Anda di halaman 1dari 20

FAKTOR LINGKUNGAN

DALAM PENDIDIKAN
28 Mei
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Perkembangan individu merupakan suatu proses perubahan terus menerus sepanjang hidup
individu yang bersangkutan. Perkembangan ini merupakan perpaduan antara tenaga-tenaga asli
dari dalam diri individu itu dan tenaga dari luar (lingkungan). Dari kedua tenaga yang disebutkan
tadi terdapat dua kemungkinan yang akan terjadi pada individu, kedua tenaga tersebut dapat
menjadikan individu itu berkembang dengan lancar tanpa gangguan yang disebut dengan
perkembangan positif, atau berkembang dengan penuh gangguan dan disebut dengan
perkembangan negatif.
Faktor milieu yang berpengaruh terhadap anak berasal dari keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Anak pertama kali mendapatkan pengalaman yang berkesan di dalam keluarga, karakter dan
watak di dalam keluargalah yang membentuk kepribadian anak. di dalam sekolah anak didik
hanya menggabungkan pengalaman yang di dapat dari keluarga dan masyarakat. Masing-masing
anak didik membawa pengalaman yang berbeda-beda dari keluarga dan masyarakat. Lebih-lebih
milieu yang kurang baik mudah mempengaruhi diri anak didik. Oleh karena itu sebagai pendidik
harus waspada terhadap milieu yang membawa pengaruh bagi anak didik. Karena milieu tidak
bertanggung jawab membawa anak kearah kedewasaan. Pendidik haruslah mengarahkan
pengaruh milieu negatif kearah yang positif.
Sebagai pendidik, baik itu guru di sekolah maupun orangtua di rumah perlulah mengetahui
bagaimana menciptakan milieu yang baik untuk perkembangan anak didiknya sehingga mereka
dapat bekembang dalam pendidikan yang baik.

1.2 Rumusan Masalah


1. Bagaimana pengaruh lingkungan keluarga dan kesejahteraan keluarga dalam pendidikan anak?
2. Bagaimana pengaruh lingkungan sekolah dan masyarakat bagi pendidikan anak?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan keluarga dan kesejahteraan keluarga dalam
pendidikan anak.
2. Untuk mengetahui pengaruh lingkungan sekolah dan masyarakat bagi pendidikan anak.
3. Untuk memenuhi tugas kuliah.

BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Faktor Alam Sekitar


Faktor alam sekitar sangat penting kedudukannya di dalam ilmu pendidikan. Faktor alam sekitar
(milieu) harus merupakan faktor tersendiri dan berdiri sendiri. Faktor milieu tidak dapat
disatukan dengan faktor pendidik, karena milieu mempunyai sifat-sifat dan fungsi yang berlainan
dengan faktor pendidik. Walaupun keduanya berlainan, namun keduanya juga ada kesamaannya,
yaitu keduanya mempunyai pengaruh kepada anak didik.
Pengaruh dari milieu atau lingkungan hanya merupakan pengaruh belaka, tidak tersimpul unsur
tanggung jawab di dalamnya. Artinya, anak didik akan untung apabila kebetulan mendapatkan
pengaruh yang baik, sebaliknya anak didik akan rugi apabila kebetulan mendapatkan pengaruh
yang kurang baik. Tetapi, pengaruh dari pendidik merupakan pengaruh yang mengandung unsur
tanggungjawab dari pendidik.
Milieu sangat berpengaruh kepada anak didik, meskipun milieu itu baik atau tidak. Milieu yang
kurang baik mudah mempengaruhi anak didik. Sebagai pendidik harus waspada terhadap milieu
dari anak didiknya. Karena milieu tidak bertanggungjawab membawa anak ke arah kedewasaan.
Namun, faktor pendidik memang dengan sadar dan bertanggungjawab membawa anak ke arah
kedewasaan. Dengan alasan tersebut, maka faktor milieu harus merupakan faktor tersendiri.

Faktor lingkungan ialah segala sesuatu yang ada di keliling anak-anak. Beberapa ahli pendidik
membagi milieu menjadi 3 bagian, yaitu:
1. Lingkungan keluarga
2. Lingkungan sekolah
3. Lingkungan masyarakat
Ketiga lingkungan itu satu dengan yang lain tidak boleh dipisah-pisahkan, harus merupakan mata
rantai yang tidak boleh diputuskan. Sementara pendidik membagi milieu menjadi beberapa
bagian menurut wujudnya. Berwujud manusia ialah keluarga, teman-teman bermain, tetangga,
teman sekolah dan kenalan-kenalan lain. Berujud kesenian ialah bermacam-macam pertunjukkan
seperti gambar hidup, wayang, ketoprak, sandiwara, dan lain-lain pertunjukan. Berujud
kesusastraan ialah bermacam-macam tulisan atau bacaan seperti majalah, koran, dan lain-lain
buku bacaan. Berwujud tempat ialah tempat tinggal daerah di mana anak dibesarkan, iklim dan
tempat di mana anak tinggal, dll.
Kesemua itu saling melengkapi dan semuanya berpengaruh kepada perkembangan anak didik di
dalam menuju arah kedewasaan jasmani maupun rokhani. Walaupun milieu tersebut sangat
berpengaruh kepada anak didik, tetapi tidak bertanggungjawab atas kedewasaan dari anak didik.
Sebagai pendidik, kita harus bisa menyajikan milieu yang sebaik-baiknya kepada anak dan
menyingkirkan milieu yang berbahaya kepada anak, supaya anak selalu mempunyai milieu yang
baik. Pendidik juga harus waspada terhadap milieu dari anak didiknya, meskipun pendidik
mengakui adanya sifat keturunan (genotype) yang didapat dari nenek moyang.
Sifat keturunan ini dapat dikembangkan secara baik atau tidak tergantung daripada pengaruhpengaruh rangsang selama di dalam perkembangannya. Banyak sifat-sifat seseorang yang tidak
asli dari keturunan, melainkan tumbuh melaui pengalaman-pengalaman, latihan-latihan dan
pengaruh-pengaruh luar. Kesemua itu meninggalkan kesan dan membawa pengaruh bentuk
kepada sifat hidup anak.

2.2 Lingkungan Keluarga


Beriyamin S. Bloom (1976) menyatakan bahwa lingkungan keluarga dan faktor-faktor luar
sekolah yang telah secara luas berpengaruh terhadap siswa. Siswa-siswa hidup di kelas pada
suatu sekolah relatif singkat, sebagian besar waktunya dipergunakan siswa untuk bertempat
tinggal di rumah.
Keluarga telah mengajarkan anak berbahasa, kemampuan untuk belajar dari orang dewasa dan
beberapa kualitas dan kebutuhan berprestasi, kebiasaan bekerja dan perhatian terhadap tugas
yang merupakan dasar terhadap pekerjaan di sekolah. Kecakapan-kecakapan dan kebiasaan di
rumah merupakan dasar bagi studi anak di sekolah.

Di dalam keluargalah anak didik mulai mengenal hidupnya, sehingga pengaruh keluarga
(lingkungan) besar sekali terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Mengenai
kejasmanian dan kerokhanian anak sebelum lahir telah ditentukan oleh faktor-faktor keturunan
yang didukung oleh keluarganya.
Sesudah anak dilahirkan mulailah dengan pengaruh-pengaruh yang memungkinkan menghambat
atau menyuburkan benih-benih yang ada. Dasar-dasar kelakuan, sikap hidup, serta kebiasaankebiasaan anak didik tertanam sejak di dalam keluarga. Walaupun pengaruh luar daripada
keluarga itu berkesan kepada anak didik, namun akan kalah dengan pengaruh keluarganya.
Di dalam keluargalah anak itu hidup sebagian besar dari waktunya. Lingkungan keluarga merasa
bertanggung jawab atas kelakuan, pembentukan watak, kesehatan, dan lain-lainnya. Suasana di
dalam keluarga itu merupakan suasana yang diliputi rasa cinta dan simpati yang sewajarnya,
suasana yang aman dan tentram, suasana percaya-mempercayai.
Keluarga sangat berpengaruh terhadap pendidikan, karena keluargalah tempat pertama kali anak
memperoleh pengalaman dan diajarkan kebiasaan-kebiasaan bagi anak. Jadi, pendidikan di
dalam lingkungan keluarga itu merupakan dasar bagi segala pendidikan selanjutnya.
Oleh karena itu, dasar kehidupan di dalam keluarga jangan sampai meninggalkan dasar-dasar
pendidikan yang baik, sebab kemajuan perkembangan dari anak didik lebih menguntungkan
yang hidup di dalam keluarga yang baik serta lingkungan yang baik pula. Ketika masuk ke
sekolah anak didik sudah merupakan manusia yang bercorak, karena dia telah mendapatkan
pengalaman yang pertama kali di dalam keluarga.
Dalam hal ini, pendidikan harus mengetahui bahwa segala sesuatu yang dibawa anak didik dari
lingkungan keluarga tidak mudah untuk diubahnya. Anak didik kemudian mengkombinir atau
mencampurkan lingkungan keluarga dengan sekolah.
Taman Kanak-kanak sebagai tempat peralihan dari kedua macam pendidikan tersebut.
Bagaimana sikap orang tua terhadap anak akan ditunjukkan oleh sikap anak didik kepada
pendidiknya disekolah. Anak hanyalah sebagai peniru belaka, hal ini tampak pada bahasa anak.
Maka hendaknya orang tua berhati-hati benar di dalam pemakaian bahasanya sehari-hari, juga di
dalam tingkah lakunya. Sebab semua itu akan mempengaruhi perkembangan kepribadian anak
didik.
Untuk menanamkan pengerian tentang yang baik atau buruk anak harus benar-enar disadarkan.
Jadi bukan karena paksaan tetapi karena kesadaran bahwa perbuatan yang baik harus dijalankan
kapan saja dan di mana saja. Orangtua harus objektif yaitu tidak boleh terlalu melindungi dan
membiarkan anaknya. Apabila terjadi kesalahan dalam pendidikan pada keluarga sukar bagi
pendidik di sekolah untuk merubahnya. Karena pendidikan sebetulnya dimulai dari keluarga,
sekolah hanya membantu kelanjutan pendidikan tersebut. Hal ini merupakan peralihan antara
pendidikan informal ke formal. Maka perlu adanya krjasama antara orang tua dan yang mendidik
di sekolah.

Untuk mewujudkan kerjasama antara orangtua dan pendidik di sekolah maka orangtua perlu
mengetahui keadaan anaknya di sekolah. Maka penting sekali adanyapersatuan antara orangtua
dengan sekolah. Tugas orangtua sebagai pendidik adalah berat, maka dari itu harus mengetahui
soal-soal pendidikan. Banyak ahli pendidikan yang menyatakan bahwa pendidikan dapat dimulai
sejak dlam kandungan (pre-natal). Pada waktu itu bukan hanya soal-soal kesehatan jasamani saja
yang penting, tetapi juga kesehatan rohani. Sifat-sifat kepemimpinan orangtua dalam keluarga
ada 3 macam, yaitu.
a. Sifat Kepemimpinan Otoriter
Perilaku orang tua yang otoriter, dimana orang tua menentukan segala-galanya. Orang tua tidak
memberikan kesempatan kepada anak untuk berbuat dan bertindak memilih sendiri. Hal tersebut
akan berakibat fatal terhadap diri anak dan merasa ditekan serta ketergantungan pada kehendak
orang tua. Diantaranya anak memperlihatkan perasaan dengan penuh ketakutan, merasa tertekan,
kurang pendirian, mudah dipengaruhi, dan sering berbohong, khususnya pada orang tua sendiri..
Kekuasaan, keaktifan anak ditentukan oleh orangtua. Anak sama sekali tidak memiliki hak untuk
mengemukakan pendapat. Misalnya dalam memilih sekolah, pakaian orangtua yang menentukan.
Sehingga semua keinginan dan cita-cita anak idak mendapatkan perhatian. Anak tidak
mendapatkan kesempatan untuk bereksplorasi dan bereksperimen sendiri karena semua ditentukn
oleh orangtua, akibatnya kebutuhan anak tidak terpenuhi dan dapat mengakibatkan tekanan jiwa.
Kenapa hal ini terjadi sebab orangtua yang otoriter cenderung akan berperilaku :
1. Anak harus mematuhi peraturan-peraturan orang tua yang tidak boleh membantah.
2. Orang tua cenderung mencari kesalahan-kesalahan pada pihak anak, dan kemudian
menghukumnya.
3. Kalau terdapat perbedaan pendapat antara orang tua dan anak maka akan dianggap
sebagai orang yang suka melawan dan membangkang.
4. Orang tua cenderung memberikan perintah dan larangan terhadap anak.
5. Orang tua cenderung memaksa disiplin.
6. Orang tua cenderung menentukan segala sesuatu untuk anak, dan anak hanya sebagai
pelaksana.
Sebagai akibat yang lebih jauh akan berpengaruh pada kepribadian anak antara lain sebagai
berikut.
1. Kurang inisiatif
2. Gugup (nervous)
3. Suka membangkang

4. Menentang kewibawaan orangtua


5. Penakut
6. Penurut
7. Tidak percaya diri, kurang spontan ragu-ragu dan pasif, serta memiliki masalah konsentrasi
dalam belajar.
8. Ia menjalankan tugas-tugasnya lebih disebabkan oleh takut hukuman.
9. Di sekolah memiliki kecenderungan berperilaku antisosial, agresif, impulsive dan perilaku mal
adatif lainnya.
10. Anak perempuan cenderung menjadi dependen
b. Sifat Kepemimpinan Liberal
Perilaku orang tua yang liberal di mana orang tua dalam memimpin membiarkan anak untuk
berbuat sesukanya. Orang tua bersifat acuh tak acuh. Kepemimpinan yang demikian akan
membawa dampak negatif terhadap perkembangan dan diri anak. Misalnya anak kurang sekali
menikmati kasih sayang orang tuanya. Oleh karena itu pertumbuhan jasmani, perkembangan
rohani dan sosial sangat jauh berbeda dibawah rata-rata jika dibandingkan dengan anak-anak
yang diperhatikan oleh orang tuanya (Zahara dan Lisma, 1992:87-90).
Dalam kepemimpinan ini anak menentukan sendiri apa yang dikehendaki karena orangtua
memberikan kebebasan pada anaknya. Orangtua tidak memegang fungsi sebagai pimpnan yang
memunyai kewibawaan. Suasana keluarga bebas karena tidak ada norma-norma yang dianut
sehingga anak bertindak sekehendaknya sendiri.
Keadaan yang demikian memunyai dampak negative dalam perkembangan kepribadian anak.
Anak tidak mengenal tata tertib, tidak dapat mematuhi pimpinan, tak dapat memimpin dan tak
dapat untuk dipimpin. Anak tidak dapat menghargai orang lain dan selalu mementingkan dirinya
sendiri.
Perilaku orang tua yang Laissez-Faire, antara lain:
1. Membiarkan anak bertindak sendiri, orang tua tanpa memonitor dan membimbingnya.
2. Mendidik anak acuh tak acuh, bersifat pasif, atau bersifat masa bodoh.
3. Terutama memberikan kebutuhan material saja.

4. Membiarkan saja apa yang dilakukan anak (terlalu memberikan kebebasan untuk
mengatur diri sendiri tanpa ada peraturan-peraturan dan norma-norma yang digariskan
orang tua).
5. Kurang sekali keakraban dan hubungan yang hangat dalam keluarga.

Di dalam keluarga liberal ini maka sifat atau pribadi anak kemungkinan sebagai berikut.
1. Agresif
2. Menentang atau tak dapat bekerja sama dengan oranglain
3. Emosi kurnag stabil
4. Selalu berekspresi bebas
5. Selalu mengalami kegagalan karena tidak ada bimbingan

c. Sifat Kepemimpinan Demokrasi


Kepemimpinan demokratis, adalah kepemimpinan yang terbuka yang dilakukan dengan cara
musyawarah mufakat. Artinya selaku orang tua dalam bertindak dan mengerjakan sesuatu yang
berhubungan dengan anak dan keluarga dilaksanakan dengan perasaan dan pertimbangan. Hal
tersebut akan memberikan dampak positif kepada anak, salah satunya anak akan berkembang
sesuai dengan tingkat atau fase perkembangannya, merasa diakui dan hormat pada orang tua.
Dalam kepemimpinan ini keluarga demokrasi memandang anak sebagai individu yang sedang
berkembang. Oleh sebab itu, perlu adanya kewibawaan dari pemimpinnya atau pendidiknya
(orangtua) tetapi bukan kekuasaan yang otoriter. Pimpinan ini disesuaikan dengan taraf-taraf
perkembangan anak, cita-cita, minat. Kecakapan-kecakapan, dan pengalamannya.
Dalam kepemimpinan demokrasi anak di tempatkan di tempat yang semestinya dan memunyai
kebebasan untuk berinisiatif dan aktif. Namun, orangtua membeikan pertimbangan dan pendapat
kepada anak sehingga anak memunyai sifat terbuka dan bersedia mendengarkan pendapat orang
lain. Anak dapat memimpin dan dipimpin, kreatif dan aktif, sertadapat menghargai orang lain
karena anak sudah biasa menghargai hak dari anggota keluarga di rumah. Perilaku orang tua
yang demokratis antara lain:
1. Melakukan sesuatu dalam keluarga dengan cara musyawarah.

1. Menentukan peraturan-peraturan dan disiplin dengan memperhatikan dan


mempertimbangkan keadaan, perasaan, dan pendapat anak, serta memberikan
alasan-alasan yang dapat diterima, dipahami dan dimengerti oleh anak.
2. Kalau terjadi sesuatu pada anggota keluarga selalu dicari jalan keluarnya (secara
musyawarah), juga dihadapi dengan tenang, wajar dan terbuka.
3. Hubungan antara keluarga saling menghormati, orang tua menghormati anak
sebagai manusia yang sedang bertumbuh dan berkembang. Pergaulan antara ibu
dan ayah juga saling menghormati.
4. Terdapat hubungan yang harmonis antara anggota keluarga, seperti antara ibu dan
ayah, antara orang tua dan adik-adiknya, dan sebaliknya.
5. Adanya komunikasi dua arah, yaitu anak juga dapat mengusulkan, menyarankan,
sesuatu pada orang tuanya dan orang tua mempertimbangkannya.
6. Semua larangan dan perintah yang disampaikan kepada anak selalu menggunakan
kata-kata mendidik, bukan menggunakan kata-kata kasar, seperti kata tidak boleh,
wajib, harus dan kurang ajar.
7. Memberikan pengarahan tentang perbuatan baik yang perlu dipertahankan dan
yang tidak baik supaya ditinggalkan.
8. Keinginan dan pendapat anak diperhatikan, apabila sesuai dengan norma-norma
dan kemampuan orang tua.
9. Memberikan bimbingan dengan penuh perhatian.
10. Bukan mendiktekan bahan yang harus dikerjakan anak. Namun selalu disertai
dengan penjelasan-penjelasan yang bijaksana.
Sifat-sifat pribadi dari keluarga yang demokrasi antara lain sebagai berikut.
1. Anak aktif di dalam hidupnya
2. Penuh inisiatif.
3. Percaya kepad diri sendiri.
4. Perasaan sosial.
5. Penuhh tanggungjawab.
6. Menerima kritikan dengan terbuka.

7. Emosi lebih stabil.


8. Mudah mnenyesuaikan diri.
Sifat-siat tersebut disebabkan karena adanya tuntutan dari orangtua, anak mendapat kesempatan
utnuk aktif dan berinisiatif sendiri, adanya kebebasan dari orangtua, dan anak biasa bekerjasama
dengan orangtua.
Di antara ketiga tipe pendidikan tersebut di atas, sifat kepemimpinan demokrasilah yang paling
ideal karena pendidik telah member arah atau pengertian yang baik kepada anak didik kemudian
anak dipersilakan untuk memilih jalannya sendiri tanpa adanya paksaan dari pendidik.
Dengan tipe pendidkan yand demikian, diharapkan anak didik akan sukses di dalam segal
usahanya tanpa memunyai rasatakut terhadap paksaan-paksaan dari pendidiknya. Anak didik
memilik kepercayaan kepada diri sendiri karena mereka merasa telah memilih jalannya sendiri
yang sebenarnya telah diarahkan oleh pendidiknya. Bagi pendidik sangatlah peting untuk
memberikan contoh yang baik sebagai pengarahan dan pemberian pola-pola yang baik kepada
anak didik. Contoh yang baik tersebutlah yang merupakan alat pendidikan yang sangat penting,
antara lain seperti nasehat, tuntutan, dan hukuman.
Sebagai orang tua perlu mengetahui tugas-tugas perkembangan anak pada tiap usianya, untuk
mempermudah penerapan pola pendidikan dan mengetahiu kebutuhan optimalisasi
perkembangan anak .
Tugas perkembangan adalah suatu tugas yang muncul pada saat atau suatu periode tertentu yang
jika berhasil akan menimbulkan rasa bahagia dan membawa kearah keberhasilan dalam
melaksanakan tugas berikutnya, tetapi kalau gagal akan menimbulkan rasa tidak bahagia dan
kesulitasn dalam menjalankan tugas-tugas berikutnya (Hurlock, 1991). Setiap tahap
perkembangan memilki tugas belajarnya sendiri, mulai dari tugas belajar untuk perkembangan
motorik, intelektual, sosial, emosi dan kreativitas. Setiap tahap perkembangan anak ada tugastugas yang harus dilewati dan ada kebutuhan yang harus dipenuhi, sehingga orang tua dapat
lebih realistis dalam menerapkan suatu pengajaran dan lebih memahaminya .
2.2.1 Kesejahteraan Keluarga
Kebahagiaan setiap orang tidaklah sama karena sifatnya sangat perseorangan. Orang yang satu
berbeda dengan yang lainnya. Akan tetapi meskipun demikian dapatlah ditinjau dari kebutuhan
pokok dari manusia yan mendatangkan kebahagiaan atau kesejahteraan tersebut.
Adapun yang dikatakan sejahtera, aman, tentram, dan bahagia adalah apabila keluarga iu dapat
terpenuho semua kebutuhan-kebutuhannya.
Apabila direnungkan, maka ada dua kebutuhan pokok manusia yang mendatangkan
kesejahteraan tersebut, yaitu.
1. Kebutuhan jasmaniah

2. Kebutuhan rohaniah
Kebutuhan jasmaniah meliputi makanan, pakaian, perumahan, keuangan, dll. Sedabgkan
kebutuhan rokhaniah meliputi rasa aman, tenteram, rasa puas, rasa harga diri, rasa tanggngjawab,
dihormati, disayangi, dll. Kedua kebutuhan pokok tersebut di atas dapat dihubungkan dengan
sepuluh segi kehidupan keluarga yang mencerminkan kebutuhan dari sumber-sumber keluarga.
Adapun susunan sepuluh segi tersebut sebagai berikut.
1. Hubungan intra dan antar keluarga
2. Membimbing anak
3. Makanan
4. Pakaian
5. Perumahan
6. Kesehatan
7. Keuangan
8. Tatalaksana rumah tangga
9. Keamanan lahir dan batin
10. Perencanaan sehat.
Kesepuluh segi tersebut adalah hasil kerja sebuah Panitia antar Departemen pada tahun 19601962 sebagai berikut.
1. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
2. Departemen Kesehatan
3. Departemen Pertanian
4. Departemen Sosial
5. Departemen Agama
6. Departemen Perburuhan
7. Departemen Kepolisian
8. Departemen Dalam Negeri

9. Organisasi Wanita
Apabila kesepuluh segi tersebut kita hubungkan dengan kebutuhan pokok yang mendatangkan
Kesejahteraan Keluarga ialah kebutuhan Jasmani dan kebutuhan Rokhaniah maka sebetulnya
isinya sama saja.
Sudah jelas termasuk segi yang kedua ialah segi Membimbing Anak. Kesepuluh segi
kehidupan keluarga tersebut merupakan aspek-aspek yang harus dipenuhi untuk tercapainya
keluarga sejahtera. Jadi Pendidikan Sistematis merupakan salah satu segi yang harus dipenuhi,
untuk mendatangkan keluarga sejahtera. Tetapi harus pula dipenuhi kebutuhan-kebutuhan yang
lain. Pendidikan hanya merupakan salah satu segi saja.

Kesejahteraan Keluarga

Skema tersebut menunjukkan bahwa kebutuhan pokok mengenai kebutuhan jasmani dan rokhani
dapat mencakup sepuluh segi kehidupan keluarga. Meski sebetulnya antara kebutuhan jasmani
dan kebutuhan rokhani saling berpengaruh, tidak mutlak berdiri sendiri.
Telah kami sebutkan di atas bahwa kesejahteraan adalah individual sifatnya. Maka kedewasaan
jiwalah yang sangat penting harus dimiliki oleh tiap individu. Sebab apabila kedewasaan jiwa ini
belum dimiliki oleh tiap individu, perasaan tenteram, aman, damai dan sejahtera akan sulit untuk
dicapai meskipun sebetulnya kebutuhan jasmani telah diapainya.
Orang yang belum dewasa jiwanya sukar merasakan kepuasan, selalu iri hati dan ngangsa.
(bahasa jawa). Pendidikan yang dapat memberikan sumbangan kearah kedewasaan jiwa kepada
tiap anak.

2.3 Lingkungan Sekolah


Banyak orang tua menyerahkan sebagian tanggung jawab pendidikan kepada sekolah dan
pemikul tanggung jawab itu ialah guru. Di sekolah kita dapati suasana persaudaraan dan
kegembiraan karena di sekolah merupakan tempat latihan persahabatan dan persaudaraan.
Suasana sekolah ditentukan oleh pekerjaan-pekerjaan yang berganti-ganti macamnya yang
dilakukan dengan gembira.
Kalau sekolah tidak dapat menciptkan suasana kerja gembira, maka tidak akan dapat
melaksanakan pekerjaan mendidik yang baik.
Sumbangan sekolah kepada pendidikan antara lain, sekolah membantu orang uta mengerjakan
kebiasaan-kebiasaan yang baik serta menanam budi pekerti yang baik, pendidikan untuk
kehidupan di dalam masyarakat yang sukar atau tidak dapat diberikan oleh rumah, melatih anakanak memperoleh kecakapan-kecakapan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar,
serta ilmu-ilmu yang lain.
Selain itu sekolah juga memberikan pelajaran menghargai keindahan, membedakan benar dan
salah, menghormati dan memilih agamanya masing-masing. Lebih-lebih sekarang dengan
rencana dimasukkannya pelajaran Pendidikan Kesejahteraan Keluarga di sekolah-sekolah yang
telah lama dipraktekkan di Amerika dan telah terbukti, bahwa Pendidikan Kesejahteraan
Keluarga itu memberikan bantuan yang berharga terhadap perkembangan kepribadian
perseorangan dan mempertinggi kehidupan keluarga, sehingga dengan demikian memperkuat
dasar-dasar demokrasi di dalam negara ini.

Karena pendidikan kesejahteraan keluarga dipandang sebagai salah satu bagian yang tidak dapat
dipisahkan dari keseluruhan pendidikan, maka fungsinya harus diteropong dari segi pendidikan
umum (Filsafat Home-Economics).
Lapangan pendidikan kesejahteraan keluarga ini meliputi bidang-bidang kehidupan keluarga
yang memegang peranan yang sangat penting dalam pembentukan kepribadian manusia.
Menurut azas-azas demokrasi tiap-tipa manusia mempunyai kemuliaan, harga diri dan martabat
yang tak ada taranya. Berdasarkan prinsip ini maka pendidikan kesejahteraan keluarga
memusatkan perhatiannya pada perseorangan, karena didasari pada pentingnya perkembangan
kepribadian yang wajar untuk kebahagiaan manusia. Kepribadian yang wajar itu merupakan
syarat mutalak untuk membina hubungan yang memuaskan dengan keluarga dan masyarakat.
Pendidikan perseorangan dan keluarga berjalan berdampingan, manusia merupakan kepribadian
tersendiri yang tidak dapat dikurbankan kepada orang lain atau golongan. Akan tetapi sebagai
anggota masyarakat ia harus dapat bekerjasama dengan golongannya untuk kepentingan umum
serta untuk kemakmuran negara.
Perubahan-perubahan dalam lapangan social ekonomi mempengaruhi kehidupan keluarga
dengan bermacam-macam jalan.
Perkembangan industri dan teknik yang hebat menimbulkan kebutuhan-kebutuan dan
kepentingan baru bagi segenap lapisan masyarakat. Pendidikan kesejahteraan keluarga
membimbing orang agar dapat memecahkan masalah-masalah sekarang sebagai persiapan untuk
menghadapai masalah-masalah yang baru di hari kemudian. Ia akan menghendaki kaidah-kaidah
dan nilai-nilai yang baru yang menuntut perubahan cara-cara hidup yang lama. Pendidikan
kesejahteraan keluarga menggunakan ilmu-ilmu pengetahuan sebagai bahan-bahan untuk
memecahkan masalah-masalah yang dihadapi orang dalam kehidupannya sebagai perseorangan
dan sebagai anggota keluarga.
Pendidikan kesejahteraan keluarga berusaha mendidik orang untuk dapat menimbang dan
menentukan sikapnya dengan bijaksana, ntuk dapat memahami kebutuhan, kepentingan dan
kesanggupannya, untuk menggunakan sumber-sumber kekayaan manusia, keluarga dan
masyarakat dengan efektif guna memenuhi keperluan hidupnya, untuk mengembangkan
hubungan antar manusia, membentuk nilai-nilai hidup, serta membina filsafat hidup yang
berguna.
Tujuan Home-Economics (pendidikan kesejahteraan keluarga) di Amerika:
1. Membantu pelajar untuk membina filsafat hidup yang memuaskan lagi fungsionil
sebagaimana hubungannya dengan kehidupan keluarga.
Hubungan keluarga sangat penting dalam kehidupan manusia, karenam merupakan sumbersumber kebahagiaan terutama bagi manusia, serta berpengaruh besar pada sikap orang dalam
menghadapi situasi hidup dalam masyarakat.

1. Pendidikan Home-Economics membantu pelajar-pelajar memperkembangkan kepribadian


yang wajar, untuk mengenal diri sendiri dan orang lain serta untuk memelihara hubungan
yang memuaskan dengan masyarakat. Dengan bimbingan guru anak-anak didik memiliki
kebiasaan hidup yang sehat dan menghilangkan kebiasaa-kebiasaan hidup yang kurang
sehat, sehingga dapat berkembang menjadi orang yang mulia menurut kesanggupan dan
bakat-bakat yang ada padanya.
2. Pendidikan Home-Economics rapat hubungannya dengan masyarakat. Murid-murid harus
dididik tidak hanya untuk menjadi anggota masyarakat yang berguna. Mereka harus
mengerti besarnya pengaruh masyarakat yang baik terhadap perkembangan kepribadian
individu dan keluarga dan harus dapat memahami pentingnya kerjasama yang sehat dan
hubungan antar manusia di dunia yang modern ini.
3. Home-Economics membimbing murid-murid mengembangkan sikap yang sehat terhadap
ketrampilan (skill), menghargainya dan menguasainya, agar dapat memnuhi kebutuhan
hidup sehari-hari dengan memuaskan.
4. Home-Economics memberi bantuan yang sangat berharga untuk mencapai cara hidup
yang demokrasi. Nilai-nilai kebudayaan tumbuh dari kehidupan perseorangan, di rumah
dan dalam keluarga terletak dasar-dasar yang menentukan kaidah-kaidah yang diingini
oleh masyarakat.
5. Oleh karena tujuan terutama dari Home-Economics di Amerika membantu individu untuk
mencapai hidup yang memuaskan dan kebahagiaan dalam keluarga dan masyarakat,
maka program Home-Economics meliputi bidang-bidang yang rapat hubungannya dengan
kehidupan keluarga sehari-sehari : Makanan, pakaian, perumahan, pembentukan
kepribadian dan hubungan keluarga dengan masyarakat.
Apabila rencana pendidikan kesejahteraan keluarga tersebut di atas sungguh-sungguh telah
dipraktekkan di sekolah-sekolah kita, maka akan lebih berfungsilah lingkungan sekolah terhadap
pendidikan anak didik.

2.4 Lingkungan Masyarakat.


Menurut Cook masyarakat adalah sekumpulan orang yang menempati suatu daerah, diikat oleh
pengalaman-pengalaman yang sama, memiliki sejumlah persesuaian dan sadar akan kesatuannya
dan dapat bertindak bersama untuk mencukupi krisis kehidupannya.
Masyarakat di dalam pendidikan berarti setiap masyarakat dapat mempunyai dan mempengaruhi
pendidikan dengan cita-citanya. Adapun tujuan/pelaksanaan pendidikan mendukung cita-cita
masyarakat yang dilayaninya.

Tugas masyarakat di dalam pendidikan adalah membiayai sekolah/pendidikan. Masyarakat


mempunyai tujuan tertentu: ialah agar anak didik yang muda-muda itu kelak dapat membantu
kepada masyarakat dan mengabdi kepada Negara.
Negara dan masyarakat mengadakan pengawasan terhadap pendidikan. Sekolah adalah suatu alat
untuk mengubah watak masyarakat, masyarakat tidak hanya membiayai tetapi juga memilih
siapa-siapa yang akan diserahi tugas pendidikan.
Untuk menyiapkan tugas pemimpin masyarakat pendidikan tidak terbatas pada sekolah saja,
anak didik tidak cukup hanya mengetahui masyarakat saja tetapi harus mengalami dan berbuat di
dalam masyarakat.
Buku-buku pelajaran belumlah mencakup semua pendidikan. Baik juga apabila kadang-kadang
diadakan pertemuan-pertemuan khusu antara kelompok-kelompok anak didik dengan pemimpinpemimpin masyarakat. Atau kadang-kadang anak didik diajak sekitarnya, misalnya
berdarmawisata. Hal ini member kesempatan kepada anak didik untuk menangkap sendiri
kenyataan-kenyataan masyarakat. Lebih-lebih untuk perguruan tinggi perlu sesekali mengadakan
tinjauan-tinjaun pada tempat-tempat yang terkenal dan berbagai-bagai lapangan pekerjaan, yang
perlu sebagai bahan pemilihan jabatan kelak yang sesuai dengan keinginannya serta kenyataan
yang dilihatnya.
Cara-cara yang paling baik untuk menarik perhatian anak didik kepada masyarakat ialah dengan
aktif melayani masyarakat. Seperti pelajaran proyek. Hal ini harus betul-betul direncanakan.
Anak-anak harus dipimpin bergaul dan memperoleh pengalaman yang menyenangkan.
Beberapa sekolah tinggi mengadakanwork study plan. Tenaga-tenaga pendidik serta pegawai
sekolahpun diharapkan turut aktif di dalam kesibukan masyarakat di situ. Dengan demikian
sekolah menjadi pusat masyarakat. Pada abad 20 membawa sekolah benar-benar ke dalam
masyarakat. Menurut Olson sekolah masyarakat berkisar kepada :
1. Memusatkan tujuan-tujuannya pada perhatian dan kebutuhan masyarakat.
2. Mempergunakan bahan-bahan dan sumber-sumber dari masyarakat sebanyak-banyaknya.
3. Mempraktekkan dengan menghargai faham demokrasi.
4. Menyusun kurikulum berdasarkan kehidupan manusia.
5. Memupuk jiwa pemimpin dalam lapangan kehidupan masyarakat.
6. Mendorong anak didik untuk aktif kerja-sama dan saling mengerti.
Dalam pelaksanaan dari Community centered school menggunakan metode proyek yang
dipelopori oleh W.H Kilpatrick. Metode proyek ialah kegiatan belajar di mana anak-anak
mendapat kesempatan memilih,merancang dan memimpin pekerjaannya, yang hamper
mendekati keadaan yang sebenarnya dalam penghidupan sehari-hari. Misalnya membuat

pakaian, membuat tempat sepeda di sekolah, bermain sandiwara, mendengarkan ceritra atau
musik, menambal ban sepeda, menjadi tukang cukur, dll. Yang penting ialah murid itu sendiri
yang giat. Bahkan guru yang menerangkan atau yang menguji. Anak-anak giat memcahkan
persoalan-persoalan sendiri yang sebenarnya dengan sendirinya watak dari anak tersebut dapat
terbentuk oleh persoalan-persoalan tersebut.
Jadi, tujuannya telah jelas dari pilihan anak itu sendiri. Dan oleh karena anak-anak itu sendiri
yang memilih proyek itu, pelajaran dimulai denga tujuan yang jelas buat murid itu sendiri, yang
ditentukan sendiri terlebih dahulu, bukan ditentukan oleh guru.
Selain itu pendidikan ditujukan untuk penghidupan anak itu di masa yang akan datang kalau
mereka telah dewasa. Oleh sebab itu sebenarnya buat anak-anak itu sendiri tidak jelas, tetapi
tujuan yang jelas ialah memimpin fikiran dan perbuatan, sehingga dengan sepenuh hati muridmurid bekerja. Ini yang menyebabkan timbulnya kerajinan, sehingga anak sungguh-sungguh
belajar. Kilpatrick menganggap, karena anak itu mempelajari suatu kecakapan, maka akan
berkembang pula kebiasaan dan cita-citanya. Maka pelajaran yang diberikan itu selalu dalam
hubungannya dengan pelajaran-pelajaran yang lain.
Yang istimewa lagi ialah pembentukan watak, hal ini tidak mungkin dengan cara
mengajar sekarang dimana murid-murid duduk dibangkunya masing-masing. Hal ini
dipandangnya tidak sosial. Hanya di dalam sekolahnya dapat berlaku sistem pendidikan yang
sosial itu, sebab disana murid-murid tak lagi sendirian belajar, tetapi bersama-sama,
berkelompok-kelompok.
Guru sendiri juga ikut serta bersama-sama bekerja, dalam memecahkan sesuatu soal. Biarpun
cara belajar ini berlainan sekali dari yang kita kenal, tetapi kalau proyek itu dirancang sebaikbaiknya, maka pelajarang yang biasa kita berikan di sekolah-sekolah kita sekarang, dapat
dilakukan dengan metode tersebut. Selain pembagian milieu di atas ada juga pembagian milieu
sebagai berikut.
a)

Milieu yang berwujud manusia.

Yang termasuk ini ialah antara lain : keluarga, teman-teman tetangga, teman sekampung, temanteman sekoalh dan kenalan-kenalan yang lain. Sebagai pendidik hendakalh waspada mengenai
teman-teman tersebut diatas. Janganlah anak dibiarkan saja bermain dengan teman-teman yang
bertabiat jelek. Hendaklah pendidik mengawasi betul-betul dengan siapa anak didiknya bergaul.
Sebab kita harus selalu ingat, bahwa milieu itu sangat berpengaruh kepada anak.

b)

Milieu yang berwujud kesenian.

Yang termasuk milieu ini antara lain : pertunjukan-pertunjukan, bioskop, wayang-wayang, taritarian, sandiwara dan lain-lain lagi. Mengenai milieu inipun pendidik harus waspada. Apakah
pertunjukan-pertunjukan tersebut cocok untuk dunia anak-anak. Sebab tidak semua pertunjukan

dapat berfaedah bagi anak. Bahkan mungkin ada yang merusak jiwa anak. Banyak bioskopbioskop (gambar hidup) yang tidak cocok sekali bagi tujuan pendidikan. Banuak yang tidak
mengandung unsur kesusilaan. Sebagai seorang pendidik yang bertanggung jawab harus meneliti
pertunjukan apakah yang akan dilihat oleh anak didiknya. Janganlah anak didik diperkenankan
melihat pertunjukan yang akan merusakkan jiwa anak.

c)

Milieu yang berwujud kesusastraan.

Yang termasuk milieu ini antara lain buku-buku bacaan, majalah, koran-koran dan lain-lainnya.
Mengenai hal inipun pendidik harus memperhatikan buku bacaan atau majalah apakah yang
dibaca oleh anak didiknya. Banyak bacaan-bacaan yang isinya tidak dapat
dipertanggungjawabkan di dalam arti pendidikan. Kalau anak didik membaca ini hendaknya
dilarang dan diberi pengertian-pengertian yang baik. Dan sediakanlah kepada para anak didik
bacaan-bacaan yang mengandung unsur pendidikan.

d)

Milieu yang berwujud tempat dan iklim

Yang termasuk milieu ini ialah tempat tinggal, daerah, iklim, dan sebagainya. Di manakah anak
itu dibesarkan di kota atau di desa atau di pegunungan atau di kota besar. Semua tempat ini akan
memberikan corak dan sikap daripada anak didik. Biasanya sikap anak kota lain dengan sikap
anak desa. Dan sikap anak kampung lain dengan sikap anak desa. Dan sikap anak pegunungan
yang biasanya terpencil lain dengan anak desa atau lain dengan anak kampung, atau lain
daripada anak kota.
Tempat-tempat yang iklimnya berlainan memberi pengaruh pula kepada sifat-sifat kejiwaan
daripada penduduknya yang hal ini tentu saja akan berpengaruh kepada anak didiknya. Misalnya
bagi daerah yang iklimnya baik artinya yang membuat daerah itu subur dan makmur. Maka
penduduknya biasanya sifatnya tenang, tentram, kurang sekali adanya sifat-sifat kejahatan.
Tetapi sebaliknya bagi daerah yang mempunyai iklim tak baik, maka daerahnya selalu
kekurangan makan. Banyak rakyatnya menderita. Hidupnya tak tentram sifatnya selalu
memikirkan mengenai kesukaran-kesukaran hidup. Pada daerah ini biasanya banyak timbul
kejahatan-kejahatan yang hal-hal ini semuanya akan mempengaruhi kepada sifat-sifat daripada
anak didiknya.

Setelah kita memahami semua milieu di atas, maka bagi para pendidik yang sungguh-sungguh
ingin bertanggung jawab atas keselamatan daripada anak didiknya, haruslah selalu waspada
terhadap milieu anak didiknya. Haruslah selalu menyajikan milieu yang menguntungkan kepada
anak didiknya. Maka sebagai pendidik harus berusaha supaya tiap-tiap pengaruh yang baik dari

lingkungan anak itu, dapat membantunya di dalam mendidik anak-anak. Pendidik harus
mengawasi pergaulan dari anak-anak dengan teman-temannya dan orang-orang dewasa. Pendidik
harus turut mengusahakan buku-buku yang baik, pengajaran yang baik dan sebagainya. Maka
pendidik harus berusaha menolak pengaruh yang merusakkan anak-anak dari lingkungannya.
Misalnya, film-film yang tak pantas dilihat anak-anak, buku-buku yang yang tak baik baginya
serta menjaga pergaulannya dengan orang-orang dewasa yang dapat membawa mereka pada
jalan yang sesat.

BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Faktor milieu tak dapat dijadikan satu dengan faktor pendidik sebab milieu tidak bertanggung
jawab atas kedewasaan meskipun berpengaruh besar. Milieu terbagi menjadi tiga bagian yaitu
lingkungan keluarga, sekolah, dan masyarakat.
Lingkungan keluarga besar sekali terhadap pertumbuhan dan perkembangan anak. Pendidik di
sekolah sifatnya hanya meneruskan pendidikan dari lingkungan kelurga sehingga sekolah sulit
untuk merubah pendidikan yang ditanamkan di dalam keluarga. Oleh sebab itu harus ada kerja
sama antara wali murid / orang tua dan guru dalam mendidik anak.
Contoh pendidikan di dalam keluarga ditinjau dari sifat kepemimpinan orang tua dalam keluarga
ada 3 macam, yaitu otoriter, liberal, dan demokratis. Dalam pendidikan kesejahteraan keluarga
juga berpengaruh. Keluarga di katakan sejahtera, aman, tentram dan bahagia adalah apabila
kelurga itu dapat dipenuhi semua kebutuhannya baik jasmani maupun rohaninya.
Selain pembagian Milieu diatas ada juga pembagian lain mengenai Milieu yang berwujud
manusia, kesenian, kesusastraan, dan tempat.

3. 2 Saran
Sebaiknya keluarga pertama kali mengarahkan anak ke dalam proses pengalaman yang baik,
sehingga hal itu yang akan membentuk kartakter dan watak anak menjadi pribadi yang baik dan
berpendidikan yang baik pula. Karena anak hanyalah sebagai peniru belaka dari orang-orang dan
lingkungan yang berada di sekitarnya.

DAFTAR PUSTAKA

Barnadib, Sutari Imam. 1989. Pengantar Ilmu Pendidikan Sistematis. Yogyakarta: Fakultas Ilmu
Pendidikan (FIP) IKIP

Hermawan, Acep Wahyu. 2011. Peran Keluarga dalam Mendidik Anak dari Usia Dini hingga
Dewasa. Terserdia dalam http://acepwahyuhermawan79.blog.com/peran-keluarga-dalammendidik-anak-dari-usia-dini-hingga-dewasa/. Diunduh pada 3 Maret 2012

http://aii-thelittlemonster.blogspot.com/2011/01/pengantar-pendidikan-faktor-lingkungan.html

Sayidiman, Suryohadiprojo. 2007. Pendidikan dalam keluarga. Tersedia dalam


http://sayidiman.suryohadiprojo.com/?p=617. Diunduh pada 3 Maret 2012.

Sutisna, Nia. 2010. Kepemimpinan Orangtua dalam Membentuk Watak Anak. Tersedia dalam
http://amany.org/artikel/kamar-nanda/149-kepemimpinan-orangtua-dalam-membentuk-watakanak.html. Diunduh 3 pada Maret 2012
http://ramaoka.wordpress.com/2012/05/28/faktor-lingkungan-dalam-pendidikan/

Anda mungkin juga menyukai