Anda di halaman 1dari 18

PRESENTASI KASUS

GANGGUAN MENTAL ORGANIK

Oleh:
Garnis Nirwanasari
1420221160

Pembimbing:
dr. Yos Suwardi, Sp.KJ

KEPANITERAAN KLINIK BAGIAN KESEHATAN JIWA


FAKULTAS KEDOKTERAN UPN VETERAN JAKARTA
Periode 19 Oktober 21 November 2015

STATUS PASIEN
I.

IDENTITAS PASIEN
Nama
: Nn. D
Umur
: 22 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Tanggal Lahir
: 15 Maret 1993
Agama
: Islam
Pekerjaan
: Mahasiswi
Alamat
: Jalan damai RT 004/09 No. 64, Kp. Rawa, Jakarta Selatan
Suku
: Jawa
Pendidikan
: SMA
Status Pernikahan : Belum Menikah
Tanggal Masuk RS : 28 Oktober 2014

II. RIWAYAT PSIKIATRI


a. Keluhan Utama
Pasien mencekik ayahnya beberapa jam sebelum masuk rumah sakit.
b. Keluhan Tambahan
Pasien mara-marah, mengamuk, dan tampak berbicara sendiri sejak 4 hari
sebelum masuk rumah sakit.
c. Riwayat Gangguan Sekarang
Pasien datang ke poli jiwa RSPAD, diantar oleh kedua orangtuanya dengan
keluhan sehabis mencekik ayahnya. Menurut alloanamnesis (orangtua), pasien
tiba-tiba mencekik ayahnya dari arah belakang ketika ayahnya sedang
melaksanakan sholat pada pagi hari. Cekikan tersebut dilepaskan secara paksa oleh
ibu dan kakak perempuan pasien. Setelah cekikan dilepas, kedua tangan pasien
diikat oleh kakaknya menggunakan tali. Selama diikat, pasien mengamuk dan
berusaha melepaskan ikatan tali tersebut, namun setelah 1 jam berlangsung pasien
menjadi tenang. Setelah pasien tenang, orangtua membawa pasien ke poli jiwa
RSPAD. Orangtua pasien juga mengatakan bahwa pasien tampak tertawa dan
merasa tidak bersalah atas perbuatan yang telah dilakukan pada ayahnya.
Ibu pasien juga mengatakan bahwa pasien sering berbicara sendiri di kamar
sejak 4 hari sebelum masuk rumah sakit.
Dua hari sebelum masuk rumah sakit, tiba-tiba pasien memukul matanya dan
tertawa saat sedang menonton televisi. Kemudian pasien dipukul pahanya oleh
ibunya. Setelah itu, pasien memukul televisi, membanting piring, dan pemanas
nasi. Pasien pun dimarahi oleh ayahnya, namun pasien naik ke kamar dan mengikat
lehernya dengan selendang tari milik kakaknya. Semenjak 4 hari setelah
2

dipulangkan dari RSPAD, pasien menolak minum obat saat di rumah. Berbagai
cara telah dilakukan oleh ibu pasien dengan mencampurkan obat dengan madu dan
memasukkan obat ke dalam pisang, namun pasien tetap tidak mau minum dan
makan karena pasien berasumsi bahwa didalamnya terdapat obat.
Setelah 2 hari dirawat, pasien sudah bisa diajak bicara, dan berperilaku tenang.
Berdasarkan autoanamnesis, pasien mengatakan bahwa ia bermimpi diberitahu
adiknya bahwa ia meninggal dengan cara dibunuh oleh kopasus. Pasien terlihat
berbicara dan mendengar sesuatu yang menyuruhnya pindah ke RSPP. Pasien
mengatakan bahwa semua orang Pati dibunuh oleh tetangganya di rumah yang
bernama Kelik. Pasien mengaku bahwa ia memiliki panca indera sakti dan sering
mendengar suara Allah. Pasien mengatakan ada yang mengganggu drinya, yaitu
setan-setan kuntilanak dari pojok kanan dan kiri dan terdengar bunyi
dukdukdukduk dari ubin atas. Pasien memuntahkan obatnya dikarenakan ia
menganggap obat tersebut beracun. Pasien mengatakan dapat mengetahui hal
tersebut karena diberi tahu oleh Allah. Kemudian pasien bercerita bahwa pada saat
ia membaca Al-Quran, ia dipantau oleh ustadz atas suruhan Kelik. Pasien juga
mengatakan bahwa sajadah miliknya adalah pemberian dari pemerintah pada
zaman Bung Hatta karena pasien pintar dalam hal agama dan bahasa inggris.
Pasien juga mengatakan bahwa ia curiga tanpa alasan yang jelas kepada 2 orang
dokter muda yang turut mengunjungi bangsal. Pada pukul 11.20 WIB, pasien
berteriak dan marah-marah sehabis melihat ke arah luar jendela saat para tukang
sedang bekerja. Ia mengatakan bahwa rumah sakit ini ia yang bangun, tapi kenapa
dibakar. Kemudian pasien membanting menu makan siangnya ke lantai.
d. Riwayat Gangguan Sebelumnya
i.
Riwayat Gangguan Psikiatri
Pasien sudah di diagnosis gangguan mental organik sejak Januari 2015
dan dirawat di paviliun Amino RSPAD. Pada saat itu, pasien datang karena teriakteriak dan gaduh gelisah. Selain itu, pasien juga ada kecenderungan menyakiti
orang lain dan diri sendiri. Setelah itu, pasien kembali dirawat pada September
2015 karena gaduh gelisah dan memukul orangtuanya. Pasien juga tidak minum
obat selama 2 bulan. Pasien dipulangan pada tanggal 23 Oktober 2015, dan datang
kembali pada tanggal 28 Oktober 2015 dengan keluhan dapat menciderai orang
lain dan diri sendiri.

ii.

Riwayat Medis Umum


Pasien pernah mengalami cedera kepala sedang sebanyak dua kali.
Kejadian bermula pada tahun 2012. Saat itu pasien mengendarai sepeda motor
tanpa menggunakan helm. Tanpa disengaja, sebuah metromini kopaja menabrak
pasien. Pasien terjatuh dan terdapat luka robek pada kepalanya. Kemudian
pasien dibawa ke RSPP dan sempat tidak sadarkan diri selama dua hari. Dokter
menyarankan untuk dioperasi namun keluarga menolak. Setelah kejadian
tersebut, pasien lebih sering melamun sendiri di rumah dan pasien mudah
tersinggung hingga marah. Pasien sempat melanjutkan kuliahnya. Namun,
teman-teman pasien mengeluhkan bahwa sekarang pasien suka berbicara ngaco
dan mudah marah. Pasien mulai dijauhi oleh teman-temannya. Prestasi pasien
pun menurun. Kemudian pasien melanjutkan ke universitas lain dengan alasan
jaraknya jauh dari rumah.
Pada Desember 2014, pasien ditabrak mobil hingga mengalami patah
tulang rahang bawah. Pasien dibawa ke RSUP Fatmawati, dan kemudian dirujuk
untuk melakukan operasi rahang bawah ke RSPAD. Setelah dilakukan CT scan,
ternyata terdapat kontusio serebri regio frontalis dextra. Hasil EEG
menunjukkan adanya perlambatan pada temporal kanan. Dokter menyarankan
untuk dilakukan operasi pada pasien namun keluarga menolak.

iii.

Riwayat Penggunaan Zat Psikoaktif dan Alkohol


Pasien tidak pernah terlibat dalam penggunaan zat psikoaktif, alkohol,
maupun rokok.

e. Riwayat Kehidupan Pribadi


i.
Riwayat Prenatal dan Perinatal
Dalam masa kehamilan tidak terdapat keluhan dari ibu pasien, persalinan
secara normal dan cukup bulan (aterm). Pasien merupakan anak yang
ii.

diharapkan oleh kedua orang tuanya.


Riwayat Masa Kanak Awal (0-3 tahun)
Pasien diperlakukan seperti anak yang lain, dirawat oleh kedua orang

iii.

tuanya dengan sangat baik dan penuh kasih sayang.


Riwayat Masa Kanak Pertengahan (3-11 tahun)
Pasien masuk ke jenjang sekolah dasar pada usia 6 tahun di SDN 07 Pagi,

iv.

Grogol Utara. Pasien memiliki banyak teman dan selalu mendapat juara 5 besar.
Riwayat Masa Kanak Akhir dan Remaja (12-18 tahun)
Pasien melanjutkan pendidikannya ke tingkat sekolah menengah pertama
di SMPN 185 Jakarta. Prestasi belajar tidak sebagus saat di sekolah dasar.

Kemudian pasien melanjutkan pendidikannya ke SMKN 90 Jakarta. Pasien


v.

mengambil jurusan akuntansi. Pasien memiliki cukup banyak teman.


Masa Dewasa
1. Riwayat Pendidikan
Pasien melanjutkan pendidikannya di Universitas Bhayangkara jurusan
akuntansi. Pasien merupakan mahasiswi tingkat 4 yang tidak lama lagi akan
menyusun skripsi. Prestasi pasien selama kuliah baik. Indeks prestasi
kumulatif pasien pada semester VII adalah 2,9. Pasien dapat bergaul dengan
teman-temannya selama kuliah.
2. Riwayat Pekerjaan
Pasien belum bekerja.
3. Riwayat Pernikahan
Pasien belum menikah.
4. Riwayat Kehidupan Beragama
Pasien beragama Islam. Menurut kakaknya, pasien rajin shalat 5 waktu
dan mengaji.
5. Riwayat Pelanggaran Hukum
Tidak ada.
6. Riwayat Psikoseksual
Pasien menyukai lawan jenis (heteroseksual).
7. Aktivitas Sosial
Selama di rumah, pasien sering berinteraksi dengan keluarga dan
tetangga.

f. Riwayat Keluarga
Pasien merupakan anak kedua dari empat bersaudara. Ayah dan ibu pasien
bekerja sebagai satpam. Pasien memiliki seorang kakak perempuan bernama Ika,
dan dua adik perempuan, bernama Tri dan Nurul. Hubungan pasien dengan
orangtua dan saudara-saudaranya baik. Pasien mengaku dekat dengan kedua
orangtuanya, namun pasien lebih sering menuangkan curahan hatinya kepada
ayahnya.
Menurut kakak pasien, pasien memiliki watak yang keras kepala. Terkadang
pasien dapat melawan orangtuanya.
Menurut pasien, orangtua pasien terkadang suka marah-marah kepada dirinya.
Pasien merasa hanya dirinyalah yang kurang disayang oleh orangtua dibanding
dengan saudara-saudaranya yang lain. Pasien sayang kepada saudara-saudaranya.
g. Situasi Kehidupan Sekarang
Saat ini pasien tinggal bersama orang tuanya di Jakarta. Selama pasien dirawat
di bangsal Amino RSPAD Gatot Soebroto, pasien pernah dijenguk oleh kakak dan
adiknya. Pasien dibawakan makanan dan minuman yang disukai pasien dan
5

membawa pakaian ganti. Pasien butuh pantauan orang lain untuk meminum obat,
karena pasien sering memuntahkan obat.
h. Persepsi
i.
Pasien Tentang Diri dan Lingkungan
Pasien merasa dirinya sehat dan tidak merasa mengalami gangguan jiwa..
Pasien mengatakan ingin melanjutkan kuliahnya dan merasakan menyusun
skripsi.

ii.

Keluarga Tentang Diri Pasien


Keluarga sangat berharap pasien dapat sembuh dan beraktivitas kembali
seperti sedia kala. Keluarga merasa sangat terpukul dengan keadaan pasien

iii.

sekarang. Ibu pasien ingin pasien dapat melanjutkan kembali kuliahnya.


Mimpi, Fantasi dan Nilai-Nilai
Pasien ingin merasakan menyusun skripsi.

GENOGRAM

Keterangan:

Laki-laki
Perempuan
Pasien

III.

STATUS MENTAL (30 Oktober 2015)


a. Deskripsi Umum
i.
Penampilan
Pasien berjenis kelamin perempuan berusia 22 tahun dengan penampilan
sesuai usia, kulit sawo matang, rambut pendek, tidak dandan, memakai
kacamata, perawatan diri kurang, gigi sering tampak kotor, tampak jerawat kecil
pada kulit. Pasien menggunakan kaos dan celana, gerak normal, berjalan lambat,
dan cara berjalan normal hanya sedikit membungkuk.
6

ii.

Perilaku dan Aktivitas Psikomotor


Perilaku pasien cenderung tenang. Pasien juga sering berperilaku tidak
wajar, seperti melepaskan kacamatanya dan mengerutkan alisnya, dan
mengatakan bahwa ia sedang menunjukkan bahwa itu merupakan wajah dari
orang yang ia kenal.

iii.

Sikap Terhadap Pemeriksa


Selama wawancara pasien melakukan kontak mata dengan pemeriksa.
Pasien dapat menjawab pertanyaan yang diberikan. Pasien kooperatif selama
wawancara.

b. Mood dan Afek


i.
Mood
: Disforik
ii.
Afek
: Afek yang sesuai (luas)
iii.
Keserasian
: Serasi antara afek dan mood
c. Pembicaraan
Cara berbicara spontan, artikulasi jelas, volume cukup, kecepatan baik,
terkadang tampak berbicara kepada selain pemeriksa. Pasien sangat banyak
bicara. Pasien tampak seperti berbicara sendiri dan berbisik.
d. Gangguan Persepsi
Terdapat halusinasi auditorik dan visual.
e. Pikiran
i.
Proses Pikir
ii.
Isi Pikir

: Asosiasi longgar, flight of ideas, logorrhea


: Waham kejar, waham kebesaran, waham curiga, dan waham
keagamaan.

f. Sensorium dan Kognisi


i.
Taraf Kesadaran dan Kesiagaan
Kesadaran kompos mentis dan kesiagaan baik.
ii.

Orientasi
1. Waktu
Orientasi waktu pasien kurang baik. Pasien terkadang lupa sekarang tahun
beraapa, pasien tidak tahu sudah berapa lama berada di ruang perawatan.
Pasien terkadang bingung apakah sedang pagi, siang, sore, atau malam.
2. Tempat
Orientasi tempat pasien baik. Pasien dapat mengetahui jika sekarang pasien
berada di Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat Gatot Soebroto.
3. Orang
7

Orientasi orang pasien cukup baik. Pasien dapat mengenali dokter, perawat,
orang tua, dan kakak/adiknya.
iii.

Daya Ingat
1. Jangka Panjang
Daya ingat jangka panjang pasien baik. Pasien dapat mengingat nama
sekolahnya dari sekolah dasar hingga kuliah.
2. Jangka Sedang
Daya ingat jangka sedang pasien cukup. Pasien dapat mengingat siapa yang
membawanya ke rumah sakit. Namun terkadang pasien lupa nama dokter
yang mengunjunginya kemarin.
3. Jangka Pendek
Daya ingat jangka pendek pasien baik. Pasien dapat mengingat menu
makanan pagi atau siang hari.
4. Jangka sangat pendek
Daya ingat jangka sangat pendek pasien baik. Pasien dapat mengingat nama
pemeriksa saat awal berkenalan.

iv.

Konsentrasi dan Perhatian


Pasien terlihat kurang konsentrasi dalam menghitung dan perhatian pasien
sering beralih saat wawancara karena seperti sedang berbicara diajak bicara oleh
selain pemeriksa.

v.

Kemampuan Membaca dan Menulis


Pasien dapat membaca dengan baik saat membaca name tag pemeriksa.
Tulisan pasien jelas dan dapat dibaca. (lampiran 1)

vi.

Kemampuan Visuospasial
Pasien dapat menggambar dan menunjukkan arah jarum jam dengan baik.
(lampiran 2)

vii.

Pikiran Abstrak
Pikiran abstrak pasien kurang baik, pasien tidak mengetahui arti peribahasa
berakit-rakit ke hulu, berenang-renang ke tepian dan peribahasa air susu diballas
dengan air tuba.

viii.

Intelegensia dan Kemampuan Informasi


Cukup. Terkadang pasien kurang pandai dalam berhitung, namun pasien
mengetahui presiden pertama Indonesia dan presiden Indonesia sekarang.

g. Pengendalian Impuls
Selama wawancara pasien terlihat kooperatif, dapat mengendalikan diri.
h. Daya Nilai dan Tilikan
8

1. Daya Nilai Sosial


Kooperatif saat di wawancara
2. Penilaian Realita
Terganggu
3. Tilikan
Derajat 1, pasien mengatakan saat ini dirinya sehat.
i. Taraf Dapat Dipercaya
Dari wawancara dengan pasien dapat disimpulkan keterangan pasien sejauh
ini kurang dapat dipercaya karena ketika pemeriksa melakukan wawancara
dengan kakak pasien, didapatkan pernyataan yang sama dari keduanya dan ada
yang berbeda.
IV.

PEMERIKSAAN FISIK
a. Status Interna
Keadaan umum
: Ttampak sakit sedang
Kesadaran
: Compos mentis
Tekanan darah
: 96/73 mmHg
Nadi
: 100 kali/menit
Pernafasan
: 20 kali/menit
Suhu
: 36,4 OC
Kepala
: rambut hitam, tidak mudah dicabut
Mata
: Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik, pupil isokor
THT
: Telinga normotia, tidak ada sekret yang keluar adri telinga
Mulut
Thorax

dan hidung, faring tidak hiperemis


: Mukosa lembab, tidak ada sianosis
: Pergerakan dinding dada simetris.
Pulmo
: suara nafas dasar vesikuler, tidak ada ronkhi,
Cor

Abdomen
Ekstremitas

tidak ada wheezing


: Bunyi jantung I II reguler, tidak ada murmur,

tidak ada gallop


: Datar, bising usus (+) normal, perabaan supel, nyeri tekan (-)
: Terdapat seperti bentol-bentol kecil pada lengan dan tungkai,
akral hangat, CRT <2 detik, tidak ada edema, tidak ada sianosis

b. Status Neurologis
Tanda rangsang meningeal
Tanda ekstrapiramidal
Cara Berjalan
Keseimbangan
Motorik
Sensorik
V.

: Negatif
: Negatif
: Normal
: Normal
: Normal
: Normal

IKHTISAR PENEMUAN BERMAKNA


Pemeriksaan dilakukan pada Nn. D, usia 22 tahun, agama Islam, pendidikan
terakhir SMA. Pasien dirawat di paviliun Amino RSPAD Gatot Soebroto pada tanggal

28 Oktober 2015, diantar oleh kedua orangtuanya dengan keluhan mencekik ayahnya
dan marah-marah. Pasien tidak mau minum obat semenjak di rumah.
Dari

pemeriksaan

status

mental

tanggal

30 Oktober 2015 pasien

berpenampilan sesuai umur, rawat diri cukup, kesadaran compos mentis dan tampak
terganggu, selama wawancara pasien tenang, kooperatif dan kontak mata baik.
Pembicaraan spontan dengan volume cukup. Terdapat mood yang disforik dan afek
yang sesuai. Pada pasien ditemukan adanya halusinasi visual dan auditorik. Pada
pasien terdapat disorientasi waktu dan konsentrasi dan perhatian yang kurang. Proses
berpikir pasien logorrhea, asosiasi longgar dan flight of ideas. Pasien mempunyai
waham keagamaan, waham kebesaran, waham curiga, dan waham kejar. Pasien tidak
sadar dirinya sakit, tilikan pasien derajat 1. RTA tampak terganggu.
Keluhan pertama kali muncul pada bulan Januari 2015 setelah pasien
mengalami kecelakaan lalu lintas dan mengalami trauma kepala.
Menurut keluarga, pasien pernah memiliki cedara pada kepalanya, tidak
memiliki riwayat kejang, tidak mengkonsumsi minuman beralkohol, obat-obatan
terlarang, ataupun merokok.
VI.

FORMULASI DIAGNOSTIK
Pada pasien ini ditemukan adanya gangguan bicara, persepsi dan pikiran yang
bermakna yang menimbulkan distress (penderitaan) dan disability (hendaya) dalam
kehidupan sosial pasien, sehingga disimpulkan pasien mengalami gangguan jiwa
menurut PPDGJ III.
Aksis I
Berdasarkan riwayat perjalanan penyakit, pasien pernah menderita penyakit
yang secara fisiologis mengganggu fungsi otak, pasien memiliki riwayat trauma pada
kepalanya. Namun, pada pasien tidak ditemukan adanya riwayat penggunaan zat
psikoaktif, maupun riwayat merokok. Pasien tidak mengalami demam tinggi atau
kejang sebelumnya. Hal ini dapat menjadi dasar untuk diagnosis gangguan mental
organik.
Dari anamnesis dan pemeriksaan status mental, didapatkan bahwa pasien
mengalami gangguan mental organik.
Aksis II
Dilihat dari perilaku pasien, pasien cenderung memiliki tipe kepribadian
paranoid.
10

Aksis III
Tidak ditemukan kelainan
Aksis IV
Ada masalah dalam keluarga dan pendidikan.
Aksis V
Penilaian kemampuan penyesuaian menggunakan skala Global Assement Of
Functioning (GAF) menurut PPDGJ III, didapatkan GAF tertinggi dalam 6 bulan
terakhir 40-31 yaitu terdapat beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan
komunikasi, disabilitas dalam beberapa fungsi. Nilai GAF saat masuk ke bangsal
Amino 20-11 bahaya menciderai diri sendiri dan orang lain.

VII.

EVALUASI MULTIAKSIAL
Aksis I
: Gangguan mental perilaku akibat kerusakan dan disfungsi

Aksis II
Aksis III
Aksis IV
Aksis V

otak dan penyakit fisik (F06)


: Kepribadian paranoid
: Tidak ditemukan kelainan
: Adanya tekanan dalam lingkungan pendidikan
: GAF tertinggi dalam 6 bulan terakhir 40-31 yaitu terdapat
beberapa disabilitas dalam hubungan dengan realita dan
komunikasi, disabilitas dalam beberapa fungsi. Nilai GAF saat
masuk ke bangsal Amino 20-11 bahaya menciderai diri sendiri
dan orang lain.

VIII.

IX.

DIAGNOSIS
Diagnosis Kerja

: gangguan mental perilaku akibat kerusakan dan disfungsi otak

Diagnosis Banding

dan penyakit fisik (F06)


: Skizofrenia paranoid (F20.0)

DAFTAR MASALAH
A.

Organobiologik
Terdapat sequele cedera kepala. Tidak adanya faktor genetik dari keluarga yang
mempunyai keluhan yang sama dengan pasien.

B.

Psikologis
11

Mood

: Disforik

Afek

: Afek yang sesuai

Gangguan Persepsi

: Halusinasi visual dan audiotorik

Proses pikir

: Asosiasi longgar, flight of ideas, logorrhea

Isi pikir

: Waham kejar, waham keagamaan, waham curiga,


waham kebesaran

C.

RTA

: Terganggu

Tilikan

: Derajat 1

Lingkungan dan Sosioekonomi


Adanya tekanan dalam lingkungan keluarga

X.

XI.

PROGNOSIS
Ad Vitam
Ad Sanationam
Ad Fungsionam

: dubia ad bonam
: dubia ad malam
: dubia ad malam

RENCANA PENATALAKSANAAN
a. Psikofarmaka
Quetiapine 2x200mg PO
THP 2x2mg PO
Depacote 2x500mg PO
b. Psikoterapi
1. Kepada pasien :
Psikoterapi suportif : berempati dan memberikan perhatian pada pasien,
menerima

pasien

tanpa

menghakimi,

mendukung

usaha

adaptif

pasien,

menghormati pasien sebagai manusia seutuhnya dan menunjukkan ketertarikan pada


aktivitas keseharian pasien.
2. Kepada keluarga:
Psikoedukasi mengenai penyakit pasien dengan memberikan penjelasan yang
bersifat komunikatif, informatif dan edukatif mengenai penyebab penyakit pasien,
gejala-gejalanya, faktor-faktor yang memberatkan, dan bagaimana cara mengurangi
gejala yang timbul sehingga keluarga bisa menerima dan mengerti keadaan pasien
serta mendukung proses terapi dan mencegah kekambuhan. Serta memberikan
12

penjelasan mengenai terapi yang diberikan pada pasien dengan menerangkan


mengenai kegunaan obat terhadap gejala pasien serta efek samping yang mungkin
muncul pada pengobatan. Selain itu juga ditekankan pentingnya pasien minum obat
secara teratur sehingga diharapkan keluarga turut serta dan bekerja sama dalam
berjalannya program terapi.
XII.

DISKUSI
Pada pasien ini ditemukan gejala berupa halusinasi visual dan auditorik, waham
kejar, waham keagamaan, dan waham curiga, dan waham negatif, kurangnya daya
perhatian pada pasien., dan daya ingat yang terkadang terganggu. Didapatkan riwayat
sebelumnya, pasien pernah mengalami trauma pada kepalanya akibat kecelakaan lalu
lintas. Pada pemeriksaan CT-scan yang pernah dilakukan sebelumnya, terdapat kesan
yang abnormal. Menurut PPDGJ III, gejala-gejala tersebut telah memenuhi kriteria
diagnosis gangguan mental organik. Berdasarkan PPDGJ III, gangguan mental
organik adalah sebagai berikut:
Definisi
Gangguan mental organik adalah gangguan mental yang berkaitan dengan
penyakit/gangguan sistemik atau otak yang dapat didiagnosis tersendiri.
Gambaran utama:
1. Gangguan fungsi kognitif, misalnya daya ingat, daya pikir, dan daya belajar.
2. Gangguan sensorium, misalnya gangguan kesadaran dan perhatian
3. Sindrom dengan manifestasi yang menonjol dalam bidang:
- persepsi (halusinasi)
- isi pikiran (waham/delusi)
- suasana perasaan dan emosi (depresi, gembira, cemas)
Terdapat berbagai macam jenis gangguan mental organik. Diagnosis yang paling
mendekati dari gejala-gejala pada pasien ini adalah gangguan mental perilaku akibat
kerusakan dan disfungsi otak dan penyakit fisik (F06), dengan pedoman diagnostik
sebagai berikut:
a. Adanya penyakit, kerusakan atau disfungsi otak, atau penyakkit sistemik yang
diketahui berhubungan dengan salah satu sindrom mental.
b. Adanya hubungan waktu (dalam beberapa minggu atau bulan) antara
perkembangan penyakit yang mendasari dengan timbulnya sindrom mental.
13

c. Kesembuhan dari gangguan mental setelah perbaikan atau dihilangkannya


penyebab yang mendasarinya.
d. Tidak adanya bukti yang mengarah pada penyebab alternatif dari sindrom
mental ini (seperti pengaruh yang kuat dari riwayat keluarga atau pengaruh
stres sebagai pencetus).
Diagnosis banding pada pasien ini adalah skizofrenia paranoid (F20.0) ini diambil
dimana pada pasien didapatkan gejala dasar skizofrenia berupa adanya halusinasi
auditorik dan visual, waham, dan gejala katatonik secarar relatif tidak nyata/tidak
menonjol. Diagnosis banding ini belum dapat disingkirkan karena pada gangguan
mental organik dapat timbul gejala skizofrenia berupa waham dan halusinasi..
Gangguan kepribadian pada pasien ini dilihat berdasarkan autoanamnesis pasien
lebih mengarah ke gangguan kepribadian paranoid (F60.0) karena pasien cenderung
menyimpan dendam, kecenderungan untuk merasa dirinya penting secara berlebihan,
yang bermanifestasi dalam sikap yang selalu merujuk ke diri sendiri (self-referential
attitude), dan kecurigaan dengan menyalahartikan tindakan oranglain yang netral atau
bersahabat sebagai suatu sikap permusuhan.
Pada pasien ini terdapat gangguan isi pikiran berupa waham. Waham sendiri dapat
di artikan keyakinan palsu yang dipertahankan dan tidak beralasan, didasarkan pada
kesimpulan yang salah tentang kenyataan eksternal, intelegensia dan latar belakang
pasien. Waham yang terdapat pada pasien waham kejar yaitu keyakinan palsu bahwa
pasien sedang diikuti atau dipantau.. Waham keagamaan dimana pasien merasa
dirinya dikutuk oleh Allah. Waham kebesaran yaitu pasien merasa dirinya memiliki
panca indera sakti. Waham curiga yaitu pasien mengaku curiga tanpa alasan yang jelas
kepada 2 dokter muda yang sedang mengunjungi bangsal.
Pasien juga mengalami gangguan persepsi berupa halusinasi. Halusinasi
adalah persepsi sensoris yang palsu yang tidak berkaitan dengan stimulasi eksternal
yang nyata. Pasien mempunyai halusinasi visual dan auditorik. Halusinasi visual pada
pasien ini adalah pasien dapat melihat televisi di pandangannya sendiri. Halusinasi
auditorik pada pasien ini adalah pasien terlihat seperti sedang mendengar sesuatu dan
berbisik-bisik sendiri.

14

Untuk terapi psikofarmaka, pengobatan yang dipilih pada pasien ini adalah
pemberian:
1. Quetiapine 2x200 mg per oral
Quetiapine (seroquel) merupakan obat antipsikotik atipikal (generasi II). Obat ini
bekerja sebagai serotonine dopamine antagonist di otak. Dengan memblok reseptor
dari dopamin dan serotonin, maka target dari pemberian obat ini adalah
menurunkan gejala-gejala psikotik, seperti halusinasi, waham, dll. Obat ini
memiliki efek samping berupa sedasi (+), otonomik (+), dan ekstrapiramidal (+)
yang seimbang.
2. Trihexiphenidyl 2x2 mg per oral
Trihexiphenidyl (THP) merupakan obat antikolinergik yang bertujuan untuk
mencegah efek samping ekstrapiramidal akibat pemberian obat antipsikotik, karena
munculnya efek samping bersifat individual.
3. Depacote 2x500 mg per oral
Depacote merupakan obat antikonvulsan. Dapat berfungsi sebagai anti kejang
ataupun antimania.

XIII. LAMPIRAN

15

Lampiran 1 Gb. Tulisan pasien

Lampiran 2 Gb. Kemampuan visual pasien

16

Lampiran 3

DAFTAR PUSTAKA
Kaplan, HI dan Sadock BJ, Grebb JA, 2010. Sinopsis Psikiatri. Jilid 1. Edisi ke-7.
Binarupa Aksara: Jakarta.
FKUI, 2014. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ke-2. Jakarta.

17

Maslim, Rusdi, 2007. Panduan Praktis Penggunaan Klinis Obat Psikotropik Edisi
Ketiga. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.
Maslim, Rusdi, 2003. Buku Saku Diagnosis Gangguan Jiwa Rujukan Ringkas dari
PPDGJ-III. Bagian Ilmu Kedokteran Jiwa FK Unika Atmajaya: Jakarta.

18

Anda mungkin juga menyukai