak hipopion.
Tempat predileksi impetigo bulosa ini biasanya pada muka, sekitar hidung
dan mulut, anggota gerak, ketiak, dada, punggung dan daerah yang tidak tertutup
pakaian. Diagnosis impetigo ditegakkan berdasarkan anamnesis dan gejala klinis
yang khas.

11

Penatalaksanaan dari impetigo ini dapat dilakukan baik secara umum dan
secara khusus. Secara umum mencegah dan menghindari faktor predisposisi,
memperbaiki hygine diri dan lingkungan dan meningkatkan daya tahan tubuh. Secara
khusus dengan cara pemberian obat topikal dan sistemik.

GAMBAR

12

Tampak ruam berupa erosi dengan dasar yang eritematosa dan ditutupi krusta berwarna
kuning dengan batas yang tegas dan pinggirnya berwarna putih (koleret) pada regio femoris
anterior dextra.

Tampak ruam berupa erosi dan krusta pada regio brachii dextra

13

Anda mungkin juga menyukai