MAKALAH
IMPLEMENTASI SASARAN KESELAMATAN PASIEN :
KOMUNIKASI EFEKTIF DI INSTALASI RAWAT INAP
Disusun Oleh :
Nama : Noer Rochmat
NIP : 19800604 200701 1 007
Pangkat/ Gol. : Penata Muda (III/a)
Jabatan : Perawat Pertama
Jenjang Pendidikan : Profesi Ners
Kualitas suatu rumah sakit sebagai institusi yang menghasilkan produk teknologi jasa
kesehatan sudah tentu tergantung juga pada kualitas pelayanan medis dan pelayanan
keperawatan yang diberikan kepada pasien (Tjiptono,2001). Menurur Walker, Evan dan
Robbson (2003), komunikasi efektif dalam praktik keperawatan profesional merupakan unsur
utama bagi perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan dalam mencapai hasil yang
optimal. Kegiatan keperawatan yang memerlukan komunikasi efektif adalah saat serah terima
tugas (handover) dan komunikasi lewat telepon.3 Berdasarkan latar belakang diatas
maka implementasi sasaran keselamatan pasien : komunikasi efektif harus dilakukan oleh
perawat professional.
B. Pokok Permasalahan
Komunikasi yang tidak efektif akan menimbulkan risiko kesalahan dalam pemberian
asuhan keperawatan. Sebagai contoh kesalahan dalam pemberian obat ke pasien, kesalahan
melakukan prosedur tindakan perawatan, kesalahan interprestasi atau mis komunikasi.
C. Tujuan
1. Tujuan umum
Diharapkan perawat dapat menerapkan implementasi sasaran keselamatan pasien dengan
komunikasi secara efektif dalam pemberian asuhan keperawatan.
2. Tujuan khusus
a.
b.
c.
D. Manfaat
Dengan berkomunikasi secara efektif dapat menjalin saling pengertian dengan teman
sejawat perawat atau perawat dengan dokter karena komunikasi memiliki manfaat, antara lain
adalah:
1. Tersampaikannya gagasan atau pemikiran kepada orang lain dengan jelas sesuai dengan yang
dimaksudkan.
2. Adanya saling kesefahaman dalam suatu permasalahan, sehingga terhindar dari salah
persepsi.
3. Memberikan sesuatu pesan kepada pihak tertentu, dengan maksud agar pihak yang diberi
informasi dapat memahaminya.
a. Dalam profesi keperawatan komunikasi menjadi lebih bermakna karena merupakan metoda
utama dalam mengimplementasikan proses keperawatan.
b. Komunikator merupakan peran sentral dari semua peran perawat yang ada.
c. Kualitas komunikasi adalah faktor kritis dalam memenuhi kebutuhan klien.
2.
a. Tanpa komunikasi yang jelas, dapat memberikan pelayanan keperawatan yang tidak efektif,
b. Tidak dapat membuat keputusan dengan klien/keluarga,
c. Tidak dapat melindungi klien dari ancaman kesejahteraan,
d. Tidak dapat mengkoordinasi dan mengatur perawatan klien serta memberikan pendidikan
kesehatan.
3.
a. Kejelasan
Dalam komunikasi harus menggunakan bahasa secara jelas, sehingga mudah diterima dan
dipahami oleh komunikan
b. Ketepatan
Ketepatan atau akurasi ini menyangkut penggunaan bahasa yang benar dan kebenaran
informasi yang disampaikan.
c. Konteks
Maksudnya bahwa bahasa dan informasi yang disampaikan harus sesuai dengan keadaan dan
lingkungan dimana komunikasi itu terjadi.
d. Alur
Bahasa dan informasi yang akan disajikan harus disusun dengan alur atau sistematika yang
jelas, sehingga pihak yang menerima informasi cepat tanggap.
e. Budaya
Aspek ini tidak saja menyangkut bahasa dan informasi, tetapi juga berkaitan dengan tata
krama dan etika. Artinya dalam berkomunikasi harus menyesuaikan dengan budaya orang
yang diajak berkomunikasi, baik dalam penggunaan bahasa verbal maupun nonverbal, agar
tidak menimbulkan kesalahan persepsi.
Kerangka komunikasi efektif yang digunakan di rumah sakit adalah komunikasi SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation), metode komunikasi ini digunakan
pada saat perawat melakukan handover ke pasien. Komunikasi SBAR adalah kerangka
teknik komunikasi yang disediakan untuk petugas kesehatan dalam menyampaikan kondisi
pasien.
SBAR adalah
secara
efektif dan
efektif untuk
mengkomunikasikan informasi
segera dan
tindakan berkontribusi
meningkatkan keselamatan
meningkatkan serah
terima antara
staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. Melibatkan semua anggota tim kesehatan untuk
memberikan masukan ke dalam situasi pasien termasuk memberikan rekomendasi. SBAR
memberikan kesempatan untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan
lainnya.
Keuntungan dari penggunaan metode SBAR adalah
-
Dokter percaya pada analisa perawat karena menunjukkan perawat paham akan kondisi
pasien.
SBAR
sama
dengan
SOAP
yaitu Situation,
Background,
Diagnosa medis
2.
Background : Apa latar belakang informasi klinis yang berhubungan dengan situasi?
Hasil laboratorium : tanggal dan waktu tes dilakukan dan hasil tes sebelumnya untuk
perbandingan
Riwayat medis
3.
4.
Apa yang perawat butuhkan dari dokter untuk memperbaiki kondisi pasien?
1.
2.
3.
Perawat memastikan diagnosa medis pasien dan prioritas masalah keperawatan yang harus
dilanjutkan.
4.
Perawat membaca dan pahami catatan perkembangan terkini & hasil pengkajian perawat
shift sebelumnya.
5.
Pasien bedrest total , urine 50 cc/24 jam, balance cairan 1000 cc/ 24 jam.
Situation (S) :
-
Diagnosa medis gagal ginjal kronik, tanggal masuk 8 Desember 2013, program HD hari
Senin-Kamis
Tindakan yang sudah dilakukan posisi semi fowler, sudah terpasang dower kateter,
pemberian oksigen 3 liter/menit 15 menit yang lalu.
TD 150/80 mmHg, RR 30 x/menit, Nadi 100 x/menit, oedema ekstremitas bawah dan asites
Saya pikir masalahnya gangguan pola nafas dan gangguan keseimbangan cairan dan
elektrolit lebih
F. Kesimpulan
Komunikasi efektif adalah unsur utama dari sasaran keselamatan pasien karena
komunikasi adalah penyebab pertama masalah keselamatan pasien (patient safety).
Komunikasi yang efektif yang tepat waktu, akurat, lengkap, jelas, dan dipahami oleh
penerima mengurangi kesalahan dan meningkatkan keselamatan pasien. Maka dalam
komunikasi efektif harus dibangun aspek kejelasan, ketepatan, sesuai dengan konteks baik
bahasa dan informasi, alur yang sistematis, dan budaya.
Kerangka komunikasi yang efektif yang digunakan adalah komunikasi model SBAR
(Situation, Background, Assessment, Recommendation). Metode ini digunakan secara efektif
saat serah terima antara shift atau antara staf di daerah klinis yang sama atau berbeda. SBAR
juga digunakan untuk diskusi antara anggota tim kesehatan atau tim kesehatan lainnya
(perawat dokter).
G. Saran
Dengan komunikasi efektif diharapkan tidak terjadi kesalahan dalam pemberian asuhan
ke
pasien.
Komunikasi
efektif
dengan
metode
SBAR
akan
terbentuk
catatan
DAFTAR PUSTAKA
1.
Depkes RI. (2006). Panduan nasional keselamatan pasien rumah sakit (patient safety).
Jakarta: Bakti Husada.
2.
Diakseshttp://galericampuran.blogspot.com/2013/03/materi-
5. Rofii, Muhamad. (2013). Komunikasi efektif dengan SBAR. Disampaikan dalam pelatihan di
RSUD Tugurejo Semarang tanggal 21 November 2013.