PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Kehamilan merupakan fertilisasi atau penyatuan dari spermatozoa dan
ovum dan dilanjutkan dengan nidasi atau implantasi. Bila dihitung dari saat
fertilisasi hingga lahirnya bayi, kehamilan normal akan berlangsung dalam
waktu 40 minggu atau 9 bulan menurut kalender Internasional. Setelah
kehamilan cukup bulan, ibu akan mengalami proses persalinan (Prawirohardjo,
2009: 213).
Persalinan yaitu proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan urin)
yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan lahir
atau melalui jalan lain dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan sendiri)
(Sumiaty, 2011: 92).
Semua kehamilan dan persalinan, bukan hanya yang berisiko
memerlukan pelayanan Profesional oleh tenaga kesehatan terampil. Konsepnya
adalah persalinan yang membutuhkan kedekatan dengan tempat dan cara ibu
itu tinggal dekat dengan budayanya. Namun pada saat yang sama tenaga
profesional terampil tersedia dan setiap saat dapat memberikan tindakan
dengan cepat dan tepat jika terjadi komplikasi. Masalah serius berupa
komplikasi dalam kehamilan dan persalinan dapat menyebabkan kematian pada
ibu (Prawirohardjo, 2009: 63).
Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI)
tahun 2012, angka kematian ibu (yang berkaitan dengan kehamilan, persalinan,
dan nifas) sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini masih cukup
1
Posisi Angka Kematian Ibu (AKI), Kota Palu mulai dari tahun 2009
96/100.000 KH, tahun 2010 173/100.000 KH, tahun 2011 172/100.000 KH,
serta tahun 2012 102/100.000 KH dengan melihat data ini, maka nampak
kematian ibu Kota Palu dalam empat tahun terakhir berfluktuasi dan untuk
tahun 2013 AKI sebesar 165/100.000 KH naik jika dibandingkan tahun
sebelumnya, hal ini salah satunya disebabkan banyaknya persalinan yang
dilakukan oleh tenaga non kesehatan (Dinas Kesehatan Kota Palu, 2013: 1).
Sebagian besar masyarakat Indonesia masih mempercayai tenaga non
kesehatan ketika akan membantu proses kelahiran. Salah satu kasus kesehatan
yang masih banyak terjadi di Indonesia adalah persalinan dengan pertolongan
oleh dukun bayi. Kenyataannya, hampir semua masyarakat Indonesia baik
yang tinggal di Pedesaan maupun Perkotaan lebih senang ditolong oleh dukun.
Hal tersebut disebabkan oleh tradisi dan adat istiadat setempat (Kusumandari,
2010: 7).
Berdasarkan data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Palu
tahun 2012, 25 (0,4%) orang persalinan yang dilakukan pada dukun. Kemudian
pada tahun 2013, 1 (0%) orang persalinan yang dilakukan pada dukun dan pada
tahun 2014 dari bulan Januari-Juli, jumlah persalinan yang dilakukan pada
dukun sebanyak 15 (0,2%) orang dari sasaran ibu bersalin 7.554 dan jumlah
persalinan yang ditolong oleh tenaga kesehatan sebanyak 4.173 (55,2 %)
orang.
Dari data yang diperoleh, persalinan pada dukun di Puskesmas
Mamboro masih tinggi. Pada tahun 2013, 6 persalinan dilakukan pada dukun.
Pada tahun 2014 bulan Januari-November, 4 persalinan yang dilakukan pada
dukun dengan sasaran ibu bersalin 318 orang dan persalinan yang ditolong oleh
tenaga kesehatan sebanyak 263 (82,7 %) orang (Puskesmas Mamboro, 2014).
Dalam wilayah kerja Puskesmas Mamboro setiap tahunnya, Kelurahan
Taipa merupakan penyumbang terbesar angka persalinan oleh dukun. Pada
tahun 2013, 6 persalinan pada tenaga non kesehatan (Dukun), Mamboro Induk
2 orang, Mamboro Barat 0, dan Taipa 4 orang. Pada tahun 2014 dari bulan
Januari-November 4 persalinan pada tenaga non kesehatan (Dukun), Mamboro
Induk 1 orang, Mamboro Barat o, dan Taipa 3 orang dengan jumlah persalinan
oleh tenaga kesehatan di Taipa 99 (90,8%) orang (Puskesmas Mamboro, 2014).
Hasil wawancara yang dilakukan pada 3 Bidan yang berada di Pustu
Kelurahan Taipa wilayah kerja Puskesmas Mamboro Kecamatan Palu Utara.
Bidan mengatakan hal yang menyebabkan Kelurahan Taipa yang memiliki
jumlah tertinggi adanya persalinan oleh tenaga non kesehatan (Dukun) karena
banyaknya dukun yaitu 5 orang dukun dengan jumlah petugas kesehatan 4
orang di wilayah tersebut, dan masih rendahnya pengetahuan masyarakat.
Wawancara yang telah dilakukan pada sepuluh orang ibu hamil di Kelurahan
Taipa, enam orang ibu hamil tersebut memiliki riwayat bersalin pada dukun,
alasan ibu hamil malakukan persalinan pada dukun yaitu karena pelayanan
yang diberikan lebih sesuai dengan sistem sosial yang ada, mereka sudah
dikenal lama karena berada dari daerah sekitarnya. Hal ini membuat ibu hamil
tidak menggunakan fasilitas kesehatan sebagai tempat bersalin.
Penelitian yang dilakukan Asriani pada tahun 2006 di Wilayah Kerja
Puskesmas Barombang Kelurahan Barombang tentang Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Pemilihan Penolong Persalinan oleh Ibu Bersalin hasil
penelitian menunjukkan bahwa ibu yang memiliki tingkat pengetahuan cukup
4
ibu
dengan
tingkat
pengetahuan
kurang,
lebih
banyak
memanfaatkan tenaga non kesehatan. Ini berarti bahwa makin tingginya tingkat
pengetahuan ibu diharapkan semakin mampu mengaplikasikan apapun yang
diketahui kedalam kehidupan nyata.
Berdasarkan uraian diatas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian
dengan judul Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Oleh Dukun dan
Tenaga Kesehatan di Kelurahan Taipa Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro
Kecamatan Palu Utara tahun 2014.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang ada, maka rumusan masalah yang
dikemukakan ialah Bagaimana Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan
Oleh Dukun dan Tenaga Kesehatan di Kelurahan Taipa Wilayah Kerja
Puskesmas Mamboro Kecamatan Palu Utara?
C. Tujuan Penelitian
Untuk mengetahui Pengetahuan Ibu Hamil Tentang Persalinan Oleh
Dukun dan Tenaga Kesehatan di Kelurahan Taipa Wilayah Kerja Puskesmas
Mamboro Kecamatan Palu Utara.
D. Manfaat Penelitian
1. Bagi Puskesmas Mamboro
Sebagai bahan masukan bagi Puskesmas Mamboro dan bidan
dalam
rangka
meningkatkan
pelayanan
dan
lebih
memperhatikan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Dasar Tentang Pengetahuan
1. Definisi
Pengetahuan adalah hasil tahu, dan ini terjadi setelah orang
melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi
melalui pancaindera manusia, yakni: indra penglihatan, pendengaran,
penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh
melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, 2007: 143).
2. Tingkat Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2007: 145), pengetahuan seseorang
terhadap objek mempunyai intensitas atau tingkat yang berbeda-beda.
Secara garis besarnya dibagi dalam 6 tingkat pengetahuan yaitu:
a. Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah
dipelajari sebelumnya. Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah
6
kerja:
dapat
menggambarkan
(membuat
bagan),
membedakan,
memisahkan, mengelompokkan.
e. Sintesis (Synthesis)
Sintesis menunjuk pada suatu kemampuan untuk meletakkan
atau menghubungkan bagian-bagian dalam suatu bentuk keseluruhan
yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Misalnya:
dapat menyusun, dapat merencanakan, dapat meringkaskan, dapat
menyesuaikan dan sebagainya, terhadap suatu teori atau rumusanrumusan yang telah ada.
f. Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan
justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi, atau objek. Penilaianpenilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri, atau
menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.
3. Cara Memperoleh Pengetahuan
Menurut Wawan & Dewi (2010: 14), cara memperoleh pengetahuan
yaitu:
a. Cara kuno untuk memperoleh pengetahuan
1) Cara coba salah (Trial and Error)
Cara ini telah dipakai orang sebelum kebudayaan, bahkan
mungkin sebelum adanya peradaban. Cara coba salah ini dilakukan
dengan menggunakan kemungkinan dalam memecahkan masalah dan
apabila kemungkinan itu tidak berhasil maka dicoba kemungkinan
yang lain sampai masalah tersebut dapat dipecahkan.
2) Cara kekuasaan atau otoritas
Sumber pengetahuan dengan cara ini dapat berupa pemimpinpemimpinan masyarakat baik formal ataupun informal, ahli agama,
pemegang pemerintah, dan berbagai prinsip orang lain yang menerima
8
pengetahuan
dengan
cara
mengulang
kembali
adalah
suatu
usaha
untuk
mengembangkan
hal-hal
yang
menunjang
kesehatan
sehingga
dapat
10
Untuk
dapat
menegakkan
kehamilan
ditetapkan
dengan
11
selain dari tanda-tanda presumtif yang dapat dideteksi atau dikenali oleh
pemeriksa.
Tanda-tanda tidak pasti adalah sebagai berikut:
1) Amenorhea (terlambat datang bulan)
2) Mual dan muntah
3) Mastodinia
4) Quickenin
5) Gangguan kencing
6) Konstipasi
7) Perubahan berat badan
8) Perubahan warna kulit
9) Perubahan payudara
10) Mengidam (ingin makanan khusus)
11) Pingsan
12) Lelah (fatigue)
13) Varises
14) Konstipasi atau obtipasi
15) Epulis.
b. Tanda-tanda kemungkinan kehamilan (dugaan hamil)
1) Perubahan pada uterus
2) Tanda piskaceks
3) Suhu basal
4) Perubahan-perubahan pada serviks
a) Tanda Hegar
b) Tanda Goodells
c) Tanda Chadwick
d) Tanda Mc Donald
5). Pembesaran abdomen
6). Kontraksi uterus
7). Pemeriksaan test biologis kehamilan.
c. Tanda pasti kehamilan
Tanda pasti
hamil
adalah
data
atau
kondisi
yang
12
kanalis
servikalis
dengan
tujuan
merangsang
fleksus
4. Kala Persalinan
Menurut Sofian (2012: 71), kala persalinan terbagi atas 4 kala
sebagai berikut:
a. Kala I: Waktu untuk pembukaan serviks sampai menjadi pembukaan
lengkap 10 cm
b. Kala II: kala pengeluaran janin, sewaktu uterus dengan kekuatan his
ditambah kekuatan mengedan mendorong janin keluar hingga lahir
c. Kala III: waktu untuk pelepasan dan pengeluaran uri
d. Kala IV: mulai dari lahirnya uri, selama 1 -2 jam.
5. Hal-hal yang dapat terjadi pada persalinan
a. Persalinan lama
Persalinan lama, disebut distosia didefinisikan sebagai
persalinan yang abnormal (sulit). Sebab-sebabnya dapat dibagi dalam 3
golongan, yaitu:
1) Kelainan tenaga (Power)
His yang tidak normal dalam kekuatan pada jalan lahir yang lazim
pada setiap persalinan, tidak dapat diatasi sehingga persalinan
mengalami kemacetan.
2) Kelainan Janin (Passanger)
Persalinan dapat mengalami gangguan atau kemacetan karena
kelainan dalam letak atau bentuk janin.
3) Kelainan Jalan Lahir (Pasange)
Kelainan dalam ukuran atau bentuk jalan lahir bisa menghalangi
kemajuan persalinan atau menyebabkan kemacetan.
b. Perdarahan pasca persalinan
Perdarahan pasca persalinan adalah perdarahan yang melebihi
500 ml setelah bayi lahir. Pada praktisnya tidak perlu mengukur jumlah
perdarahan sampai sebanyak itu sebab menghentikan perdarahan lebih
15
dini akan memberikan prognosis lebih baik. Pada umumnya bila terjadi
perdarahan yang lebih dari normal, apalagi telah menyebabkan
perubahan tanda vital (seperti kesadaran menurun), pucat, limbung,
berkeringat dingin, sesak nafas, serta tensi < 90 mmHg dan nadi >
100/menit), maka penanganan harus segera dilakukan. Sebab-sebab
perdarahan pasca persalinan, yaitu:
1) Perdarahan dari tempat implantasi plasenta
2) Perdarahan karena robekan
3) Gangguan koagulasi
c. Risiko infeksi pada ibu dan bayi
Persalinan pervaginam memerlukan aseptik dan 3 bersih,
yaitu membuat tangan, area perenium dan area pusat bersih selama dan
sesudah persalinan. Persalinan yang bersih akan membantu memperbaiki
keamanan persalinan ibu dan bayi baru lahir (Prawirohardjo, 2009: 562).
terbatas
karena
didapatkan
secara
turun-temurun
(tidak
memperkirakan terdapat 59,8 juta tenaga kesehatan di dunia dan dari jumlah
tersebut diperkirakan dua pertiga (39,5 juta) dari jumlah keseluruhan tenaga
kesehatan memberikan pelayanan kesehatan dan sepertiganya (19,8 juta),
merupakan tenaga pendukung dan manajemen (WHO, 2006) (Kurniati &
Efendi, 2012: 2).
Definisi lain dari tenaga kesehatan adalah setiap orang yang
mengabdikan diri dalam kesehatan, serta memiliki pengetahuan dan atau
keterampilan melalui pendidikan dibidang kesehatan yang untuk jenis
tertentu memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya kesehatan (PP
32, 1996; UU 36, 2009).
Sumber Daya Manusia Kesehatan menurut Sistem Kesehatan
Nasional (SKN) 2009 adalah tenaga kesehatan profesi termasuk tenaga
kesehatan strategis, dan tenaga kesehatan non profesi, serta tenaga
pendukung/penunjang
kesehatan,
yang
terlibat
dan
bekerja
serta
melalui
pendekatan
Pengetahuan
23
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Penelitian
Penelitian
ini
merupakan
penelitian
Deskriptif
yaitu
untuk
oleh dukun. Pada tahun 2013, 6 persalinan pada tenaga non kesehatan (Dukun),
Mamboro Induk 2 orang, Mamboro Barat 0, dan Taipa 4 orang. Pada tahun
2014 dari bulan Januari-November 4 persalinan pada tenaga non kesehatan
(Dukun), Mamboro Induk 1 orang, Mamboro Barat 0, dan Taipa 3 orang
dengan jumlah persalinan oleh tenaga kesehatan di Taipa 99 (90,8%) orang.
C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi didalam penelitian ini adalah seluruh ibu hamil yang
berada di Kelurahan Taipa wilayah kerja Puskesmas Mamboro Kecamatan
Palu Utara pada bulan Desember 2014 yang berjumlah 32 orang ibu hamil.
2. Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah ibu hamil yang ada di
Kelurahan Taipa Wilayah Kerja Puskesmas Mamboro Kecamatan Palu
Utara pada bulan Desember 2014 yaitu 32 orang ibu hamil. Maka dilakukan
teknik pengambilan sampel dengan cara total populasi yaitu dimana semua
anggota populasi dijadikan sampel. Penelitian dilakukan dengan kunjungan
langsung ke rumah responden (door to door) sesuai dengan jumlah total
sampel.
D. Definisi Operasional
1. Definisi Operasional
a. Ibu hamil primi gravida, multi gravida, dan grandemulti gravida pada
trimester 1, 2 dan trimester 3 di Kelurahan Taipa Wilayah Kerja
Puskesmas Mamboro Kecamatan Palu Utara.
b. Pengetahuan adalah segala sesuatu yang diketahui dan dipahami oleh ibu
tentang persalinan oleh dukun dan tenaga kesehatan (pertolongan, tanda
bahaya: kehamilan dan persalinan, penanganan, keamanan).
Alat ukur
: Kuesioner
25
Cara ukur
: Pengisian kuesioner
menyontreng Tidak maka diberi skor 1, skor tertinggi adalah 30 dan skor
terendah adalah 0. Penentuan hasil ukur dikategorikan dalam baik, cukup
dan kurang, dikatakan baik bila responden mampu menjawab dengan benar
76% - 100% yaitu, 2330 dari seluruh pertanyaan, dikatakan cukup bila
responden mampu menjawab dengan benar 56% - 75% yaitu, 1722 dari
seluruh pertanyaan, dan dikatakan kurang bila responden mampu menjawab
dengan benar < 56% yaitu, < 17 dari seluruh pertanyaan. Bila sekumpulan
data disusun secara berurutan (array), maka perbedaan yang paling besar
dan paling kecil, disebut range atau jarak atau rentang.
2. Data Sekunder
Data sekunder adalah data yang diambil dari sebuah instansi dalam
bentuk mentah. Data sekunder dalam penelitian ini adalah data yang
diperoleh melalui laporan dari catatan yang ada di Dinas Kesehatan
Provinsi, Dinas Kesehatan Kota Palu dan Puskesmas Mamboro.
F. Pengolahan Data
Pada setiap penelitian pengolahan data pada dasarnya merupakan data
ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan menggunakan
rumus tertentu sehingga memperoleh informasi yang diperlukan. Dalam
penelitian ini penulis melakukan pengolahan data sebagai berikut:
1. Editing (Penyuntingan Data)
Hasil penelitian yang diperoleh melalui pengisian kuesioner harus
diedit atau dinilai kembali untuk ketepatan dalam pengisian, jika masih ada
data atau pertanyaan dalam kuesioner yang belum lengkap dilakukan
pengisian maka peneliti dapat memberikan kembali kepada responden untuk
melengkapinya.
2. Membuat Lembaran Kode (Coding Sheet) atau kartu kode (coding sheet)
27
28
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
A.Hasil Penelitian
Pada bab ini akan dipaparkan hasil penelitian yang telah dilaksanakan
di Kelurahan Taipa wilayah kerja Puskesmas Mamboro Kecamatan Palu Utara
dari tanggal 20 Februari5 Maret 2015 dengan jumlah responden 32 orang ibu
hamil yang berada di wilayah tersebut. Penelitian ini membahas Pengetahuan
Ibu Hamil Tentang Persalinan oleh Dukun dan Tenaga Kesehatan.
Tabel 4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Pengetahuan di Kelurahan
Taipa wilayah kerja Puskesmas Mamboro Kecamatan Palu
Utara 2015
Pengetahuan
Baik
Frekuensi
4
%
12
29
Cukup
15
47
Kurang
13
41
Total
32
100
Sumber: Data Primer, 2015
Berdasarkan tabel 4.1 menunjukkan bahwa jumlah responden yang
mempunyai pengetahuan baik yaitu berjumlah 4 orang (12%), responden yang
mempunyai pengetahuan cukup yaitu berjumlah 15 orang (47%) dan responden
yang mempunyai pengetahuan kurang yaitu berjumlah 13 orang (41%).
B.Pembahasan
Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi dari 32 responden
yang berpengetahuan baik tentang persalinan oleh dukun dan tenaga kesehatan
sebanyak 12%, responden yang mempunyai pengetahuan cukup sebanyak 47%
dan responden yang mempunyai pengetahuan kurang sebanyak 41%. Hasil ini
menunjukkan bahwa responden yang dalam hal ini adalah ibu hamil memiliki
pengetahuan cukup dan ada sedikit perbedaan dengan responden yang
berpengetahuan kurang dalam memilih tempat pertolongan persalinan.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terhadap 32 responden
dapat diketahui responden yang berpengetahuan cukup terbanyak pada
kelompok umur 20-40 tahun yaitu sebanyak 13 orang (41%), dan responden
terbanyak berpendidikan SMA yaitu sebanyak 7 orang (22%), serta responden
terbanyak memiliki 1 orang anak yaitu 6 orang (19%). Responden
berpengetahuan kurang terbanyak pada kelompok umur 20-40 tahun yaitu
sebanyak 9 orang (28%), dan responden terbanyak berpendidikan SMP yaitu
sebanyak 10 orang (31%), serta responden terbanyak memiliki 1 orang anak
yaitu 6 orang (19%). Responden berpengetahuan baik terbanyak pada
30
kelompok umur 20-40 tahun yaitu sebanyak 3 orang (9%), dan responden
terbanyak berpendidikan SMA yaitu sebanyak 2 orang (6%), serta responden
terbanyak memiliki 1 orang anak yaitu 3 orang (3%).
Berdasarkan dari hasil analisis kuesioner didapatkan sebagian besar
responden menjawab salah. Hal ini dikarenakan masih banyaknya ibu hamil
yang beranggapan bahwa dukun dalam menolong persalinan melakukan cuci
tangan, peralatan persalinan yang dimiliki dukun lengkap dan steril serta dukun
memperhatikan kebersihan ibu dan kebersihan tempat pertolongan persalinan,
sehingga pertolongan persalinan yang ditolong dukun tidak menyebabkan ibu
mengalami infeksi. Dukun dianggap mengetahui tanda bahaya pada kehamilan
seperti penglihatan kabur. Dukun juga dianggap melakukan pemeriksaan
denyut jantung bayi menggunakan alat serta melakukan tindakan pertolongan
persalinan sesuai prosedur sehingga dapat menangani komplikasi persalinan
seperti bayi besar dan perdarahan.
Berdasarkan hasil asumsi peneliti adanya pengetahuan baik pada
responden dapat dipengaruhi oleh faktor pengalaman karena adanya
pengalaman baik akan mempengaruhi pemilihan selanjutnya terhadap
pertolongan persalinan, sedangkan tingginya pengetahuan cukup dan adanya
sedikit perbedaan jumlah dengan responden yang memiliki pengetahuan
kurang pada ibu hamil yang berada di wilayah tersebut dalam memilih tempat
pertolongan persalinan yaitu pendidikan ibu yang kurang sehingga sulit untuk
menerima informasi baru. Selain itu, informasi yang diberikan petugas
kesehatan seperti diadakannya penyuluhan tentang pentingnya pertolongan
persalinan oleh tenaga kesehatan masih kurang. Sosial budaya dapat pula
31
tingkat
pengetahuan
ibu
diharapkan
semakin
mampu
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A.
Kesimpulan
Hasil penelitian yang telah dilaksanakan di Kelurahan Taipa wilayah
kerja Puskesmas Mamboro Kecamatan Palu Utara mengenai Pengetahuan Ibu
Hamil Tentang Persalinan oleh Dukun dan Tenaga Kesehatan dapat
disimpulkan bahwa sebagian besar responden memiliki pengetahuan cukup dan
memiliki sedikit perbedaan dengan responden yang memiliki pengetahuan
B.
33