Anda di halaman 1dari 22

BAB I

KONSEP DASAR MEDIS

I.

Konsep Dasar Medis


A. Definisi
1. Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2010, Diabetes
melitus merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan
karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainansekresi
insulin, kerja insulin, atau kedua-duanya.
2. Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis yang membutuhkan
perawatan medis berkelanjutan pada pasien sehingga dibutuhkan
pengelolaan diri, pendidikan dan dukungan untuk mencegah
komplikasi akut dan untuk mengurangi risiko komplikasi jangka
panjang (ADA, 2012) Diabetes Mellitus (DM) adalah penyakit kronis
yang membutuhkan perawatan medis berkelanjutan pada pasien
sehingga dibutuhkan pengelolaan diri, pendidikan dan dukungan
untuk mencegah komplikasi akut dan untuk mengurangi risiko
komplikasi jangka panjang (ADA, 2012).
B. Etiologi
Penyebab diabetes melitus belum diketahui pasti tapi umumnya diketahui
kekurangan insulin adalah penyebab utama dan faktor herediter memegang
peranan. Diabetes mellitus dapat dibedakan atas dua yaitu :
1. Diabetes type I (Insulin Depedent Diabetes Melitus/IDDM ) tergantung
insulin dapat disebabkan karena faktor genetik, imunologi dan mungkin
lingkungan misalnya infeksi virus.
a. Faktor genetik, penderita diabetes tidak mewarisi diabetes type 1 itu
sendiri tetapi mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik
kearah terjadinya diabetes type 1.

b. Faktor immunologi, pada diabetes type 1 terdapat bukti adanya suatu


proses respon autoimun.
c. Faktor lingkungan, virus ataau vaksin menurut hasil penelitian dapat
memicu destruksi sel beta atau dapat memicu proses autoimun yang dapat
menimbulkan destruksi sel beta.

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus


Nur Islamiyah

2.

Diabetes type II (Non Insulin Depedent Diabetes Melitus /NIDDM) yaitu


tidak tergantung insulin. Faktor genetik diperkirakan memegang peranan
penting dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Menurut Kwinahyu (2011) ada beberapa faktor yang dapat menyebabkan


diabetes melitus, yaitu :
1. Pola Makan
Makan secara berlebihan dan melebihi jumlah kadar kalori yang
dibutuhkan oleh tubuh dapat memacu timbulnya diabetes melitus. Hal ini
disebabkan jumlah/kadar insulin oleh sel pankreas mempunyai kapasitas
maksimum untuk disekresikan. Oleh karena itu, mengonsumsi makanan
secara berlebihan dan tidak diimbangi oleh sekresi insulin dalam jumlah
memadai dapat menyebabkan kadar gula dalam darah meningkat dan
meyebabkan diabetes melitus.
2. Obesitas
Orang yang gemuk dengan berat badan melebihi 90 kg mempunyai
kecenderungan yang lebih besar untuk terserang diabetes melitus
dibanding dengan orang yang tidak gemuk.
3. Faktor genetik
Seorang anak dapat diwarisi gen penyebab diabetes melitus orang
tua. Biasanya, seseorang yang menderita diabetes melitus mempunyai
anggota keluarga yang juga terkena. Jika kedua orang tua menderita
diabetes, insiden diabetes pada anak-anaknya meningkat, tergantung pada
umur berapa orang tua menderita diabetes. Risiko terbesar bagi anak-anak
terserang diabetes terjadi jika salah satu atau kedua orang tua mengalami
penyakit ini sebelum berumur 40 tahun. Riwayat keluarga pada kakek dan
nenek kurang berpengaruh secara signifikan terhadap cucunya.
4. Bahan-bahan kimia dan obat-obatan
Bahan kimia tertentu dapat mengiritasi pankreas yang menyebabkan
radang pankreas. Peradangan pada pankreas dapat menyebabkan pankreas
tidak berfungsi secara optimal dalam mensekresikan hormon yang
diperlukan unuk metabolisme dalam tubuh, termasuk hormon insulin.
5. Penyakit dan infeksi pada pankreas

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus


Nur Islamiyah

Mikroorganisme seperti bakteri dan virus dapat menginfeksi


pankreas sehingga menimbulkan radang pankreas. Hal itu menyebabkan
sel pada pankreas tidak bekerja optimal dalam mensekresi insulin.
Beberapa penyakit tertentu, seperti kolesterol tinggi dan dislipidemia dapat
meningkatkan risiko terkena diabetes melitus.
C. Klasifikasi
Menurut American Diabetes Association (ADA) tahun 2011,
klasifikasi Diabetes Melitus adalah sbb:
1. Diabetes Melitus tipe 1
DM tipe 1 sering dikatakan sebagai diabetes Juvenile onset
atau Insulin dependent atau Ketosis prone, karena tanpa insulin
dapat terjadi kematian dalam beberapa hari yang disebabkan
ketoasidosis. Istilah juvenile onset sendiri diberikan karena onset
DM tipe 1 dapat terjadi mulai dari usia 4 tahun dan memuncak pada
usia 11-13 tahun, selain itu dapat juga terjadi pada akhir usia 30 atau
menjelang 40.
Karakteristik dari DM tipe 1 adalah insulin yang beredar di
sirkulasi sangat rendah, kadar glukagon plasma yang meningkat, dan
sel beta pankreas gagal berespons terhadap stimulus yang semestinya
meningkatkan sekresi insulin. DM tipe 1 sekarang banyak dianggap
sebagai penyakit autoimun. Kelainan autoimun ini diduga ada
kaitannya dengan agen infeksius/lingkungan, di mana sistem imun
pada orang dengan kecenderungan genetik tertentu, menyerang
molekul sel beta pankreas yang menyerupai protein virus sehingga
terjadi destruksi sel beta dan defisiensi insulin. Faktor-faktor yang
diduga berperan memicu serangan terhadap sel beta, antara lain virus
(mumps, rubella, coxsackie), toksin kimia, sitotoksin, dan konsumsi
susu sapi pada masa bayi.
Selain akibat autoimun, sebagaian kecil DM tipe 1 terjadi akibat
proses yang idiopatik. Tidak ditemukan antibodi sel beta atau
aktivitas HLA. DM tipe 1 yang bersifat idiopatik ini, sering terjadi
akibat faktor keturunan, misalnya pada ras tertentu Afrika dan Asia.
2. Diabetes Melitus tipe 2
Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus
Nur Islamiyah

Diabetes mellitus tipe II disebabkan oleh faktor keturunan dan


juga gaya hidup yang kurang sehat. Hampir seluruh penderita
diabetes menderita tipe kedua ini. Meskipun mengenai dihampir
semua penderita diabetes, gejalanya sangatlah lambat. Sehingga
perkembangan penyakit ini membutuhkan waktu bertahun-tahun.
Kerja insulin di dalam tubuh tidak lagi efektif meskipun tidak perlu
ada suntikan insulin dari luar untuk membantu menjalani hidupnya.
Tidak seperti pada DM tipe 1, DM tipe 2 tidak memiliki hubungan
dengan aktivitas HLA, virus atau autoimunitas dan biasanya pasien
mempunyai sel beta yang masih berfungsi (walau terkadang
memerlukan insulin eksogen tetapi tidak bergantung seumur hidup).
DM tipe 2 ini bervariasi mulai dari yang predominan resistensi
insulin disertai defisiensi insulin relatif, sampai yang predominan
gangguan sekresi insulin bersama resistensi insulin.
Pada DM tipe 2 resistensi insulin terjadi pada otot, lemak dan
hati serta terdapat respons yang inadekuat pada sel beta pankreas.
Terjadi peningkatan kadar asam lemak bebas di plasma, penurunan
transpor glukosa di otot, peningkatan produksi glukosa hati dan
peningkatan lipolisis.
Defek yang terjadi pada DM tipe 2 disebabkan oleh gaya hidup
yang diabetogenik (asupan kalori yang berlebihan, aktivitas fisik
yang rendah, obesitas) ditambah kecenderungan secara genetik.
Nilai BMI yang dapat memicu terjadinya DM tipe 2 adalah berbedabeda untuk setiap ras..
3. Diabetes Kehamilan/gestasional
Diabetes kehamilan didefinisikan sebagai intoleransi glukosa
dengan onset pada waktu kehamilan. Diabetes jenis ini merupakan
komplikasi pada sekitar 1-14% kehamilan. Biasanya toleransi
glukosa akan kembali normal pada trimester ketiga.
D. Patofisiologi
Diabetes mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa di
dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan

insulin

secara

cukup.

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus


Nur Islamiyah

Sehingga

mengakibatkan

hiperglikemia. Glukosa secara normal bersirkulasi dalam jumlah tertentu


dalam darah. Glukosa dibentuk di hati dari makanan yang dikonsumsi.
Insulin merupakan hormon yang diproduksi pankreas dan mengendalikan
kadar

glukosadalam

darah

dengan

mengatur

produksi

dan

penyimpanannya. Pada diabetes tipe II terdapat dua masalah utama yang


berhubungan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi
insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan reseptor khusus pada
permukaan sel sehingga terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme
glukosa di dalam sel Adanya resistensi insulin pada diabetestipe II disertai
dengan penurunan reaksi intrasel membuat insulin tidak efektif dalam
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan (Kwinahyu, 2011).
Berkurangnya protein dalam jaringan tubuh. Pasien pasien yang
mengalami defisiensi insulin tidak dapat mempertahankan kadar glukosa
plasma puasa yang normal atau toleransi sesudah makan. Pada
hiperglikemia yng parah yang melebihi ambang ginjal normal
(konsentrasi glukosa darah sebesar 160 180 mg/100 ml), akan timbul
glikosuria karena tubulus tubulus renalis tidak dapat menyerap kembali
semua glukosa. Glukosuria ini akan mengakibatkan diuresis osmotik yang
menyebabkan poliuri disertai kehilangan sodium, klorida, potasium, dan
pospat. Adanya poliuri menyebabkan dehidrasi dan timbul polidipsi.
Akibat glukosa yang keluar bersama urine maka pasien akan mengalami
keseimbangan protein negatif dan berat badan menurun serta cenderung
terjadi polifagi. Akibat yang lain adalah astenia atau kekurangan energi
sehingga pasien menjadi cepat telah dan mengantuk yang disebabkan oleh
berkurangnya atau hilangnya protein tubuh dan juga berkurangnya
penggunaan karbohidrat untuk energi. Hiperglikemia yang lama akan
menyebabkan arterosklerosis, penebalan membran basalis dan perubahan
pada saraf perifer. Ini akan memudahkan terjadinya gangren.
E. Manifestasi Klinis
Menurut Kwinahyu (2011) manifestasi klinik dapat digolongkn menjadi
gejala akut dan gejala kronik
1. Gejala Akut
Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus
Nur Islamiyah

Gejala penyakit DM ini dari satu penderita ke penderita lainnya


tidaklah sama ; dan gejala yang disebutkan di sini adalah gejala yang
umum tibul dengan tidak mengurangi kemungkinan adanya variasi
gejala lain, bahkan ada penderita diabetes yang tidak menunjukkan
gejala apa pun sampai pada saat tertentu. Pada permulaan gejala
ditunjukkan meliputi tiga serba banyak, yaitu :
a. Banyak makan ( polifagia )
b. Banyak minum ( polidipsia )
c. Banyak kencing ( poliuria )
Bila keadaan tersebut tidak cepat diobati, lama-kelamaan mulai
timbul gejala yang disebabkan kurangnya insulin. Jadi, bukan 3P lagi
melainkan hanya 2P saja (polidipsia dan poliuria ) dan beberapa
keluhan lain seperti nafsu makan mulai berkurang, bhkan kadangkadang timbul rasa mual jika kadar glukosa darah melebihi 500 mg/
dl, disertai :
a. Banyak minum
b. Banyak kencing
c. Berat badan turun dengan cepat ( bisa 5- 10 kg dalam waktu 2-4
minggu.
d. Mudah lelah
e. Bila tidak lekas diobati akan timbul rasa mual, bahkan penderita
akan jatuh koma ( tidak sadarkan diri ) dan di sebut koma diabetik.
2. Gejala Kronik
Kadang-kadang penderita DM tidak menunjukkan gejala sesudah
beberapa bulan atau beberapa tahun mengidap penyakit DM. Gejala
ini di sebut gejala kronik atau menahun. Gejala kronik yang sering
timbul adalah seorang penderita dapat mengalami beberapa gejala,
yaitu :
a. Kesemutan
b. Kulit terasa panas atau seperti tertusuk-tusuk jarum.
c. Rasa tebal di kulit sehingga kalau berjalan seperti di atas bantal
atau kasur.
d. Kram
e. Mudah mengantuk.
F. Pemeriksaan Diagnostik

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus


Nur Islamiyah

Menurut Tarwoto (2012), untuk menentukan penyakit DM, di


samping di kaji ng dan gejala yang dialami pasien juga yang penting
adalah di lakukan tes diagnostik diantarannya:
1. Pemeriksaan gula dara puasa atau fasting Blood sugar (FBS)
Tujuan : Menentukan jumlah glukosa darah pada saat puasa
Pembatasaan : Tidak makan selama 12 jam sebelum tes biasanya
jam 08.00 pagi sampai jam 12.00, minum boleh
Prosedur
: Darah diambil dari vena dan kirim ke laboratorium
Hasil
: Normal : 80-120 mg/ 100 ml serum
Abnormal
: 140 mg/100 ml atau lebih
2. Pemeriksaan gula darah postprandial
Tujuan
: Menentukan gula darah setelah makan
Pembatasaan : Tidak ada
Prosedur
: pasien diberi makan kira-kira 100 gr karbohidrat, dua
jam kemudian di ambil darah venanya
Hasil
: Normal (kurang dari 20 mg/100 ml serum)
Abnormal
: lebih dari 120 mg/100 ml atau lebih, indikasi DM.
3. Pemeriksaan toleransi glukosa oral/oral glukosa tolerance tes
(TTGO)
Tujuan
Pembatasan

: Menentukan toleransi terhadap respons pemberian


glukosa
: Pasien tidak makan 12 jam seblum tes dan selama
test, boleh minum air putih, tidak merokok, ngopi
atau

minum

the

selama

pemeriksaan

(untuk

mengukur respon tubuh terhadap karbohidrat),


sedikit aktivitas, kurangi sters (keadaan banyak
aktivitas dan stress menstimulasi epinephrine dan
kortisol dan berpengaruh terhadap peningkatan gula
Prosedur

darah melalui peningkatan glukoneogenesis).


: Pasien di beri makan tinggi karbohidrat selama 3
hari sebelum

tes. Kemuadian puasa selama 12 jam,

ambil darah puasa dan urin untuk pemeriksaaan.


Berikan 100 gr glukosa ditambah juice lemon melalui
mulut,periksaa darah dan urine , 1,2,3,4, dan 5 jam
Hasil

setelah pemberian glukosa.


: Normal puncaknya jam pertama setelah pemberian 140
mg/dl dan kembali normal 2 atau 3 jam kemudian.

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus


Nur Islamiyah

Abnormal : Peningkatan glukosa pada jam pertama tidak kembali


setelah 2 atau 3 jam, urine positif glukosa
4. Pemeriksaan glukosa urine
Pemeriksaan ini kurang akurat karena hasil pemeriksaan ini banyak
dipengaruhi oleh berbagai hal misalnya karena obat-obatan seperti
aspirin, vitamin C dan beberapa antibiotik, adanya kelainan ginjal
pada lansia dimana ambang ginjal meningkat. Adanya glukosuria
menunjukkan bahwa ambang ginjal terhadap glukosa terganggu.
5. Pemeriksaan ketone urin
Badan ketone merupakan produk sampingan proses pemecahan
lemak, dan senyawa ini akan menumpuk pada darah dan urine.
Jumlah keton yang besar pada urin akan merubah preaksi pada stirip
menjadi

keunguan.

Adanya

ketonuria

menunjukkan

adanya

ketoasidosis
6. Pemeriksaan kolesterol dan kadar serum trigliserida, dapat
meningkat karena ketidakadekuatan kontrol glikemik
7. Pemeriksaan hemoglobin glikat (HbA1c)
Pemeriksaan lain untuk memantau rata-rata kadar glukosa darah
adalah glykosytaled hemoglobin ( HbA1c). tes ini mengukur
protensis glukosa yang melekat pada hemoglobim. Pemeriksaan ini
menunjukkan kadar glukosa rata-rata selama 120 hari sebelumnya,
sesuai dengan usia eritrosit. HbA1c digunakan untuk mengkaji
kontrol glukosa jangka panjang, sehingga dapat memprediksi risiko
komplikasi. Hasil HbA1c tidak berubah karna pengaruh kebiasaan
makan sehari sebelum test. Pemeriksaan HbA1c dilakukan diagnosis
dan pada inteval tertentu untul mengevaluasi penatalaksanaan DM,
direkomendasikan dilakukan 2 kali dalam sethaun bagi pasien DM.
kadar yang direkomendasikan oleh ADA < 7% (ADA 2003 dalam
black dan hawks, 2005 : ignativicius dan workman, 2006).
G. Komplikasi
Menurut Tarwoto (2012) komplikasi yang berkaitan dengan diabetes
melitus digolongkan menjadi dua, yaitu :
1. Komplikasi Akut

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus


Nur Islamiyah

Komplikasi akut terjadi sebagai akibat dari ketidakseimbangan


jangka pendek dalam glukosa darah, yaitu : hipoglikemia, ketoasidosis
diabetik, sindrom hiperglikemik hiperosmolar non-ketotic (HHNK).
a. Hipoglikemia
Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis penderita
merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan berkunang-kunang, pitam
(pandangan menjadi gelap), keluar keringat dingin, detak jantung
meningkat, sampai hilang kesadaran. Apabila tidak segera ditolong
dapat terjadi kerusakan otak dan akhirnya kematian.
Menurut Depkes (2005), serangan hipoglikemia pada penderita
diabetes umumnya terjadi apabila penderita:
1) Lupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang atau malam)
2) Makan terlalu sedikit, lebih sedikit dari yang disarankan oleh
dokter atau ahli gizi .
3) Berolah raga terlalu berat
4) Mengkonsumsi obat antidiabetes dalam dosis lebih besar dari pada
seharusnya.
5) Minum alkohol
6) Stress.
7) Mengkonsumsi obat-obatan lain yang dapat meningkatkan risiko.
b. Sindrom hiperglikemik hiperosmolar non- ketotic
HHNK terjadi pada manula, penyandang diabetes dengan obesitas,
seringkali adanya diabetes tidak terdiagnosis sebelumnya. Seringkali
ditemukan faktor pencetus seperti infark miokard, stroke, atau infeksi.
Onsetnya lambat dengan poliuri selama 2-3 minggu dan dehidrasi
progresif. Kadar glukosa darah tinggi (sering di atas 45,0 mmol/L) dan
osmolalitas (seringkali di atas 400 mmol/L). Bikarbonat plasma
biasanya normal tanpa disertai ketonuria. Jika kadar bikarbonat plasma
rendah, pikirkan asidosis laktat. Pasien ini memrlukan cairan dalam
jumlah banyak (10 liter) yang diberikan dalam bentuk Nacl 0,9 %
(David. dkk, 2011).
2. Komplikasi kronis
Umumnya terjadi 10 sampai 15 tahun setelah awitan, yaitu :
makrovaskuler, mikrovaskular, dan penyakit neuropati.
a. Komplikasi mikrovaskuler

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus


Nur Islamiyah

Komplikasi mikrovaskuler berupa retinopati, nefropati, dan


neuropati merupakan kelainan

yang lebih sering timbul setelah

pubertas, namun juga dapat terjadi selama periode prepurbertas


memberikan efek yang tidak sama pada masing-masing individu
dalam hal komplikasi.
b. Neuropati
Menurut Batubara (2010), sistem saraf sentral dan perifer juga
terkena oleh diabetes. Pola keterlibatan yang paling sering adalah
neuropati perifer simetris di ekstremitas bawah yang mengenai, baik
fungsi motorik maupun sensorik, terutama yang terakhir. Walaupun
gejala klinis kelainan saraf pada anak dan remaja jarang didapatkan
namun eberadaan kelainan subklinis sudah didapatan. Evaluasi klinis
dari pemeriksaan saraf perifer harus meliputi :
1. Anamnesis timbulnya nyeri,parestasia,maupun rasa tebal.
2. Penentuan sensasi vibrasi.
c. Komplikasi makrovaskuler
Penelitian tentang
penebalan intima-media pada karotis
merupakan

tanda

yang

sensitif

untuk

timbulnya

komplikasi

makrovaskuler yaitu penyakit jantung koroner dan penyakit serebro


vaskuler.
H. Penatalaksanaan
Tujuan utama

dari

pengobatan

adalah

untuk

mencoba

menormalisasi aktivitas insulin dan kadar gula darah untuk menurunkan


perkembangan komlikasi neuropati dan vaskular. Tujuan terapeutik dari
masing-masing diabetes adalah untuk mencapai kadar glukosa darah
tanpa mengalami hipoglikemia dan tanpa mengganggu aktivitas seharihari pasien dengan serius. Terdapat lima komponen penatalaksanaan
untuk diabetes, yaitu : diet, latihan, pemantauan, obat-obatan dan
penyuluhan (Tarwoto, 2012).

Menurut Tarwoto (2012) prinsip utama dalam penanganan pasien waktu sakit
yaitu :
1. Pengobatan segera penyakit lain yang diderita pasien dengan diabetes
Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus
Nur Islamiyah

Pengoatan penyakit tidak berbeda dengan anak normal. Pasien


sebaiknya segera berobat karena mungkin memerlukan antibiotik atau
terapi lainnya.
2. Pemberian insulin
Insulin harus terus diberikan dengan dosis biasa meskipun anak tidak
makan. Pada penderita diabetes yang sakit mungkin akan menimbulkan
hiperglikemia akibat glukoneogenesis atau glikolisis karena kerja hormon
anti insulin. Bila kadar glukosa darah > 250 mg/dL, segera lakukan
pemeriksaan keton darah. Bila keton darah >1mmol/L

berarti dosis

insulin kurang dan perlu ditambah . Bila kadar glukosa darah >250mg/dL
dan keton darah <1 mmol/L, tidak perlu ditambahan insulin dan periksa
kembali glukosa darah setelah 2 jam. Pemberian insulin tambahan pada
balita sebesar 1U dapat menurunkan glukosa darah rata-rata 100 mg/dL,
sedangkan pada anakn sekolah dan remaja dosis tersebut mungkin hanya
menurunkan glukosa darah sebesar

30-50 mg/dL. Penambahan dosis

insulin dapat juga dilakukan dengan memperhitungkan 5-20% dari total


dosis harian,tergantung situasi.
3. Pemberian minum yang cukup
Apabila kadar glukosa darah tidak menurun dengan dosis tambahan
dosis insulin, maka pemberian cairan untuk hidrasi tubuh pasien
kemungkinan kurang adekuat. Berikan minum sebanyak mungkin kepada
pasien. Bila glukosa tetap tinggi, maka pada pasien masih akan terjadi
diuresis osmotik yang menyebabkan kehilangan cairan. Adanya demam
akan meningkatkan kebutuhan kesehatan pasien.
4. Pasien harus istirahat
Anjurkan pasien agar beristirahat di rumah bila merasa tidak enak badan.
5. Pemberian obat yang tidak mengandung gula
Penting untuk tidak memberikan obat-obatan yang mengandung gula.
6. Peralatan untuk mengantisipasi sick-day management di rumah
Setiap keluarga sebaiknya dapat menyiapkan
peralatan yang
diperlukan. Misalnya insulin kerja cepat/penfill atau dalam flakon, strip
test glukosa dan keton darah , glukon-ketonmeter, jarum/lancet untuk
mengambil kapiler darah, alkohol 70% , persendiaan permen, coklat, jus
buah, limun rendah kalori atau soft drink rendah kalori serta air mineral.
7. Penyuluhan
Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus
Nur Islamiyah

Lingkungan pasien DM tipe-1 amat penting. Kerabat pasien harus


mengetahui prinsip-prinsip menangani pasien DM tipe-1 yang sedang
sakit. Insulin harus tetap diberikan meskipun pasien DM tipe-1 yang
sedang sakit tidak mau makan atau hanya mau makan sedikit. Glukosa
darah pasien dapat meningkat selama sakit karena

glukoneogenesis.

Muntah merupakan gejalah serius yang perlu penangan segera. Adanya


keton dalam urin atau darah yang disertai kadar glukosa darah yang tinggi
merupakan tanda kurangnya kerja insulin, dan bila hal ini tidak segera
diatasi maka pasien akan jatuh ke dalam KAD yang mengancam jiwa.
8. Pemberian nutrisi
Bila pasien merasa mual dan tidak mau makan, maka dianjurkan
untuk tetap minum cairan berkalori.
Ada lima kategori obat hipoglikemik oral, yaitu:
a. Sulfonilurea
1) Secara primer menstimulasi pelepasan insulin dari sel beta selama
waktu kerja farmakologis obat (4 sampai 24).
2) Sulfonilurea sering berhasil jika digunakan secara tunggal.
3) Efek samping meliputi penambahan berat badan
4) Dikontraindikasikan pada defisiensi insulin (diabetes tipe 1),
kehamilan dan menyusui.

b. Biguanida (metformin)
1) Menurunkan glukosa darah dengan menurunkan absorpsi glukosa
usus, meningkatkan sensitivitas insulin dan ambilan glukosa perifer
hepar.
2) Tidak menyebabkan hipoglikemia.
3) Keuntungan lain meliputi penurunan kadar kolesterol total,
trigliserida, dan LDL.
4) Karena terkadang berefek samping kehilangan selera makan dan
penurunan berat badan, obat ini lebih disukai penanganan pasien
obese.
5) Efek samping meliputi gastrointestinal minor yang dapat dikontrol
dengan menurunkan dosis. Konsekuensi serius yang jarang terjadi
Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus
Nur Islamiyah

adalah asidosis laktat, ini biasanya muncul bila ada kontraindikasi


seperti insufisiensi ginjal yang tidak ketahuan.
6) Dikontraindikasikan pada gangguan ginjal,

kehamilan,

dan

ketergantungan insulin, dan harus digunakan dengan hati-hati pada


pasien hepar, jantung, atau paru.
c. Derivat asam benzoat (meglitinida, repaglinida)
1) Secara struktur berbeda dari sulfonilurea, tetapi serupa dalam
mekanisme stimulasi sekresi insuli.
2) Dirancang untuk meningkatkan sekresi insulin saat makan dan harus
diminum saat makan.
d. Inhibitor alfa-glukosidase (acarbose, voglibose, miglitol)
1) Mempunyai aksi memengaruhi enzim di dalam usus yang memecah
gula kompleks. Memperlambat kecepatan pencernaan polisakarida,
mengakibatkan keterbatasan absorpsi glukosa dari karbohidrat yang
dikonsumsi. Tampaknya memperbaiki kadar glukosa darah setelah
makan dan menurunkan hemoglobin terglikosilasi.
2) Tidak menyebabkan hipoglikemia
3) Efek samping berupa serupa degan intoleransi laktosa karena efek
gula yang tidak tercerna oleh bakteria kolon (diare, nyeri abdomen,
flatus dan distensi abdomen).
e. Tiazolidinedion (rosiglitazon, pioglitazon)
1) Meningkatkan sensitivitaas hepar dan menurunkan resistensi insulin.
2) Efek sampingnya minimal dan meliputi retensi cairan dan kadang
peningkatan enzim fungsi hepar secara reversibel.
I. Prognosis
Sebagian besar dari pasien dengan diabetes tipe 2 meninggal dalam
waktu satu tahun dari infark, miokard akut (MI) (44,2% dari rata-rata
diabetes, 36, 9% wanita diabetes) dan sejumlah besar pasien meninggal
bahkan sebelum mereka mencapai rumah sakit. Sebuah studi terbaru
menunjukkan bahwa diabetes menurun harapan hidup seorang individu
dengan delapan tahun. Tingkat ketahanan hidup pada subyek diabetes
dengan penyakit arteri koroner yang angiographically terbukti mengalami
penurunan sebesar 30% dibandingkan dengan rekan-rekan mereka
nondiabetes (Ansari, 2012).

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus


Nur Islamiyah

BAB II
KONSEP DASAR KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap dimana perawat mengumpulkan data
secara sistematis, memilih dan mengatur data yang dikumpulkan dan
mendokumentasikan data dalam format yang didapat. Untuk itu
diperlukan kecermatan dan ketelitian tentang masalah-masalah klien
sehingga dapat memberikan arah terhadap tindakan keperawatan
(Tarwoto, 2012). Keberhasilan proses keperawatan sangat bergantung
pada tahap ini yang terbagi atas :
1. Pengumpulan data
Pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu dalam
menentukan status kesehatan dan pola pertahanan penderita ,
mengidentifikasikan,
diperoleh

melalui

kekuatan dan kebutuhan penderita yang dapt


anamnese,

pemeriksaan

fisik, pemerikasaan

laboratorium serta pemeriksaan penunjang lainnya.


2. Anamnese
a. Identitas penderita
Meliputi nama, umur, jenis kelamin, agama, pendidikan, pekerjaan,
alamat, status perkawinan, suku bangsa, nomor register, tanggal
masuk rumah sakit dan diagnosa medis.
b. Keluhan Utama
Menggambarkan alasan seseorang masuk rumah sakit. Pada
umumnya keluhan utamanya yakni adanya rasa kesemutan pada
kaki / tungkai bawah, rasa raba yang menurun, adanya luka yang
tidak sembuh sembuh dan berbau, adanya nyeri pada luka.
Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus
Nur Islamiyah

Untuk memperoleh pengkajian yang lengkap tentang rasa nyeri klien


digunakan:
a. Provoking Incident: apakah ada peristiwa yang menjadi yang
menjadi faktor presipitasi nyeri.
b. Quality of Pain: seperti apa rasa nyeri yang dirasakan atau
digambarkan klien. Apakah seperti terbakar, berdenyut, atau
menusuk.
c. Region : radiation, relief: apakah rasa sakit bisa reda, apakah rasa
sakit menjalar atau menyebar, dan dimana rasa sakit terjadi.
d. Severity (Scale) of Pain: seberapa jauh rasa nyeri yang dirasakan
klien, bisa berdasarkan

skala nyeri atau klien menerangkan

seberapa jauh rasa sakit mempengaruhi kemampuan fungsinya.


e. Time: berapa lama nyeri berlangsung, kapan, apakah bertambah
buruk pada malam hari atau siang hari.
3. Riwayat kesehatan sekarang
Menggambarkan perjalanan penyakit yang saat ini sedang
dialaminya. Berisi tentang kapan terjadinya luka, penyebab terjadinya
luka serta upaya yang telah dilakukan oleh penderita untuk
mengatasinya.
4. Riwayat kesehatan dahulu
Adanya riwayat penyakit DM atau penyakit penyakit lain yang
ada kaitannya dengan defisiensi insulin misalnya penyakit pankreas.
Adanya riwayat penyakit jantung, obesitas, maupun arterosklerosis,
tindakan medis yang pernah di dapat maupun obat-obatan yang biasa
digunakan oleh penderita.
5. Riwayat kesehatan keluarga
Dari genogram keluarga biasanya terdapat salah satu anggota
keluarga yang juga menderita DM atau penyakit keturunan yang dapat
menyebabkan terjadinya defisiensi insulin misal hipertensi, jantung.
6. Riwayat psikososial
Meliputi informasi mengenai prilaku, perasaan dan emosi yang
dialami penderita sehubungan dengan penyakitnya serta tanggapan
keluarga terhadap penyakit penderita.
7. Genogram
Genogram dapat menunjukan riwayat kesehatan keluarga, adanya
faktor keturunan atau genetik sebagai faktor predisposisi penyakit yang
Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus
Nur Islamiyah

di derita klien. Pada kasus diabetes militus, salah satu penyebabnya


menyebutkan bahwa beberapa orang bisa menjadi pembawa bakat
(berupa gen).
8. Pola kegiatan sehari-hari ( 11 pola Gordon )
a. Pola persepsi management kesehatan
Menjelaskan tentang persepsi atau pandangan klien terhadap sakit
yang dideritanya, tindakan atau usaha apa yang dilakukan klien
sebelum dating kerumah sakit, obat apa yang telah dikonsumsi
pada saat akan dating kerumah sakit. Pada pasien gangren kaki
diabetik

terjadi perubahan persepsi management kesehatan

karena kurangnya pengetahuan tentang dampak gangren kaki


diabetik sehingga menimbulkan persepsi yang negatif terhadap
dirinya dan kecenderungan untuk tidak mematuhi prosedur
pengobatan dan perawatan yang lama, oleh karena itu perlu
adanya penjelasan yang benar dan mudah dimengerti pasien.
b. Pola nutrisi dan metabolisme
Menggambarkan asupan nutrisi, keseimbangan cairan dan
elektrolit, kondisi rambut, kuku dan kulit, kebiasaan makan,
frekuensi makan, nafsu makan, makanan pantangan, makanan
yang disukai dan banyaknya minum yang dikaji sebelum dan
sesudah masuk RS. Pada pasien DM akibat produksi insulin tidak
adekuat atau adanya defisiensi insulin maka kadar gula darah
tidak dapat dipertahankan sehingga menimbulkan keluhan sering
kencing, banyak makan, banyak minum, berat badan menurun
dan mudah lelah. Keadaan tersebut dapat mengakibatkan
terjadinya gangguan nutrisi dan metabolisme yang dapat
mempengaruhi status kesehatan penderita.
c. Pola eliminasi
Menggambarkan pola eliminasi klien yang terdiri dari frekuensi,
volume, adakah disertai rasa nyeri, warna dan bau. Pada kasus
DM adanya hiperglikemia menyebabkan terjadinya diuresis
osmotik yang menyebabkan pasien sering kencing (poliuri) dan

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus


Nur Islamiyah

pengeluaran glukosa pada urine

(glukosuria ). Pada eliminasi

alvi relatif tidak ada gangguan.


d. Pola tidur dan istirahat
Menggambarkan penggunaan waktu istirahat atau waktu
senggang, kesulitan dan hambatan dalam tidur, pada pasien
dengan kasusu DM Adanya poliuri, nyeri pada kaki yang luka dan
situasi rumah sakit yang ramai akan mempengaruhi waktu tidur
dan istirahat penderita, sehingga pola tidur dan waktu tidur
penderita mengalami perubahan.
e. Pola aktivitas dan latihan
Menggambarkan kemampuan beraktivitas sehari-hari, fungsi
pernapasan dan fungsi sirkulasi. Pada kasus DM adanya luka
gangren dan kelemahan otot otot pada tungkai bawah
menyebabkan penderita tidak mampu melaksanakan aktivitas
sehari-hari secara maksimal, penderita

mudah mengalami

kelelahan.
f. Pola persepsi dan konsep diri
Menggambarkan citra diri, identitas diri, harga diri dan ideal diri
seseorang dimana perubahan yang terjadi pasa kasus DM adanya
perubahan fungsi dan struktur tubuh akan menyebabkan penderita
mengalami gangguan pada gambaran diri. Luka yang sukar
sembuh, lamanya perawatan, banyaknya biaya perawatan dan
pengobatan menyebabkan pasien mengalami kecemasan dan
gangguan peran pada keluarga ( self esteem ).
g. Pola hubungan dan peran
Menggambarkan tentang hubngan klien dengan lingkungan
disekitar serta hubungannya dengan keluarga dan orang lain.
Seseorang dengan kasus DM akan menyebabkan Luka gangren
yang sukar sembuh dan berbau menyebabkan penderita malu dan
menarik diri dari pergaulan.
Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus
Nur Islamiyah

h. Pola seksual dan reproduksi


Meggambarkan tentang seksual klien. Dampak angiopati dapat
terjadi pada sistem pembuluh darah di organ reproduksi sehingga
menyebabkan gangguan potensi sek, gangguan kualitas maupun
ereksi, serta memberi dampak pada proses ejakulasi serta
orgasme.
i. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
Menggambarkan kemampuan koping pasien terhadap masalah
yang dialami dan dapat menimbulkan ansietas. Lamanya waktu
perawatan, perjalanan penyakit yang kronik, perasaan tidak
berdaya karena ketergantungan menyebabkan reaksi psikologis
yang negatif berupa marah, kecemasan, mudah tersinggung dan
lain lain, dapat menyebabkan penderita tidak mampu
menggunakan mekanisme koping yang konstruktif / adaptif.
j. Pola tata nilai dan kepercayaan
Menggambarkan sejauh mana keyakinan pasien terhadap
kepercayaan yang dianut dan bagaimana dia menjalankannya.
Adanya perubahan status kesehatan dan penurunan fungsi tubuh
serta luka pada kaki tidak menghambat penderita dalam
melaksanakan ibadah tetapi mempengaruhi pola ibadah penderita.
10. Pemeriksaan fisik
a. Status kesehatan umum
Meliputi keadaan penderita, kesadaran, suara bicara, tinggi badan,
berat badan dan tanda tanda vital.
b. Kepala dan leher
Kaji bentuk kepala, keadaan rambut, adakah pembesaran pada
leher, telinga kadang-kadang berdenging, adakah gangguan
pendengaran, lidah sering terasa tebal, ludah menjadi lebih kental,
gigi mudah goyah, gusi mudah bengkak dan berdarah, apakah
penglihatan kabur / ganda, diplopia, lensa mata keruh.
c. Sistem integumen
Turgor kulit menurun, adanya luka atau warna kehitaman bekas
luka, kelembaban dan shu kulit di daerah
Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus
Nur Islamiyah

sekitar ulkus dan

gangren, kemerahan pada kulit sekitar luka, tekstur rambut dan


kuku.
d. Sistem pernafasan
Adakah sesak nafas, batuk, sputum, nyeri dada. Pada penderita DM
mudah terjadi infeksi.
e. Sistem kardiovaskuler
Perfusi jaringan menurun, nadi perifer lemah atau

berkurang,

takikardi/bradikardi, hipertensi/hipotensi, aritmia, kardiomegalis.


f. Sistem gastrointestinal
Terdapat polifagi, polidipsi, mual, muntah, diare, konstipasi,
dehidrase, perubahan berat badan, peningkatan lingkar abdomen,
obesitas.
g. Sistem urinary
Poliuri, retensio urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit
saat berkemih.
h. Sistem muskuloskeletal
Penyebaran lemak, penyebaran masa otot, perubahn tinggi badan,
cepat lelah, lemah dan nyeri, adanya gangren di ekstrimitas.
i. Sistem neurologis
Terjadi penurunan sensoris, parasthesia, anastesia, letargi,
mengantuk, reflek lambat, kacau mental, disorientasi.
11. Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan laboratorium yang dilakukan adalah :
a. Pemeriksaan darah
Pemeriksaan darah meliputi : GDS > 200 mg/dl, gula darah puasa
>120 mg/dl dan dua jam post prandial > 200 mg/dl.
b. Urine
Pemeriksaan didapatkan adanya glukosa dalam urine. Pemeriksaan
dilakukan dengan cara Benedict ( reduksi ). Hasil dapat dilihat
melalui perubahan warna pada urine : hijau ( + ), kuning ( ++ ),
merah ( +++ ), dan merah bata ( ++++ ).
c. Kultur pus
Mengetahui jenis kuman pada luka dan memberikan antibiotik
yang sesuai dengan jenis kuman.
12. Analisa Data
Data yang sudah terkumpul selanjutnya dikelompokan dan
dilakukan analisa serta sintesa data. Dalam mengelompokan data

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus


Nur Islamiyah

dibedakan atas data subyektif dan data obyektif dan berpedoman pada
teori Abraham Maslow yang terdiri dari :
a.Kebutuhan dasar atau fisiologis
b.Kebutuhan rasa aman
c.Kebutuhan cinta dan kasih sayang
d.Kebutuhan harga diri
e.Kebutuhan aktualisasi diri
f. Data yang telah dikelompokkan tadi di analisa sehingga dapat
diambil

kesimpulan

tentang

masalah

keperawatan

dan

kemungkinan penyebab, yang dapat dirumuskan dalam bentuk


diagnosa

keperawatan

meliputi

aktual,

potensial,

kemungkinan.
B. Diagnosa
1. Defisit Volume Cairan
2. Pola Nafas tidak efektif
3. Resiko Infeksi
4. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
5. Cemas
6. Nyeri
7. PK: Hipoglikemi
PK: Hiperglikemi
8. Perfusi jaringan tidak efektif b.d hipoksemia jaringan.
9. Kurang pengetahuan

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus


Nur Islamiyah

dan

LAMPIRAN
PENYIMPANGAN KDM
Diabetes Mellitus
Tipe 1

tipe 2

defesiensi insulin

resistensi insulin

Hiperglikemia
glykosuria
diuresis osmotik
Osmotic diuresis
Dehidrasi

P3(poliuria,polidipsi,polfagia)

Hemokonsentrasi

ketoasidosis

Ateroskerosis

ph menurun
Mual dan muntah

Ggn. Perfusi
jaringan

Resiko ggn nutrisi (-) dr


kbuthn

makrovaskuler

jantung
infark
miokard

cerebral
stroke

mikrovaskuker

ekstremitas
gangrene
Gangrene

retina
retinopati

nyeri

gangguan penglihatan

Ggn integritas jar.


Ggn intoleransi fisik

Ggn vol.
cairan (-)

resiko injury (sekarat)


Ggn gambaran diri

Potensial penyb. infeksi

Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus


Nur Islamiyah

ginjal
nefropati diabetik

DAFTAR PUSTAKA

Johnson, M.,et all. 2013. Nursing Outcomes Classification (NOC) Second Edition.
IOWA Intervention Project: Mosby
Kwinahyu,
2011.
Patofisiologi
Diabetes
Melitus.
(http://www.scribd.com/doc/49177282/Patofisiologi-Diabetes-Melitus).
Tartowo. 2012. Keperawatan Medikal Bedah Gangguan Sistem Endokrin.
Jakarta : Tim)
Road, Ansari. 2012. RSSDI Textbook Of Diabetes Melitus. Edisi 2. India : Jaypee
Brother Medical Publishers.
Konsensus Pengelolaan dan Pencegahan Diabetes Melitus tipe 2 di Indonesia.
2011, Perkumpulan Endokrinologi Indonesia.

22
Laporan Pendahuluan Diabetes Melitus
Nur Islamiyah, S.Kep

Anda mungkin juga menyukai