Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender Internasional. Setelah
kehamilan cukup bulan, ibu akan mengalami proses persalinan (Prawirohardjo,
2009: 213).
Persalinan yaitu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan urin)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Sumiaty, 2011: 92).
Semua kehamilan dan persalinan, bukan hanya yang berisiko
memerlukan pelayanan Profesional oleh tenaga kesehatan terampil. Konsepnya
adalah persalinan yang membutuhkan kedekatan dengan tempat dan cara ibu
itu tinggal dekat dengan budayanya. Namun pada saat yang sama tenaga
profesional terampil tersedia dan setiap saat dapat memberikan tindakan
dengan cepat dan tepat jika terjadi komplikasi. Masalah serius berupa
komplikasi dalam kehamilan dan persalinan dapat menyebabkan kematian pada
ibu (Prawirohardjo, 2009: 63).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan,
dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup
1

tinggi apalagi jika dibandingkan dengan negara-negara lain (Kementerian


Kesehatan RI, 2013: 71).
Analisis kematian ibu yang dilakukan Direktorat Bina Kesehatan Ibu
pada tahun 2010 membuktikan bahwa kematian ibu terkait erat dengan
penolong persalinan dan tempat/fasilitas persalinan. Persalinan yang ditolong
tenaga kesehatan terbukti berkontribusi terhadap turunnya risiko kematian ibu.
Demikian pula dengan tempat/fasilitas, jika persalinan dilakukan difasilitas
pelayanan kesehatan, juga akan semakin menekan resiko kematian ibu
(Kementerian Kesehatan RI, 2013: 77).
Data dari Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota Provinsi Sulawesi Tengah
tahun 2013, cakupan pertolongan persalinan oleh tenaga kesehatan termasuk
pendampingan menurun dari 85,8 % pada tahun 2012 menjadi 81,0 % pada
tahun 2013. Khusunya di wilayah Kota Palu pada tahun 2012 persalinan oleh
tenaga kesehatan 6.853 (86,21%) orang. Pada tahun 2013 terjadi penurunan
yaitu 3.618 (45,60%) orang. Angka ini menurun disebabkan distribusi tenaga
bidan di Desa belum mencukupi dan belum semua bidan mengikuti pelatihan
Asuhan Persalinan Normal (APN), belum semua Kabupaten membentuk
Rumah Tunggu Kelahiran, kemitraan bidan dan dukun belum berjalan dengan
baik, demikian juga dengan Sosialisasi Program Perencanaan Persalinan dan
Pencegahan Komplikasi (P4K), maka diperlukan kerjasama yang baik antara
bidan, petugas pustu, forum peduli KIA, Pokja Posyandu dan dukun bayi
pendamping persalinan, dengan masih adanya masalah tersebut menyebabkan
tingginya angka kematian ibu (Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Tengah,
2013: 61).
2

Posisi Angka Kematian Ibu (AKI), Kota Palu mulai dari tahun 2009
96/100.000 KH, tahun 2010 173/100.000 KH, tahun 2011 172/100.000 KH,
serta tahun 2012 102/100.000 KH dengan melihat data ini, maka nampak
kematian ibu Kota Palu dalam empat tahun terakhir berfluktuasi dan untuk
tahun 2013 AKI sebesar 165/100.000 KH naik jika dibandingkan tahun
sebelumnya, hal ini salah satunya disebabkan banyaknya persalinan yang
dilakukan oleh tenaga non kesehatan (Dinas Kesehatan Kota Palu, 2013: 1).
Sebagian besar masyarakat Indonesia masih mempercayai tenaga non
kesehatan ketika akan membantu proses kelahiran. Salah satu kasus kesehatan
yang masih banyak terjadi di Indonesia adalah persalinan dengan pertolongan
oleh dukun bayi. Kenyataannya, hampir semua masyarakat Indonesia baik
yang tinggal di Pedesaan maupun Perkotaan lebih senang ditolong oleh dukun.
Hal tersebut disebabkan oleh tradisi dan adat istiadat setempat (Kusumandari,
2010: 7).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Palu
tahun 2012, 25 (0,4%) orang persalinan yang dilakukan pada dukun. Kemudian
pada tahun 2013, 1 (0%) orang persalinan yang dilakukan pada dukun dan pada
tahun 2014 dari bulan Januari-Juli, jumlah persalinan yang dilakukan pada
dukun sebanyak 15 (0,2%) orang dari sasaran ibu bersalin 7.554 dan jumlah
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 4.173 (55,2 %)
orang.
Dari data yang diperoleh, persalinan pada dukun di Puskesmas
Mamboro masih tinggi. Pada tahun 2013, 6 persalinan dilakukan pada dukun.
Pada tahun 2014 bulan Januari-November, 4 persalinan yang dilakukan pada

dukun dengan sasaran ibu bersalin 318 orang dan persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan sebanyak 263 (82,7 %) orang (Puskesmas Mamboro, 2014).
Dalam wilayah kerja Puskesmas Mamboro setiap tahunnya, Kelurahan
Taipa merupakan penyumbang terbesar angka persalinan oleh dukun. Pada
tahun 2013, 6 persalinan pada tenaga non kesehatan (Dukun), Mamboro Induk
2 orang, Mamboro Barat 0, dan Taipa 4 orang. Pada tahun 2014 dari bulan
Januari-November 4 persalinan pada tenaga non kesehatan (Dukun), Mamboro
Induk 1 orang, Mamboro Barat o, dan Taipa 3 orang dengan jumlah persalinan
oleh tenaga kesehatan di Taipa 99 (90,8%) orang (Puskesmas Mamboro, 2014).
Hasil wawancara yang dilakukan pada 3 Bidan yang berada di Pustu
Kelurahan Taipa wilayah kerja Puskesmas Mamboro Kecamatan Palu Utara.
Bidan mengatakan hal yang menyebabkan Kelurahan Taipa yang memiliki
jumlah tertinggi adanya persalinan oleh tenaga non kesehatan (Dukun) karena
banyaknya dukun yaitu 5 orang dukun dengan jumlah petugas kesehatan 4
orang di wilayah tersebut, dan masih rendahnya pengetahuan masyarakat.
Wawancara yang telah dilakukan pada sepuluh orang ibu hamil di Kelurahan
Taipa, enam orang ibu hamil tersebut memiliki riwayat bersalin pada dukun,
alasan ibu hamil malakukan persalinan pada dukun yaitu karena pelayanan
yang diberikan lebih sesuai dengan sistem sosial yang ada, mereka sudah
dikenal lama karena berada dari daerah sekitarnya. Hal ini membuat ibu hamil
tidak menggunakan fasilitas kesehatan sebagai tempat bersalin.
Penelitian yang dilakukan Asriani pada tahun 2006 di Wilayah Kerja
Puskesmas Barombang Kelurahan Barombang tentang Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Pemilihan Penolong Persalinan oleh Ibu Bersalin hasil
penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahuan cukup
4

lebih banyak memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai penolong persalinan.


Sedangkan

ibu

dengan

tingkat

pengetahuan

kurang,

lebih

banyak

memanfaatkan tenaga non kesehatan. Ini berarti bahwa makin tingginya tingkat
pengetahuan ibu diharapkan semakin mampu mengaplikasikan apapun yang
diketahui kedalam kehidupan nyata.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Oleh Dukun dan
Tenaga Kesehatan di Kelurahan Taipa Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro
Kecamatan Palu Utara tahun 2014.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan masalah yang
dikemukakan ialah Bagaimana Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan
Oleh Dukun dan Tenaga Kesehatan di Kelurahan Taipa Wilayah Kerja
Puskesmas Mamboro Kecamatan Palu Utara?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Oleh
Dukun dan Tenaga Kesehatan di Kelurahan Taipa Wilayah Kerja Puskesmas
Mamboro Kecamatan Palu Utara.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas Mamboro
Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Mamboro dan bidan
dalam

rangka

meningkatkan

pelayanan

dan

lebih

memperhatikan

keberadaan ibu hamil di wilayah kerjanya.


2. Bagi Institusi Pendidikan
Penelitian ini diharapkan bisa menjadi referensi, bahan belajar, dan
sebagai acuan peneliti selanjutnya.
3. Bagi Peneliti

Dengan adanya penelitian ini merupakan pengalaman dalam proses


belajar serta dapat menambah wawasan dan pengalaman secara nyata dalam
penelitian.
4. Bagi Responden
Sebagai bahan pembelajaran untuk semua ibu hamil, agar
melakukan persalinan di Bidan atau Pusat Pelayanan Kesehatan.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Tentang Pengetahuan
1. Definisi
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindera manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007: 143).
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007: 145), pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.
Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
6

mengingat kembali (Recall ) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh


bahan yang dipelajari atau rangsangan yang telah diterima. Oleh sebab
itu, tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata
kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari
antara lain: menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan
sebagainya.
b. Memahami (Comprehension)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan
secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasi
materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau
materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan contoh, menyimpulkan,
meramalkan, dan sebagainya terhadap objek yang dipelajari.
c. Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan
materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi riil (sebenarnya).
Aplikasi disini dapat diartikan aplikasi atau penggunaan hukum-hukum,
rumus, metode, prinsip, dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang
lain. Misalnya dapat menggunakan rumus statistik dalam perhitunganperhitungan hasil penelitian, dapat menggunakan prinsip-prinsip siklus
pemecahan masalah (problem solving cycle) dalam pemecahan masalah
kesehatan dari kasus yang diberikan.
d. Analisis (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi
atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih dalam
suatu struktur organisasi tersebut, dan masih ada kaitannya satu sama
lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata-kata
7

kerja:

dapat

menggambarkan

(membuat

bagan),

membedakan,

memisahkan, mengelompokkan.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya:
dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusanrumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi, atau objek. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Wawan & Dewi (2010: 14), cara memperoleh pengetahuan
yaitu:
a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
1) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan
dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan
apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba kemungkinan
yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan dengan cara ini dapat berupa pemimpinpemimpinan masyarakat baik formal ataupun informal, ahli agama,
pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima
8

mempunyai yang dikemukakan oleh orang yang mempunyai otoritas,


tanpa menguji terlebih dahulu atau membuktikan kebenarannya baik
berdasarkan fakta empiris maupun penalaran sendiri.
3) Berdasarkan pengalaman pribadi
Pengalaman pribadipun dapat digunakan sebagai upaya
memperoleh

pengetahuan

dengan

cara

mengulang

kembali

pengalaman yang pernah diperoleh dalam memecahkan permasalahan


yang dihadapi masa lalu.
b. Cara modern dalam memperoleh pengetahuan
Cara ini disebut metode penelitian ilmiah atau lebih populer atau
disebut metodologi penelitian. Cara ini mula-mula dikembangkan oleh
Francis Bacon (1561-1626), kemudian dikembangkan oleh Deobold Van
Daven. Akhirnya lahir suatu cara untuk melakukan penelitian yang
dewasa ini kita kenal dengan penelitian ilmiah.
4. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan
Menurut Wawan & Dewi (2010: 16), faktor-faktor yang
mempengaruhi pengetahuan yaitu:
a. Pendidikan
Pendidikan

adalah

suatu

usaha

untuk

mengembangkan

kepribadian dan kemampuan di dalam dan di luar sekolah dan


berlangsung seumur hidup. Pendidikan mempengaruhi proses belajar,
makin tinggi pendidikan seseorang makin mudah orang tersebut untuk
menerima informasi. Pendidikan diperlukan untuk mendapat informasi
misalnya

hal-hal

yang

menunjang

kesehatan

sehingga

dapat

meningkatkan kualitas hidup. Semakin banyak informasi yang masuk


semakin banyak pula pengetahuan yang didapat tentang kesehatan.
b. Pekerjaan
9

Pekerjaan adalah kebutuhan yang harus dilakukan terutama


untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. Bekerja bagi
ibu-ibu akan mempunyai pengaruh terhadap kehidupan keluarga.
c. Umur
Umur mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir
seseorang. Semakin bertambah umur akan semakin berkembang pula daya
tangkap dan pola pikirnya, sehingga pengetahuan yang diperolehnya
semakin membaik.
d. Lingkungan
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu,
baik lingkungan fisik, biologis, maupun sosial. Lingkungan berpengaruh
terhadap proses masuknya pengetahuan ke dalam individu yang berada
dalam lingkungan tersebut.
e. Sosial budaya
Sosial budaya merupakan kebiasaan dan tradisi yang akan
dilakukan orang-orang tanpa melalui penalaran apakah yang dilakukan
baik atau buruk yang mempengaruhi sikap dalam menerima informasi.
5. Kriteria Tingkat Pengetahuan
Pengetahuan seseorang dapat diketahui dan diinterprestasikan
dengan skala yang bersifat kualitatif, yaitu:
a. Baik
: Hasil presentase 76% - 100%
b. Cukup : Hasil presentase 56% - 75%
c. Kurang : Hasil presentase < 56%
B. Konsep Dasar Tentang Kehamilan
1. Definisi
a. Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan dari
spermatozoa dan ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi.
Bila dihitung dari saat fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal

10

akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 10 bulan lunar atau 9


bulan menurut kalender internasional (Prawirohardjo, 2009: 213).
b. Kehamilan merupakan hasil pembuahan sel telur dari perempuan dan
sperma dari laki-laki, sel telur akan bisa hidup selama maksimal 48 jam,
spermatozoa sel yang sangat kecil dengan ekor yang panjang bergerak
memungkinkan untuk dapat menembus sel telur (konsepsi), sel-sel benih
ini akan dapat bertahan kemampuan fertilisasinya selama 2-4 hari, proses
selanjutnya akan terjadi nidasi, jika nidasi ini terjadi, barulah disebut
adanya kehamilan (Sunarti, 2013: 31).
c. Kehamilan adalah suatu peristiwa alami fisiologis yang terjadi pada
wanita, yang didahului oleh suatu peristiwa fertilisasi yang membentuk
zigot dan akhirnya menjadi janin yang mengalami proses perkembangan
dan pertumbuhan dalam uterus sampai persalinan (Sumiaty, 2011: 87).
2. Pembagian Umur Kehamilan
Kehamilan dibagi menjadi 3 triwulan, yaitu triwulan pertama (0-12
minggu), triwulan kedua (13-28
minggu).

Untuk

dapat

minggu), dan triwulan ketiga (29-42

menegakkan

kehamilan

ditetapkan

dengan

melakukan penilaian terhadap beberapa tanda dan gejala kehamilan


(Manuaba, dkk. 2013: 107).
3. Tanda dan Gejala Kehamilan
Menurut Romauli (2011: 91), tanda dan gejala kehamilan dapat
dibagi menjadi:
a. Tanda tidak pasti (Presumtif)
Tanda-tanda presumtif adalah perubahan fisiologi pada ibu atau
seorang perempuan yang mengindikasikan bahwa ia telah hamil. Tanda
tidak pasti atau terduga hamil adalah perubahan anatomik dan fisiologik

11

selain dari tanda-tanda presumtif yang dapat dideteksi atau dikenali oleh
pemeriksa.
Tanda-tanda tidak pasti adalah sebagai berikut:
1) Amenorhea (terlambat datang bulan)
2) Mual dan muntah
3) Mastodinia
4) Quickenin
5) Gangguan kencing
6) Konstipasi
7) Perubahan berat badan
8) Perubahan warna kulit
9) Perubahan payudara
10) Mengidam (ingin makanan khusus)
11) Pingsan
12) Lelah (fatigue)
13) Varises
14) Konstipasi atau obtipasi
15) Epulis.
b. Tanda-tanda kemungkinan kehamilan (dugaan hamil)
1) Perubahan pada uterus
2) Tanda piskaceks
3) Suhu basal
4) Perubahan-perubahan pada serviks
a) Tanda Hegar
b) Tanda Goodells
c) Tanda Chadwick
d) Tanda Mc Donald
5). Pembesaran abdomen
6). Kontraksi uterus
7). Pemeriksaan test biologis kehamilan.
c. Tanda pasti kehamilan
Tanda pasti

hamil

adalah

data

atau

kondisi

yang

mengindikasikan adanya buah kehamilan atau bayi yang diketahui

12

melalui pemeriksaan dan direkam oleh pemeriksa (misalnya denyut


jantung janin, gambaran sonogram janin, dan gerak janin).
Indikator pasti hamil adalah penemuan-penemuan keberadaan
janin secara jelas dan hal ini tidak dapat dijelaskan dengan kondisi
kesehatan yang lain.
1) Denyut jantung janin (DJJ)
2) Gerakan janin dalam rahim
3) Tanda Braxton-Hiks.
C. Konsep Dasar Tentang Persalinan
1. Definisi
a. Persalinan yaitu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan urin) yang
telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan
sendiri) (Sumiaty, 2011: 92).
b. Persalinan dan kelahiran normal adalah proses pengeluaran janin yang
terjadi pada kehamilan cukup bulan (37-42 minggu), lahir spontan
dengan presentasi belakang kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun
janin (Asri & Clervo, 2012: 1).
c. Persalinan (Labourt) adalah rangkaian peristiwa dari kenceng-kenceng
teratur sampai dikeluarkannya produk konsepsi (janin, plasenta, ketuban
dan cairan ketuban) dari uterus kedunia luar melalui jalan lahir atau
melalui jalan lain, dengan bantuan atau dengan kekuatan sendiri
(Sumarah, dkk. 2013: 1).
d. Berdasarkan pengertian diatas, persalinan adalah pengeluaran hasil
konsepsi yang telah cukup bulan, lahir spontan atau dengan tindakan,
dengan bantuan atau dengan kekuatan ibu sendiri.
2. Sebab-Sebab Mulainya Persalinan
13

Menurut Sumiaty (2011: 92), ada beberapa teori sebab-sebab


mulainya persalinan, yaitu:
a. Teori penurunan hormon; 1-2 minggu sebelum partus mulai terjadi
penurunan kadar hormon estrogen dan progesteron. Progesteron bekerja
sebagai penenang otot-otot polos rahim dan akan menyebabkan
kekejangan pembuluh darah sehingga timbul his bila kadar progesteron
turun.
b. Teori plasenta menjadi tua; menyebabkan turunnya kadar estrogen dan
progesteron yang menyebabkan kekejangan pembuluh darah hal ini akan
menimbulkan kontraksi rahim.
c. Teori distensi rahim; rahim yang menjadi besar dan merenggang
menyebabkan iskemia otot-otot rahim, sehingga mengganggu sirkulasi
uteri-plasenter.
d. Teori iritasi mekanik; dibelakang serviks terletak ganglion servikale
(fleksus frankenhauser). Bila ganglion ini digeser dan ditekan, misalnya
oleh kepala janin, akan timbul kontraksi uterus.
e. Induksi partus; gagang laminaria: beberapa laminaria dimasukkan ke
dalam

kanalis

servikalis

dengan

tujuan

merangsang

fleksus

frankenhauser. Amniotomi: pemecahan ketuban. Oksitosin drips:


pemberian oksitosin menurut tetesan per infus.
3. Tanda-Tanda Inpartu
Menurut Sofian (2012: 70), tanda-tanda inpartu adalah sebagai
berikut:
a. Rasa nyeri oleh adanya his yang datang lebih kuat, sering, dan teratur
b. Keluar lendir bercampur darah (show) yang lebih banyak karena
robekan-robekan kecil pada serviks
c. Kadang-kadang, ketuban pecah dengan sendirinya
d. Pada pemeriksaan dalam, serviks mendatar dan telah ada pembukaan.
14

4. Kala Persalinan
Menurut Sofian (2012: 71), kala persalinan terbagi atas 4 kala
sebagai berikut:
a. Kala I: Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan
lengkap 10 cm
b. Kala II: kala pengeluaran janin, sewaktu uterus dengan kekuatan his
ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir
c. Kala III: waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri
d. Kala IV: mulai dari lahirnya uri, selama 1 -2 jam.
5. Hal-hal yang dapat terjadi pada persalinan
a. Persalinan lama
Persalinan lama, disebut distosia didefinisikan sebagai
persalinan yang abnormal (sulit). Sebab-sebabnya dapat dibagi dalam 3
golongan, yaitu:
1) Kelainan tenaga (Power)
His yang tidak normal dalam kekuatan pada jalan lahir yang lazim
pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan
mengalami kemacetan.
2) Kelainan Janin (Passanger)
Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena
kelainan dalam letak atau bentuk janin.
3) Kelainan Jalan Lahir (Pasange)
Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi
kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.
b. Perdarahan pasca persalinan
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang melebihi
500 ml setelah bayi lahir. Pada praktisnya tidak perlu mengukur jumlah
perdarahan sampai sebanyak itu sebab menghentikan perdarahan lebih
15

dini akan memberikan prognosis lebih baik. Pada umumnya bila terjadi
perdarahan yang lebih dari normal, apalagi telah menyebabkan
perubahan tanda vital (seperti kesadaran menurun), pucat, limbung,
berkeringat dingin, sesak nafas, serta tensi < 90 mmHg dan nadi >
100/menit), maka penanganan harus segera dilakukan. Sebab-sebab
perdarahan pasca persalinan, yaitu:
1) Perdarahan dari tempat implantasi plasenta
2) Perdarahan karena robekan
3) Gangguan koagulasi
c. Risiko infeksi pada ibu dan bayi
Persalinan pervaginam memerlukan aseptik dan 3 bersih,
yaitu membuat tangan, area perenium dan area pusat bersih selama dan
sesudah persalinan. Persalinan yang bersih akan membantu memperbaiki
keamanan persalinan ibu dan bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2009: 562).

D. Konsep Dasar Tentang Dukun


1. Definisi
a. Dukun bayi adalah mereka yang memberi pertolongan pada waktu
kelahiran atau dalam hal-hal yang berhubungan dengan pertolongan
persalinan (Kusumandari, 2010: 9).
b. Dukun bayi adalah orang yang dianggap terampil dan dipercaya oleh
masyarakat untuk menolong persalinan dan perawatan ibu dan anak
sesuai kebutuhan masyarakat (Syafrudin & Hamidah, 2009: 165).
c. Dukun bayi adalah seorang anggota masyarakat yang pada umumnya
adalah seorang wanita yang mendapat kepercayaan serta memiliki
16

keterampilan menolong persalinan secara tradisional (Meilani, dkk. 2013:


139).
Seperti diketahui, dukun bayi adalah merupakan sosok yang
sangat dipercaya dikalangan masyarakat. Mereka memberikan pelayanan
khususnya bagi ibu hamil sampai dengan nifas secara sabar. Apabila
pelayanan selesai mereka lakukan, sangat diakui oleh masyarakat bahwa
mereka memilki tarif pelayanan yang jauh lebih murah dibandingkan
dengan bidan. Umumnya masyarakat merasa nyaman dan tenang bila
persalinan ditolong oleh dukun bayi atau lebih dikenal dengan bidan
kampung, akan tetapi ilmu kebidanan yang dimilki dukun bayi tersebut
sangat

terbatas

karena

didapatkan

secara

turun-temurun

(tidak

berkembang) (Meilani, dkk. 2013: 139).


2. Ciri-Ciri Dukun Bayi
Menurut Kusumandari (2010: 8), ada beberapa ciri-ciri dari dukun,
yaitu:
a. Pada umumnya terdiri dari orang biasa.
b. Pendidikan tidak melebihi pendidikan orang biasa, umumnya buta huruf.
c. Pekerjaan sebagai dukun umumnya bukan untuk tujuan mencari uang
tetapi karena panggilan atau melalui mimpi-mimpi, dengan tujuan
untuk menolong sesama.
d. Disamping menjadi dukun, mereka mempunyai pekerjaan lainnya yang
tetap. Misalnya petani, atau buruh kecil sehingga dapat dikatakan bahwa
pekerjaan dukun hanyalah pekerjaan sambilan.
17

e. Ongkos yang harus dibayar tidak ditentukan, tetapi menurut kemampuan


dari masing-masing orang yang ditolong sehingga besar kecil uang yang
diterima tidak sama setiap waktunya.
f. Umumnya dihormati dalam masyarakat atau umumnya merupakan tokoh
yang berpengaruh, misalnya kedudukan dukun bayi dalam masyarakat.
3. Komplikasi Yang Timbul Pada Persalinan Dengan Tenaga Dukun
Anggapan dan kepercayaan masyarakat terhadap keterampilan
dukun beranak berkaitan pula dengan sistem nilai budaya masyarakat
sehingga dukun bayi pada umumnya diperlakukan sebagai tokoh
masyarakat potensi sumber daya manusia. Pengetahuan tentang fisiologis
dan patologi dalam kehamilan, persalinan serta nifas sangat terbatas,
sehingga bila timbul komplikasi ia tidak mampu mengatasinya, bahkan
tidak mampu untuk menyadari arti dan akibatnya (Yenita, 2011). Adapun
beberapa komplikasi yang timbul pada persalinan dengan tenaga dukun
yaitu:
a. Persalinan lama
Persalinan lama, disebut distosia didefinisikan sebagai
persalinan yang abnormal (sulit). Sebab-sebabnya dapat dibagi dalam 3
golongan, yaitu:
1) Kelainan tenaga (Power)
His yang tidak normal dalam kekuatan pada jalan lahir yang lazim
pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan
mengalami kemacetan.
2) Kelainan Janin (Passanger)
Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena
kelainan dalam letak atau bentuk janin.
3) Kelainan Jalan Lahir (Pasange)
Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi
kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.
18

b. Perdarahan pasca persalinan


Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang melebihi
500 ml setelah bayi lahir. Pada praktisnya tidak perlu mengukur jumlah
perdarahan sampai sebanyak itu sebab menghentikan perdarahan lebih
dini akan memberikan prognosis lebih baik. Pada umumnya bila terjadi
perdarahan yang lebih dari normal, apalagi telah menyebabkan
perubahan tanda vital (seperti kesadaran menurun), pucat, limbung,
berkeringat dingin, sesak nafas, serta tensi < 90 mmHg dan nadi >
100/menit), maka penanganan harus segera dilakukan. Sebab-sebab
perdarahan pasca persalinan, yaitu:
1) Perdarahan dari tempat implantasi plasenta
2) Perdarahan karena robekan
3) Gangguan koagulasi
c. Risiko infeksi pada ibu dan bayi
Persalinan pervaginam memerlukan aseptik dan 3 bersih,
yaitu membuat tangan, area perenium dan area pusat bersih selama dan
sesudah persalinan. Persalinan yang bersih akan membantu memperbaiki
keamanan persalinan ibu dan bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2009: 562).
E. Konsep Dasar Tentang Tenaga Kesehatan
1. Definisi
Berdasarkan World Health Organization (WHO), sumber daya
manusia kesehatan (SDM Kesehatan) adalah semua orang yang kegiatan
pokoknya ditujukan untuk meningkatkan kesehatan. Mereka terdiri atas
orang-orang yang memberikan pelayanan kesehatan seperti dokter, perawat,
bidan, apoteker, teknisi laboratorium, manajemen, serta tenaga pendukung
seperti bagian keuangan, sopir dan lain sebagainya. Secara kasar, WHO
19

memperkirakan terdapat 59,8 juta tenaga kesehatan di dunia dan dari jumlah
tersebut diperkirakan dua pertiga (39,5 juta) dari jumlah keseluruhan tenaga
kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dan sepertiganya (19,8 juta),
merupakan tenaga pendukung dan manajemen (WHO, 2006) (Kurniati &
Efendi, 2012: 2).
Definisi lain dari tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam kesehatan, serta memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (PP
32, 1996; UU 36, 2009).
Sumber Daya Manusia Kesehatan menurut Sistem Kesehatan
Nasional (SKN) 2009 adalah tenaga kesehatan profesi termasuk tenaga
kesehatan strategis, dan tenaga kesehatan non profesi, serta tenaga
pendukung/penunjang

kesehatan,

yang

terlibat

dan

bekerja

serta

mengabdikan dirinya dalam upaya dan manajemen kesehatan.


Berdasarkan beberapa definisi diatas dapat disimpulkan bahwa
tenaga kesehatan yaitu setiap orang yang mendapatkan pendidikan baik
formal maupun non formal yang mendedikasikan diri dalam berbagai cara
yang bertujuan untuk mencegah, mempertahankan, serta meningkatkan
derajat kesehatan masyarakat.
2. Macam-Macam Tenaga Kesehatan
Menurut Kurniati & Efendi (2012: 2), macam-macam sumberdaya
a.

manusia kesehatan adalah:


Dokter
Sebagai profesi yang tertua di Indonesia, tak heran jika profesi
ini dapat dikatakan lebih mapan dibanding dengan profesi kesehatan
lainnya. Evolusi profesi ini telah meletakkan fondasi yang kuat dengan
20

adanya Undang-Undang Praktik Kedokteran yang disahkan pada tanggal


6 Oktober 2004.
Pendidikan kedokteran ini mulai dibuka pada tahun 1950-an dan
hingga akhir tahun 1980-an tercatat adanya 15 institusi pendidikan
kedokteran di Indonesia. Peningkatan yang signifikan dari jumlah
institusi pendidikan dokter sangat terlihat dari segi jumlah yaitu terdapat
52 institusi pendidikan pada tahun 2009.
b. Bidan
Profesi kesehatan yang satu ini dipandang strategis dalam
mendukung upaya pemerintah mengurangi Angka Kematian Ibu (AKI),
Angka Kematian Bayi (AKB) dan Balita (AKABA), serta Angka
Kematian Neonatus (AKN). Peran bidan ini juga diperkuat dengan
wewenang pemberian pelayanan kesehatan dasar bagi masyarakat. Selain
itu, studi yang dilakukan oleh World Bank (2008) manggambarkan bahwa
bidan terdistribusi dengan cukup baik jika dibandingkan dengan tenaga
kesehatan lainnya.
Peran bidan dimasyarakat juga dikenal dalam Upaya Kesehatan
Berbasis Masyarakat (UKBM) yaitu Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu),
Pos Kesehatan Desa (Poskesdes), dan Poli Klinik Desa (Polindes). Salah
satu keberhasilan profesi bidan adalah kesuksesan program partnership
antara bidan dan penolong persalinan tradisional atau dukun. Studi yang
dilakukan oleh Kemkes (2005) di Trenggalek menunjukkan bahwa
penolong persalinan tradisional bersedia merujuk ibu yang melahirkan ke
bidan. Penolong persalinan tradisional juga berhak untuk ikut membantu
proses persalinan tersebut.
21

Peran bidan juga mulai menjadi prioritas nasional dalam


program penempatan bidan di Desa. Tujuan penempatan bidan di Desa
adalah untuk meningkatkan mutu dan pemerataan pelayanan kesehatan
melalui Puskesmas dan Posyandu dalam rangka menurunkan angka
kematian ibu, bayi, dan balita, serta meningkatkan kesadaran masyarakat
untuk berperilaku hidup sehat.
Secara khusus tujuan penempatan bidan di desa adalah sebagai
berikut:
1) Meningkatkan mutu pelayanan kesehatan kepada masyarakat.
2) Meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan.
3) Meningkatnya mutu pelayanan ibu hamil, pertolongan persalinan,
perawatan nifas dan perinatal, serta pelayanan kontrasepsi.
4) Menurunnya jumlah kasus-kasus yang berkaitan dengan penyulit
kehamilan, persalinan, dan perinatal.
5) Menurunnya jumlah balita dengan gizi buruk dan diare.
6) Meningkatnya kemampuan keluarga untuk hidup sehat dengan
membantu pembinaan kesehatan masyarakat.
7) Meningkatnya peran serta masyarakat

melalui

pendekatan

Pembangunan Kesehatan Masyarakat Desa (PKMD) termasuk


gerakan Dana Sehat.
Sesuai dengan kebijaksanaan penempatan bidan desa
merupakan salah satu upaya terobosan dalam rangka mempercepat
penurunan AKI, dan tingkat fertilitas, maka bidan desa perlu dibina
secara mantap terstruktur agar bidan desa mampu menunjukkan
komitmen yang tinggi.
c. Perawat
Dalam kesepakatan World Health Assembly (WHA) 1983,
ditekankan tentang peran penting perawat dalam memberikan pelayanan
kesehatan dan menggerakkan masyarakat untuk pengembangan Primary
22

Health Care yang efektif. Dalam pelayanan kesehatan baik disetting


klinik maupun komunitas, perawat merupakan garda terdepan pelayanan
melalui pemberian asuhan keperawatan. Peran perawat dalam pelayanan
kesehatan menjadi sangat penting mengingat kualitas pelayanan
keperawatan berpengaruh terhadap totalitas layanan yang diberikan.
Perawat di Indonesia memiliki tingkat pendidikan yang bervariasi, mulai
dari Sekolah Perawat Kesehatan (SPK) yang setara pendidikan tingkat
menengah (program ini

telah dihapus secara bertahap), Diploma 3

Keperawatan/Akademi Keperawatan (Akper), Diploma 4 Keperawatan,


dan Strata 1 (S-1) Keperawatan dengan gelar Ners-nya. Pengelolaan
pendidikan keperawatan dilakukan baik oleh pemerintah melalui
Kementerian Pendidikan Nasional (Kemdiknas) dan Kementerian
Kesehatan (Kemkes) melalui Politeknik Kesehatan (Poltekkes), serta
pihak swasta.
F. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah suatu uraian dan visualisasi
hubungan atau kaitan antara konsep satu terhadap konsep yang lainnya, atau
antara variabel yang satu dengan variabel yang lain dari masalah yang diteliti
(Notoatmodjo, 2010: 83).
Berdasarkan kerangka teoritis yang telah dikemukakan, peneliti hanya
menggunakan 1 variabel dalam penelitian yaitu pengetahuan. Maka dapat
disusun skema kerangka konsep dalam penelitian sebagai berikut:

Pengetahuan

Persalinan Oleh Dukun


dan Tenaga Kesehatan

23

Gambar 2.1 Kerangka Konsep Penelitian

BAB III
METODE PENELITIAN

A. Jenis Penelitian
Penelitian

ini

merupakan

penelitian

Deskriptif

yaitu

untuk

menggambarkan Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Oleh Dukun dan


Tenaga Kesehatan di Kelurahan Taipa Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro
Kecamatan Palu Utara tahun 2015.
B. Waktu dan Tempat Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan pada tanggal 20 Februari-5 Maret
2015 di Kelurahan Taipa wilayah kerja Puskesmas Mamboro Kecamatan Palu
Utara. Dengan alasan, dalam Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro setiap
tahunnya Kelurahan Taipa merupakan penyumbang terbesar angka persalinan
24

oleh dukun. Pada tahun 2013, 6 persalinan pada tenaga non kesehatan (Dukun),
Mamboro Induk 2 orang, Mamboro Barat 0, dan Taipa 4 orang. Pada tahun
2014 dari bulan Januari-November 4 persalinan pada tenaga non kesehatan
(Dukun), Mamboro Induk 1 orang, Mamboro Barat 0, dan Taipa 3 orang
dengan jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan di Taipa 99 (90,8%) orang.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi didalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang
berada di Kelurahan Taipa wilayah kerja Puskesmas Mamboro Kecamatan
Palu Utara pada bulan Desember 2014 yang berjumlah 32 orang ibu hamil.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang ada di
Kelurahan Taipa Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro Kecamatan Palu
Utara pada bulan Desember 2014 yaitu 32 orang ibu hamil. Maka dilakukan
teknik pengambilan sampel dengan cara total populasi yaitu dimana semua
anggota populasi dijadikan sampel. Penelitian dilakukan dengan kunjungan
langsung ke rumah responden (door to door) sesuai dengan jumlah total
sampel.
D. Definisi Operasional
1. Definisi Operasional
a. Ibu hamil primi gravida, multi gravida, dan grandemulti gravida pada
trimester 1, 2 dan trimester 3 di Kelurahan Taipa Wilayah Kerja
Puskesmas Mamboro Kecamatan Palu Utara.
b. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui dan dipahami oleh ibu
tentang persalinan oleh dukun dan tenaga kesehatan (pertolongan, tanda
bahaya: kehamilan dan persalinan, penanganan, keamanan).
Alat ukur

: Kuesioner
25

Cara ukur

: Pengisian kuesioner

Skala ukur : Ordinal


Hasil ukur
: Baik: Bila responden mampu menjawab dengan benar
76% - 100% yaitu, 23 30 dari seluruh pertanyaan.
Cukup: Bila responden mampu menjawab dengan benar
56% - 75% yaitu, 17 22 dari seluruh pertanyaan.
Kurang: Bila responden mampu menjawab dengan benar
< 56% yaitu, < 17 dari seluruh pertanyaan.
E. Teknik Pengumpulan Data
Untuk mendapatkan data, baik primer maupun sekunder maka
digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut:
1. Data Primer
Data primer yaitu data yang pengumpulannya didasarkan atas
rencana peneliti. Data yang dikumpulkan melalui pengisian kuesioner yang
dibagikan pada responden untuk mendapatkan data lapangan.
Pengetahuan responden diukur dengan instrumen kuesioner
menggunakan skala Guttman dengan alternatif jawaban ya atau tidak,
jumlah pertanyaan terdiri dari 2 aspek yaitu aspek dukun dan aspek tenaga
kesehatan. Aspek dukun yang digunakan sebanyak 15 item, pertanyaan
positif 12 item yaitu pada nomor 1, 2, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14 dan 15 ,
pertanyaan negatif 3 item yaitu nomor 3, 4 dan 5, dan aspek tenaga
kesehatan yang digunakan sebanyak 15 item, pertanyaan positif 12 item
yaitu pada nomor 1, 2, 6, 7, 8, 9, 10, 11, 12, 13, 14 dan 15, pertanyaan
negatif 3 item yaitu nomor 3, 4 dan 5. Dengan teknik penentuan skor yaitu
pertanyaan positif jika responden menyontreng Ya maka diberi skor 1 dan
jika responden menyontreng Tidak maka diberi skor 0 untuk pertanyaan
negatif jika responden menyontreng Ya maka diberi skor 0 dan jika
26

menyontreng Tidak maka diberi skor 1, skor tertinggi adalah 30 dan skor
terendah adalah 0. Penentuan hasil ukur dikategorikan dalam baik, cukup
dan kurang, dikatakan baik bila responden mampu menjawab dengan benar
76% - 100% yaitu, 2330 dari seluruh pertanyaan, dikatakan cukup bila
responden mampu menjawab dengan benar 56% - 75% yaitu, 1722 dari
seluruh pertanyaan, dan dikatakan kurang bila responden mampu menjawab
dengan benar < 56% yaitu, < 17 dari seluruh pertanyaan. Bila sekumpulan
data disusun secara berurutan (array), maka perbedaan yang paling besar
dan paling kecil, disebut range atau jarak atau rentang.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dari sebuah instansi dalam
bentuk mentah. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh melalui laporan dari catatan yang ada di Dinas Kesehatan
Provinsi, Dinas Kesehatan Kota Palu dan Puskesmas Mamboro.
F. Pengolahan Data
Pada setiap penelitian pengolahan data pada dasarnya merupakan data
ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan
rumus tertentu sehingga memperoleh informasi yang diperlukan. Dalam
penelitian ini penulis melakukan pengolahan data sebagai berikut:
1. Editing (Penyuntingan Data)
Hasil penelitian yang diperoleh melalui pengisian kuesioner harus
diedit atau dinilai kembali untuk ketepatan dalam pengisian, jika masih ada
data atau pertanyaan dalam kuesioner yang belum lengkap dilakukan
pengisian maka peneliti dapat memberikan kembali kepada responden untuk
melengkapinya.
2. Membuat Lembaran Kode (Coding Sheet) atau kartu kode (coding sheet)

27

Membuat kolom-kolom yang berisi nomor responden dan nomor


pertanyaan dalam kuesioner.
3. Memasukkan Data (Data entry)
Yakni mengisi kolom-kolom lembar kode dengan nilai pertanyaan
setiap nomor dalam kuesioner, sehingga diketahui jumlah nilai dalam
kriteria baik, cukup dan kurang.
4. Tabulasi
Yakni membuat tabel-tabel data yang dinilai sesuai dengan tujuan
penelitian, dan melakukan perhitungan distribusi frekuensi.
G. Analisis Data
Untuk menganalisa data-data yang telah dikumpulkan maka teknik
analisa data yang digunakan adalah analisa univariat yang dilakukan terhadap
tiap variabel dari hasil penelitian. Pada umumnya dalam analisa ini hanya
menghasilkan distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel.
1. Distribusi Frekuensi
Analisis data dilakukan dengan formulasi distribusi frekuensi
dengan rumus berikut:
f
P = x 100 % =..... %
n
Keterangan:
P
= Presentase
f
= Frekuensi
n
= Jumlah seluruh observasi
H. Penyajian Data
Untuk penyajian data hasil penelitian, peneliti menggunakan
penyajian data bentuk tabel dan narasi.

28

BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian
Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan
di Kelurahan Taipa wilayah kerja Puskesmas Mamboro Kecamatan Palu Utara
dari tanggal 20 Februari5 Maret 2015 dengan jumlah responden 32 orang ibu
hamil yang berada di wilayah tersebut. Penelitian ini membahas Pengetahuan
Ibu Hamil Tentang Persalinan oleh Dukun dan Tenaga Kesehatan.
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Kelurahan
Taipa wilayah kerja Puskesmas Mamboro Kecamatan Palu
Utara 2015
Pengetahuan
Baik

Frekuensi
4

%
12
29

Cukup

15

47

Kurang
13
41
Total
32
100
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah responden yang
mempunyai pengetahuan baik yaitu berjumlah 4 orang (12%), responden yang
mempunyai pengetahuan cukup yaitu berjumlah 15 orang (47%) dan responden
yang mempunyai pengetahuan kurang yaitu berjumlah 13 orang (41%).
B.Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi dari 32 responden
yang berpengetahuan baik tentang persalinan oleh dukun dan tenaga kesehatan
sebanyak 12%, responden yang mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 47%
dan responden yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 41%. Hasil ini
menunjukkan bahwa responden yang dalam hal ini adalah ibu hamil memiliki
pengetahuan cukup dan ada sedikit perbedaan dengan responden yang
berpengetahuan kurang dalam memilih tempat pertolongan persalinan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 32 responden
dapat diketahui responden yang berpengetahuan cukup terbanyak pada
kelompok umur 20-40 tahun yaitu sebanyak 13 orang (41%), dan responden
terbanyak berpendidikan SMA yaitu sebanyak 7 orang (22%), serta responden
terbanyak memiliki 1 orang anak yaitu 6 orang (19%). Responden
berpengetahuan kurang terbanyak pada kelompok umur 20-40 tahun yaitu
sebanyak 9 orang (28%), dan responden terbanyak berpendidikan SMP yaitu
sebanyak 10 orang (31%), serta responden terbanyak memiliki 1 orang anak
yaitu 6 orang (19%). Responden berpengetahuan baik terbanyak pada
30

kelompok umur 20-40 tahun yaitu sebanyak 3 orang (9%), dan responden
terbanyak berpendidikan SMA yaitu sebanyak 2 orang (6%), serta responden
terbanyak memiliki 1 orang anak yaitu 3 orang (3%).
Berdasarkan dari hasil analisis kuesioner didapatkan sebagian besar
responden menjawab salah. Hal ini dikarenakan masih banyaknya ibu hamil
yang beranggapan bahwa dukun dalam menolong persalinan melakukan cuci
tangan, peralatan persalinan yang dimiliki dukun lengkap dan steril serta dukun
memperhatikan kebersihan ibu dan kebersihan tempat pertolongan persalinan,
sehingga pertolongan persalinan yang ditolong dukun tidak menyebabkan ibu
mengalami infeksi. Dukun dianggap mengetahui tanda bahaya pada kehamilan
seperti penglihatan kabur. Dukun juga dianggap melakukan pemeriksaan
denyut jantung bayi menggunakan alat serta melakukan tindakan pertolongan
persalinan sesuai prosedur sehingga dapat menangani komplikasi persalinan
seperti bayi besar dan perdarahan.
Berdasarkan hasil asumsi peneliti adanya pengetahuan baik pada
responden dapat dipengaruhi oleh faktor pengalaman karena adanya
pengalaman baik akan mempengaruhi pemilihan selanjutnya terhadap
pertolongan persalinan, sedangkan tingginya pengetahuan cukup dan adanya
sedikit perbedaan jumlah dengan responden yang memiliki pengetahuan
kurang pada ibu hamil yang berada di wilayah tersebut dalam memilih tempat
pertolongan persalinan yaitu pendidikan ibu yang kurang sehingga sulit untuk
menerima informasi baru. Selain itu, informasi yang diberikan petugas
kesehatan seperti diadakannya penyuluhan tentang pentingnya pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan masih kurang. Sosial budaya dapat pula
31

menyebabkan masih adanya ibu yang merencanakan pertolongan persalinannya


pada dukun karena menurut pendapat ibu hamil bahwa pelayanan yang
diberikan dukun lebih sesuai dengan sistem sosial budaya yang ada serta dukun
juga sudah dikenal lama karena berasal dari daerah sekitarnya.
Berdasarkan penelitian diatas diketahui bahwa pendidikan dan
pengalaman menjadi faktor yang menyebabkan pemilihan penolong persalinan,
hal ini sesuai dengan teori (Wawan & Dewi, 2010: 16) bahwa ada beberapa
faktor yang mempengaruhi pengetahuan yaitu, pendidikan, pekerjaan, umur,
lingkungan, sosial budaya dan cara memperoleh pengetahuan terdiri dari cara
coba salah, cara kekuasaan atau otoritas dan berdasarkan pengalaman.
Hasil penelitian Asriani (2006) di wilayah Kerja Puskesmas
Barombong Kelurahan Barombong tentang Faktor-Faktor yang Berhubungan
dengan Pemilihan Penolong Persalinan oleh Ibu Bersalin. Sampel dalam
penelitian sebanyak 139 responden, berdasarkan pengolahan data yang telah
dilakukan menunjukkan bahwa jumlah responden yang memanfaatkan tenaga
kesehatan sebagai penolong persalinan ditinjau dari tingkat pengetahuan
sebanyak 51,2% dari 123 ibu yang memiliki pengetahuan cukup dan 12,5%
dari 16 ibu yang memiliki pengetahuan kurang. Hasil analisis statistik
menunjukkan p=0,004 (p<0,05) berarti bahwa ibu yang memiliki tingkat
pengetahuan cukup lebih banyak memanfaatkan tenaga kesehatan sebagai
penolong persalinan. Sedangkan ibu dengan tingkat pengetahuan kurang, lebih
banyak memanfaatkan tenaga non kesehatan. Ini berarti bahwa makin
tingginya

tingkat

pengetahuan

ibu

diharapkan

semakin

mampu

mengaplikasikan apa-apa yang diketahuinya kedalam kehidupan nyata.


32

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.

Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Kelurahan Taipa wilayah
kerja Puskesmas Mamboro Kecamatan Palu Utara mengenai Pengetahuan Ibu
Hamil Tentang Persalinan oleh Dukun dan Tenaga Kesehatan dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup dan
memiliki sedikit perbedaan dengan responden yang memiliki pengetahuan

B.

kurang dalam memilih tempat pertolongan persalinan.


Saran
1. Bagi Puskesmas Mamboro
Berdasarkan hasil penelitian ini, diharapkan petugas kesehatan
lebih meningkatkan frekuensi penyuluhan tentang pentingnya pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan sehingga diharapkan dapat menurunkan
angka pertolongan persalinan oleh dukun di wilayah tersebut.
2. Bagi Institusi Pendidikan Kebidanan Poltekkes Kemenkes Palu
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana bacaan untuk
lebih mengembangkan pangetahuan mengenai asuhan kebidanan pada ibu
hamil serta menjadi acuan dalam melakukan penelitian selanjutnya, dan
dapat melanjutkan penelitian ini serta mengembangkannya dengan variabel
yang lebih luas.

33

Anda mungkin juga menyukai