Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
1.1
Pengertian Lotion
Lotion adalah sediaan kosmetika golongan emolien (pelembut) yang mengandung air
lebih banyak. Sediaan ini memiliki beberapa sifat, yaitu sebagai sumber lembab bagi kulit,
memberi lapisan minyak yang hampir sama dengan sebum, membuat tangan dan badan
menjadi lembut, tetapi tidak berasa berminyak dan mudah dioleskan. Hand and body lotion
(losio tangan dan badan) merupakan sebutan umum bagi sediaan ini di pasaran (Sularto, et al,
1995).
Lotion dapat juga didefinisikan sebagai suatu sediaan dengan medium air yang
digunakan pada kulit tanpa digosokkan. Biasanya mengandung substansi tidak larut yang
tersuspensi, dapat pula berupa larutan dan emulsi di mana mediumnya berupa air. Biasanya
ditambah gliserin untuk mencegah efek pengeringan, sebaliknya diberi alkohol untuk cepat
kering pada waktu dipakai dan memberi efek penyejuknya (Anief, 1984). Wilkinson 1982
menyebutkan, lotion adalah produk kosmetik yang umumnya berupa emulsi, terdiri dari
sedikitnya dua cairan yang tidak tercampur dan mempunyai viskositas rendah serta dapat
mengalir dibawah pengaruh gravitasi. Lotion ditujukan untuk pemakaian pada kulit yang
sehat.
Jadi, lotion adalah emulsi cair yang terdiri dari fase minyak dan fase air yang
distabilkan oleh emulgator, mengandung satu atau lebih bahan aktif di dalamnya. Lotion
dimaksudkan untuk pemakaian luar kulit sebagai pelindung. Konsistensi yang berbentuk cair
memungkinkan pemakaian yang cepat dan merata pada permukaan kulit, sehingga mudah
menyebar dan dapat segera kering setelah pengolesan serta meninggalkan lapisan tipis pada
permukaan kulit (Lachman et al., 1994).
1.2
Formulasi Lotion
Sediaan lotion tersusun atas komponen zat berlemak, air, zat pengemulsi dan
humektan. Komponen zat berlemak diperoleh dari lemak maupun minyak dari tanaman,
hewan maupun minyak mineral seperti minyak zaitun, minyak jojoba, minyak parafin, lilin
lebah dan sebagainya. Zat pengemulsi umumnya berupa surfaktan anionik, kationik maupun
nonionik. Humektan bahan pengikat air dari udara, antara lain gliserin, sorbitol, propilen
glikol dan polialkohol (Jellineck, 1970).
Dalam pembuatan lotion, faktor penting yang harus diperhatikan adalah fungsi dari
lotion
yang
dlinginkan
untuk
dikembangkan.
Fungsi
dari
lotion
adalah
untuk
lotion bertujuan untuk mencegah terpisahnya partikel dari emulsi. Umumnya water soluble
polymers digunakan sebagai bahan pengental yang diklasifikasikan sebagai polimer alami,
semi sintetis polimer, dan polimer sintetis (Mitsui, 1997). Menurut Schmitt (1996), bahan
pengental polimer seperti gum alami, derivat selulosa dan karbomer lebih sering digunakan
dalam sistem emulsi dibandingkan dalam formulasi berbasis surfaktan. Penggunaan bahan
pengental dalam pembuatan skin lotion biasanya digunakan dalam proporsi yang kecil yaitu
dibawah 2,5% (Strianse, 1996).
1.3
memiliki kombinasi air, tipe minyak, dan emolien (pengencer) yang berbeda satu sama
lainnya. Untuk mendapatkan hasilyang terbaik pemilihan pelembap harus sesuai dengan
kondisi kulit. Hal-hal yang harus diperhatikan sebelum memilih pelembab tubuh yang tepat
bagi antara lain : seberapa kering kulit tubuh, iklim tempat tinggal, dan bagian tubuh mana
yang paling membutuhkan pelembap (Aifen, 2011).
Secara garis besar, ada tiga jenis pelembab tubuh yang dapat pilih, anrata lain :
1.3.1
Body Lotion
Body Lotion merupakan sediaan yang paling encer dibandingkan dengan pelembap
lainnya. Lotion yang baik adalah tidak terlalu greasy (berminyak) saat digunakan dan dapat
menyerap dengan cepat saat dioleskan di kulit. Lotion merupakan pilihan paling tepat jika
membutuhkan pelembap yang ringan atau bila digunakan untuk seluruh tubuh. Karena
bentuknya ringan dan tidak meninggalkan residu, lotion bisa digunakan di pagi hari tanpa
perlu khawatir bisa menempel di pakaian. Lotion baik digunakan apabila berada di iklim
yang lembap atau ketika cuaca mulai panas (Aifen, 2011).
1.3.2
Body Cream
Body Cream bentuknya lebih pekat dibanding lotion dan mengandung lebih banyak
minyak pelembap. Krim tubuh (body cream) ini paling baik digunakan di kulit yang paling
kering, seperti lengan dan kaki, yang tak memiliki banyak kelenjar minyak ketimbang dada
dan punggung. Jika terdapat jerawat di dada dan punggung artinya kulit memiliki minyak
alami yang cukup. Jadi, penggunaan krim dihindari di daerah ini. Krim digunakan jika
menemukan ada kulit yang mengelupas karena kering meski sudah menggunakan lotion.
Penggunaan krim yang lebih pekat diperlukan pada cuaca dingin atau sedang bepergian ke
daerah kering. Untuk mengunci kelembapan, krim tubuh digunakan segera setelah mandi
(Aifen, 2011).
BAB II
SIFAT FISIKO-KIMIA BAHAN
2.1
Minyak Zaitun
a. Pemeriaan
tak jenuh dalam kadar yang tinggi (utamanya asam oleat dan
polifenol), vitamin E dan vitamin K (Rowe et al, 2003).
c. Penggunaan
dengan
eter,
Ketika
didinginkan,
minyak
zaitun
Minyak
zaitun
dapat
2.2
Asam Stearat
a. Bobot molekul :
b. Pemeriaan
:
sebagai
pengemulsi
dan
agen
untuk
e. Koefisien partisi
et al, 2003).
f. Kelarutan
Gliserin
6
a. Bobot molekul :
b. Pemeriaan
e. Kelarutan
jawab
menjadikan
warna
campuran
yang
2.4
Trietanolamin
a. Bobot molekul :
b. Pemeriaan
:
aseton,
trietanolamin
penghangatan
dan
dapat
pencampuran
dipulihkan
sebelum
dengan
digunakan.
h. Inkompatibilitas
Trietanolamin
akan
bereaksi
Metil Paraben
a. Bobot molekul :
b. Pemerian
:
1995).
h. Inkompatibilitas
Propil Paraben
a. Bobot molekul :
b. Pemerian
:
1995).
h. Inkompatibilitas
misel.
Walaupun
propilenglikol
(10%)
10
Absorpsi
Propilparaben
kehilangan
propilparaben
warnanya
oleh
dengan
plastik.
keberadaan
Propilenglikol
a. Bobot molekul :
b. Pemerian
:
aseton,
kloroform, etanol 95%, gliserin, dan air; larut 1:6 dalam eter;
tidak dapat bercampur dengan minyak mineral atau campuran
minyak, tetapi dapat dilarutkan oleh beberapa minyak essensial
(Rowe et al, 2003).
e. Suhu lebur
:
f. Stabilitas
:
dan
temperatur
tinggi
akan
teroksidasi
dan
g. Penyimpanan :
Propilenglikol
tidak
2.8
Setil Alkohol
a. Bobot molekul
:
:
Propilenglikol
tidak
Aqua Purificata
a. Bobot molekul :
b. Definisi
:
13
BAB III
MACAM-MACAM FORMULA
3.1
Formula
N
Bahan
Jumlah
FI
o
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
White oil
As.stearat
Gliserin
Trietanolamin
Setil alkohol
Metil paraben
Aquades
Zaitun
Propil paraben
Essential oil
Desstilled water
VCO
Vitamin E
Propilengikol
45 %
7%
10 %
2%
2%
0,1 %
Qs
42,5
0,5 %
Qs
Qs
42 %
0,5 %
2%
FII
FIII
FIV
Fungsi
Fase Minyak
Stabilizer
Emulsi
Emolient
Emolient
Pengawet
Tambahan
Fase Minyak
Pengawet
Pewangi
Fase air
Fase Minyak
Vitamin
Pelarut
14
BAB IV
PROSEDUR KERJA
4.1 Alat dan Bahan
1. Alat yang digunakan
Adapun alat yang digunakan meliputi qwanak timbangan, batang
pengaduk, beker gelas, cawan porselin, corong, botol coklat 100 ml, botol semprot,
erlenmeyer,
gelas arloji, gelas ukur, labu ukur,lap halus, lap kasar, mixer, pipet tetes,
sendok tanduk.
2. Bahan yang digunakan
Adapun bahan yang digunakan meliputi air suling, alfa-tokoferol (vitamin
E), asam askorbat (vitamin C), cethyl alkohol, gliserin, isopropyl palmitate, kertas perkamen,
methyl paraben, mineral oil, minyak zaitun, propyl paraben, span 20, tween 20.
4.2 Cara kerja
Disiapkan alat dan bahan yang akan digunakan, Ditimbang semua bahan.
Dipisahkan antara fase air dan fase minyaknya. Bahan fase minyak yaitu vitamin E, mineral
oil, propyl paraben, span 20, minyak zaitun dan cethyl alcohol. Bahan pada fase air yaitu
vitamin C, gliserin, metyl paraben, tween 20, prolienglikol. Bahan pada fase minyak
dimasukkan semua kedalam wadah A dan pada fase air dalam wadah B, dengan air suling
masing-masing, wadah A dipanaskan sampai semua bahan yang ada dalam wadah melebur.
Dicampurkan bahan yang ada dalam wadah A dan B dalam satu wadah kemudian kocok
dengan keras dengan menggunakan mikser sampai homogen. Kemudian dimasukkan
isopropyl palmitate, dimikser hingga homogen. Dituang kedalam botol dan diberi etiket.
15
Proses pmbuatan lotion secara garis besar adalah mencampurkan fase minyak fase air
(emulsifikasi).
1) Fase air dicampurkan emulgator dihomongenkan
2) Ditambahkan fase minyak.kedua fase masing-masing dipanaskan hingga larut
kemudian baru dicampur
3) Setelah keduanya tercampur baru ditambahkan pengawet ( sebagai anti
mikroorganisme) dan pewangi,pegawet & pewangi ditambahkan setelah suhu
turun hingga 400 c sampai dengan 300 c.
4.3 Analisa pengujian lotion
Analisa dalam pembuatan lotion,adalah analisa terhadap proses dan setelah
menjadi produk jadi,meliputi :
1) Stabilitas emulsi
2) Viskositas
3) Nilai Ph
4) Total mikroba
5) Penyusutan berat
BAB V
16
DAFTAR PUSTAKA
17
Aifen, Liena. 2011. Perbedaan Body Lotion, Body Cream dan Body Butter.
Available at : http://www.sekarjagatbali.com/ perbedaan-body-lotion-body-creamdan- body-butter/
Opened on : 2012-03-14
Anief, M. 1984. Ilmu Farmasi. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Depkes RI, 1979. Farmakope Indonesia Edisi III. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Depkes RI. 1995. Farmakope Indonesia Edisi IV. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik
Indonesia.
Gazali,dolih,dkk.2009. Formulasi dan Uji Stabilitas Mikroemulsi Ketokonazole sebagai Anti
Jamur. Farmaka Vol 7.
Jellineck, S. (1970). Formulation and Function of Cosmetics. New York : Wiley Interscience.
Lachman, L., H.A. Lieberman, and J.L. Kanig. 1994. Teori dan Praktek Farmasi Industri,
Jilid II, Edisi III. Jakarta : Universitas Indonesia.
Miranti, L. 2009. Pengaruh Konsentrasi Minyak Atsiri Kencur (Kaempferia galanga)
dengan Basis Salep Larut Air terhadap Sifat Fisik Salep dan Daya Hambat Bakteri
Staphylococcus aureus secara In Vitro. Surakarta: Fakultas Farmasi Universitas
Muhamadiyah.
Mitsui, T. 1997. New Cosmetic and Science. Elsevier Amsterdam Netherlands : 191-198,
335-338.
Rowe, Raymond C., Paul J. S., Paul J. W. 2003. Handbook of Pharmaceutical Exipients.
London: Pharmaceutical Press.
Schmitt, W.H. 1996. Skin Care Products. In : Williams, D.F. and W.H. Schmitt (Ed).
London: Cosmetics And Toiletries Industry. 2nd Ed. Blackie Academy and
Profesional.
Setyaningsih, Owi, Erliza Hambali, dan Muharamia Nasution. 2007. Aplikasi Minyak Sereh
Wangi (Citronella Oil) dan Geraniol Dalam Pembuatan Skin Lotionpenolak Nyamuk.
Jurnal Teknologi Indonesi Vol 17(3) : 97-103.
Strianse, S. J. 1996. Hands Creams and Lotion in Cosmetics Science and Technology Vol. 1.
2nd Ed. New York : Willy Interscience, a Division of John Wiley and Sons, Inc.
18
Sularto, S. A. dkk. 1995. Pengaruh Pemakaian Madu sebagai Penstubtitusi Gliserin dalam
Beberapa Jenis Krim Terhadap Kestabilan Fisiknya. Laporan Penelitian, LP Unpad.
Bandung: Universitas Padjajaran.
Tano, E. 1999. Teknik Membuat Kosmetik dan Tip Kecantikan. Jakarta : Rineka Cipta.
Voigt, R. 1995. Buku Pelajaran Teknologi Farmasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press.
Wilkinson, J.B and Moore, R.J. 1982. Harrys Cosmeticology. London : George Godwin.
19
4.4
Tabel Penimbangan
a. Formula Pustaka
Nama Bahan
Rentang
pada
pustaka
White oil
Persen
50 gram
yang
sediaan
digunakan
20
10
150
gram
sediaan
30
Penambaha
n bobot
15%
34.5
Asam Stearat
1-20%
3.5
10.5
12.075
Gliserin
<30%
10
15
17.25
Trietanolamin
2-4%
3.45
Setil alkohol
2-5%
3.45
0.1
58.9
0.05
29.45
0.15
88.35
0.1725
101.6025
Penambaha
n bobot
15%
(gram)
73.3125
Rentang
pada
pustaka
Olive oil
42.5
21.25
150
gram
sediaan
(gram)
63.75
Persen
50 gram
yang
sediaan
digunakan (gram)
Asam stearat
1-20%
10.3
5.15
15.45
17.7675
TEA
2-4%
3.45
Gliserin
Propilengliko
l
Metil Paraben
Propilparaben
<30%
8.5
4.25
12.75
14.6625
5-80%
3.45
0,02-0,3%
0,01-0,6%
0.2
0.5
0.1
0.25
0.3
0.75
0.345
0.8625
Setil alkohol
2-5%
0.5
1.5
1.725
Fungsi
fase minyak
agen
pengemulsi
(stabilizer in
oil)
agen
pengemulsi
(stabilizer in
water)
emolient
emolient &
pelarut
pengawet
Pengawet
Fungsi
fase minyak
agen
pengemulsi
(stabilizer in
oil)
agen
pengemulsi
(stabilizer in
water)
emolient
emolint &
pelarut
pengawet
Pengawet
agen
pengemulsi
(stabilizer in
oil)
20
Esensial oil
Aqua
Destilata
qs
qs
qs
qs
Pewangi
33
16.5
49.5
56.925
fase air
Penambaha
n bobot
15%
(gram)
72.45
c. Formula Alternatif 2
Nama Bahan
Rentang
pada
pustaka
VCO
42
21
150
gram
sediaan
(gram)
63
Persen
50 gram
yang
sediaan
digunakan (gram)
Asam stearat
1-20%
10.3
5.15
15.45
17.7675
TEA
2-4%
3.45
Gliserin
Propilengliko
l
Metil Paraben
Propilparaben
<30%
8.5
4.25
12.75
14.6625
5-80%
3.45
0,02-0,3%
0,01-0,6%
0.2
0.5
0.1
0.25
0.3
0.75
0.345
0.8625
0.5
0.25
0.75
0.8625
0.5
1.5
1.725
qs
qs
qs
qs
33
16.5
49.5
56.925
Vitamin E
Setil alkohol
Esensial oil
Aqua
Destilata
2-5%
Fungsi
fase minyak
agen
pengemulsi
(stabilizer in
oil)
agen
pengemulsi
(stabilizer in
water)
emolint
emolint &
pelarut
pengawet
pengawet
vitamin (zat
tambahan)
agen
pengemulsi
(stabilizer in
oil
pewangi
fase air
21
d. Formula Alternatif 3
Nama Bahan
Rentang
pada
pustaka
VCO
42
21
150
gram
sediaan
(gram)
63
Persen
50 gram
yang
sediaan
digunakan (gram)
Penambaha
n bobot
15%
(gram)
72.45
Asam stearat
1-20%
11
5.5
16.5
18.975
TEA
2-4%
3.45
Gliserin
Propilengliko
l
Metil Paraben
Propilparaben
<30%
8.5
4.25
12.75
14.6625
5-80%
3.45
0,02-0,3%
0,01-0,6%
0.2
0.5
0.1
0.25
0.3
0.75
0.345
0.8625
Vitamin E
0.5
0.25
0.75
0.8625
Esensial oil
Aqua
Destilata
qs
qs
qs
qs
33.3
16.65
49.95
57.4425
Penambaha
n bobot
15%
(gram)
72.45
Fungsi
fase minyak
agen
pengemulsi
(stabilizer in
oil)
agen
pengemulsi
(stabilizer in
water)
Emolint
emolint &
pelarut
Pengawet
Pengawet
vitamin (zat
tambahan)
Pewangi
fase air
e. Formula Alternatif 4
Nama Bahan
Rentang
pada
pustaka
VCO
42
21
150
gram
sediaan
(gram)
63
Persen
50 gram
yang
sediaan
digunakan (gram)
Asam stearat
1-20%
11.5
5.75
17.25
19.8375
TEA
2-4%
3.45
Gliserin
Propilengliko
l
Metil Paraben
Propilparaben
<30%
8.5
4.25
12.75
14.6625
5-80%
3.45
0,02-0,3%
0,01-0,6%
0.2
0.5
0.1
0.25
0.3
0.75
0.345
0.8625
Fungsi
fase minyak
agen
pengemulsi
(stabilizer in
oil)
agen
pengemulsi
(stabilizer in
water)
Emolint
emolint &
pelarut
Pengawet
Pengawet
22
Esensial oil
Aquadest
4.5
CARA KERJA
qs
33.3
qs
16.65
qs
49.95
qs
57.4425
Pewangi
fase air
a. Formula Pustaka
1. Diawali dengan pemanasan asam stearat, white oil, dan setil alkohol dalam beker
gelas hingga suhu 70oC disertai dengan pengadukan.
2. Suhu diturunkan hingga 65oC, dimasukkan trietanolamin secara perlahan-lahan dan
terus diaduk sampai adonan tercampur rata dalam beker gelas diatas magnetic
stirer (Adonan 1)
3. Gliserin dan air dipanaskan hingga suhu 80 oC dalam wadah yang berbeda. Lalu
dilakukan pendinginan hingga suhu 65oC (Adonan 2).
4. Adonan 1 dan 2 dicampur sambil terus diaduk dengan magnetic stirer pada putaran
penuh. Pengadukan dilakukan sampai terbentuk emulsi yang halus. Kemudian
pengadukan
dilanjutkan
secara
manual
terus
dilakukan
sampai
adonan
dihangatkankan.
7. Aduk dengan cepat dan konstan selama 10 menit kemudian aduk dengan kecepatn
sedang hingga dingin.
8. Tambahkan esensial oil ke dalam campuran lotion.
9. Lotion dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup rapat.
10. Sediaan diberi etiket.
c. Formula Alternatif 2
23
dihangatkankan.
7. Aduk dengan cepat dan konstan selama 10 menit kemudian aduk dengan kecepatn
sedang hingga dingin.
8. Tambahkan esensial oil ke dalam campuran lotion.
9. Lotion dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup rapat.
10. Sediaan diberi etiket
d. Formula Alternatif 3
1. Semua bahan-bahan yang diperlukan ditimbang.
2. Masukkan virgin coconut oil, dan asam stearat ke dalam cawan porselen lalu
3.
4.
5.
6.
dihangatkankan.
7. Aduk dengan cepat dan konstan selama 10 menit kemudian aduk dengan kecepatn
sedang hingga dingin.
8. Tambahkan esensial oil ke dalam campuran lotion.
9. Lotion dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup rapat.
10. Sediaan diberi etiket
e. Formula Alternatif 4
1. Semua bahan-bahan yang diperlukan ditimbang.
2. Masukkan virgin coconut oil, dan asam stearat ke dalam cawan porselen lalu
3.
4.
5.
6.
7. Aduk dengan cepat dan konstan selama 10 menit kemudian aduk dengan kecepatn
sedang hingga dingin.
8. Tambahkan esensial oil ke dalam campuran lotion.
9. Lotion dimasukkan ke dalam wadah dan ditutup rapat.
10. Sediaan diberi etiket
BAB V
EVALUASI SEDIAAN
5.1
Evaluasi Fisika
5.1. 1 Organoleptis
Pemeriksaan organoleptis meliputi bentuk, warna dan bau yang diamati
secara visual.
5.1. 2 Homogenitas
Pengujian homogenitas dilakukan dengan mengoleskan zat yang akan
diuji pada sekeping kaca atau bahan transparan lain yang cocok, harus
menunjukkan susunan yang homogen (Depkes RI, 1979).
5.1. 3 Uji Daya Sebar
25
Keterangan:
F = Persen pemisahan (%)
Hu = Tinggi endapan air
Ho = Tinggi mula-mula
5.1. 6 Uji Viskositas
Fenomena sediaan yang mengikuti sifat aliran pseudoplstik juga akan
mengikuti sifat aliran tiksotropik. Viskositas sediaan ini dapat diukur dengan
menggunakan Viskosimeter Brookfield karena viskosimeter ini dapat
mengukur viskositas sediaan yang bersifat Non Newton dan Newton. Prinsip
kerjanya adalah dengan dengan menggunakan spindel dan motor. Setelah
motor dihidupkan maka spindel akan berputar dan diamati angka yang
ditunjukkan oleh jarum merah, dicatat. Untuk menghitung viskositasnya maka
angka yang ditunjukkan oleh jarum merah dikalikan dengan suatu faktor yang
terdapat pada brosur alat.
26
Evaluasi Kimia
5.2.1 Pengukuran pH
Alat pH meter dikalibrasi menggunakan larutan dapar pH 7 dan pH 4.
Satu gram sediaan yang akan diperiksa diencerkan dengan air suling
hingga 10 mL. Elektroda pH meter dicelupkan ke dalam larutan yang
diperiksa, jarum pH meter dibiarkan bergerak sampai menunjukkan posisi
tetap, pH yang ditunjukkan jarum pH meter dicatat (Depkes RI, 1995)
27