Anda di halaman 1dari 3

Pengaruh Lingkungan dalam Pendidikan

Rubrik: Opini Pembaca | Kontributor: Kusnadi El-Ghezwa - 27/01/12 | 11:30 | 03 Rabbi alAwwal 1433 H

0 Komentar

1852 hits

Ilustrasi (123rf.com/Jasmin Merdan)


dakwatuna.com - Pendidikan merupakan sebuah proses, bukan hanya sekedar mengembangkan
aspek intelektual semata atau hanya sebagai transfer pengetahuan dari satu orang ke orang lain
saja, tapi juga sebagai proses transformasi nilai dan pembentukan karakter dalam segala
aspeknya. Dengan kata lain, pendidikan juga ikut berperan dalam membangun peradaban dan
membangun masa depan bangsa.
Peran pendidikan bagi suatu bangsa sangat penting. Dan itu tidak bisa di pungkiri lagi, sehingga
pendidikan dan pengajaran mutlak diperlukan bukan hanya untuk membangun suatu peradaban
yang lebih bagus tapi itu merupakan kewajiban bagi setiap orang. Sebagian orang menjadikan
talim dan taallum (belajar dan mengajarkan ilmu) bukan sebagai kewajiban, tapi sebagai
kebutuhan, dalam arti bahwa talim dan taallum merupakan thariqah (jalan hidup). Bukan hanya
sekedar konsepsi tapi sudah menjadi tradisi.
Sebagaimana Islam yang diwahyukan kepada Rasulullah Muhammad SAW mengandung
implikasi kependidikan yang bertujuan untuk menjadi rahmatan lil alamin (rahmat bagi

sekalian alam). Di dalamnya terkandung suatu potensi yang mengacu kepada dua fenomena
perkembangan, yaitu:
1. Potensi psikologis yang mempengaruhi manusia untuk menjadi sosok pribadi yang berkualitas
bijak dan menyandang derajat mulia melebihi makhluk-makhluk lainnya.
2. Potensi perkembangan kehidupan manusia sebagai khalifah di muka bumi yang dinamis dan
kreatif serta responsif terhadap lingkungan sekitarnya, baik yang alamiah maupun yang
ijtimaiyah dimana Tuhan menjadi potensi sentral perkembangannya.
Namun ketika kita melihat problematika pemuda yang terbentang di hadapan kita sekarang
sungguh sangat kompleks sekali, mulai dari masalah pengangguran, krisis mental, krisis
eksistensi, hingga masalah dekadensi moral. Belum lagi budaya primitif dan pragmatisme yang
kian merebak membuat sebagian pemuda terjebak dalam kehidupan hedonis, serba instan dan
tercabut dari idealisme sehingga cenderung menjadi manusia yang anti sosial.
Apalagi ketika melihat anak-anak sekarang jauh lebih dewasa secara psikologis dibanding
umurnya, sedikitnya ada tiga factor yang mempengaruhi perkembangan anak-anak didik
sekarang. Inilah yang menurut penulis menjadi sorotan penting bagi kita sebagai anak didik agar
bisa lebih berhati-hati di dalam bergaul dan beradaptasi dengan lingkungan. Pertama, anak-anak
dipaksa hidup dengan bahasa dan gaya hidup orang dewasa. Kedua, lingkungan. Ketiga,
teknologi.
Pertama, anak-anak dipaksa hidup dengan bahasa dan gaya hidup orang dewasa. Ada banyak
uraian akan hal ini. Salah satu di antaranya adalah tidak adanya lagu anak-anak yang bertemakan
kejenakaan dan bertemakan dunia anak-anak. Anak sekarang mulai usia sebelum sekolah sudah
dipaksa membiasakan diri mendengarkan lagu-lagu dewasa yang celakanya lagi adalah rata-rata
lagu dewasa itu bertemakan cinta pada lawan jenis, yang secara psikologis masih belum layak
menjadi konsumsi anak-anak. Sehingga, anak-anak kecil sekarang ini sudah terbiasa mendengar
kata pacar, cinta, dan hal-hal yang berhubungan dengan ikatan dewasa tersebut.
Kedua, lingkungan. Ya, lingkungan-lah yang paling bertanggung jawab atas teronaninya anakanak kita hingga menjadi dewasa sebelum waktunya. Bagaimana tidak, saat sekarang ini, para
orang dewasa secara sadar atau tidak mengajari anak-anaknya untuk berpacaran. Saat ada teman
lawan jenisnya datang ke rumah, biasanya sang ibu atau ayah akan pergi meninggalkan mereka
berdua. Belum lagi lingkungan sekitar yang menunjukkan bagaimana muda-mudi yang berlalu
lalang dengan pasangannya masing-masing dan menjadi pemandangan lumrah bagi anak-anak
yang sedang asyik bermain.
Ketiga, teknologi. Harus diakui teknologi mengambil peran penting terhadap hal ini. Dulu untuk
mendapatkan konten pornografi kita harus bersusah payah mendapatkannya. Sekarang tinggal
download atau Bluetooth saja. Dan parahnya lagi, hp anak-anak sudah sangat memungkinkan
untuk menyimpan, menonton, bahkan hingga membuat atau menyebarkan. Akhirnya seringkali
terjadi bisik-bisik di kalangan anak-anak lebih keras dan kencang dibanding bisik-bisik pada
orang dewasa.

Dalam hal ini Ibnu Kholdun menegaskan bahwa


Kalau yang satu telah lebih dahulu (datang) mempengaruhinya, sifat yang lain akan
menjauh dalam bentuk yang seimbang, sehingga menjadi sukar baginya untuk
memperoleh sifat yang telah menjauh itu. Orang-orang yang memiliki sifat kebaikan itu telah
terlebih dahulu mempengaruhi dirinya, sehingga telah menjadi sifat yang tertanam dalam
jiwanya, ia akan terjauh dari kejahatan, dan sukar baginya untuk melakukan kebaikan.
Apabila kebiasaan-kebiasaan yang jahat itu terlebih dahulu sampai kepadanya, maka akan
menjauh dari sifat kebaikan.
Dalam kutipan tersebut, menunjukkan suatu teori yang dilahirkan oleh Ibn Khaldun bahwa,
manusia pada dasarnya adalah baik, pengaruh yang datang kemudianlah yang akan menentukan
apakah jiwa manusia tetap baik, atau menyimpang menjadi jahat. Jika pengaruh baik yang
terlebih dahulu datang, maka jiwanya akan menjadi baik. Demikian pula sebaliknya. Ibn
Khaldun juga menegaskan, bahwa sifat kebaikan dan kejahatan telah tertanam sedemikian
rupa, sehingga telah menjadi malaikat-nya.
Dengan demikian, manusia diberi kemungkinan mendidik diri dan orang lain. Di sinilah
tergambar, bahwa dia memiliki kemauan bebas untuk menentukan dirinya sendiri melalui
ikhtiarnya. Jika ia menginginkan menjadi manusia yang berguna bagi nusa dan bangsa maka ia
harus kuat dan tangguh di dalam menghadapi panasnya kehidupan dan pengaruh yang datang
dari luar maupun dari dalam.
Sumber: http://www.dakwatuna.com/2012/01/27/18285/pengaruh-lingkungan-dalampendidikan/#ixzz2SQBxXe7e
Follow us: @dakwatuna on Twitter | dakwatunacom on Facebook
http://www.dakwatuna.com/2012/01/27/18285/pengaruh-lingkungan-dalampendidikan/#axzz2SQBm1Vji

Anda mungkin juga menyukai