Anda di halaman 1dari 18

Sea Mineral

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS


(Zea mays saccharata Sturt.) PADA BEBERAPA
KONSENTRASI SEA MINERALS

Oleh:
NESIA AYUNDA
BP:0910005301018

FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS TAMANSISWA
PADANG
2014

87

Sea Mineral

PERTUMBUHAN DAN HASIL TANAMAN JAGUNG MANIS


(Zea mays saccharata Sturt.) PADA BEBERAPA
KONSENTRASI SEA MINERALS
Nesia Ayunda
0910005301018
Dosen Pembimbing I : Dr. Ir. Jamilah, MP
Dosen Pembimbing II : Ediwirman, SP.MP

ABSTRAK

Penelitian mengenai Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Jagung Manis


(Zea mays saccharata Sturt.) Pada Beberapa Konsentrasi Sea Minerals telah
dilaksanakan di Nagari Ujung Gadiang Kecamatan Lembah Melintang Kabupaten
Pasaman Barat, dari bulan Mei hingga bulan Agustus 2013.
Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh pemberian sea minerals serta
mendapatkan konsentrasi sea minerals yang tepat untuk pertumbuhan dan hasil
tanaman jagung manis. Penelitian ini menggunakan Rancangan Acak Lengkap
(RAL) dengan 4 perlakuan dan 4 ulangan. Perlakuan yang diberikan yaitu berupa
konsentrasi sea minerals 0 ppm, 1000 ppm, 2000 ppm, dan 3000 ppm. Data hasil
pengamatan dianalisis secara statistik dengan uji F. Uji Duncans New Multiple
Range Test (DNMRT) dilakukan ketika F hitung perlakuan lebih besar dari F
tabel 5%. Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum konsentrasi 1000
ppm sea minerals meningkatkan pertumbuhan dan hasil tanaman jagung manis
dibandingkan kontrol, namun seiring dengan peningkatan konsentrasi sea minerals
(konsentrasi 2000 ppm dan 3000 ppm) menurunkan semua nilai parameter
pengamatan tanaman jagung manis.
Kata kunci: jagung manis, sea minerals

88

Sea Mineral

PENDAHULUAN

agung manis dikenal dengan


nama
sweetcorn
banyak
dikembangkan di Indonesia. Jagung manis
banyak dikonsumsi karena memiliki rasa
yang lebih manis, aroma lebih harum, dan
mengandung gula sukrosa serta rendah
lemak sehingga baik dikonsumsi bagi
penderita diabetes (Putri, 2011). Jagung
manis memberikan keuntungan relatif
tinggi bila dibudidayakan dengan baik
(Sudarsana, 2000). Selain bagian biji,
bagian lain dari tanaman jagung manis
memiliki nilai ekonomis diantaranya
batang dan daun muda untuk pakan
ternak, batang dan daun tua (setelah
panen) untuk pupuk hijau /kompos,
batang dan daun kering sebagai bahan
bakar pengganti kayu bakar, buah jagung
muda untuk sayuran, perkedel, bakwan
dan berbagai macam olahan makanan
lainnya (Purwono dan Hartono, 2007).
Umur produksi jagung manis lebih singkat
(genjah), sehingga dapat menguntungkan
dari sisi waktu (Palungkun dan Asiani,
2004).
Permintaan pasar terhadap jagung
manis terus meningkat dan peluang pasar
yang besar belum dapat sepenuhnya
dimanfaatkan petani dan pengusaha
Indonesia karena berbagai kendala.
Produktivitas jagung manis di dalam
negeri masih rendah dibandingkan dengan
negara produsen akibat sistem budidaya
yang belum tepat (Palungkun dan Asiani,
2004). Produktivitas jagung manis di
Indonesia
rata-rata
8,31
ton/ha
(Muhsanati, Syarif, Rahayu, 2006).
Potensi hasil jagung manis dapat
mencapai 14-18 ton/ha.
Salah satu faktor pembatas
pengembangan
jagung
manis
di
Indonesia adalah terbatasnya lahan
produktif akibat adanya alih fungsi lahan
pertanian ke lahan dengan kesuburan
tanah rendah. Kesuburan tanah dapat

diperbaiki
dengan
pemupukan.
Pemupukan
bertujuan
untuk
menyediakan hara yang diperlukan oleh
tanaman, baik dengan pupuk buatan
maupun pupuk organik yang diberikan
melalui tanah. Kelemahan pemberian
pupuk melalui tanah adalah beberapa
unsur hara mudah larut dalam air dan
mudah hilang bersama air perkolasi atau
mengalami fiksasi oleh koloid tanah,
sehingga tidak dapat diserap oleh
tanaman (Putri, 2011).
Peningkatan
efektivitas
dan
efisiensi pemupukan dapat dilakukan
dengan menyemprotkan larutan pupuk
melalui daun tanaman. Efektifitas daun
menyerap hara sekitar 90%, sedangkan
akar menyerap hara sekitar 10%
(Triwanto dan Syarifudin, 2007).
Prajnanta (2002) menyatakan bahwa
penyemprotan pupuk melalui daun akan
meningkatkan tekanan turgor. Tekanan
turgor meningkat mengakibatkan sel-sel
penjaga dari stomata menjadi penuh air
dan mengakibatkan stomata terbuka,
sehingga penyerapan larutan yang
mengandung
hara
lebih
mudah.
Pemberian pupuk melalui daun dapat
meningkatkan daya angkut hara dari
dalam tanah ke jaringan melalui aliran
massa, mengurangi kehilangan nitrogen
dari jaringan daun, meningkatkan
pembentukan karbohidrat, lemak dan
protein, serta meningkatkan potensi hasil
tanaman (Sutedjo, 2002). Lebih lanjut
Lingga (2003), juga menjelaskan
pemberian pupuk melalui daun lebih
berhasil
dibandingkan
dengan
pemupukan lewat akar, terutama untuk
unsur hara mikro.
Sea minerals merupakan salah
satu sumber hara yang cukup penting
bagi tanaman. Sea minerals merupakan
teknologi pemanfaatan air laut menjadi
pupuk. Pemanfaatan sea minerals sebagai

89

Sea Mineral

sumber hara dapat mengganti fungsi


kalium dengan natrium.
Kalium
merupakan unsur yang sangat penting
bagi tumbuhan namun keberadaannya di
alam sangat terbatas, oleh sebab itu,
petani menggunakan pupuk seperti
pupuk NPK.
Air laut mengandung 92 elemen
mineral,
diantaranya
ada
yang
dibutuhkan oleh tanaman, terutama hara
yang berupa ion-ion.
Plasma yang
terkandung dalam air laut terbukti 98%
identik dengan plasma darah, salah satu
yang menjadi perbedaan adalah air laut
membutuhkan atom pusat magnesium,
sedangkan darah membutuhkan atom
pusat ferrum (besi). Plasma dalam air
laut dan plasma dalam klorofil tanaman
membutuhkan atom pusat magnesium,
hal ini menyebabkan pemanfaatan air
laut sebagai pupuk dinilai lebih efektif
yang dapat meningkatkan pertumbuhan
dan produksi tanaman (Murrays, 1976
cit. Yarrow, 2001).
Pemanfaatan air laut sebagai
pupuk mulai berkembang dalam
pertanian organik di Negara Amerika
Serikat. Pemanfaatan air laut sebagai
pupuk telah diujicobakan pada tanaman
makanan ternak, jagung, gandum,
kedelai, tanaman buah-buahan dan sayursayuran.
Menurut Yufdy (2008),
tanaman nanas yang tergolong CAM
terbukti dapat memanfaatkan Na dari air
laut terutama untuk menggantikan
sebagian fungsi K tanpa menimbulkan
pengaruh buruk pada tanah dan tanaman,
serta hara lainnya setelah air laut
diencerkan. Peningkatan serapan Na
pada tanaman akibat aplikasi air laut
ternyata juga meningkatkan serapan K,
Ca dan Mg baik pada daun tua, akar dan
batang nanas. Produksi biomasa dan
buah nanas yang tinggi diperoleh pada
saat 30% kebutuhan K digantikan oleh
Na ditambah dengan unsur hara lainnya
yang terkandung pada air laut. Hasil ini
sama dengan yang didapat dengan
menggunakan rekomendasi pemupukan
spesifik lokasi yaitu 300 kg K/ha.

Penelitian tentang pemanfaatan


air laut sebagai sumber hara bagi
tanaman di Indonesia masih terbatas dan
belum
banyak
informasinya.
Berdasarkan uraian di atas, telah
dilaksanakan
penelitian
mengenai
budidaya jagung manis dengan perlakuan
pengaturan konsentrasi sea minerals.
Penelitian ini bertujuan untuk
mengetahui pengaruh pemberian sea
minerals serta mendapatkan konsentrasi
sea minerals yang tepat untuk
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung
manis.
BAHAN DAN METODE

Penelitian
dalam
bentuk
percobaan ini telah dilaksanakan pada
lahan kering di Nagari Ujuang Gadiang
Kecamatan
Lembah
Melintang
Kabupaten Pasaman Barat yang dimulai
pada bulan Mei sampai Agustus 2013.
Bahan yang digunakan dalam
penelitian ini antara lain benih jagung
manis varietas Sweet Boy F-1, pupuk
Urea, SP-36, KCl serta sea minerals atau
air laut yang diambil dari tengah laut Aia
Bangih, sedangkan peralatan yang
digunakan
terdiri dari: ajir, label,
cangkul, garu, tugal, ember, hand
sprayer, gunting, pisau, meteran, neraca
ohause, jangka sorong dan alat-alat tulis.
Penelitian
ini
menggunakan
Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan
perlakuan adalah konsentrasi sea
minerals yang terdiri dari 4 taraf yaitu : 0
ppm atau 0 ml/l air (A), 1000 ppm atau 1
ml/l air (B), 2000 ppm atau 2 ml/l air (C)
dan 3000 ppm atau 3 ml/l air (D).
Perlakuan diulang sebanyak 4 kali
sehingga
terdapat
16
petak
percobaan/plot, setiap plot terdiri dari 30
tanaman jagung manis. Jumlah tanaman
sampel dalam setiap plot sebanyak 4
tanaman sehingga secara keseluruhan
terdapat 64 tanaman sampel.
Data yang diperoleh dianalisis
secara statistika dengan uji F, jika F
hitung lebih besar dari F tabel pada
90

Sea Mineral

taraf 5% dilanjutkan dengan Duncans


Multiple Range Test (DMRT) pada taraf
5%.
Lahan yang digunakan sebagai lahan
penelitian dibersihkan dari gulma dan
sisa tanaman yang ada
secara
manual,dengan menggunakan alat seperti
parang babat, cangkul, serta alat-alat lain
yang diperlukan. Tanah diolah dengan
menggunakan cangkul sampai gembur
agar memperbaiki struktur tanah,
memperbaiki sirkulasi udara dalam tanah
dan mendorong aktivitas mikroba tanah.
Pembuatan plot dikerjakan setelah
pengolahan tanah selesai, yaitu dengan
membuat sebanyak 16 plot berukuran
375 cm x 150 cm. Pada saat pembuatan
plot sekaligus dibuat jarak antar plot
masing-masing 75 cm yang juga
berfungsi sebagai pembuangan atau
pengaliran air ketika terjadi hujan.
Panjang saluran air disesuaikan dengan
panjang plot, lebar saluran 75 cm dengan
kedalaman 25 cm.
Penanaman
dilakukan
secara
tugalan dengan kedalaman tugalan 3 cm,
kemudian setiap lubang diisi dengan 2
benih jagung dan ditutup kembali dengan
tanah. Jarak tanam yang digunakan
adalah 75 cm x 25 cm.
Pemasangan label dilakukan
untuk menentukan tanaman sampel
dengan menancapkan ajir dekat tanaman
sampel sebagai dasar pengukuran tinggi
tanaman, yang dipasang di sisi tanaman
dengan ketinggian
10 cm dari
permukaan
tanah
diberi
tanda.
Pemasangan label juga dilakukan agar
tidak terjadi kesalahan dalam pemberian
taraf perlakuan. Pemasangan label
dilakukan sesuai dengan taraf perlakuan
yang akan diberikan.
Pemberian pupuk dasar dilakukan
saat tanaman berumur seminggu setelah
tanam
dengan
dosis
setengah
rekomendasi yaitu 150 Kg/Ha Urea atau
setara dengan 84,37 g/plot, 75 Kg/Ha
SP36 atau setara dengan 42,18 g/plot, dan
50 Kg/Ha KCl atau setara dengan 28,12
g/plot dengan cara dilarik pada barisan

tanaman dalam plot (Muhsanati, Syarif,


Rahayu, 2006).
Pemberian
sea
minerals
dilakukan 2 minggu setelah tanam
dengan interval waktu pemberian
seminggu sekali sampai tanaman
berumur 7 minggu setelah tanam.
Penyemprotan pupuk sea minerals pada
setiap plot penelitian disesuaikan dengan
konsentrasi perlakuan yaitu 0 ppm atau 0
ml/L air, 1000 ppm atau 1 ml/L air,
2000 ppm atau 2 ml/L air dan 3000 ppm
atau 3 ml/L air. Penyemprotan pupuk
sea minerals dilakukan pada pagi hari
antara pukul 07.00 WIB sampai 10.00
WIB dengan menyemprotkan larutan
pupuk ke tubuh tanaman terutama bagian
daun dan batang tanaman sampai terlihat
basah menggunakan hand sprayer
dengan ukuran droplet yang halus.
Penjarangan dilakukan dengan
memotong tanaman dan meninggalkan
satu tanaman yang tumbuh dengan baik
pada masing-masing rumpun saat
tanaman
jagung
manis
berumur
seminggu setelah tanam.
Penyiraman dilakukan satu kali
sehari jika tidak ada hujan dan jika tanah
cukup basah maka tidak dilakukan
penyiraman.
Penyiangan dilakukan dengan
mencabut gulma di sekitar tanaman.
Penyiangan dilakukan seminggu sekali,
secara manual dengan cangkul kecil
ketika tanaman berumur 2 minggu
setelah tanam. Pembumbunan dilakukan
untuk memperkokoh berdirinya tanaman.
Pembumbunan
dilakukan
secara
bersamaan dengan penyiangan ke-2 yaitu
pada umur 6 minggu setelah tanam.
Pengendalian hama dan penyakit
dilakukan secara preventif (sebelum
terdapat gejala serangan pada tanaman)
menggunakan pestisida Demorf yang
diberikan pada saat perlakuan benih
dengan dosis 5 g/kg benih untuk
menghindari serangan penyakit bulai
pada tanaman jagung manis.
Jagung manis dipanen pada saat
muda atau matang susu dengan umur
91

Sea Mineral

10 minggu setelah tanam. Kriteria panen


jagung manis yaitu daunnya sudah mulai
menguning, kelobot berwarna hijau
kekuningan, dan rambut tongkol
berwarna kecoklatan, tongkol telah berisi
penuh, dan bila biji ditekan akan
mengeluarkan cairan putih.
Pengamatan dilakukan terhadap
tanaman sampel dengan parameter
sebagai berikut :
Tinggi tanaman
Tinggi tanaman diukur mulai dari
batas awal pada ajir sampai ujung daun
tanaman jagung tertinggi saat tanaman
jagung berumur 2 minggu setelah tanam
dan dilanjutkan setiap satu minggu sekali
Jumlah daun/posisi ke- i
08/5
09/5
10/6
11/7
12/7
13/8
14/9
15/9
Umur muncul bunga jantan dan bunga
betina
Umur muncul bunga jantan dan
betina dihitung sejak tanam sampai
muncul bunga jantan dan bunga betina
minimal 50% dari seluruh tanaman di
setiap petak percobaan dan 75% dari
malai/individu telah pecah. Pengamatan
ini dilakukan pada waktu yang sama.
Kriteria keluar bunga jantan adalah mulai
muncul
tassel
diantara
daun
pembungkusnya, minimal sepanjang 5
cm. Kriteria keluarnya bunga betina
adalah mulai muncul rambut minimal
sepanjang 5 cm dari kelobot yang
membungkusnya.
Bobot tongkol berkelobot/tanaman
Bobot tongkol berkelobot diukur
dengan cara menimbang setiap tongkol
berkelobot dari tanaman sampel dalam
setiap petak percobaan yang dilakukan

sampai tanaman berumur 7 minggu


setelah tanam.
Total luas daun
Total
luas
daun
dihitung
menggunakan rumus Sutoro (1997) :
(T) = k x (pxl) i , dimana (T) = total
luas daun, k = konstanta (nilai k berbeda
pada tanaman yang mempunyai jumlah
helai daun yang berbeda), dan (pxl) i =
panjang kali lebar maksimum daun pada
posisi daun ke-i (daun paling atas
merupakan posisi pertama) dengan cara
mengukur panjang daun dari pangkal
sampai ke ujung daun terpanjang,
sedangkan lebarnya diukur pada tengah
daun terlebar. Nilai konstanta k dapat
dilihat pada tabel 2.
Nilai k
4,1844
5,0390
5,4416
6,3911
6,7134
6,7892
7,1199
7,7282

setelah pemanenan tanaman jagung


manis.
Bobot tongkol tanpa kelobot/tanaman
Bobot tongkol tanpa kelobot
diukur dengan cara menimbang setiap
tongkol yang telah dikupas seluruh
kelobotnya
dan
dibersihkan
dari
rambutnya dari tanaman sampel dalam
setiap petak percobaan yang dilakukan
setelah pemanenan tanaman jagung
manis .
Persentase tongkol berisi
Persentase tongkol berisi dihitung
dengan cara mengukur seluruh panjang
tongkol dan panjang tongkol berisi
kemudian
dihitung
persentasenya
menggunakan rumus sebagai berikut :
% tongkol berisi= Panjang tongkol berisi x 100%
Panjang tongkol keseluruhan

92

Sea Mineral

Diameter tongkol
Diameter tongkol diukur pada
pertengahan
tongkol
dengan
menggunakan jangka sorong pada semua
tanaman sampel setelah tanaman
dipanen.
Jumlah baris/tongkol
Jumlah baris/tongkol dihitung dengan
cara menghitung jumlah baris biji setiap
tanaman sampel yang telah dibuang
kelobotnya.
Hasil tongkol berkelobot/hektar
Hasil tongkol berkelobot/hektar
dihitung setelah pengukuran bobot
tongkol berkelobot/tanaman sampel dan

mengkonversikannya
menggunakan rumus:

ke

hektar

= bobot tongkol berkelobot (g) x 10.000 m2


Luas Plot (m2)

HASIL DAN PEMBAHASAN


Tinggi tanaman
Sidik ragam tinggi tanaman
jagung manis pada beberapa konsentrasi
sea minerals memberikan pengaruh tidak
nyata (Lampiran 5 a). Rata-rata tinggi
tanaman jagung manis disajikan pada
Tabel 3.

Tabel 3. Tinggi tanaman jagung manis umur 7 minggu setelah tanam pada beberapa
konsentrasi sea minerals
Konsentrasi Sea Minerals
Tinggi Tanaman
(ppm)
(cm)
0
141,86
1000
143,28
2000
129,36
3000
138,27
KK= 12,41 %
Angka pada lajur berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.
Tabel 3 menunjukkan tinggi
tanaman jagung manis pada beberapa
konsentrasi sea minerals berkisar antara
129,36 cm sampai 143,28 cm.
Pemberian 0 ppm sea minerals
menghasilkan tinggi tanaman 141,86 cm,
pemberian 1000 ppm sea minerals
menghasilkan tinggi tanaman 143,28 cm,
pemberian 2000 ppm sea minerals
menghasilkan tinggi tanaman 129,36 cm
dan pemberian 3000 ppm sea minerals
menghasilkan tinggi tanaman 138,27 cm.
Tinggi tanaman yang dicapai sampai
akhir pertumbuhan vegetatif masih lebih
rendah dibandingkan deskripsi varietas
sweet boy yang mencapai 184 cm. Hal
ini disebabkan pemberian pupuk
setengah rekomendasi tidak cukup untuk
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung
manis, dan sea minerals tidak mampu

mencukupi kekurangannya. Akibatnya


tanaman jagung manis masih mengalami
kekurangan hara makro terutama unsur
nitrogen, fosfor, dan kalium yang
diperlukan bagi pertumbuhan jagung
manis.
Kebutuhan
hara
untuk
pertumbuhan jagung manis diantaranya
adalah nitrogen yang penting dalam
meningkatkan pertumbuhan vegetatif
tanaman (Lingga, 2003). Lebih lanjut
Marschner (1986) menyatakan bahwa
tanaman yang kekurangan unsur nitrogen
akan tumbuh lambat dan kerdil.
Kekurangan unsur
hara
nitrogen
mengakibatkan
terhambatnya
pembentukan atau pertumbuhan bagianbagian vegetatif seperti daun, batang, dan
akar.
93

Sea Mineral

Total Luas Daun


Sidik ragam total luas daun pada
beberapa konsentrasi sea minerals
memberikan pengaruh tidak nyata.

Rata-rata total luas daun tanaman jagung


manis disajikan pada Tabel4 .

Tabel 4. Rata-rata total luas daun tanaman jagung manis pada beberapa konsentrasi
sea minerals
Konsentrasi Sea Minerals
Total Luas Daun
(ppm)
(cm2)
0
3038,68
1000
3906,71
2000
2432,78
3000
2778,50
KK= 25,62 %
Angka pada lajur berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.
Tabel 4 menujukkan bahwa total
luas daun yang dihasilkan pada beberapa
konsentrasi sea minerals memberikan
hasil yang berbeda tidak nyata.
Pemberian sea minerals sampai pada
konsentrasi 3000 ppm tidak memberikan
pengaruh berbeda nyata dibandingkan
tanpa
pemberian
sea
minerals
(konsentrasi 0 ppm). Hal ini disebabkan
total luas daun tanaman jagung manis
dipengaruhi oleh faktor lingkungan,
antara lain ketersedian hara terutama
nitrogen dan pengaruh cekaman salinitas.
Pemberian pupuk dasar dengan
dosis setengah rekomendasi tidak cukup
untuk mendukung peningkatan total luas
daun tanaman jagung manis. Tanaman
bila mendapatkan nitrogen dalam jumlah
yang cukup akan tumbuh besar dan
mempunyai permukaan daun yang luas,
sebaliknya kekurangan nitrogen tanaman
tumbuh kerdil dan memiliki permukaan
daun yang sempit/kecil. Hal ini sejalan
dengan pendapat Soegito (2003), bahwa
semakin besar jumlah nitrogen yang
tersedia maka akan memperbesar jumlah
hasil fotosintesis
sampai
dengan
optimum.
Cekaman
pemberian
sea

salinitas
minerals

akibat
juga

mempengaruhi total luas daun melalui


akumulasi ion natrium dan klor yang
tinggi dalam jaringan tanaman sehingga
menghambat proses diferensiasi sel pada
titik tumbuh. Hagemann dan Erdman
(1997), menyatakan salinitas dapat
menurunkan laju pertumbuhan daun
melalui pengurangan laju pembesaran sel
pada daun. Pengaruh salinitas terhadap
pertumbuhan dan perubahan struktur
tanaman yaitu antara lain lebih kecilnya
ukuran daun.
Umur Muncul Bunga Jantan dan
Betina
Sidik ragam umur muncul bunga
jantan dan bunga betina pada beberapa
konsentrasi sea minerals memberikan
pengaruh nyata. Hasil uji lanjut umur
muncul bunga tanaman jagung manis
disajikan pada Tabel 5.
Hasil uji lanjut menunjukkan
bahwa
pemberian
sea
minerals
memberikan hasil yang berbeda tidak
nyata terhadap umur keluar bunga jantan.
Menurut deskripsi varietas sweet boys
umur muncul bunga jantan jagung manis
45 hari setelah tanam sedangkan rata-rata
muncul bunga jantan dalam penelitian ini
berkisar antara 49,22-50,69 HST.

94

Sea Mineral

Tabel 5. Umur muncul bunga tanaman jagung manis pada beberapa konsentrasi sea
minerals
Konsentrasi Sea Minerals
Umur Keluarnya Bunga
Umur Keluar Bunga
(ppm)
Jantan (HST)
Betina (HST)
0
49,22 a
56,50 a
1000
49,44 a
56,88 ab
2000
50,60 a
58,00 b
3000
50,69 a
58,19 b
KK= 1,47 %
KK= 1,15 %
Angka pada lajur yang diikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut
DMRT pada taraf nyata 5%.
meyerap air hingga terjadi kekeringan
fisiologis.
Umur muncul bunga jantan berkaitan
Cekaman fisiologis pada fase
dengan pertumbuhan tinggi tanaman dan
perkecambahan
dan
pertumbuhan
total luas daun. Tingginya tanaman
vegetatif masih dapat ditoleransi oleh
disebabkan pertambahan ruas batang
tanaman jagung sebab tanaman jagung
tempat
keluarnya
daun sehingga
termasuk salah satu tanaman yang relatif
mempengaruhi jumlah daun dan total
efisien dalam penggunaan air, sebaliknya
luas daun yang dihasilkan. Peningkatan
cekaman fisiologis pada awal fase
total luas daun menyebabkan jumlah
generatif
akan
menunda
proses
cahaya yang dapat ditangkap tanaman
pembentukan bunga betina (rambut
akan meningkat pula, semakin besar
tongkol). Hal ini disebabkan pada fase
cahaya yang ditangkap maka fotosintesis
generatif merupakan fase terlemah
akan berlangsung cepat, jika fotosintesis
tanaman jagung terhadap cekaman
cepat maka hasil asimilat yang diperoleh
karena pada masa ini tanaman jagung
tanaman
makin
banyak
akan
sedang mengumpulkan energi yang
berpengaruh terhadap laju pertumbuhan
cukup untuk membentuk organ generatif
vegetatif tanaman. Laju pertumbuhan
dan penyimpanan makanan. Cekaman
vegatatif baik, tanaman akan segera
kekeringan menyebabkan energi yang
memasuki fase generatif yang diawali
telah tersimpan untuk pembentukan
dengan pembentukan bunga jantan. Oleh
organ generatif dimanfaatkan kembali
sebab itu, terbatasnya tinggi tanaman dan
sehingga pembentukan silking tertunda.
total luas daun mengakibatkan umur
Hal ini sejalan dengan hasil penelitian
muncul bunga jantan lebih lama
Indrawati (2004), cekaman air pada fase
dibandingkan dengan deskripsi varietas
pembungaan
dapat
mengakibatkan
sweet boys.
pengunduran saat silking mencapai 30Tabel 5 juga menunjukkan rata40% serta jumlah biji atau tongkol lebih
rata saat muncul bunga betina pada
rendah.
tanaman jagung manis berkisar antara
56,50-58,19 hari.
Pemberian sea
minerals memberikan pengaruh yang
Bobot Tongkol Berkelobot
berbeda nyata terhadap umur keluar
Sidik ragam bobot tongkol
bunga betina.
Sea minerals yang
berkelobot/tanaman jagung manis pada
diberikan berpengaruh negatif, karena
beberapa konsentrasi sea minerals
peningkatan konsentrasi sea minerals
menunjukkan pengaruh yang nyata.
cenderung memperpanjang umur muncul
(Lampiran 5e). Hasil uji lanjut bobot
bunga betina. Pemberian sea minerals
tongkol berkelobot/tanaman jagung
dapat menaikkan tekanan potensial
osmotik
pada
akar
sehingga
manis disajikan pada Tabel 6.
menyebabkan tanaman kesulitan
95

Sea Mineral

Tabel 6 menunjukkan bahwa


pemberian beberapa konsentrasi sea
minerals dapat meningkatkan bobot
tongkol berkelobot tanaman jagung
manis. Pemberian sea minerals 1000
ppm menghasilkan bobot tongkol yang
lebih berat (276,90 g) dibandingkan
dengan pemberian 0, 2000, dan 3000

ppm. Pemberian sea mineral 0 ppm


menghasilkan bobot tongkol berkelobot
yang lebih ringan (210,86 g) dari
pemberian sea minerals 1000 ppm, tetapi
menghasilkan tongkol lebih berat
daripada pemberian sea minerals 2000
dan 3000 ppm.

Tabel 6. Bobot tongkol berkelobot/tanaman jagung manis pada beberapa konsentrasi


sea minerals
Konsentrasi Sea Minerals
Bobot Tongkol Berkelobot
(ppm)
(g)
0
210,86 a
1000
276,90 b
2000
163,97 a
3000
93,10 c
KK= 16,62 %
Angka pada lajur yang diikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut
DMRTpada taraf nyata 5%.
Pemberian 1000 ppm sea
minerals lebih baik dibandingkan dengan
2000 ppm dan 3000 ppm terhadap bobot
tongkol
berkelobot.
Hal
ini
menunjukkan bahwa pemberian sea
minerals dengan konsentrasi 1000 ppm,
pertumbuhan tanaman berhubungan
langsung dengan ketahanan tanaman
terhadap penyesuaian tekanan osmotik
tanpa kehilangan tekanan turgor dan
keracunan
oleh
ion-ion
spesifik,
misalnya Na+ dan Cl-. Tanaman akan
menyerap ion Na+, Cl-, dan SO42-. Ionion tersebut bergerak dari daun menuju
perakaran tanaman melalui aliran massa.
Sebelum mencapai ambang kritis,
akumulasi ion masih dapat ditolerir
tanaman sehingga tidak terjadi efek
toksik.
Keberadaan salinitas di fase
vegetatif mampu ditolerir tanaman
dengan menjaga proses transpirasi agar
tidak terlalu besar dengan pengurangan
jumlah daun sehingga tanaman belum
membentuk gula secara optimal.
Sementara pada memasuki masa

generatif, tanaman telah mampu hidup


mantap dan dapat membentuk gula dan
senyawa kompatibel lainnya lebih
optimal (Hasanah et al., 2010). Apabila
pembentukan gula berlangsung optimal
maka translokasi karbohidrat ke bagian
tongkol juga akan meningkat sehingga
bobot
tongkol
berkelobot
yang
dihasilkan juga semakin berat.
Sea minerals 2000 sampai 3000
ppm menghasilkan bobot tongkol
berkelobot
yang
lebih
ringan
dibandingkan dengan tanpa pemberian
sea minerals.
Pangaribuan (2001),
menyatakan bahwa peningkatan kadar
salinitas
mengakibatkan
tanaman
mengalami perubahan ultra struktur sel,
yaitu pembengkakan mitokondria dan
badan golgi, peningkatan jumlah
retikulum endoplasmik, dan kerusakan
kloroplast.
Tanaman
mengalami
perubahan
aktivitas
metabolisme,
meliputi penurunan laju fotosintesis,
peningkatan laju respirasi, perubahan
susunan asam amino, serta penurunan
kadar gula dan pati di dalam jaringan
96

Sea Mineral

tanaman.
Menurut Ogo and Horie
(1978) cit. Bintoro (1990), total nitrogen,
protein nitrogen, dan fosfor di daun padi
menurun akibat perlakuan pemberian air
laut. Peningkatan konsentrasi garam
terlarut dalam tanah akan meningkatkan
tekanan osmotik larutan tanah, akibatnya
jumlah air yang masuk ke dalam akar

tanaman akan berkurang atau jumlah air


yang tersedia menipis. Rendahnya
jumlah air yang dibutuhkan oleh tanaman
pada periode pembentukan biji akan
menghambat proses pemanjangan dan
pengisiian tongkol sehingga dapat
menyebabkan bobot tongkol berkelobot
yang dihasilkan lebih ringan.

Bobot tongkol tanpa kelobot


Sidik ragam bobot tongkol tanpa
kelobot/tanaman jagung manis pada
beberapa konsentrasi sea minerals
menunjukkan pengaruh yang berbeda

nyata. Hasil uji lanjut bobot tongkol


tanpa kelobot/tanaman jagung manis
disajikan pada Tabel 7.

Tabel 7. Bobot tongkol tanpa kelobot/tanaman jagung manis pada beberapa


konsentrasi sea minerals
Konsentrasi Sea Minerals
(ppm)
0
1000
2000
3000

Bobot Tongkol Tanpa Kelobot


(g)
134,82a
194,94b
105,71a
58,51 c

KK= 16,62 %
Angka pada lajur yang diikuti huruf kecil yang sama berbeda tidak nyata menurut
DMRTpada taraf nyata 5%.
Tabel 7 menunjukkan bahwa pemberian
sea mineral 2000 ppm memberikan
pengaruh yang berbeda tidak nyata
dengan tanpa pemberian sea minerals (0
ppm), tetapi berbeda nyata dengan
pemberian 1000 ppm dan 3000 ppm pada
bobot tongkol tanpa kelobot tanaman
jagung manis. Pemberian konsentrasi
1000 ppm sea minerals
mampu
menghasilkan bobot tongkol tanpa
kelobot tertinggi yaitu 194,94 gram.
Sea minerals yang dimanfaatkan
sebagai pupuk merupakan penggantian
fungsi natrium dan kalium.
Unsur
natrium yang sangat tinggi pada sea
minerals mampu dimanfaatkan tanaman
jagung
manis,
terutama
untuk
menggantikan sebagian fungsi unsur
kalium tanpa menimbulkan pengaruh
buruk bagi tanah dan tanaman jagung
manis. Selanjutnya kalium penting untuk
produksi dan penyimpanan karbohidrat,

sehingga tanaman yang menghasilkan


karbohidrat
dalam jumlah tinggi
mempunyai kebutuhan kalium yang
tinggi pula
(Gardner et al., 1991).
Novizan (2002), menyatakan bahwa
salah satu fungsi K adalah memperbaiki
kualitas buah pada masa generatif.
Selanjutnya Soetoro et al. (1988),
menyatakan bahwa hara mempengaruhi
bobot tongkol terutama biji, karena hara
yang diserap oleh tanaman akan
dipergunakan
untuk
pembentukan
protein, karbohidrat, dan lemak yang
nantinya akan disimpan dalam biji
sehingga akan meningkatkan bobot
tongkol.
Sea minerals 2000 sampai 3000 ppm
menghasilkan bobot tongkol tanpa
kelobot yang lebih ringan dibandingkan
dengan tanpa sea minerals. Hal ini
disebabkan pemberian konsentrasi sea
minerals diatas 1000 ppm tanaman
97

Sea Mineral

jagung manis akan mengalami stres


salin.
Pada awalnya tanaman akan
mengalami fase cekaman fisiologis yang
akan
menyebabkan
terjadinya
perlambatan
kemunculan
daun,
menghambat perluasan daun, dan
merangsang percepatan senesen daun
akibat akumulasi ion-ion toksik yang
berlebihan (Rajendran et al., 2009 dan
Tavakkoli et al., 2011).
Tanaman yang mengalami stres
salin umumnya tidak menunjukkan
respon dalam bentuk kerusakan langsung
tetapi pertumbuhan yang tertekan dan
perubahan secara perlahan (Wibowo,
2012). Salinitas menekan proses
pertumbuhan tanaman dengan efek yang
Persentase Tongkol Berisi
Sidik ragam persentase tongkol
berisi pada beberapa konsentrasi sea
minerals memberikan pengaruh tidak

menghambat
pembesaran
dan
pembelahan sel, produksi protein serta
penambahan biomass tanaman. Biomass
yang terhambat, maka bobot tongkol
berkelobot dan bobot tongkol tanpa
kelobot yang dihasilkan akan lebih
ringan.
Perbedaan
bobot tongkol
berkelobot
dan
tanpa
kelobot
dipengaruhi oleh bobot dan ketebalan
kelobot.
Adnan (2006), menyatakan
faktor yang mempengaruhi ketebalan
suatu bahan hasil pertanian adalah jenis
tanaman, varietas, tempat tumbuh, iklim,
kesuburan tanah dan kadar air bahan
tersebut.

nyata (Lampiran 5 g).


Rata-rata
persentase tongkol berisi disajikan pada
Tabel 8.

Tabel 8. Persentase tongkol berisi tanaman jagung manis pada beberapa konsentrasi
sea minerals
Konsentrasi Sea Minerals
Persentase Tongkol Berisi
(ppm)
(%)
0
80,25
1000
81,75
2000
69,25
3000
78,00
KK= 10,62 %
Angka pada lajur berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.
Tabel 8 menunjukkan bahwa
persentase tongkol berisi pada beberapa
konsentrasi sea minerals berkisar antara
69,25 sampai 81,75%. Pemberian sea
mineral dengan konsentrasi 0 ppm
menghasilkan tongkol berisi dengan
persentase 80,25%, dengan 1000 ppm
menghasilkan tongkol berisi dengan
persentase 81,75%, dengan 2000 ppm
menghasilkan tongkol berisi dengan
persentase 69,25%, dan dengan 3000
ppm menghasilkan tongkol berisi dengan
persentase 78,00%.
Sea minerals tidak berpengaruh
terhadap persentasi tongkol berisi, tetapi
faktor genetik dan keadaan lingkungan

yang berpengaruh. Menurut Soetoro,


Soelaiman dan Iskandar (1988), bahwa
panjang tongkol yang berisi pada jagung
manis lebih dipengaruhi oleh faktor
genetik, sedangkan kemampuan tanaman
untuk memunculkan karakter genetiknya
dipengaruhi oleh faktor lingkungan.
Salah satu faktor lingkungan yang
mempengaruhi persentase tongkol berisi
adalah ketersedian unsur hara fosfor dan
kalium. Unsur fosfor berfungsi pada
penyempurnaan tongkol, serta unsur
kalium juga penting untuk pengisian
tongkol yaitu menjadikan tongkol berisi
penuh oleh biji. Pemberian pupuk dasar
setengah rekomendasi pada penelitian ini
98

Sea Mineral

menyebabkan tanaman jagung manis


kekurangan unsur hara fosfor dan
kalium, akibatnya persentasi tongkol
berisi yang dihasilkan lebih rendah. Hal
ini sejalan dengan Hanafiah (2005) yang
menyatakan bahwa kekurangan unsur
hara fosfor dan kalium menyebabkan
pembentukan tongkol jagung menjadi
tidak sempurna dengan ukuran kecil dan

barisan biji tidak beraturan dengan biji


yang kurang berisi.
Diameter Tongkol
Sidik ragam diameter tongkol
pada beberapa konsentrasi sea minerals
memberikan pengaruh yang tidak nyata
(Lampiran 5g). Rata-rata diameter
tongkol disajikan pada Tabel 9.

Tabel 9. Diameter tongkol tanaman jagung manis pada beberapa konsentrasi sea
minerals
Konsentrasi Sea Minerals
Diameter Tongkol
(ppm)
(cm)
0
3,95
1000
4,22
2000
3,73
3000
4,12
KK= 19,09 %
Angka-angka pada lajur berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.
Tabel 9 menunjukkan bahwa
diameter
tongkol
pada
beberapa
konsentrasi sea minerals memberikan
pengaruh yang tidak nyata. Pemberian
sea mineral dengan konsentrasi 0 ppm
menghasilkan diameter tongkol 3,95 cm,
dengan 1000 ppm menghasilkan
diameter tongkol 4,22 cm, dengan 2000
ppm menghasilkan diameter tongkol 3,73
cm, dan dengan 3000 ppm menghasilkan
diameter tongkol 4,12 cm. Hal ini
disebabkan pemberian pupuk dasar
setengah rekomendasi dan pemberian sea
minerals tidak dapat menyediakan unsur
hara nitrogen dan fosfor dalam jumlah
yang dapat mencukupi pembentukan
diameter tongkol optimal.
Diameter tongkol berhubungan
erat dengan ketersediaan nitrogen.
Menurut Effendi (1990) pembentukan
tongkol sangat dipengaruhi oleh unsur
hara nitrogen.
Nitrogen merupakan
komponen utama dalam proses sintesa
protein.
Apabila sintesa protein
berlangsung baik akan berkorelasi positif
terhadap peningkatan ukuran tongkol

baik dalam hal panjang maupun ukuran


diameter tongkolnya (Tarigan, 2007).
Fosfor sangat mempengaruhi
pembentukan tongkol. Fosfor dapat
memperbesar pembentukan buah, selain
itu
ketersediaan
fosfor
sebagai
pembentuk ATP akan menjamin
ketersediaan energi bagi pertumbuhan
sehingga pembentukan asimilat dan
pengangkutan ke tempat penyimpanan
dapat berjalan dengan baik. Hal ini
menyebabkan tongkol yang dihasilkan
berdiameter besar.
Jumlah Baris/tongkol
Sidik ragam jumlah baris/tongkol
tanaman jagung manis pada beberapa
konsentrasi sea minerals memberikan
pengaruh tidak nyata (Lampiran 5h).
Rata-rata jumlah baris/tongkol disajikan
pada Tabel 10.

99

Sea Mineral

Tabel 10. Jumlah baris/tongkol tanaman jagung manis pada beberapa konsentrasi sea
minerals
Konsentrasi Sea Minerals
Jumlah Baris Per Tongkol
(ppm)
(baris)
0
13,06
1000
14,00
2000
13,00
3000
13,31
KK= 10,17 %
Angka-angka pada lajur berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.
Tabel 10 menunjukkan bahwa
jumlah baris/tongkol tanaman jagung
manis pada beberapa konsentrasi sea
minerals memberikan pengaruh yang
tidak nyata. Pemberian sea mineral 0
ppm menghasilkan 13,06 baris/tongkol,
1000
ppm
menghasilkan
14,00
baris/tongkol, 2000 ppm menghasilkan
13,00 baris/tongkol, dan 3000 ppm
menghasilkan
13,31
baris/tongkol.
Beberapa konsentrasi sea minerals tidak
berpengaruh
terhadap
jumlah
baris/tongkol berkaitan juga dengan tidak
pengaruhnyabeberapa konsentrasi sea
minerals pada diameter tongkol.
Jumlah
baris/tongkol
yang
dihasilkan tanaman jagung manis selain
dipengaruhi oleh faktor genetika juga
dipengaruhi oleh diameter tongkol. Hal
ini disebabkan barisan biji jagung
tersebut tumbuh melingkari tongkol
jagung sehingga semakin besar lingkaran
tongkol maka semakin besar pula
peluang terbentuknya barisan pada
tongkol tersebut, sebaliknya semakin
kecil lingkaran tongkol maka semakin
kecil pula peluang terbentuknya barisan
pada tongkol.
Pembesaran diameter
tongkol
berhubungan
dengan
ketersediaan unsur fosfor. Sesuai dengan
pendapat Sutarto (1988) bila unsur fosfor
pada tanaman jagung terpenuhi maka
pembentukan tongkol jagung akan lebih
sempurna dengan ukuran yang lebih
besar dan barisan bijinya penuh.

Hasil Tongkol Berkelobot/Hektar


Sidik ragam hasil tongkol
berkelobot/ha tanaman jagung manis
pada beberapa konsentrasi sea minerals
menunjukkan pengaruh yang tidak nyata
(Lampiran 5 i). Rata-rata hasil tongkol
berkelobot/ha tanaman jagung manis
disajikan pada Tabel 11.
Tabel 11 menunjukkan bahwa pemberian
sea minerals memberikan pengaruh
berbeda tidak nyata terhadap hasil
tongkol berkelobot/ha.
Hasil tongkol berkelobot yang
dihasilkan
berkisar
antara
4,9614,76ton/ha. Hasil tongkol berkelobot/ha
yang dapat dicapai tanaman jagung
manis masih lebih rendah dibandingkan
deskripsi
potensi
hasil
tongkol
berkelelobot
varietas
sweet
boy
mencapai 18 ton/hektar (Lampiran 4).
Susilowati (2001) menyatakan
bahwa bobot tongkol berkelobot/tanaman
mempengaruhi produksi tanaman jagung
manis. Selanjutnya Nurhayati (2002)
menyatakan bahwa peningkatan bobot
tongkol berhubungan erat dengan besar
fotosintat yang dialirkan ke bagian
tongkol. Apabila transport fotosintat ke
bagian tongkol tinggi maka akan
semakin besar tongkol yang dihasilkan.

100

Sea Mineral

Tabel 11. Hasil tongkol berkelobot/ha tanaman jagung manis pada beberapa
konsentrasi sea minerals
Konsentrasi Sea Minerals
Hasil Tongkol Berkelobot (t/ha)
(ppm)
0
11,24
1000
14,76
2000
8,74
3000
4,96
KK= 42,92%
Angka-angka pada lajur berbeda tidak nyata menurut uji F pada taraf nyata 5%.
Komponen
lain
yang
mempengaruhi hasil tanaman jagung
manis adalah jumlah tongkol/tanaman,
persentase tongkol berisi, diameter
tongkol, dan jumlah baris/tongkol.
Budyati (1996) cit. Nurhayati (2002)
hasil tanaman jagung ditentukan oleh
fotosintesis
yang
terjadi
setelah
pembungaan. Jagung manis dipetik
KESIMPULAN DAN SARAN
Berdasarkan percobaan yang
telah dilaksanakan dapat disimpulkan
bahwa pemberian konsentrasi1000 ppm
sea minerals secara umum meningkatkan
pertumbuhan dan hasil tanaman jagung
manis. Hasil tongkol berkelobot yang
diperoleh adalah 14,76 t/ha atau
mengalami
peningkatatan
31%
dibandingkan tanpa pemberian sea
minerals.
Berdasarkan kesimpulan maka
disarankan menggunakan konsentrasi
1000 ppm sea minerals pada budidaya
tanaman jagung manis.
DAFTAR PUSTAKA
Adnan, A.A. 2006. Karakterisasi Fisika
Kimia dan Mekanis Kelobot
Jagung sebagai Bahan Kemasan.
Skripsi.
Fakultas
Teknik
Pertanian
Institut
Pertanian
Bogor. 87 hal
Bintoro, M. H. 1990. Pengaruh NaCl
Terhadap Pertumbuhan Kultivar
Tomat, Bull. Agron. XIV 1: hal.
13-28.

dalam bentuk tongkol berkelobot,


sehingga dalam hal ini yang berperan
menentukan hasil tanaman adalah
besarnya fotosintat yang terdapat pada
daun dan batang. Apabila transport
fotosintat dari kedua organ ini dapat
ditingkatkan selama fase pengisian biji
maka hasil tanaman yang berupa biji
dapat ditingkatkan.
Effendi,S. 1990.
Bercocok Tanam
Jagung. Yayasan Guna. Jakarta.
95 hal.
Gardner, F. P, R.B. Pearce dan R.L.
Mitchell. 1991.
Fisiologi
Tanaman Budidaya. Universitas
Indonesia. Jakarta. 428 hal.
Ginting, R. 1995. Bertanam Jagung
Manis. Penebar Swadaya. Jakarta. 53
hal.
Hagemann
dan
Erdmann.
1997.
Environmental stresses. In: Rai,
A. K. (Ed.), Cyanobacterial
Nitrogen
Metabolism
and
Environmental
Biotechnology.
Springer, Heidelberg, New Delhi,
India: Narosa Publishing House.
pp 156221.
Hanafiah, K. 2005. Dasar-dasar Ilmu
Tanah. Raja Grafindo Persada.
Jakarta. 76 hal

101

Sea Mineral

Hasanah, Unaiyatin, dan Yudono. 2010.


Pengaruh Salinitas Terhadap
Komponen Hasil Empat Belas
Kultivar
Sorgum
(Sorghum
Bicolor (L) Moench). Jurnal
Hasil
Penelitian Universitas
Gajah Mada 1: 7-12.
Hasibuan. 2004. Pupuk dan Pemupukan.
Fakultas Pertanian USU. Medan.
42 hal.
Hussein, Balbaa, Gaballah. 2007.
Salicylic Acid and Salinity Effect
on
Growth
of
Maize
Plants.Researce
Journal
of
Agriculture
and
Biological
Science 3(4): pp 321-328.
Indrawati. 2004. Saat Pemberian Air
Pada Jagung. Seminar Hasil
Penelitian Tanaman Pangan. LPP
Bogor. 1: hal 18-23.
Kartasapoetra, A.G. 1999. Klimatologi
Pengaruh Iklim terhadap Tanah
dan
Tanaman.
BinaAksara.
Jakarta. 131 hal.
Lingga, P . 2003 . Petunjuk Penggunaan
Pupuk. Penebar Swadaya. Jakarta. 78
hal.
Marschner, H. 1986. Mineral Nutrition
in Higher Plants.
Academis
Press. London. 430 hal.
Muhsanati, Syarif, dan Rahayu. 2006.
Pengaruh
Beberapa
Takaran
Kompos
Tithonia
terhadap
Pertumbuhan dan Hasil Tanaman
Jagung
Manis(Zea
Mays
Saccharata). Jurnal Jerami Volume
I (2) : 87-9l.

Nurhayati. 2002.
Pengaruh Takaran
Pupuk Kandang dan Umur Panen
Terhadap Hasil dan Kandungan
Gula Jagung Manis . Skripsi.
Fakultas Pertanian Universitas
Terbuka. 42 hal.
Pangaribuan, N. 2001. Hardening dalam
Upaya Mengatasi Efek Salin pada
Tanaman Bayam (Amaranthus,
sp). Jurnal Matematika, Sains,
dan Teknologi Vol. 2 No.1: 1517.
Palungkun, R. dan B. Asiani. 2004.
Sweet Corn-Baby Corn : Peluang
Bisnis , Pembudidayaan dan
Penanganan
Pasca
Panen.
Penebar Swadaya. Jakarta, 79 hal.
Prajnanta, F. 2002. Melon, Pemeliharaan
Secara Intensif, Kiat Sukses
Beragribisnis. Penebar Swadaya.
Jakarta. 51 hal.
Purwono, M. dan Hartono, R. 2007.
Bertanam Jagung Manis. Penebar
Swadaya. Bogor. 68 hal.
Putri,H.A. 2011. Pengaruh Pemberian
Beberapa
Konsentrasi Pupuk
Organik Cair Lengkap (POCL)
Bio Sugih Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Tanaman Jagung Manis
(Zea mays saccharata Sturt.).
Skripsi.
Fakultas
Pertanian.
Universitas Andalas Padang. 48
hal.
Rajendran K, M.Tester, danS.J. Roy.
2009. Quantifying The Three
Main Components of Salinity
Tolerance in Cereals. Plant, Cell
and Env. (32)
pp 237- 249.

Novizan. 2002. Petunjuk Pemupukan


yang Efektif. Agromedia Pustaka.
Jakarta. 116 hal.

102

Sea Mineral

Ridwan. 1993. Pengaruh Masa Tanam


Terhadap
Pertumbuhan
dan
Produksi Jagung.
Risalah
Seminar Balittan Sukarami Vol.
VI .hal. 135-141.
Rifianto. 2010. Budidaya Jagung Manis.
Penebar Swadaya. Jakarta. 59 hal.
Rukmana, R. 2007. Usaha Tani Jagung
Manis. Kanisius. Yogyakarta.
79 hal.
Soegito, 2003. Teknik Bercocok Tanam
Jagung.
Penerbit
Kanisius.
Yogyakarta. 84 hlm.
Sutarto,
S.
1988.
Program
Pengembangan
Jagung di
Indonesia.
Direktorat
Bina
Produksi
Tanaman
Pangan.
Jakarta. hal. 267-288.
Sutoro, Y. ,Soeleman dan Iskandar. 1997.
Budidaya Tanaman Jagung. Dalam
Subandi, M. Syam, dan A.Widjono
(penyunting) : Jagung.
Badan
Litbang Pertanian. Pusat Penelitian
dan Pengembangan Tanaman.
Bogor. hal 49-66.
Sudarsana, K.
2000.
Pengaruh
EffectiveMicroorganism 4 (EM4) dan Kompos pada Produksi
Jagung
Manis
(Zea
mays
saccharata ) pada Tanah Entisols.
www.unmul.ac.id (2 Februari
2013).
Suprapto
dan
Marzuki.
2005.
Pengembangan
Usaha
Tani
Jagung. Kanisius. Yogyakarta.
59 hal.

Susilowati. 2001. Pengaruh Pupuk


Kalium Terhadap Pertumbuhan
dan Hasil Jagung Manis (Zea
mays saccharata Sturt). Jurnal
Budidaya Pertanian.Vol.7(1) : 3645.
Sutanto, R. 2002. Penerapan Pertanian
Jagung
Organik.
Kanisius.
Yogyakarta. 41 hal.
Sutedjo, H.S. 2002 . Bertanam Jagung.
Penebar Swadaya. Jakarta. 177 hal.
Tarigan, Ferry H. 2007. Pengaruh
Pemberian Pupuk Organi Green
Giant dan Pupuk daun Super
Bionik Terhadap Pertumbuhan
dan Produksi Tanaman Jagung
(Zea mays. L). Jurnal Agrivigor
23 (7): 78-85.
Tavakkoli, E., F. Fatehi, S. Coventry, P.
Rengasamydan G. K. McDonald.
2011. Additive Effects of Na+
and Cl ions on Barley Growth
Under Salinity Stress. J. Ex. Bot.
62(6): pp 2189-2203.
Triwanto, J. dan A. Syarifuddin. 2007.
Pupuk Daun dan Media Tumbuh
pada Anggrek Cattleya. Jurnal
Tropika. 6 ( 2 ): 208-216.
Wibowo, Agus. 2012. Salinitas dan
Mekanisme Toleransi Tanaman.
Jurnal
Penelitian
Tanaman
Pangan Vol. 10 (6) : 101-105.
Yarrow, David. 2001. Sea Energy in
Agriculture. J. Acres USA Vol.
31 (11) 1-4.
Yufdy,M. Prama dan Jumberi, Achmadi.
2006. Pemanfaatan Hara Air Laut
untuk Memenuhi
Kebutuhan
Tanaman.
www.dpi.nsw.gov.au.diakses 10
Desember 2012.
103

Sea Mineral

Yufdy, M. P. 2008. Harnessing Nutrients


from
Seawater
for
Plant
Requirement.
Balai
Besar
Penelitian dan Pengembangan
Sumber daya Lahan Pertanian.
Departemen Pertanian. Bogor.
Jurnal Sumber Daya Lahan. hal
83-88.
Yulisma. 2011. Pertumbuhan dan Hasil
beberapa Varietas Jagung pada
Berbagai Jarak Tanam. Jurnal
Penelitian Tanaman Pangan Vol.
30 (3). hal 197-203.

104

Anda mungkin juga menyukai