PENDAHULUAN
mencapai semaksimal mungkin tujuan dari IMB yang antara lain: Keselamatan
bangunan dan pemakai bangunan, melestarikan lingkungan, memperkaya
kebudayaan bangsa.
Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 7 Tahun 2012 dalam pasal 74 ayat
1 menjelaskan bahwa; setiap kegiatan mendirikan, mengubah/mengganti,
memanfaatkan dan membongkar dalam wilayah Kota Perkanbaru harus memiliki
izin dari Wali Kota atau Pejabat teknis yang ditunjuk. Dinas Tata Ruang dan
Bangunan merupakan unsur pelaksana pemerintah daerah di bidang tata ruang
kota dan tugas pokoknya adalah melaksanakan sebagian urusan rumah tangga
daerah berdasarkan penyerahan hak dalam rangka otonomi daerah di bidang
penataan ruang dan bangunan Kota Pekanbaru sehingga izin mendirikan
bangunan yang dikenal dengan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) sudah
dikeluarkan.
Pelaksanaannya tidak menimbulkan masalah atau hambatan perlu adanya
sarana perangkat perizinan dan rencana tata ruang yang mantap. Rencana tata
ruang yang mantap atau sudah operasional merupakan sarana pengendali
perkembangan fisik di dalam pelaksanaan pembangunan, yang berarti bahwa
rencana tersebut sudah diberikan landasan hukum pelaksanaannya berupa
Peraturan Daerah atau yang disingkat dengan PERDA. Sebagai syarat untuk
menjamin berfungsinya rencana tata ruang wilayah tersebut maka di dalam proses
penyiapan, penyusunan dan pelaksanaannya perlu dukungan dan instansi-instansi
vertikal atau dinas-dinas Pemerintahan Daerah Kota Pekanbaru maupun
partisipasi masyarakat di dalam penangannya. Hubungan kecamatan dengan
Dinas Tata Ruang dan Bangunan Kota Pekanbaru yaitu apabila dinas memberikan
teguran prosedurnya kecamatan harus diberi tembusan karena kecamatan lebih
tahu kondisi yang ada di daerahnya atau dilapangan.
Adapun sanksi yang diberikan kepada masyarakat yang tidak mengurus izin
IMB berdasarkan Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 7 Tahun 2012 tentang
Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di Kota Pekanbaru dalam pasal 120
dijelaskan bahwa; setiap pemilik dan/atau pengguna yang tidak memenuhi
kewajiban pemenuhan fungsi, dan/atau persyaratan, dan/atau penyelenggaraan
pembangunan gadung sebagaimana dimaksud dalam peraturan daerah ini dikenai
sanksi administrasi dan/atau pidana sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Sementara itu dalam pasal 121 menjelaskan bahwa; wajib retribusi
yang tidak melaksanakan kewajibannya sehingga merugikan keuangan daerah
diancam kurungan paling lama 3 (tiga) bulan atau pidana denda paling banyak 3
(tiga) kali jumlah retribusi terutang yang tidak atau kurang bayar.
Adapun data izin IMB di Kecamatan
Tabel 1.1 izin IMB di Kecamatan Payung Sekaki dari tahun 2013 sampai tahun
2015
Yang tidak
Yang Memiliki
Tahun
Jenis Bangunan
Memiliki Izin
Izin
2013
RTT (Rumah Kost)
223
115
RTT (Usaha)
55
38
RTT (Toko)
44
29
RTT
134
101
2014
RTT (Rumah Kost)
219
119
RTT (Usaha)
49
27
RTT (Toko)
36
25
RTT
125
112
2015
RTT (Rumah Kost)
203
131
RTT (Usaha)
38
30
RTT (Toko)
36
48
RTT
115
120
Jumlah
1277
895
Sumber: Data IMB 2013-2015
Tabel diatas menjelaskan perbedaan yang jauh antara yang memiliki izin
dengan yang tidak memiliki izin bahwa pada dari 2013 sampai tahun 2015 data
yang tidak mengurus IMB sebanyak 1277 bangunan dan data yang mengurus IMB
dari tahun 2013 sampai 2015 berjumlah 895. Dengan demikian tabel diatas telah
menjelaskan bahwa data IMB yang tidak memiliki izin lebih banyak dari memiliki
izin.
Fenomena-fenomena yang membuat kebijakan ini tidak dapat berjalan
efektif sesuai dengan perencanaan Pemerintah yaitu :
a. Diketahui bahwa sebagian masyarakat kurang mengetahui dengan jelas
mengenai prosedur tentang cara untuk mengajukan permohonan Izin
Mendirikan
Bangunan
(IMB)
karena
kurangnya
terealisasinya
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah di uraikan diatas maka dapat
dirumuskan masalah dalam penelitian ini, yaitu:
1. Bagaimana Implementasi Peraturan Daerah Kota Pekanbaru Nomor 7
tahun 2012 tentang Retribusi Izin Mendirikan Bangunan di
Kecamatan Payung Sekaki tahun 2015 ?
2. Apa faktor-faktor penghambat Implementasi Peraturan Dearah Kota
Pekanbaru Nomor 7 tahun 2012 tentang Retribusi Izin Mendirikan
Bangunan di Kecamatan Payung Sekaki tahun 2015 ?
C. Tujuan dan Manfaat Penelitian
1. Tujuan Penelitian
Mengacu pada rumusan masalah yang telah dijelaskan sebelumnya, maka
tujuan penelitian ini adalah;
a. Untuk mengetahui implementasi Peraturan Daerah Kota Pekanbaru
c. Bagi Penulis
Penelitian ini bermanfaat untuk meningkatkan pengetahuan serta
wawasan penulis mengenai gambaran yang ada dalam masyarakat dan
sebagai wadah latihan serta pembentukan pola pikir yang rasional
dalam menghadapi segala macam persoalan dalam masyarakat.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Kajian Terdahulu
Dalam penelitian ini penulis memaparkan dua penelitian terdahulu yang
relevan dengan permasalahan yang akan diteliti tentang Implementasi Peraturan
Daerah Kota Pekanbaru Nomor 7 tahun 2012 tentang Retribusi Izin Mendirikan
Bangunan di Kecamatan Payung Sekaki tahun 2015.
B. Kerangka Teori
1. Pengertian Kebijakan
Bridgman dan Davis (2005:3) mengatakan bahwa kebijakan publik
whatever government choose to do or not to do . artinya kebijakan publik adalah
apa saja yang dipilih oleh pemerintah untuk dilakukan atau tidak dilakukan.
Kebijakan publik itu sendiri menurut Nugroho (2009:8 ) adalah kebijakan
yang mengatur kehidupan bersama atau kehidupan publik,bukan kehidupan
pribadi atau golongan melainkan semua masalah yang menyangkut bersama dan
sejumlah masyarakat di daerah.
Menurut William N. Dunn (Harbani Pasolong, 2007:39) mendefenisikan
kebijakan publik yaitu suatu rangkaian pilihan-pilihan yang saling berhubungan
yang dibuat oleh lembaga atau pejabat pemerintah pada bidang-bidang yang
menyangkut tugas pemerintahan, seperti keamanan, energi, kesehatan pendidikan,
kesejahteraan masyarakat, kriminalitas, perkotaan dan lain-lain.
Kebijakan adalah keputusan suatu organisasi yang dimaksudkan untuk
mengatasi
permaslahan
tertentu
atau
untuk
mencapai
tujuan
tertentu
dilakukan
untuk
menciptakan
secara
kritis,
menilai
dan
10
11
12
a.
b.
c.
d.
e.
kebijakan
publik
pemerintahan,maupun
oleh
bisa
dibuat
beberapa
oleh
sebuah
perwakilan
badan
lembaga
pemerintahan.
13
b.
dicapai
melalui
kebijakan
publik
yang
segera
akan
diformulasikan.
c.
14
d.
e.
f.
Penilaian
Alternatif.
Penilaian
alternatif
dilakukan
dengan
2. Implementasi Kebijakan
15
Grindle
(1980)
dalam
Wirawan
(2012:45)
mengatakan
Perumusan masalah.
Proses memasukkan kebijakan Negara ke dalam agenda pemerintah.
Perumusan usulan kebijakan Negara ke dalam agenda pemerintah.
Proses legitimasi kebijakan Negara.
Pelaksanaan kebijakan Negara.
Penilaian kebijakan.
16
17
18
pendekatan
kepatuhan
dan
pendekatan
faktual
dapat
Komunikasi
Gambar 2.1
Faktor Penentu Implementasi Menurut
George C. Edward III
Sumberdaya
Implementasi
Disposisi
19
Struktur Birokrasi
Sumber: Subarsono
Dari Gambar 2.1 diatas tersebut, dapat diuraikan lebih lanjut sebagai
berikut:
1.
2.
Variabel
struktur
birokrasi
mencakup
bagaimana
4.
20
diharapkan, juga dapat diketahui pada apakah suatu kebijakan dipengaruhi oleh
suatu lingkungan, sehingga terjadinya tingkat perubahan yang terjadi.
C. Kerangka Pemikiran
Faktor-faktor yang
mempengaruhi Implementasi
Komunikasi
Sumber Daya
Disposisi/Sikap
Struktur Birokrasi
1.Transmisi
1.Jumlah Staff
2. Kejelasan
2. Fasilitas
1.S.O.P (Standar
Operating
Procedure)
3. Konsisten
3. Wewenang
1.Pemahaman &
Peraturan
2. Arah Respon
3. Insentif /
Motivasi
2. Fragmentasi
Implementasi Peraturan
Daerah
21
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Pendekatan Penelitian
Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif,
yaitu lebih mengarah kepada pembentukan teori yang spesifik dan kontekstual
terhadap fenomena yang ada.
B. Jenis dan Bentuk Penelitian
Bentuk dari penelitian ini adalah deskriptif, yaitu lebih mengarah kepada
penggambaran secara spesifik tentang fenomena yang ada.
C. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Kecamatan Payung Sekaki Kota Pekanbaru,
dalam permasalahan izin mendirikan bangunan di Kota Pekanbaru yang belum
terselesaikan.
22
kesempatan-kesempatan
terhadap
pelaksanaan
usulan
23
24
kesimpulan-kesimpulan
akhirnya
dapat
ditarik
dan
suatu
pembahasan
dan
pengambilan
kesimpulan.
26
DAFTAR PUSTAKA
Winarno, Budi. 2007. Kebijakan Publik; Teori Dan Proses, PT. Buku Kita.
Faisal Sanafiah, Metodologi Penelitian Kualitatif, PT Remaja Rosdakarya:
Bandung, 1999.
Agustino, Leo. 2008. Dasar-dasar Kebijakan Publik. Alfabeta: Bandung.
Ndraha, Taliziduhu. 2003. Kybernologi Sebuah Rekonstruksi Ilmu Pemerintahan.
Jakarta. PT. Rineka Cipta.
Dunn, William, N. 2000, Analisis Kebijakan Publik. Yogyakarta, Gadjah Mada
University Press.
Nucholis, Hanif. 2005, Pemerintahan dan Otonomi Daerah. Jakarta, Gaesindo.
Subarsono, AG. 2009. Analisis Kebijakan Publik: Konsep, Teori Dan Aplikasi.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Wahab, Solichin Abdul. 2008. Analisis Kebijaksanaan Dari Formulasi Ke
Implementasi Kebijaksanaan Negara, PT. Bumi Aksara: Jakarta.
Santoso, Purwo, Hasrul Hanif, Rachmad Gustomi. 2004. Menembus Ortodoksi
Kajian Kebijakan Publik, Yogyakarta: FISIPOL UGM.
http://prestylarasati.wordpress.com/2007/12/10/mengurus-imb-ijin-mendirikanbangunan/
http://www.kuliah.info/2015/05/pengertian-persamaan-dan-perbedaan.html
Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2012 tentang Retribusi Izin Mendirikan
Bangunan
27