Oleh:
NESIA AYUNDA
BP:0910005301018
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TAMANSISWA
PADANG
2014
87
Sea Mineral
ABSTRAK
88
Sea Mineral
PENDAHULUAN
diperbaiki
dengan
pemupukan.
Pemupukan
bertujuan
untuk
menyediakan hara yang diperlukan oleh
tanaman, baik dengan pupuk buatan
maupun pupuk organik yang diberikan
melalui tanah. Kelemahan pemberian
pupuk melalui tanah adalah beberapa
unsur hara mudah larut dalam air dan
mudah hilang bersama air perkolasi atau
mengalami fiksasi oleh koloid tanah,
sehingga tidak dapat diserap oleh
tanaman (Putri, 2011).
Peningkatan
efektivitas
dan
efisiensi pemupukan dapat dilakukan
dengan menyemprotkan larutan pupuk
melalui daun tanaman. Efektifitas daun
menyerap hara sekitar 90%, sedangkan
akar menyerap hara sekitar 10%
(Triwanto dan Syarifudin, 2007).
Prajnanta (2002) menyatakan bahwa
penyemprotan pupuk melalui daun akan
meningkatkan tekanan turgor. Tekanan
turgor meningkat mengakibatkan sel-sel
penjaga dari stomata menjadi penuh air
dan mengakibatkan stomata terbuka,
sehingga penyerapan larutan yang
mengandung
hara
lebih
mudah.
Pemberian pupuk melalui daun dapat
meningkatkan daya angkut hara dari
dalam tanah ke jaringan melalui aliran
massa, mengurangi kehilangan nitrogen
dari jaringan daun, meningkatkan
pembentukan karbohidrat, lemak dan
protein, serta meningkatkan potensi hasil
tanaman (Sutedjo, 2002). Lebih lanjut
Lingga (2003), juga menjelaskan
pemberian pupuk melalui daun lebih
berhasil
dibandingkan
dengan
pemupukan lewat akar, terutama untuk
unsur hara mikro.
Sea minerals merupakan salah
satu sumber hara yang cukup penting
bagi tanaman. Sea minerals merupakan
teknologi pemanfaatan air laut menjadi
pupuk. Pemanfaatan sea minerals sebagai
89
Sea Mineral
Penelitian
dalam
bentuk
percobaan ini telah dilaksanakan pada
lahan kering di Nagari Ujuang Gadiang
Kecamatan
Lembah
Melintang
Kabupaten Pasaman Barat yang dimulai
pada bulan Mei sampai Agustus 2013.
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain benih jagung
manis varietas Sweet Boy F-1, pupuk
Urea, SP-36, KCl serta sea minerals atau
air laut yang diambil dari tengah laut Aia
Bangih, sedangkan peralatan yang
digunakan
terdiri dari: ajir, label,
cangkul, garu, tugal, ember, hand
sprayer, gunting, pisau, meteran, neraca
ohause, jangka sorong dan alat-alat tulis.
Penelitian
ini
menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
perlakuan adalah konsentrasi sea
minerals yang terdiri dari 4 taraf yaitu : 0
ppm atau 0 ml/l air (A), 1000 ppm atau 1
ml/l air (B), 2000 ppm atau 2 ml/l air (C)
dan 3000 ppm atau 3 ml/l air (D).
Perlakuan diulang sebanyak 4 kali
sehingga
terdapat
16
petak
percobaan/plot, setiap plot terdiri dari 30
tanaman jagung manis. Jumlah tanaman
sampel dalam setiap plot sebanyak 4
tanaman sehingga secara keseluruhan
terdapat 64 tanaman sampel.
Data yang diperoleh dianalisis
secara statistika dengan uji F, jika F
hitung lebih besar dari F tabel pada
90
Sea Mineral
Sea Mineral
92
Sea Mineral
Diameter tongkol
Diameter tongkol diukur pada
pertengahan
tongkol
dengan
menggunakan jangka sorong pada semua
tanaman sampel setelah tanaman
dipanen.
Jumlah baris/tongkol
Jumlah baris/tongkol dihitung dengan
cara menghitung jumlah baris biji setiap
tanaman sampel yang telah dibuang
kelobotnya.
Hasil tongkol berkelobot/hektar
Hasil tongkol berkelobot/hektar
dihitung setelah pengukuran bobot
tongkol berkelobot/tanaman sampel dan
mengkonversikannya
menggunakan rumus:
ke
hektar
Tabel 3. Tinggi tanaman jagung manis umur 7 minggu setelah tanam pada beberapa
konsentrasi sea minerals
Konsentrasi Sea Minerals
Tinggi Tanaman
(ppm)
(cm)
0
141,86
1000
143,28
2000
129,36
3000
138,27
KK= 12,41 %
Angka pada lajur berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.
Tabel 3 menunjukkan tinggi
tanaman jagung manis pada beberapa
konsentrasi sea minerals berkisar antara
129,36 cm sampai 143,28 cm.
Pemberian 0 ppm sea minerals
menghasilkan tinggi tanaman 141,86 cm,
pemberian 1000 ppm sea minerals
menghasilkan tinggi tanaman 143,28 cm,
pemberian 2000 ppm sea minerals
menghasilkan tinggi tanaman 129,36 cm
dan pemberian 3000 ppm sea minerals
menghasilkan tinggi tanaman 138,27 cm.
Tinggi tanaman yang dicapai sampai
akhir pertumbuhan vegetatif masih lebih
rendah dibandingkan deskripsi varietas
sweet boy yang mencapai 184 cm. Hal
ini disebabkan pemberian pupuk
setengah rekomendasi tidak cukup untuk
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung
manis, dan sea minerals tidak mampu
Sea Mineral
Tabel 4. Rata-rata total luas daun tanaman jagung manis pada beberapa konsentrasi
sea minerals
Konsentrasi Sea Minerals
Total Luas Daun
(ppm)
(cm2)
0
3038,68
1000
3906,71
2000
2432,78
3000
2778,50
KK= 25,62 %
Angka pada lajur berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.
Tabel 4 menujukkan bahwa total
luas daun yang dihasilkan pada beberapa
konsentrasi sea minerals memberikan
hasil yang berbeda tidak nyata.
Pemberian sea minerals sampai pada
konsentrasi 3000 ppm tidak memberikan
pengaruh berbeda nyata dibandingkan
tanpa
pemberian
sea
minerals
(konsentrasi 0 ppm). Hal ini disebabkan
total luas daun tanaman jagung manis
dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
antara lain ketersedian hara terutama
nitrogen dan pengaruh cekaman salinitas.
Pemberian pupuk dasar dengan
dosis setengah rekomendasi tidak cukup
untuk mendukung peningkatan total luas
daun tanaman jagung manis. Tanaman
bila mendapatkan nitrogen dalam jumlah
yang cukup akan tumbuh besar dan
mempunyai permukaan daun yang luas,
sebaliknya kekurangan nitrogen tanaman
tumbuh kerdil dan memiliki permukaan
daun yang sempit/kecil. Hal ini sejalan
dengan pendapat Soegito (2003), bahwa
semakin besar jumlah nitrogen yang
tersedia maka akan memperbesar jumlah
hasil fotosintesis
sampai
dengan
optimum.
Cekaman
pemberian
sea
salinitas
minerals
akibat
juga
94
Sea Mineral
Tabel 5. Umur muncul bunga tanaman jagung manis pada beberapa konsentrasi sea
minerals
Konsentrasi Sea Minerals
Umur Keluarnya Bunga
Umur Keluar Bunga
(ppm)
Jantan (HST)
Betina (HST)
0
49,22 a
56,50 a
1000
49,44 a
56,88 ab
2000
50,60 a
58,00 b
3000
50,69 a
58,19 b
KK= 1,47 %
KK= 1,15 %
Angka pada lajur yang diikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut
DMRT pada taraf nyata 5%.
meyerap air hingga terjadi kekeringan
fisiologis.
Umur muncul bunga jantan berkaitan
Cekaman fisiologis pada fase
dengan pertumbuhan tinggi tanaman dan
perkecambahan
dan
pertumbuhan
total luas daun. Tingginya tanaman
vegetatif masih dapat ditoleransi oleh
disebabkan pertambahan ruas batang
tanaman jagung sebab tanaman jagung
tempat
keluarnya
daun sehingga
termasuk salah satu tanaman yang relatif
mempengaruhi jumlah daun dan total
efisien dalam penggunaan air, sebaliknya
luas daun yang dihasilkan. Peningkatan
cekaman fisiologis pada awal fase
total luas daun menyebabkan jumlah
generatif
akan
menunda
proses
cahaya yang dapat ditangkap tanaman
pembentukan bunga betina (rambut
akan meningkat pula, semakin besar
tongkol). Hal ini disebabkan pada fase
cahaya yang ditangkap maka fotosintesis
generatif merupakan fase terlemah
akan berlangsung cepat, jika fotosintesis
tanaman jagung terhadap cekaman
cepat maka hasil asimilat yang diperoleh
karena pada masa ini tanaman jagung
tanaman
makin
banyak
akan
sedang mengumpulkan energi yang
berpengaruh terhadap laju pertumbuhan
cukup untuk membentuk organ generatif
vegetatif tanaman. Laju pertumbuhan
dan penyimpanan makanan. Cekaman
vegatatif baik, tanaman akan segera
kekeringan menyebabkan energi yang
memasuki fase generatif yang diawali
telah tersimpan untuk pembentukan
dengan pembentukan bunga jantan. Oleh
organ generatif dimanfaatkan kembali
sebab itu, terbatasnya tinggi tanaman dan
sehingga pembentukan silking tertunda.
total luas daun mengakibatkan umur
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
muncul bunga jantan lebih lama
Indrawati (2004), cekaman air pada fase
dibandingkan dengan deskripsi varietas
pembungaan
dapat
mengakibatkan
sweet boys.
pengunduran saat silking mencapai 30Tabel 5 juga menunjukkan rata40% serta jumlah biji atau tongkol lebih
rata saat muncul bunga betina pada
rendah.
tanaman jagung manis berkisar antara
56,50-58,19 hari.
Pemberian sea
minerals memberikan pengaruh yang
Bobot Tongkol Berkelobot
berbeda nyata terhadap umur keluar
Sidik ragam bobot tongkol
bunga betina.
Sea minerals yang
berkelobot/tanaman jagung manis pada
diberikan berpengaruh negatif, karena
beberapa konsentrasi sea minerals
peningkatan konsentrasi sea minerals
menunjukkan pengaruh yang nyata.
cenderung memperpanjang umur muncul
(Lampiran 5e). Hasil uji lanjut bobot
bunga betina. Pemberian sea minerals
tongkol berkelobot/tanaman jagung
dapat menaikkan tekanan potensial
osmotik
pada
akar
sehingga
manis disajikan pada Tabel 6.
menyebabkan tanaman kesulitan
95
Sea Mineral
Sea Mineral
tanaman.
Menurut Ogo and Horie
(1978) cit. Bintoro (1990), total nitrogen,
protein nitrogen, dan fosfor di daun padi
menurun akibat perlakuan pemberian air
laut. Peningkatan konsentrasi garam
terlarut dalam tanah akan meningkatkan
tekanan osmotik larutan tanah, akibatnya
jumlah air yang masuk ke dalam akar
KK= 16,62 %
Angka pada lajur yang diikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut
DMRTpada taraf nyata 5%.
Tabel 7 menunjukkan bahwa pemberian
sea mineral 2000 ppm memberikan
pengaruh yang berbeda tidak nyata
dengan tanpa pemberian sea minerals (0
ppm), tetapi berbeda nyata dengan
pemberian 1000 ppm dan 3000 ppm pada
bobot tongkol tanpa kelobot tanaman
jagung manis. Pemberian konsentrasi
1000 ppm sea minerals
mampu
menghasilkan bobot tongkol tanpa
kelobot tertinggi yaitu 194,94 gram.
Sea minerals yang dimanfaatkan
sebagai pupuk merupakan penggantian
fungsi natrium dan kalium.
Unsur
natrium yang sangat tinggi pada sea
minerals mampu dimanfaatkan tanaman
jagung
manis,
terutama
untuk
menggantikan sebagian fungsi unsur
kalium tanpa menimbulkan pengaruh
buruk bagi tanah dan tanaman jagung
manis. Selanjutnya kalium penting untuk
produksi dan penyimpanan karbohidrat,
Sea Mineral
menghambat
pembesaran
dan
pembelahan sel, produksi protein serta
penambahan biomass tanaman. Biomass
yang terhambat, maka bobot tongkol
berkelobot dan bobot tongkol tanpa
kelobot yang dihasilkan akan lebih
ringan.
Perbedaan
bobot tongkol
berkelobot
dan
tanpa
kelobot
dipengaruhi oleh bobot dan ketebalan
kelobot.
Adnan (2006), menyatakan
faktor yang mempengaruhi ketebalan
suatu bahan hasil pertanian adalah jenis
tanaman, varietas, tempat tumbuh, iklim,
kesuburan tanah dan kadar air bahan
tersebut.
Tabel 8. Persentase tongkol berisi tanaman jagung manis pada beberapa konsentrasi
sea minerals
Konsentrasi Sea Minerals
Persentase Tongkol Berisi
(ppm)
(%)
0
80,25
1000
81,75
2000
69,25
3000
78,00
KK= 10,62 %
Angka pada lajur berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.
Tabel 8 menunjukkan bahwa
persentase tongkol berisi pada beberapa
konsentrasi sea minerals berkisar antara
69,25 sampai 81,75%. Pemberian sea
mineral dengan konsentrasi 0 ppm
menghasilkan tongkol berisi dengan
persentase 80,25%, dengan 1000 ppm
menghasilkan tongkol berisi dengan
persentase 81,75%, dengan 2000 ppm
menghasilkan tongkol berisi dengan
persentase 69,25%, dan dengan 3000
ppm menghasilkan tongkol berisi dengan
persentase 78,00%.
Sea minerals tidak berpengaruh
terhadap persentasi tongkol berisi, tetapi
faktor genetik dan keadaan lingkungan
Sea Mineral
Tabel 9. Diameter tongkol tanaman jagung manis pada beberapa konsentrasi sea
minerals
Konsentrasi Sea Minerals
Diameter Tongkol
(ppm)
(cm)
0
3,95
1000
4,22
2000
3,73
3000
4,12
KK= 19,09 %
Angka-angka pada lajur berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.
Tabel 9 menunjukkan bahwa
diameter
tongkol
pada
beberapa
konsentrasi sea minerals memberikan
pengaruh yang tidak nyata. Pemberian
sea mineral dengan konsentrasi 0 ppm
menghasilkan diameter tongkol 3,95 cm,
dengan 1000 ppm menghasilkan
diameter tongkol 4,22 cm, dengan 2000
ppm menghasilkan diameter tongkol 3,73
cm, dan dengan 3000 ppm menghasilkan
diameter tongkol 4,12 cm. Hal ini
disebabkan pemberian pupuk dasar
setengah rekomendasi dan pemberian sea
minerals tidak dapat menyediakan unsur
hara nitrogen dan fosfor dalam jumlah
yang dapat mencukupi pembentukan
diameter tongkol optimal.
Diameter tongkol berhubungan
erat dengan ketersediaan nitrogen.
Menurut Effendi (1990) pembentukan
tongkol sangat dipengaruhi oleh unsur
hara nitrogen.
Nitrogen merupakan
komponen utama dalam proses sintesa
protein.
Apabila sintesa protein
berlangsung baik akan berkorelasi positif
terhadap peningkatan ukuran tongkol
99
Sea Mineral
Tabel 10. Jumlah baris/tongkol tanaman jagung manis pada beberapa konsentrasi sea
minerals
Konsentrasi Sea Minerals
Jumlah Baris Per Tongkol
(ppm)
(baris)
0
13,06
1000
14,00
2000
13,00
3000
13,31
KK= 10,17 %
Angka-angka pada lajur berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.
Tabel 10 menunjukkan bahwa
jumlah baris/tongkol tanaman jagung
manis pada beberapa konsentrasi sea
minerals memberikan pengaruh yang
tidak nyata. Pemberian sea mineral 0
ppm menghasilkan 13,06 baris/tongkol,
1000
ppm
menghasilkan
14,00
baris/tongkol, 2000 ppm menghasilkan
13,00 baris/tongkol, dan 3000 ppm
menghasilkan
13,31
baris/tongkol.
Beberapa konsentrasi sea minerals tidak
berpengaruh
terhadap
jumlah
baris/tongkol berkaitan juga dengan tidak
pengaruhnyabeberapa konsentrasi sea
minerals pada diameter tongkol.
Jumlah
baris/tongkol
yang
dihasilkan tanaman jagung manis selain
dipengaruhi oleh faktor genetika juga
dipengaruhi oleh diameter tongkol. Hal
ini disebabkan barisan biji jagung
tersebut tumbuh melingkari tongkol
jagung sehingga semakin besar lingkaran
tongkol maka semakin besar pula
peluang terbentuknya barisan pada
tongkol tersebut, sebaliknya semakin
kecil lingkaran tongkol maka semakin
kecil pula peluang terbentuknya barisan
pada tongkol.
Pembesaran diameter
tongkol
berhubungan
dengan
ketersediaan unsur fosfor. Sesuai dengan
pendapat Sutarto (1988) bila unsur fosfor
pada tanaman jagung terpenuhi maka
pembentukan tongkol jagung akan lebih
sempurna dengan ukuran yang lebih
besar dan barisan bijinya penuh.
100
Sea Mineral
Tabel 11. Hasil tongkol berkelobot/ha tanaman jagung manis pada beberapa
konsentrasi sea minerals
Konsentrasi Sea Minerals
Hasil Tongkol Berkelobot (t/ha)
(ppm)
0
11,24
1000
14,76
2000
8,74
3000
4,96
KK= 42,92%
Angka-angka pada lajur berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.
Komponen
lain
yang
mempengaruhi hasil tanaman jagung
manis adalah jumlah tongkol/tanaman,
persentase tongkol berisi, diameter
tongkol, dan jumlah baris/tongkol.
Budyati (1996) cit. Nurhayati (2002)
hasil tanaman jagung ditentukan oleh
fotosintesis
yang
terjadi
setelah
pembungaan. Jagung manis dipetik
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan percobaan yang
telah dilaksanakan dapat disimpulkan
bahwa pemberian konsentrasi1000 ppm
sea minerals secara umum meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung
manis. Hasil tongkol berkelobot yang
diperoleh adalah 14,76 t/ha atau
mengalami
peningkatatan
31%
dibandingkan tanpa pemberian sea
minerals.
Berdasarkan kesimpulan maka
disarankan menggunakan konsentrasi
1000 ppm sea minerals pada budidaya
tanaman jagung manis.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, A.A. 2006. Karakterisasi Fisika
Kimia dan Mekanis Kelobot
Jagung sebagai Bahan Kemasan.
Skripsi.
Fakultas
Teknik
Pertanian
Institut
Pertanian
Bogor. 87 hal
Bintoro, M. H. 1990. Pengaruh NaCl
Terhadap Pertumbuhan Kultivar
Tomat, Bull. Agron. XIV 1: hal.
13-28.
101
Sea Mineral
Nurhayati. 2002.
Pengaruh Takaran
Pupuk Kandang dan Umur Panen
Terhadap Hasil dan Kandungan
Gula Jagung Manis . Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas
Terbuka. 42 hal.
Pangaribuan, N. 2001. Hardening dalam
Upaya Mengatasi Efek Salin pada
Tanaman Bayam (Amaranthus,
sp). Jurnal Matematika, Sains,
dan Teknologi Vol. 2 No.1: 1517.
Palungkun, R. dan B. Asiani. 2004.
Sweet Corn-Baby Corn : Peluang
Bisnis , Pembudidayaan dan
Penanganan
Pasca
Panen.
Penebar Swadaya. Jakarta, 79 hal.
Prajnanta, F. 2002. Melon, Pemeliharaan
Secara Intensif, Kiat Sukses
Beragribisnis. Penebar Swadaya.
Jakarta. 51 hal.
Purwono, M. dan Hartono, R. 2007.
Bertanam Jagung Manis. Penebar
Swadaya. Bogor. 68 hal.
Putri,H.A. 2011. Pengaruh Pemberian
Beberapa
Konsentrasi Pupuk
Organik Cair Lengkap (POCL)
Bio Sugih Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Jagung Manis
(Zea mays saccharata Sturt.).
Skripsi.
Fakultas
Pertanian.
Universitas Andalas Padang. 48
hal.
Rajendran K, M.Tester, danS.J. Roy.
2009. Quantifying The Three
Main Components of Salinity
Tolerance in Cereals. Plant, Cell
and Env. (32)
pp 237- 249.
102
Sea Mineral
Sea Mineral
104