Anda di halaman 1dari 6

TUGAS TCWDA

Nama Anggota : 1. Anindita Cahyaningrum


2. Cicilia Eka F. Ruslin
3. Laura Elisabeth Manurung
4. Ricky Yakobus Kota
5. Satya Ratih Wulandari
AUTISME
adalah kelainan perkembangan sistem saraf pada seseorang yang kebanyakan diakibatkan oleh
faktor hereditas. Autisme bukanlah penyakit kejiwaan karena ia merupakan suatu gangguan
yang terjadi pada otak sehingga menyebabkan otak tersebut tidak dapat berfungsi selayaknya
otak normal dan hal ini termanifestasi pada perilaku penyandang autisme. Autisme adalah yang
terberat di antara PDD (Gangguan Perkembangan Pervasif).

Penyebab
Hingga kini apa yang menyebabkan seseorang dapat menderita autisme belum diketahui secara
pasti.

Riset-riset

yang

dilakukan

oleh

para

ahli medis menghasilkan

beberapa

hipotesa mengenai penyebab autisme.

1. Kerja saraf motorik dan fungsi sel otak terganggu


Otak kiri dan kanan tidak seimbang. Hipothalamus, thalamus, dan neurotransmiter
adalah bagian-bagian otak yang sangat berperan penting dalam penerimaan, pengolah,
dan pengirim informasi di dalam otak, dan penderita autisme dilahirkan dengan bagian
otak tersebut dengan kondisi tidak normal.
2. Faktor resiko yang dibawa pada masa kehamilan
a. Sang ibu sering mengalami pendarahan, menyebabkan gangguan transportasi
oksigen dan nutrisi kepada janin di kandungan ibu.
b. Kelahiran bayi yang prematur dan mengharuskan bayi untuk mengonsumsi obatobatan dengan dosis yang cukup besar.
c. Mengalami stress atau depresi berat.
d. Faktor genetik dan gangguan sistem imun.
e. Akibat imunisasi atau vaksin yang tidak tepat semasa kecil. (contoh: terdapat unsur
3.

merkuri)
Masalah pencernaan yang diakibatkan protein dari susu hewani yang tidak dicerna
dengan baik dan menjadi pepton, dan diserap kembali, masuk ke aliran darah, dan
diteruskan ke otak menjadi morfin yang menyebabkan gangguan fungsi otak.

Ciri-Ciri
1.

Gangguan dalam berbicara dan bersosialisasi.

2.

Ketertarikan dan minat yang berbeda dengan anak lain sehingga menyebabkan semakin
terlihat berbeda.

3.

Sering tenggelam dalam pemikiran dan imajinasinya sendiri.

4.

Fokus pada 1 hal yang kecil. Misalnya saat ia bermain mobil-mobilan, ia akan fokus pada
bagian rodanya saja.

5.

Gangguan dalam emosi.

Berikut beberapa ciri anak autis menurut The U.S. National Institute of
Neurological Disorders and Stroke:

- Anak autis cenderung tidak melakukan kontak mata dengan orang lain
- Memiliki ekspresi datar, tidak tertawa ataupun tersenyum
- Tidak memberikan tanggapan saat namanya dipanggil, karena memiliki respon
yang sangat lemah
- Tidak menunjuk hal yang menarik perhatiannya
- Tidak mampu menyebut satu kata tunggal pada usia 6 bulan dan diapun
cenderung tidak berceloteh sampai usia 1 tahun
- Ketika anak anda beranjak besar atau menginjak usia balita, dia memiliki
kekurangan mengenai ketrampilan sosial dan juga memiliki masalah bahasa

Selain ciri anak autis menurut The U.S. National Institute of Neurological
Disorders and Stroke, ciri yang lain yaitu:

- Tidak mampu bermain dengan teman sebaya

- Tidak memiliki rasa empati yaitu tidak dapat merasakan apa yang dirasakan
orang lain
- Melakukan gerakan aneh yang khas dan diulang-ulang

Masalah
1.

Karena memiliki gangguan dalam bersosialisasi, anak autis umumnya adalah anak yang
penyendiri.

2.

Karena ketertarikan dan minat yang berbeda, umumnya anak autis tidak mempunyai teman
untuk bermain bersama.

3.

Anak autis menjadi pribadi yang ditakuti dan dihindari karena sifat emosi yang tidak dapat
dikontrol.

4.

Karena perbedaan yang mencolok, umumnya anak autis disisihkan dari masyarakat.

5.

Untuk anak autis yang memiliki kesulitan dalam intelektual, akan sulit dalam bidang
akademik. Tapi umumnya anak autis memiliki satu kelebihan yang unik.

6.

Dalam keluarga anak autis dapat disisihkan dari keluarga, hal ini lebih tergantung pada
respon keluarga.

a. Keterasingan Sosial
Anak-anak autis seringkali ditandai dengan perilaku yang suka
mengasingkan diri/menyendiri, meskipun dalam ruangan yang penuh
dengan teman sebayanya ataupun anggota keluarganya. Sebagian
besar dari laporan orang tua yang memiliki memiliki anak autis
mengatakan bahwa anak mereka lebih memilih aktivitas sendiri. Ketika
orang tua mengajaknya untuk melakukan permainan selayaknya anakanak

pada

bernyanyi

umumnya
sambil

misalnya

bertepuk

main

tangan,

bola,

anak

mobil-mobilan

autis

kesulitan

atau
untuk

bergabung dan terlibat didalamnya.


b. Tidak Mampu Berteman Dengan Teman Sebayanya
Anak-anak yang tidak dapat terlibat dalam bermain sosial maka
mereka tidak akan memiliki hubungan pertemanan dengan teman
seusianya. Ketidakmampuan anak dalam bermain dengan teman
sebayanya merupakan isyarat yang muncul bagi orang tua untuk

melihat sesuatu yang ada pada anaknya. Kesulitan untuk menjalin


hubungan dengan teman sebayanya merupakan hal yang paling
mencolok

sebagai

digabingkan

cirri

dengan

anak

teman

autis

dimana

seusianya,

ketika

maka

ada

anak

autis

beberapa

kemungkinan perilaku sosial yang salah atau ganjil. Anak autis tidak
akan bergabung dalam aktivitas sosial dan memilih terpisah dari
kelompok temannya atau ia tetap berada dalam kelompok tetapi
keberadaannya tidak terlibat dalam atmosfer kelompok.
b. Proses Sosial Spesifik Anak Autis
Anak autis memiliki minat yang sangat terbatas pada lingkungan sosial
dimana

mereka

lebih

tertarik

dengan

benda-benda

mati

dilingkungannya. Mereka mungkin tidak mengenali orang tuanya,


tetapi mereka lebih menyukai memperhatikan barang-barang yang
disusun dala ruangan. Kanner mengatakan bahwa disfungsi sosial dan
respon yang tak biasa menjadi cirri esensial dari sindrom ini.
Anak autis mungkin tertarik untuk berinteraksi sosial, tetapi gaya sosial
interaksinya

aneh

dan

eksentrik

dan

memiliki

kapasitas

untuk

memahami interksi sosial atau mengantisipasi pernyataan emosional


orang lain cesara terbatas, tujuan dan motivasi untuk membuat hal
itun sangat sulit untuk bernegosiasi dalam suasana interaksi sosial.
c. Hubungan social dengan orang tua.
Orang tua merupakan salah satu bagian terpenting dalam hubungan
social anak autis, anak akan belajar berinteraksi dengan orang tua
sebelum mereka turun kelapangan, namun berbeda dengan anak autis,
orang tua harus berupaya mengajarkan cara berinteraksi dengan
lingkungan.
Penulis melihat hubungan autis x dengan orang tua tergantung
keadaan dan suasan hati autis x, jika autis x dalam keadaan senang,
maka autis x akan menjawab setiap pertanyaan dari orang tua, namun
jika sedang sedih atau marah, maka autis x akan mengurung diri
dikamar tanpa au mengiyakan perkataan orang tuanya.
Meskipun demikian, penulis menemukan bahwa hubungan yang
tercipta antara autis x dengan keluarga berjalan dengan lancar dan
hangat. Meskipun autis x tidak bisa menjalin kontak mata.
d. Hubungan social dengan kakak dan adik.
Autis x memiliki keluarga yang besar, ia mempunyai saudara 6 dan ia
sendiri anak ke empat. Kakak ke dua autis x juga mengalami kelainan

ADHD. Jika penulis perhatikan, hubungan social mereka berjalan seperti


apa adanya, karena autis x tidak mampu berkomunikasi dengan baik,
maka kebanyakan kakak dan adiknya yang mengajak autis x untuk
berbicara.
Meskipun demikian, adik autis x juga sering menjahili autis x dengan
permainan yang mebuat autis x kesal dan tidak jarang autis x
mengurung diri karena perilaku adk-adiknya tadi.
e. Respon autis x ketika diajak bermain.
Autis x sangat susah untuk bermain, mereka lebih suka untuk bermain
sendir seperti main game pada hp. Disaat itu ia memilki ekspresi
tersendiri saat ia mengalami kekalahan dan kemenangan. Namun
bagaiman jika diajak bermain? Autis x akan mengiyakan bermain
tersebut jika ia senangi dan suasana hatinya sedang baik, namun ia
akan menolak jika permainan tidak menyenangkan dan membuat
f.

hatinya kesal.
Masalah gangguan perilaku dan emosi ( difficult behaviour and
emotional problems).
a.
Sikap menyendiri dan menarik diri (aloofness and withdrawal).
Banyak anak autis yang berprilaku seolah-olah orang lain tidak
ada. Anak autis tidak merespon ketika dipanggil atau seperti tidak
mendengar ketika ada orang yang berbicara padanya, ekspresi
mukanya kosong.
b.

Menentang perubahan (resistance to change). Banyak anak autis


yang menuntu pengulangan rtinitas yang sama. Beberapa anak
autis memiliki rutinitas mereka sendiri, seperti mengetuk-ngetuk
kursi sebelum duduk, atau menempatkan objek dalam garis yang
panjang.

c.

Ketakutan

khusus

(special

fears).

Anak-anak

autis

tidak

menyadari bahaya yang sebenarnya, mungkin karena mereka


tidak memahami kemungkinan konsekuensinya.
d.

Perilaku yang memalukan secara social


behavior).
terbatas

Pemahaman
dan

secara

anak-anak
umum

tidak

(socially embarrassing

autis

terhadap

matang,

kata-kata

mereka

sering

berperilaku dalam cara yang kurang dapat diterima secara social.


Anak-anak autis tidak malu untuk berteriak ditempat umum atau
berteriak dengan keras di sepanjang jalan.

e.

Ketidakmampuan untuk bermain ( inability to play). Banyak anak


bermain dengan air

, pasir atau lumpur selama berjam-jam.

Mereka tidak dapatbermain pura-pura. Anak-anak autis krang


dalam bahasa dan imajinasi, mereka tidak dapat bersama-sama
dalam permainan dengan anak-anak yang lain. Mencermati
perkembangan teknologi dan komunikasi yang makin cepat
membutuhkan gerak yang serba instant, sebab memiliki efek
yang mempengaruhi gaya hidup manusia yang gampang, praktis,
ekonomis dan sebagainya. Kadang kita lupa bahwa tidak semua
yang praktis dan ekonomis itu baik untuk kesehatan tubuh
manusia

dan

tanpa

disadari

perkembangan

penyakit

juga

semakin banyak dan salah satunya adalah penyakit autism


dimana penyakit yang menyebabkan anak memiliki perilaku tidak
peduli

dengan

lingkungan

sosialnya

sehingga

dapat

mempengaruhi perkembangan dalam komunikasinya.

Solusi
1.
2.
3.

4.

Orang tua harus membatasi pemberian obat-obatan psikiatrik pada anak dibawah 6 tahun.
Lebih mengutamakan pendekatan psikologi dan pedagogi.
Melakukan deteksi dini autisme dengan cara :
a. memberikan kegiatan sederhana yang melibatkan kegiatan aktif anak yang memancing
keterlibatan dan komunikasi anak.
b. memancing respon anak dengan memperhatikan respon saat namanya dipanggil.
c. memancing anak untuk menirukan tingkah laku.
d. memancing anak untuk menoleh pada benda yang jauh.
Apabila dari cara nomor 3 terbukti anak tidak melakukan seperti yang diharapkan, maka
dapat dilakukan terapi pada anak, yaitu:
a. terapi medikamentosa.
b. terapi okupasi
c. terapi sensori integrasi.
d. terapi bermain.
e. terapi perilaku.
f. terapi wicara.

Anda mungkin juga menyukai