Anda di halaman 1dari 33

DISKUSI TOPIK

Infeksi Saluran Kemih pada Anak

Disusun Oleh:
Karina Maharani
07120100085

Pembimbing:
dr. Irene A. O, SpA

KEPANITERAANKLINIKILMUKESEHATANANAK
RUMAHSAKITANGKATANLAUTMARINIRCILANDAK
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS PELITA HARAPAN
Periode 30 November 2015 6 Februari 2016

PENDAHULUAN

ISK merupakan penyakit

infeksi kedua tersering setelah infeksi saluran

pernafasan dan sebanyak 8,3 juta kasus dilaporkan per tahun. ISK dapat
menyerang pasien dari segala usia mulai bayi baru lahir hingga orang tua.1
ISK merupakan infeksi yang serius dan penting pada anak, ini berupa keadaan
yang paling sering dijumpai pada nefrologi anak. Angka kejadiannya sekitar 3-5%
pada perempuan dan 1% pada laki-laki sampai usia 5 tahun dan mencapai
puncaknya selama masa bayi dan periode toilet training. Kejadian ISK tertinggi
pada usia 2 bulan sampai 24 bulan. Pada umumnya wanita lebih sering mengalami
episode ISK daripada pria. Namun, pada masa neonatus ISK lebih banyak terjadi
pada bayi laki (2,7%) yang tidak menjalani sirkumsisi daripada bayi perempuan
(0,7%). Dengan bertambahnya usia, insiden ISK terbalik yaitu pada masa sekolah
ISK pada anak perempuan 3%, sedangkan anak laki-laki 1,1%. Insiden ISK ini
pada remaja anak perempuan meningkat 3,3 sampai 5,8%.2

TINJAUAN PUSTAKA

ANATOMI DAN FISIOLOGI TRAKTUS URINARIUS


Ginjal merupakan organ yang berbentuk seperti kacang, terletak
retroperitoneal, di kedua sisi kolumna vertebralis daerah lumbal. Ginjal kanan
sedikit lebih rendah dibandingkan dengan ginjal kiri karena tertekan ke bawah
oleh hepar. Kutub atasnya terletak setinggi kosta 12, sedangkan kutub atas ginjal
kiri terletak setinggi kosta 11. Setiap ginjal terdiri dari 600.000 nefron. Nefron
terdiri atas glomerulus dengan sebuah kapiler yang berfungsi sebagai filter.
Penyaringan terjadi di dalam sel-sel epitelial yang menghubungkan setiap
glomerulus.3

Ginjal merupakan organ terpenting dari tubuh manusia maka dari itu ginjal
mempunyai beberapa fungsi seperti: mengatur keseimbangan cairan tubuh dan
elektrolit dan asam basa dengan cara menyaring darah yang melalui ginjal,
reabsorpsi selektif air, elektrolit dan non elektrolit, serta mengekskresikan
kelebihannya sebagai kemih. Ginjal juga mengeluarkan sampah metabolisme
(seperti urea, kreatinin, dan asam urat) dan zat kimia asing. Akhirnya selain
regulasi dan ekskresi, ginjal juga mensekresi renin yang penting untuk mengatur
tekanan darah, juga bentuk aktif vitamin D yaitu penting untuk mengatur kalsium,
serta eritropoeitin yang penting untuk sintesis darah.3

Kedua ureter merupakan saluran yang panjangnya 25 sampai 30 cm, yang


berjalan dari ginjal sampai kandung kemih. Fungsi satu-satunya adalah
menyalurkan kemih ke kandung kemih. Kandung kemih adalah salah satu kantong
berotot yang dapat mengempis dan berdilatasi, terletak di belakang simpisis pubis.
Kandung kemih memiliki 3 muara antara lain dua muara ureter dan satu muara
uretra. Dua fungsi kandung kemih adalah sebagai tempat penyimpanan kemih dan
mendorong kemih keluar dari tubuh melalui uretra. Uretra adalah saluran kecil
yang dapat mengembang, yang berjalan dari kandung kemih sampai keluar tubuh.
Panjangnya pada wanita sekitar 4 cm dan pada pria sekitar 20 cm.4
Salah satu penyakit infeksi yang dapat mengakibatkan gagal ginjal adalah
infeksi saluran kemih. ISK adalah penyakit yang disebabkan karena
mikroorganisme yang masuk ke dalam saluran perkemihan menginvasi dan
mengkolonisasi kandung kemih yang bersifat steril. Bakteri yang masuk ke dalam
saluran kemih bagian bawah yaitu uretra, kandung kemih, dan prostat disebut
dengan sistitis, uretritis, dan prostatitis. Sedangkan bakteri yang menyerang
saluran kemih bagian atas yaitu ureter dan ginjal disebut pyelonephritis. 4 ISK
adalah kolonisasi bakteri yang terjadi di berbagai tempat di sepanjang saluran
perkemihan, yaitu ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.5 ISK dapat dibagi
atas simtomatik dan asimtomatik. Disebut asimtomatik bila dijumpai bakteriuria
bermakna namun tidak disertai gejala klinis ISK. Sedangkan disebut simtomatik
bila dijumpai bakteriuria bermakna disertai gejala klinis ISK seperti nyeri saat
buang air kecil (BAK) dan peningkatan frekuensi BAK. 6 Simtomatik ISK dibagi
menjadi sistitis dan pyelonephritis.7

DEFINISI
Infeksi Saluran Kemih (ISK) adalah adanya infeksi (pertumbuhan dan
perkembangbiakan bakteri) dalam saluran kemih meliputi infeksi pada parenkim
ginjal sampai infeksi di kandung kemih dengan jumlah bakteriuria yang bermakna.
Bakteriuria adalah ditemukannya bakteri dalam urin yang berasal dari ISK atau
kontaminasi dari uretra, vagina ataupun dari flora di periuretral. Dalam keadaan
normal,urin baru dan segar adalah steril. Bakteriuria bermakna yaitu bila ditemukan
jumlah koloni > 105 /ml spesies yang sama pada kultur urin dari sampel mid-stream.
Ini merupakan gold standard untuk diagnostik ISK.8

EPIDEMIOLOGI ISK PADA ANAK


Secara epidemologi, infeksi saluran kemih dapat terjadi pada 5% anak
perempuan dan 1-2% anak laki-laki. Kejadian infeksi saluran kemih pada bayi
baru lahir dengan berat lahir rendah mencapai 10-100 kali lebih besar dibanding
bayi dengan berat lahir normal (0,1-1%). Sebelum usia 1 tahun, infeksi saluran
kemih lebih banyak terjadi pada anak laki-laki. Sedangkan setelahnya, sebagian
besar infeksi saluran kemih terjadi pada anak perempuan. Misalnya pada anak
usia pra-sekolah dimana infeksi saluran kemih pada perempuan mencapai 0,8%,
sementara pada laki-laki hanya 0,2% dan rasio ini terus meningkat sehingga di
usia sekolah, kejadian infeksi saluran kemih pada anak perempuan 30 kali lebih
besar dibanding pada anak laki-laki. Pada anak laki-laki yang disunat, risiko
infeksi saluran kemih menurun hingga menjadi 1/5-1/20 dari anak laki-laki yang
tidak disunat. Hal ini diakibatkan karena, secara anatomi, anak perempuan
memang memiliki risiko mendapatkan infeksi lebih besar daripada anak laki-

laki, karena uretranya lebih pendek, sehingga bakteri lebih mudah mencapai
kandung kemih.9
Angka kekambuhan cukup tinggi yaitu pada anak perempuan 30% pada tahun
pertama dan 50% dalam 5 tahun kedepan. Sedangkan pada anak laki-laki angka
kekambuhan sekitar 15-20% pada tahun pertama dan setelah umur 1 tahun jarang
ditemukan kekambuhan. ISK yang terjadi nosokomial di rumah sakit pernah
dilaporkan sebanyak 14,2% per 1000 penderita anak, hal ini terjadi biasanya
karena pemakaian kateter urin jangka panjang.10

ETIOLOGI DAN FAKTOR RISIKO


Etiologi ISK pada Anak

Bakteri yang sering menyebabkan infeksi saluran kemih adalah jenis bakteri
aerob. Bakteri penyebab ISK terbanyak (48,9%) adalah Escherichia coli, diikuti
Acinetobacter anitratus (9,8%), Klebsiella pneumoniae (9,4%), Staphylococcus
coagulase positif (5,8%), Proteus mirabilis (4,7%), lain-lain (21,4%). Escherichia
coli sebagai

flora

kolon,

merupakan

sumber

organisme

yang

dapat

menyebabkan ISK, tetapi tidak semua tipe Escherichia coli ini mempunyai
kemampuan untuk membentuk koloni dalam saluran kemih. Hanya bakteri
yang mempunyai virulensi uropatogenik yang dapat menyerang saluran
kemih dengan anatomi normal. Pada anak laki-laki Proteus Spp merupakan
bakteri penyebab infeksi saluran kemih lebih sering (6,9%) daripada anak
perempuan (1,1%). Sedangkan E. coli lebih banyak pada anak perempuan
(27,2%)

daripada

anak

laki-laki (21,7%). Beberapa

peneliti

sebelumnya

menyebutkan bahwa bakteri penyebab ISK Proteus spp pada anak laki-laki
lebih banyak daripada anak perempuan.11
7

Pada kondisi normal, saluran kemih tidak dihuni oleh bakteri atau mikroba
lain, tetapi uretra bagian bawah terutama pada wanita dapat dihuni oleh bakteri
yang jumlahnya makin berkurang pada bagian yang mendekati kandung kemih.
Infeksi saluran kemih sebagian disebabkan oleh bakteri, namun tidak tertutup
kemungkinan infeksi dapat terjadi karena jamur dan virus. Infeksi oleh bakteri
Gram positif lebih jarang terjadi jika dibandingkan dengan infeksi Gram negatif.
Lemahnya pertahanan tubuh telah menyebabkan bakteri dari vagina,
perineum (daerah sekitar vagina), rektum (dubur), masuk ke dalam saluran kemih.
Bakteri itu kemudian berkembangbiak di saluran kemih sampai ke kandung
kemih, bahkan bisa sampai ke ginjal. 12
Di bawah ini merupakan pengelompokkan bakteri-bakteri penyebab ISK.
A. Kelompok Enterobacteriaceae seperti :
1. Escherichia coli
2. Klebsiella pneumoniae
3. Enterobacter aerogenes
4. Proteus
5. Providencia
6. Citrobacter
B. Pseudomonas aeruginosa
C. Acinetobacter
D. Enterokokus faecalis
E. Stafilokokus saprophyticus
Faktor Risiko ISK pada Anak

13

E.coli merupakan penyebab utama ISK pada anak, dimana pada keadaan normal
bakteri ini ada di kolon dan masuk ke uretra yang terbuka, dari kulit sekitar anus dan
genital. Wanita lebih rentan terhadap ISK oleh karena orifisium uretra mereka dekat
dengan sumber bakteri (seperti anus, vagina) dan uretranya lebih pendek,
menyebabkan bakteri lebih mudah masuk ke vesika urinaria. Bakteri lain yang
menyebabkan ISK termasuk Staphylococcus saprophyticus (5-15%), Chlamydia
trachomatis, dan Mycoplasma hominis.
Pada bayi, bakteri dari popoknya dapat masuk ke uretra dan menyebabkan
ISK. E.coli juga dapat masuk ke orifisium uretra jika anak perempuan tidak cebok
dari depan ke belakang setelah buang air besar. Sehingga hal-hal ini menjadi
faktor risiko ISK yaitu:
o Perempuan, laki-laki tidak disunat, refluks vesicouretheral, usia Toilet
training, disfungsi pancaran kemih, obstruktif uropathy.
o Cebok dari belakang ke depan, Bubble bath, Celana ketat, Konstipasi.
o P-fimbriated bacteria terutama pada. E. coli.
o Abnormalitas anatomi (misalnya adhesi labia, fistel, duplikasi,
mureterokel, divertikulum kandung kemih) dan Neuropathic bladder.
Faktor-faktor risiko tersebut dapat menyebabkan:
o Obstruksi vesika urinaria (dapat disebabkan batu ginjal, juga konstipasi).
o Keadaan yang menyebabkan pengosongan vesika urinaria tidak komplit
(pada delayed toilet training).
o Abnormalitas kongenital (muncul saat lahir misalnya fistel) atau akibat
tekanan pada saluran kemih (misalnya refluks vesikouretra, dapat
disebabkan konstipasi kronik pada anak), juga oleh infeksi yang berulang.
o Supresi sistem imun.
Pada perempuan, ISK biasanya muncul pada usia onset toilet training oleh
karena disfungsi pancaran urin biasanya terjadi pada usia itu. Anak berusaha

menahan urinnya agar tetap kering, padahal vesica urinaria (bladder) mempunyai
forcing

kontraksi

tak

terbendung

untuk

mengeluarkan

urin,

sehingga

menyebabkan tekanan tinggi, aliran turbulen urin atau pengosongan bladder


inkomplit,

yang

meningkatkan

timbulnya

bakteriuri.

Konstipasi

dapat

meningkatkan risiko ISK oleh karena menyebabkan disfungsi pancaran.


Risiko ISK lebih tinggi pada anak dengan KEP berat dan diare kronik. Faktor
host lain yang membuat ISK: abnormalitas anatomi seperti adhesi labial,
neuropathic bladder, detrussor-spincter dyssynergia.
Kateter urethra

11

Frekuensi Infeksi saluran kencing nosokomial pada penderita yang di rawat


inap di rumah sakit berpotensi menyebabkan infeksi bila dikateterisasi selama
lebih dari 30 hari. Ini dikarenakan saluran kencing diduga terinfeksi jika spesimen
urin yang diperoleh secara langsung dari kateter tetap menghasilkan kadar
pembentuk koloni 100 unit atau lebih.
Bakteri yang terkait dengan ISK yaitu, Escherechia coli dan P. Aeruginosa
merupakan penyebab infeksi terkait kateter yang paling sering. Stafilokokus
koagulase-negatif menyebabkan sekitar 15% infeksi itu.

KLASIFIKASI

13

ISK berulang dapat sebagai akibat relaps atau reinfeksi.


Relaps

ISK berulang dengan strain organisme yang sama. Dalam praktek, karena test
laboratorium rutin tidak termasuk typing untuk identifikasi strain, ISK adalah

10

mungkin relaps jika infeksi timbul dalam waktu singkat (misalnya dalam 2 minggu).
Reinfeksi

ISK berulang dengan strain atau spesies organisme yang berbeda. Dalam prakteknya
sulit membuktikan bahwa gejala berulang adalah berhubungan dengan episode
infeksi yang berbeda. Reinfeksi adalah ISK berulang, jika strain atau spesiesnya
berbeda, atau spesies yang sama setelah periode substansia (misalnya. > 2 minggu)
setelah infeksi sebelumnya.
Dengan dan Tanpa Komplikasi

ISK dapat berupa ISK dengan komplikasi (complicated UTI) dan tanpa
komplikasi (uncomplicated UTI). ISK dengan komplikasi adalah adanya infeksi
disertai lesi anatomi ataupun fungsional, ditandai adanya demam yang tinggi dan
secara klinis tampak sakit berat, tumpah, dehidrasi sedang hingga berat. Sedangkan
ISK tanpa komplikasi yaitu adanya infeksi tetapi tanpa penyulit anatomi maupun
fungsional, yang ditandai adanya demam, tetapi tidak tampak sakit, mampu minum
cairan dan obat, paling berat ada dehidrasi ringan, patuh berobat.

PATOFISIOLOGI ISK PADA ANAK


Ginjal dan saluran kemih biasanya bebas kuman. Ketika bakteri masuk,
beberapa kondisi dapat berkembang. Beberapa anak akan mengalami bakteriuria
asimtomatik dan beberapa sistitis dengan peradangan, terutama di mukosa
kandung kemih, tetapi beberapa anak akan mengalami infeksi saluran kemih
disertai demam, dengan aktivasi sistemik dari proses inflamasi.14
Sebagian besar anak-anak dengan penyakit imunodefisiensi primer tidak
muncul untuk menjadi rentan terhadap infeksi saluran kemih. Bahkan anak-anak

11

dengan negara - antibodi defisiensi primer, yang memiliki infeksi bakteri sering,
serta orang-orang dengan sindrom imunodefisiensi gabungan yang parah
mempengaruhi baik T - sel dan fungsi sel-B, memiliki sedikit infeksi saluran
kemih. Ketika infeksi saluran kemih berkembang pada anak-anak tersebut, terkait
kelainan saluran ginjal biasanya muncul untuk memainkan peran, menunjukkan
bahwa aliran urine memadai dan uroepithelium utuh adalah kunci dalam
pencegahan infeksi saluran kemih. Bakteri tertentu memiliki karakteristik yang
mendukung pembentukan infeksi. Misalnya, bakteri Escherichia coli memiliki P
fimbriae yang memfasilitasi lapisan uroepithelial, bahkan di hadapan aliran urin
yang memadai. Pada anak-anak dengan kelainan ginjal, yang mungkin memiliki
aliran urin abnormal, sisa urin setelah berkemih, atau keduanya, bakteri dapat
menyebabkan infeksi.14
Ketika bakteri menyerang ginjal, peradangan lokal berkembang, memicu
sistem kekebalan tubuh bawaan melalui beberapa jalur. Hal ini juga diakui bahwa
sinyal pulsa seperti reseptor setelah pengakuan bakteri memulai respon imun yang
melibatkan faktor nuklir kB dan produksi sitokin dan kemokin. Jika infeksi
parenkim ginjal terbatas dalam cakupan dan durasi, pemulihan penuh dapat
terjadi. Namun, peradangan berlanjut dapat menyebabkan jaringan parut,
meskipun faktor-faktor predisposisi tidak dipahami dengan baik.14
Pada periode neonatus, bakteri mencapai saluran kemih melalui aliran darah atau
uretra, yang selanjutnya bakteri naik ke saluran kemih dari bawah. Perbedaan
individu dalam kerentanannya terhadap infeksi saluran kemih dapat diterangkan oleh
adanya faktor-faktor hospes seperti produksi antibodi uretra dan servikal (IgA), dan
faktor-faktor lain yang mempengaruhi perlekatan bakteri pada epitel introitus dan
12

uretra. Beberapa diantara faktorfaktor ini, seperti fenotip golongan darah P,


ditentukan secara genetik. Imunosupresi, diabetes, obstruksi saluran kemih, dan
penyakit granulomatosa kronis adalah faktor lain yang dapat meningkatkan
kerentanan terhadap infeksi. Bila organisme dapat masuk ke dalam kandung kemih,
beratnya infeksi dapat menggambarkan beratnya virulensi bakteri dan faktor
anatomik seperti refluks vesikouretra, obstruksi, stasis urin, dan adanya kalkuli.
Dengan adanya stasis urin, kesempatan untuk berkembang biak bakteri meningkat,
karena urin merupakan medium biakan yang sangat baik. Lebih-lebih lagi,
pembesaran kandung kemih yang sangat akan mengurangi aliran darah ke dinding
kandung kemih dan dapat menurunkan resistensi alami kandung kemih terhadap
infeksi.11
Patogenesis

13

Saluran kemih secara normal adalah steril, kecuali bagian distal uretra.
Infeksi dapat mencapai saluran kemih dengan cara hematogen, limfogen,
perkontinuitatum, asenderen dari orifisium uretra eksterna dan bertambah
banyak/multiplikasi di traktus urinaria masuk ke dalam kandung kemih, dan
akhirnya sampai ke ginjal. Penjalaran secara hematogen paling sering terjadi pada
neonatus, sedangkan pada anak paling sering terjadi secara asenderen. Faktor
yang berperan pada patogenesis antara lain host, mekanisme pertahanan tubuh,
virulensi bakteri. Faktor host antara lain perempuan, laki-laki tidak
disirkumsisi, instrumentasi uretra, toilet training, disfungsi berkemih, cebok
dari belakang ke depan, celana ketat, kelainan anatomi, peningkatan sel adherens
uroepitelial.

13

Sistem gastrointestinal manusia sudah mengandung koloni E.Coli dalam


40 jam setelah lahir, dimana E.coli adalah kepala dari keluarga besar
Enterobacteriaceae, suatu. Bakteri enterik, yang merupakan kuman Gramnegatif
anaerob fakultatif yang hidup di rongga usus. Merupakan koloni normal pada
saluran cerna, tapi dapat juga menyebabkan penyakit pada manusia. Kuman
enterik ini memfermentasi glukosa dan menghasilkan asam dan gas, oxidasenegative dan saat bergerak, menghasilkan flagella peritrichous.
Patogenesis E.coli

Lebih dari 700 antigen E.coli telah diketahui, berdasarkan antigen O, H dan K.
Serotipe penting untuk membedakan sejumlah kecil strain yang menyebabkan
penyakit, dimana E.coli bertanggung jawab terhadap tiga tipe infeksi pada
manusia, yaitu: ISK, meningitis neonatus dan gastroenteritis. Tiga penyakit ini
tergantung pada patogenik spesifik (virulensi)nya. Langkah pertama yang penting
dalam patogenesis ISK yang asending tersebut adalah adanya kolonisasi E coli
uropatogenik disekitar periuretra. Dengan adhesin khusus mereka dapat
berkolonisasi di vesika urinaria. Adhesin yang paling berhubungan dengan
uropathogenik E.coli adalah P-fimbria (atau pyelorephritisassociated pili
(PAP). Yang unik adalah kemampuan P-fimbriae untuk berikatan khusus
dengan antigen kelompok darah P yang mengandung residu D-galactoseDgalactose. Fimbriae berikatan tidak hanya pada sel darah merah, tapi juga
pada disakarida galaktose spesifik yang ditemukan pada sel uroepitel permukaan
pada hampir 99% populasi.
Frekuensi distribusi reseptor sel host ini berperan dalam kemampuannya dan

14

menjelaskan mengapa beberapa individu mendapat ISK berulang oleh E.coli.


dimana ISK E.coli tanpa komplikasi tidak pernah timbul pada individu yang tidak
punya atau kekurangan reseptor. Strain uropatogen E. coli bertambah virulensinya
dengan adanya P-fimbriae. E.coli dengan P-fimbriae juga mengandung gen
fimbriae tipe I, dan terbukti bahwa ada P-fimbriae berasal dari gen
fimbriae tipe I, dengan menambahkan protein tambahan untuk mengganti
ikatan mannose fimbria tipe I. Dalam tiap kasus, fimbria tipe I dapat membantu
mekanisme suplementasi adherens atau berperan dalam agregasi bakteri
menjadi glikoprotein manosit spesifik yang muncul dalam urin.
Strain uropathogen E.coli juga menghasilkan siderophores yang
mungkin berperan besar dalam mendapatkan besi untuk bakteri selama atau
sesudah kolonisasi. Mereka juga menghasilkan hemolisin yang sitotoksik melalui
formasi pori-pori transmembran dalam sel host. Satu strategi untuk mendapat besi
dan nutrien lain untuk pertumbuhan bakteri berperan dalam lisis sel host untuk
melepaskan substansi ini. Aktivitas hemolisin tidak terbatas pada sel-sel darah
merah karna adanya -hemolisins E.coli, juga limfosit pelisis, dan
hemolisin yang menghambat fagositosis dan kemotaksis neutrofil.
Faktor lain yang terlibat dalam patogenitas strain uropatogen E.coli adalah
resistensinya terhadap efek bakterisidal komplemen-dependent dalam serum.
Adanya antigen K dihubungkan dengan ISK atas, dan antibodi terhadap antigen K
telah menyatakan berapa derajat proteksi terhadap infeksi yang lalu. Antigen K
E.coli adalah antigen capsular yang mungkin mengandung organella
proteinaseus yang dihubungkan dengan kolonisasi misalnya antigen CFA atau
membuat polisakarida. Berdasarkan struktur kimianya, kapsul ini mungkin dapat

15

untuk mempromosikan virulensi bakteri dengan menurunkan kemampuan


antibodi dan atau komplemen untuk berikatan dengan permukaan bakteri, dan
kemampuan fagosit untuk mengenali dan menelan sel bakteri. Penelitian terbaik
antigen K; K-1 adalah kandungan polimer asam neuraminik N-asetil (asam
sialic), yang selain menjadi antifagosit, mempunyai kemampuan tambahan
menjadi antigen penyamar. Adhesin pada E.coli ini bereaksi dengan sel
uroepitel melalui reseptor glikolipid dengan disakarida galaktosa 1-4
galactosa . Pili seperti ini disebut gal-gal pili atau P-fimbriae yang
dianggap sebagai faktor virulensi bakteri. Penderita yang terinfeksi E coli yang
melekat pada sel uroepitelial (adhering E coli) akan menunjukakn gejala
inflamasi sistemik (leukosituria, C-reactive protein meningkat, laju endap
darah meningkat).
Stasis urin karena adanya residu urin dan uropati obstruktif,
merupakan faktor lain yang mempermudah bakteri tinggal lebih lama dan
berproliferasi. Mekanisme pertahanan tubuh, antara lain mekanisme pertahanan
saluran kemih, antiadherens. Mekanisme pertahanan saluran kemih yaitu
kemampuan mengeliminasi bakteri dengan pengosongan saluran kemih dan
pemusnahannya oleh sel epithel.
Telah diketahui bahwa bakteri yang masuk kedalam tubuh akan
difagositosis oleh leukosit polimorfonuklear dan makrofag, tetapi bila bakteri
tersebut membangkitkan respon imun atau mengaktifasi sitem komplemen,bakteri
tersebut akan dibalut dengan antibodi (antibody coated bacteria) atau
protein komplemen. Dalam mekanisme pathogenesis ISK masih banyak yang
belum jelas, misalnya mengapa bakteri sendiri dapat merubah surface

16

characteristic-nya sesuai dengan kondisi sekitarnya. Bakteri patogen maupun


non patogen di daerah tubuh lainnya (kolon, mulut, kulit) bila berkembang biak di
parenkim ginjal akan menghasilkan amonia yang dapat menghalangi pertahanan
tubuh normal yaitu dengan menghalangi sistem komplemen dan dapat
menghalangi migrasi leukosit polimorfonuklear dan fagositosis karena amonia
meningkatkan hipertonisitas medula.
Hubungan khusus antara ureter pada vesika urinaria membantu
pencegahan urin kembali ke ginjal, dan aliran urin melalui uretra membantu
pembersihan bakteri
o Faktor host yang berhubungan dengan pencegahan perlekatan bakteri ke
o
o
o
o
o
o

uroepitel: Mekanisme pencucian karena aliran urin ataupun pembilasan.


Tamm-Horsfall protein.
Interferensi bakteri oleh endogenous periurethral flora.
Urinary oligosacharides.
Eksfoliasi spontan dari sel uroepitel.
Urinary immunoglobulins
Mukopolisakarida yang melapisi dinding kandung kemih.

Maka bila tidak ditemukan adanya defek anatomi saluran kemih, dianggap
penyebab risiko ISK adalah faktor host.

MANIFESTASI KLINIS ISK PADA ANAK 15


Ada 3 bentuk dasar ISK yaitu pielonefritis, sistitis dan bakteriuria
asimptomatik. Gambaran ISK pada bayi tidak spesifik, sehingga kecurigaan besar
ISK perlu dicurigai pada bayi /anak dengan demam tak jelas dalam 3 hari. Gejala
klinik ISK pada anak tergantung kepada berat ringannya reaksi radang yang
ditimbulkan, letak infeksi, dan umur penderita. Bayi dan anak kecil dapat
mengalami demam berulang-ulang, diare, muntah, nyeri abdomen, dan berat
badan tidak naik. Pada anak yang lebih tua dapat dijumpai gejala klasik misalnya

17

rasa terbakar, polakisuria, nyeri perut bawah, bau urin menyengat, dan onset
ngompol terakhir, disuria, urgensi, dan sakit pinggang.
Bakteri menyebabkan respon inflamasi saluran kemih, dengan gambaran
klinisnya bervariasi. Penderita dengan pielonefritis akut menyebabkan inflamasi
di ginjal dengan respon inflamasi secara umum misalnya demam, C-reaktif
protein, leukositosis. Penderita sistitis akut sering mengalami reaksi inflamasi
terbatas pada saluran kemih bawah. Penderita asimptomatik bakteriuria (ABU)
terjadi inflamasi lokal saluran kemih tetapi tidak cukup memadai untuk
menimbulkan gejala klinis. Anak perempuan yang menderita sistitis dapat
mengalami kencing yang sering namun volume kecil, dapat terjadi tumpah,
demam tinggi dan menggigil, bila suhu > 38,5C perlu dicurigai keterlibatan
saluran kemih bagian atas. Gejala lain yaitu terjadinya hematuria dapat terjadi
pada 1/3 kasus, inkontinensia, nokturia. Di samping itu pada demam yang tidak
jelas penyebabnya wajib dicari kemungkinan adanya ISK.
Pyelonephritis

Gejala klinis pyelonephritis adalah salah satu atau dari semua gejala
berikut: nyeri perut, punggung, atau flank pain; demam; malaise; mual; muntah;
dan kadang diare. Demam saja mungkin sudah merupakan suatu gejala. Pada bayi,
dapat menunjukkan gejala yang tidak spesifik seperti sulit makan/minum, mudah
menangis, jaundice, dan weight loss. Pielonefritis merupakan infeksi bakteri serius
yang sering terjadi pada infants (<24 bulan yang memiliki gejala demam). Gejalagejala tersebut menunjukkan terdapatnya bakteri pada saluran kemih bagian atas.
Keterlibatan jaringan parenkim ginjal disebut pielonefritis akut. Pielonefritis akut
dapat menyebabkan kerusakan ginjal, yang disebut pyelonephritic scarring.

18

Cystitis

Cystitis menunjukkan adanya kelainan pada kandung kemih; gejalanya berupa


disuria, urgency, frequency, nyeri suprapubis, inkontinensia, dan malodorous
urine. Cystitis tidak menimbulkan demam dan tidak menyebabkan kerusakan
ginjal. Malodorous urine tidak spesifik untuk ISK.
Acute hemorrhagic cystitis sering disebabkan oleh E. coli; juga dapat
disebabkan oleh adenovirus tipe 11 dan 21. Laki-laki lebih sering terkena
adenovirus cystitis; yang merupakan self-limiting disease, dengan hematuria
selama kurang lebih 4 hari.
Eusinophilic cystitis merupakan bentuk langka dari cystitis yang ditemukan
pada anak-anak. Gejalanya sama dengan cystitis, disertai dengan hematuria,
dilatasi uretra biasanya disertai hidronefrosis, dan filling defect di buli-buli karena
massa yang nampak seccara histologi dan infiltrat inflamasi dengan eosinofil.
Anak-anak degan eusinophilic cystitis dapat terpapar oleh alergen. Biopsi buli
diperlukan untuk menyingkirkan kemungkinan keganasan. Penatalaksanaannya
bisa dengan antihistamin dan NSAID, tetapi pada beberapa kasus dibutuhkan
dimethyl sulfoxide instillation intravesikal.
Interstitial cystitis ditandai dengan irritative voiding symptoms seperti
urgency, frequency, dan disuria, nyeri buli-buli dan pelvis yang menjadi ringan
karena berkemih dengan kultur kuman negatif. Kelainan ini lebih sering mengenai
remaja perempuan dan idiopatik. Diagnosis ditegakkan dengan cara observasi
cystoscopic dari mukosa yang mengalami ulserasi dengan distensi buli-buli.
Penatalaksanaan meliputi hipodistensi buli-buli dan laser ablation pada area yang
mengalami ulserasi, tetapi tidak ada treatment yang akan menahan nyeri.
19

Bakteriuria Asimtomatik

Asymptomatic bacteriuria adalah suatu kondisi dimana kultur urin positif


tanpa adanya manifestasi dari infeksi. Paling sering terjadi pada perempuan,
dengan insiden <1% pada preschool dan usia sekolah, dan jarang pada laki-laki.
Insidennya berkurang seiring bertambahnya usia. Kondisi ini tidak berbahaya,
tidak menimbulkan kerusakan ginjal, kecuali pada wanita dan bila lama tidak
ditangani, dapat menimbulkan gejala.16
Bakteriuria asimtomatik ini sering terjadi; pada kebanyakan kasus, bisa sudah
terdapat gejala yang memberi kesan adanya infeksi saluran kemih atau diduga
akan ada gejala-gejala tersebut. Manifestasi klinis seringkali gagal menunjukkan
secara jelas apakah infeksi terbatas pada kandung kemih atau telah melibatkan
ginjal. Pada bayi, biasanya terjadi demam, berat badan menurun, tidak dapat
tumbuh dengan baik, nausea, muntah, diare dan ikterus. Pada anak dengan demam
tanpa diketahui sebabnya, biakan urin harus diambil untuk mengesampingkan
infeksi saluran kemih. Dalam suatu penelitian pada bayi-bayi di ruang gawat
darurat dengan suhu >38,3C , tetapi tanpa suatu penyebab demam yang jelas.
7,5% menderita infeksi saluran kemih. Proporsi ini lebih tinggi pada wanita dan
berkulit putih, dan naik hingga 17% pada wanita kulit putih dengan suhu >39C.
Biakan urin harus diambil pada bayi yang demam. Kelak pada masa kanak-kanak
sering berkemih, sakit selama berkemih, inkontinensia urin yang berkaitan dengan
urgensi, mengompol pada anak yang semula sudah tidak lagi, sakit perut, dan urin
berbau busuk merupakan gejala yang sering terjadi.11

20

DIAGNOSIS

17

Diagnosa ISK ditegakkan berdasarkan pemeriksaan biakan/kultur urin,


dari spesimen urin yang dikumpulkan segera karena merupakan gold standard.
Urinalisis membantu dalam memberi informasi segera suspek ISK dan umumnya
dapat mulai diterapi. Kegagalan dalam mengidentifikasi adanya ISK dapat
berakibat terjadinya kerusakan ginjal progresif. Oleh karena itu kualitas sampel
urin merupakan hal yang penting. Infeksi saluran kemih dikenali lewat
pertumbuhan

bermakna

organisme

spesies

tunggal

dalam

urin,

yang

menampakkan gejala, saat ini biasa dipakai dalam evaluasi dan penatalaksanaan
anak-anak ISK.
Riwayat kebiasaan BAB (buang air besar) dan BAK (buang air kecil)
dicari, juga warna selama pancaran, penetesan, pancaran urin berkurang
(voidingdisfunction) dan ballooning preputium dapat mengarahkan suatu
obstruksi. Pemeriksaan genital ada/tidaknya pimosis, ketegangan prepusium dan
fungsi labia. Inkontinensia diurnal, urgensi, polakisuri dan posisi mengejan
mengarah pada disfungsi kontrol; konstipasi atau ngompol mungkin berhubungan.
Tiap anak diperiksa sensasi perineal dan inspeksi tulang belakang untuk melihat
adakah abnormalitas. Pemeriksaan rektum harus dilakukan pada pasien dengan
konstipasi berat.

Dilakukan pemeriksaan ureum dan kreatinin darah. Jumlah

leukosit total dan hitung jenis dan kultur darah diambil dari anak dengan ISK
kompleks.

21

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pengumpulan spesimen

Spesimen untuk kultur urin harus diambil hati-hati guna mencegah


kontaminasi flora periuretra. Spesimen urin pancaran tengah paling luas dipakai.
Kontaminasi dengan flora periuretra dan prepusial dapat diminimalisasi dengan
mencuci genitalia dengan air dan sabun. Pencucian dengan antiseptik dan retraksi
prepusium ditekan tidak disarankan. Spesimen harus dikumpulkan langsung
dalam tabung/botol steril. Persiapan spesimen urin dalam 1 jam pengumpulan
adalah penting. Jika terlambat dapat diantipasi dengan menyimpan sampel dalam
pendingin pada suhu 4 C dalam >24 jam,
Kultur urin harus diulang jika dicurigai ada kontaminasi, misal:
pertumbuhan campuran >2 patogen, atau tumbuhnya organisme yang normal flora
periuretra (lactobacillus pada anak perempuan sehat dan enterococcus pada bayi
dan balita). Kultur juga diulang dalam situasi dimana ISK diduga kuat tapi jumlah
koloni kurang.
Pada rekomendasi KONIKA VIII 2005, telah ditetapkan bahwa
pengambilan sampel terbaik untuk anak usia 2 bulan sampai 2 tahun adalah
dengan kateter. Tabel Interpretasi Kultur Urin
Cara pengumpulan
-Aspirasi suprapubik

Jumlah koloni
pathogen saluran kemih

Probabilitas infeksi ( % )
99

berapapun
> 50x10 3 CFU/ml
> 10 5 CFU/ml

95
90 95

- Kateterisasi uretra
- Midsteam urin
CFU = Colony Forming Units

Namun dikatakan juga pada literatur lain bahwa pada anak yang telah di
toilet training, sampel midstream urin hasilnya cukup memuaskan.
22

Jika urinalisa (+), gejala klinis pada pasien (+), dan didapati kultur urin
tunggal >100.000 = ISK, Namun bila ada dari kriteria ini yang tidak terpenuhi
dianjurkan kultur ulang dengan kateter urin.13
Pemeriksaan Pencitraan

Selama demam akut infeksi, pemeriksaan ultrasonografi ginjal harus dilakukan


untuk menyingkirkan hidronefrosis dan abses ginjal atau perirenal; indikasi lain
untuk pemeriksaan ini adalah bila respons pengobatan antibiotika tidak cepat, bila
anak sakit berat dan toksik, dan bila kadar kreatinin serum meningkat.
Ultrasonografi ginjal juga sangat sensitif untuk mendeteksi pielonefrosis, suatu
kondisi yang mungkin memerlukan drainase sistem kolektivus segera dengan
nefrostomi perkutan.
Bila diagnosis pielonefritis akut tidak pasti, pencitraan ginjal dengan asam 2,3
dimerkaptosuksinat yang dilabel dengan teknetium (technetium labled 2,3
dimercaptosuccinid acid [DMSA]) atau glukoheptanat adalah bermanfaat. Adanya
gangguan pengisian parenkim pada pencitraan ginjal, mendukung diagnosis
pielonefritis, tetapi tidak dapat membedakan proses akut dari proses kronis.
Penggunaan rutin DMSA selama episode akut pada anak dengan manifestasi
klinis pielonefritis dan biakan urin positif tidak perlu. Tomografi terkomputasi (CT)
merupakan uji diagnostik definitif untuk pielonefritis akut. Namun demikian, CT
jarang diperlukan untuk menetapkan diagnosis.11

KOMPLIKASI ISK PADA ANAK


Dampak Jangka Panjang

ISK menyebabkan morbiditas yang bermakna dan penderitaan untuk anak,


kekhawatiran orang tua dan pemakaian obat-obatan. Meskipun sebagian besar

23

anak dengan ISK prognosisnya baik, namun terdapat risiko terjadinya komplikasi
yang serius pada sebagian diantaranya, khususnya pada penderita dengan kelainan
dilatasi refluks vesikoureteral. Proses parut ginjal setelah pielonefritis akut dapat
terjadi 1-2 tahun pada 10-15% kasus. Laporan penelitian di Prancis, pielonefritis
dengan refluks berkontribusi sekitar 12% terjadinya gagal ginjal kronik. Studi di
Australia dan Inggris menunjukkan risiko terjadinya hipertensi akibat ISK 10%.
Pada perempuan yang mengalami ISK berulang, cenderung mengalami
ISK lagi saat hamil. Selain febris, ISK berhubungan dengan terlibatnya saluran
kemih atas dengan potensial menjadi skar (parut) renal. Demikian pula perempuan
dengan parut ginjal risiko terjadinya hipertensi saat hamil meningkat.
Faktor risiko untuk skar renal termasuk :
o
o
o
o

Usia muda khususnya anak < 1 tahun;


Terapi antibakteri terlambat;
ISK rekuren ;
Dan adanya reflux vesikouretra (VUR) sedang s/d berat.

PENATALAKSANAAN ISK PADA ANAK


Prinsip pengobatan ISK pada anak adalah memberantas bakteri penyebab,
menghilangkan gejala-gejala yang ditimbulkan, serta mencegah terjadinya
kerusakan ginjal sedini mungkin. Pemberian antibiotik pada ISK sebaiknya
disesuaikan dengan hasil biakan kemih, tetapi hal ini tidak selalu dapat dilakukan
sebab pengobatan ISK harus segera diberikan sambil menunggu hasil biakan
kemih. Antibiotik diberikan sekurang-kurangnya 7-10 hari meskipun dalam waktu
48 jam biasanya telah terlihat respon klinik dan biakan kemih telah steril. Dan
akhir-akhir ini dilaporkan semakin banyak jenis bakteri penyebab ISK yang
resisten terhadap antibiotik tertentu.15

24

Terapi harus dimulai setelah mengambil kultur urin. Umur pasien, derajat
toksisitas, derajat hidrasi, kemampuan untuk dan kecenderungan pemenuhan
dengan medikasi membantu dalam memutuskan antara terapi rawat jalan dan
rawat inap. Sekali anak menunjukkan perbaikan klinis, dengan turunnya febris
dan toksisitas, antibiotik mungkin diberikan secara oral.
Medikasi oral yang dipakai untuk anak >3 bulan dengan ISK sederhana
adalah Amoxicillin, kotrimoxazol dan cefalosporin. Quinolone harus dihindari
pada medikasi 1st line; dapat dipakai sesuai dengan hasil sensitivitas urin.
Lama terapi biasanya 10-14 hari untuk bayi dan anak dengan ISK
kompleks dan 7-10 hari untuk infeksi sederhana. Regimen terapi jangka pendek
tidak direkomendasikan pada anak. Setelah terapi ISK, terapi antibiotik profilaksis
dimulai, pada anak < 2 tahun s/d pencitraan yang sesuai untuk saluran kemih
dilengkapi.
Terapi Suportif

Selama episode ISK akut, penting untuk menjaga hidrasi yang adekuat. Ini
mungkin membutuhkan perhatian khusus dalam seorang anak sakit, anak febris
dengan asupan oral kurang. Asupan cairan bebas akan mendorong dan membantu
untuk mengurangi disuria. Alkalinisasi urin tidak diperlukan. Antipiretik dipakai
untuk menghilangkan demam.13
Tatalaksana Komplikasi

Sistitis akut harus ditangani dengan cepat karena dapat menyebabkan


pielonefritis. Jika gejalanya berat, dapat diterapi dengan trimethoprimsulfamethoxazole 3-5 hari dengan dosis 5-7 mg/kg/24jam dibagi 3-4 kali sehari,
sambil menunggu hasil kultur. Jika gejala sedang sampai ringan, pengobatan dapat

25

ditunda sampai hasil kultur ada. Amoxicillin (50mg/kg/24jam) juga efektif untuk
terapi utama.
Pada pielonefritis dengan demam, dapat diberikan antibiotik spektrum luas
selama 10-14 hari. Anak-anak yang mengalami dehidrasi, muntah, dan tidak dapat
menerima cairan harus dipasang infus dan IV antibioik. Penatalaksanaan
parenteral dengan ceftriaxone (50-75 mg/kg/24jam, tidak boleh dari 2 gram) atau
cefotaxime (100 mg/kg/24jam) atau ampisilin (100 mg/kg/24jam) dengan
aminoglikosida seperti gentamisin (3 mg/kg/24jam dalam dosis yang terbagi 3).16
Ototoksisitas

dan

nefrotoksisitas

akibat

aminoglikosida

perlu

dipertimbangkan, dan kadar kreatinin serum harus diketahui sebelum memulai


pengobatan, demikian pula tiap hari sesudahnya selama pengobatan berlangsung.
Pengobatan dengan aminoglikosida terutama efektif terhadap Pseudomonas, dan
alkalinisasi urin dengan natrium bikarbonat meningkatkan keefektifannya dalam
saluran kemih. Kombinasi trimethoprim dan sulfamethoxazole (Cotrim, Bactrim,
Septra), baik secara oral maupun intravena, efektif terhadap beberapa organisme
Gram negatif selain Pseudomonas dan oleh beberapa penulis dianggap sebagai
pengobatan pilihan untuk terapi oral. Dosis per oral adalah 20 mg/kg/24jam untuk
sulfamethoxazole dan 4 mg/kg/24jam untuk trimethoprim, yang diberikan dalam
dosis terbagi dua.
Biakan urin sebaiknya diambil satu minggu setelah selesai pengobatan
setiap infeksi saluran kemih untuk meyakinkan bahwa urin tetap steril. Karena
ada kecenderungan kambuhnya infeksi saluran kemih walaupun tanpa adanya
faktor predisposisi anatomik, maka biakan urin lanjutan harus diambil pada selang

26

waktu 3 bulan selama 1 2 tahun, meskipun anak tidak menunjukkan gejala. Bila
kekambuhan sering terjadi, profilaksis terhadap reinfeksi, baik menggunakan
kombinasi trimethoprim-sulfamethoxazole atau nitrofurantoin dengan dosis
sepertiga dosis terapeutik sekali sehari, seringkali efektif. Namun demikian,
adalah penting untuk memperoleh biakan urin secara periodik bila anak mendapat
pengobatan profilaksis jangka panjang, untuk mengesampingkan infeksi
asimtomatik yang disebabkan oleh organisme yang resisten. Profilaksis antibakteri
juga terindikasi selama refluks vesikoureter yang menetap, atau bila sistitis yang
kambuh menimbulkan gejala-gejala seperti inkontinensia, sering berkemih, dan
urgensi, yang terjadi terus-menerus akibat reinfeksi yang sering.
Karena kemungkinan penemuan refluks vesikoureter adalah 25% dan
kemungkinan kambuhnya infeksi sekitar 50%, adalah wajar untuk meneruskan
profilaksis antibakteri dengan kombinasi trimethoprim-sulfamethoxazole dosis
rendah atau nitrofurantoin sampai selesainya evaluasi radiologik. Penggunaan
setiap agen kemoterapeutik jangka panjang sebaiknya disertai pengawasan
terhadap toksisitas (anemia, leukopenia, dan lain-lain). Antibiotika spektrum-luas
biasanya tidak efektif untuk profilaksis, karena bakteri kolon yang menyebabkan
reinfeksi dengan cepat menjadi resisten terhadap agen-agen tersebut.11

PENCEGAHAN ISK DENGAN TOILET TRAINING


Tahun 1950 sampai dengan tahun 1960 merupakan titik awal para ahli
anak mulai mengenali dan meneliti ISK sebagai penyebab penting penyakit akut
pada anak dan bahkan dari pemeriksaan radiologi kemudian diketahui beberapa
anak menunjukkan adanya skar renal pada anak dengan ISK recurrent dan diduga
sebagian besar berhubungan dengan vesico-ureteric reflux.Sebenarnya sejak akhir

27

tahun 1950, jadi hampir setua ditemukannya ISK, sudah ada trend untuk
menuntun anak melakukan toilet-training mereka sendiri. Dimana perubahan usia
onset dan tingkat keberhasilannya terjadi bersamaan dengan meningkatnya peran
penggunaan pembersih otomatis/ diaper disposibel.
Toilet training adalah latihan bowel dan bladder yang diberikan pada anak
perempuan mulai usia 18 bulan (atau lebih cepat) sampai usia 3 tahun (atau 5
tahun pada yang termasuk delayed toilet training), yang bertujuan melatih anak
buang air besar dan buang air kecil yang baik dan bersih, seperti cara membilas
(cebok dari depan ke belakang), dan secara luas termasuk kontrol bowel dan
badder yang baik. Tindakan pencegahan ini dianjurkan untuk mencegah ISK
berulang.
Para orangtua umumnya ingin secepatnya melatih anak mereka untuk
latihan toilet. Biasanya anak akan siap pada saat usia 18 sampai 24 bulan. Ketika
anak siap untuk latihan toilet (ketika anak tertarik) pelatihan akan berjalan dengan
lancar. Hampir semua anak kelihatan tidak nyaman dan mersa kotor jika celana
atau popoknya basah.Sehingga saat akan buang air besar atau buang air kecil
(karena merasa mereka akan kotor), mereka suka untuk menahannya, hal ini akan
menimbulkan konstipasi dan residu urin yang merupakan risiko ISK. Buang air
besar (bowell) kemudian lanjutkan latihan buang air kecil (bladder). Latihan
toilet/kamar kecil akan memakan waktu 3 bulan. Terdiri dari latihan. Kebanyakan
anak-anak tetap basah pada malam hari setelah mereka belajar untuk
menggunakan kamar kecil. Kesabaran sangat penting dan pujian diberikan pada
anak jika berhasil, yakni bila anak telah mampu untuk membuang air besar dan
kencingnya ke kamar kecil.

28

Langkah selanjutnya menyuruh dia membersihkan dirinya. Pembersihan


dapat dilakukan dari depan ke belakang (cebok dari belakang ke depan, mungkin
dapat meningkatkan untuk mendapatkan infeksi saluran kemih). Bantuan pada
anak saat belajar untuk menyiram kamar kecil dan mencuci dan mengeringkan
tangan baik untuk dilakukan. Kebanyakan anak-anak ketika diijinkan untuk
mengambil inisiatif sendiri, biasanya dapat belajar latihan toilet dengan cepat. Jika
seorang anak menolak untuk dilatih, biasanya alasannya adalah karena dia belum
siap. Belajar untuk menggunakan toilet adalah peristiwa besar dalam kehidupan
anak kecil sebagai tanda pertumbuhan yang pasti. Kebanyakan anak kecil ingin
belajar

tentang

bagaimana

menggunakan

toilet

dan

bangga

akan

keberhasilannya.
Pengajaran toilet akan lebih mudah ketika anak-anak siap secara fisik dan
mental, yaitu antara umur 2 atau 3 tahun. Anak perempuan biasanya sudah
mengontrol pencernaan dan otot kandung kemih sebelum anak laki-laki
melakukannya. Rata-rata, kebanyakan anak perempuan dilatih pada usia 2,5 tahun
dan kebanyakan anak laki-laki pada usia 3 tahun. Anak dapat tidak mengikuti pola
seluruhnya asal mendekati sudah baik, sebab masing-masing kematangan anak
berbeda secara fisik. Kunci sukses adalah sabar dan waktu.13

PROGNOSIS ISK PADA ANAK


Prognosis jangka panjang infeksi saluran kemih biasanya baik, bila segera
diobati dengan adekuat setelah diagnosis ditegakkan. Pengobatan segera
pielonefritis bakteri akut pada hewan dapat mencegah timbulnya jaringan parut
ginjal. Tidak tahan dengan cara yang biasanya memberikan hasil jangka panjang
yang menguntungkan ini, anak-anak dengan infeksi saluran kemih berulang-ulang
29

kambuh seringkali menimbulkan masalah yang sulit dan mengecewakan dalam


pengobatan dan profilaksisnya. Konsekuensi utama kerusakan ginjal kronis yang
disebabkan oleh pielonefritis adalah hipertensi arterial dan insufiensi ginjal; bila
hal ini terjadi maka harus diobati dengan tepat. Beberapa anak dengan infeksi
saluran kemih tidak sering berkemih dan banyak juga yang mengalami konstipasi
berat. Penyuluhan kepada orangtua untuk mencoba menentukan pola berkemih
dan defekasi yang lebih normal mungkin bermanfaat dalam mengendalikan
kekambuhan.
Anak dengan abses ginjal atau perirenal atau dengan infeksi saluran kemih
yang tersumbat memerlukan tindakan bedah atau drainase perkutan disamping
pengobatan dengan antibiotika dan tindakan pendukung lainnya.11

30

KESIMPULAN
Sebelum usia 1 tahun, ISK lebih banyak terjadi pada anak laki-laki. Secara
anatomi, anak perempuan memiliki risiko infeksi lebih besar daripada anak lakilaki, karena uretra lebih pendek, sehingga bakteri lebih mudah mencapai kandung
kemih. Bakteri penyebab ISK terbanyak (48,9%) adalah

Escherichia

coli.

Frekuensi ISK nosokomial pada penderita yang di rawat inap di rumah sakit
berpotensi menyebabkan infeksi bila dikateterisasi selama >30 hari. Penjalaran
secara hematogen paling sering terjadi pada neonatus, sedangkan pada anak paling
sering terjadi secara asenderen. Tiga bentuk dasar ISK yaitu pielonefritis, sistitis
dan bakteriuria asimtomatik. Diagnosa ISK ditegakkan berdasarkan pemeriksaan
biakan urin, dari spesimen urin yang dikumpulkan segera karena merupakan gold
standard.
Pengobatan dengan antibiotika diberikan sekurang-kurangnya 7-10 hari
meskipun dalam waktu 48 jam biasanya telah terlihat respon klinik dan biakan
kemih telah steril. Lama terapi biasanya 10-14 hari untuk bayi dan anak dengan
ISK kompleks dan 7-10 hari untuk infeksi sederhana. Bila kekambuhan sering
terjadi, profilaksis terhadap reinfeksi menggunakan kombinasi trimethoprimsulfamethoxazole dengan dosis sepertiga dosis terapeutik sekali sehari. Sebagai
pencegahan ISK berulang. anak dapat dilatih untuk Toilet training. Prognosis
jangka panjang ISK biasanya baik, ini bila anak segera diobati dengan adekuat
setelah diagnosisnya ditegakkan.

31

DAFTAR PUSTAKA

1. Urinary Tract Infections in Children. http://www.niddk.nih.gov/healthinformation/health-topics/urologic-disease/urinary-tract-infection-in2.

children/Pages/facts.aspx (diakses tanggal 15 Desember 2015).


Purnomo, Basuki. 2009. Dasar-dasar Urologi ed. 2. Jakarta : Sagung

Seto.
3. Briongos-Figuero L, Gmez-Traveso T, Bachiller-Luque P, DomnguezGil Gonzlez M, Gmez-Nieto A, Palacios-Martn T et al. Epidemiology,
risk factors and comorbidity for urinary tract infections caused by
extended-spectrum

beta-lactamase

(ESBL)-producing

enterobacteria.

International Journal of Clinical Practice. 2012;66(9):891-896.


4. Feigin R. Feigin & Cherry's textbook of pediatric infectious diseases.
Philadelphia, PA: Saunders/Elsevier; 2009.
5. Chang, S., & Shortliffe, L. (2006). Pediatric urinary tract infections.
Journal of pediatric clinic, 53, 379-400. 26 Juni 2012. available at
http://pednephrology.stanford.edu/secure/documents/ped-UTI.pdf, diakses
tanggal 12 Desember 2015.
6. Kaneshiro, N.K., and Zieve, D. 2010. Fever. University of Washington.
http://www.nlm.nih.gov/medlineplus/ency/article/000980.htm.
7. Schnarr, J., & Smaill. F. (2008). Asymptomatic bacteriuria and
symptomatic urinary tract infections in pregnancy. European Journal of
Clinical

Investigation,

38,

50-57.

July

2012.

available

at

http://www.ncbi. nlm.nih.gov/pubmed, diakses tanggal 13 Desember 2015.


8. Savitha, T., Murugan, K., & Thangamariappan, K. (2011). Prevalence
study on emergence of urinary tract infection in erode, tamil nadu, india.
International Journal of Current Research, 2(1), 067-072. 10 Oktober

32

2012.

available at http://www.journalcra.com/?q=node/365, diakses

tanggal 13 Desember 2015.


9. Subandiyah, Krisni. 2013. Pola dan Sensitivitas Terhadap Antibiotik
Bakteri Penyebab Infeksi Saluran Kemih Anak di RSU Dr Saiful Anwar,
Malang

(Available

at:

www.jkb.ub.ac.id/index.php/jkb/article/download/204/198, diakses tanggal


14 Desember 2015).
10. Alatas Husein. 2002. Diagnosa Dan Tatalaksana Infeksi Saluran Kemih
Pada Anak dalam Hot Topics In pediatrics II, PKB IKA XLV, Jakarta:
Balai Penerbit FKUI. pp 162-179
11. Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak Nelson, Edisi 15
Vol 3. Jakarta: EGC. hal. 1863-1868.
12. Sjahrurachman Agus, Mirawati T.,et al.,2004, Etiologi Dan Resistensi
Bakteri penyebab Infeksi Saluran Kemih Di R.S. Cipto Mangunkusomo
Dan R.S. Medical Center Jakarta 2001-2003 dalam Naskah lengkap the
4th Jakarta Nephrology And Hypertension Course, pp 51-63, Pernefri 2004,
Jakarta.
13. Natalia S. 2006. Thesis The Influence of Toilet Training to the Incidence of
Recurrent

UTI

In

1-5

Year

Old

Girls,

available

at

http://eprints.undip.ac.id/18739/1/SUSI_NATALIA.pdf , diakses tanggal


13 Desember 2015.
14. Montini G, Hewitt I, Tullus K. 2011. Febrile Urinary Tract Infections in
Children.

Available

at:

http://www.nejm.org/doi/full/10.1056/

NEJMra1007755, diakses tanggal 12 Desember 2015.


15. Rusdidjas, Ramayati R, Infeksi Saluran Kemih dalam: Buku Ajar
Nefrologi Anak Edisi 1 : Alatas H, dkk : IDAI : Jakarta , 2002 : 142-163.
16. Kliegman, Robert M dkk. 2011. Nelson Textbook of Pediatrics.USA:
Elsevier (online textbook).
17. Miesien, Tambunan, Munasir. Profil klinis Infeksi Saluran Kemih pada
Anak di RS Dr.Cipto Mangunkusumo, Jurnal Sari Pediatri, Vol. 7, No. 4,
Maret 2006: 200 206, available at http://saripediatri.idai.or.id/pdfile/7-45.pdf , diakses tanggal 14 Desember 2015.

33

Anda mungkin juga menyukai