Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN
A.Latar Belakang Masalah
Perwujudan masyarakat yang berkualitas merupakan tanggung jawab pendidik yang
sekaligus juga menjadi tanggung jawab pemerintah.Tanggung jawab terfokus pada
upaya msiapkan peserta didik yang mempunyai keunggulan, kreatifitas, mandiri,
dan professional dalam bidangnya masing-masing.
Upaya meningkatkan kualitas pendidikan inii terus menerus dilakukan oleh
pemerintah guna memenuhi tanggung jawab tersebut. Salah satu upaya
pemerintah untuk meningkatkan kualitas pendidikan adalah dengan
menyempurnakan kurikulum.Seperti yang telah dilakukan pemerintah saat ini yaitu
ada jenjang ar serta menyusun kurikulum,duduk dalam suatu tim pengembang
kurikulum,atau memberikan masukan kepada tim pengembang kurikulum
(Hamalik,2005:64).

Kurikulum tingkat satuan pendidikan (KTSP) disikapi secara kurang bijaksana oleh
para pelaku pendidikan.Diantaranya,masih banyak dijumpai adanya anggapan KTSP
adalah kurikulum baru yang berbeda dengan kurikulum sebelumnya,Kurikulum
Berbasis Kompetensi (KBK).Sebagai konsekuensnya implementsi ebelumnya harus
pula dibenahi atau dirombak.Anggapan inilah yang menimbulkan sikap apriori dan
penolakan secara psikologis terhadap perubahan (Suhadi,2006)
Seiring dengan tuntutan perkembangan zaman,perubahan kurikulum di sekolahsekolah pada jenjang pendidikan dasar dan menengah merupan sebuah fenomena
yang tidak dapat dihindari.Semangat zaman yang makin mengglobal menyebabkan
perubahan evolusioner dan revolusoner sacara mendasar pada dinamika
pengetahuaan dan aplikasinyadalam kehidupan manusia sangat dibutuhkan.Tidak
hanya iti, dimensi sikap, perilaku, dan nilai-nilai yang mengatur kehidupan dan
interaksi social antar manusia juga mengalami perubahan.
Semangat perubahan KTSP mensyaratkan sekolah membangun paradigm baru
pengelolaan pendidikan yang selama ini telah terbangun image dan buaian
sentralistik pendidikan yang terjadi telah menjadi virus yang mengerdilkan ide dan
kreativitas satuan pendidikan dalam memberdayakan potensi dirinya.Penyakit akut
ini telah coba diatasi dengan berbagai upaya oleh pemerintah. Misalnya,saat
pemerintah pusat tercenggung dengan minimnya pergulatan kreativitas
sekolah,dikumandangkanlah paradigma otonomi pendidikan melalui Manajemen
Berbasis Sekolah.
Kenyataannya, insitusi prasyarat manajemen berbasis sekolah seperti dewan
pendidikan dan komite sekolah kurang membantu dalam pelaksanaan kurikulum

tingkat satuan pendidikan.Paradoks KTSP dan kesiapan guru bisa menjadi musibah
nasional pendidikan. Musibah intelektual ini sulit direcovery danbutuh waktu
relative lama,apalagi jika dikaitkan dengan kontak global jelas tejadi ironi.
Globalisasi memaksa terjadinya variasi dan dinamika sumber pengetahuaan. Dulu
guru sebagai satu-satunya sumber pengetahuaan.Sejalan dengan globalisasi, guru
bukan satu-satunya lagi sumber pengetahuaan.Siwa memiliki peluang mengakses
informasi dari berbagai sumber,dikenallah dengan istilah on-line learning.
Dengandemikiaan, KTSP menghadapi tantangan besar terkait keterpaduaan
informasi lokal, nasional, internasional. Kemampuaan memadukan ini hanya bisa
dilakukan oleh sumber daya yang memang disiapkan jauh-jauh hari, bukan oleh
guru yang disiapkan secara instan melalui berbagai program pengembangan
pendamping kurikulum.Lebih berbahaya lagi jika sekolah akhirnya menjiplak
paduaanyang ditawarkan Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). Tujuaan mulia
KTSP pada akhirnya hanya akan melahirkan sekolah-sekolah instandan kerdil
kreativitas dan itu sangat bertentangan dengan amanat KTSP.
Berdasarkan pernyataan diatas , maka dapat diambil kesimpulan bahwa guru
dituntut untuk lebih dituntut untuklebih kreatifdalam melakukan pembelajaran
.Guru juga harus mampu melaksanakan kurikulum yang telah ditetapkan agar
penyampaiaan materi pelajaran efektif. Pelaksanaan kurikulum sekolah yang
dilakukan oleh guru ini berkaitan dengan pembuatan silabus dan rencana
pembelajaran dimana penguraiaan materi dan proseses pembelajaraan
ditentukanoleh guru. Sistempenilaiaan yang menjadikan peserta didik mampu
mendemontrasikan pengetahuan dan keterampilan sesuai dengan standat yang
ditetapkan dengan mengintegrasikan life skill juga harus ditetapkan oleh guru.
Mulai tahun pelajaraan 2006/2007, Dapodiknas meluncurkan kurikulum Tingkat
Satuaan Pendidikan (KTSP) atau akrab disebut kurikulum 2006. KTSP memberi
keleluasaan penuh setiap sekolah mengembangkan kurikulum dengan tetap
memperhatikan potensi sekolah dan potensi daerah sekitar.
KTSP ini mulai diberlakukan pada tahun ajaran 2006/2007 disetiap jenjang
pendidikan termasuk

Anda mungkin juga menyukai