Kerjaan Kediri Dan Singosari PDF
Kerjaan Kediri Dan Singosari PDF
Awal Perkembangan
Tak banyak yang diketahui mengenai peristiwa di masamasa awal Kerajaan Kediri. Raja Kameswara (1116-1136)
menikah dengan Dewi Kirana, puteri Kerajaan Janggala.
Dengan demikian, berakhirlah Janggala kembali dipersatukan
dengan Kediri. Kediri menjadi kerajaan yang cukup kuat di
Jawa. Pada masa ini, ditulis kitab Kakawin Smaradahana oleh
Mpu Dharmaja, yang dikenal dalam kesusastraan Jawa dengan
cerita Panji. Demikian pula Mpu Tanakung mengarang kitab
Kakawin Lubdaka dan Wertasancaya
Sri Jayawarsa
Kameswara
Sri Jayabaya
Sarwaswara
Aryaswara
Gandra
Kertajaya
(1104-1115)
(1116-1135)
(1135-1159)
(1159-1161)
(1171-1174)
(1181)
(1185-1222)
Raja Kamesywara
Kamesywara, adalah raja Kerajaan Kadiri antara tahun
1115 1130 yang bergelar Sri Maharaja Rakai Sirikan Sri
Kamesywara Sakalabhuawanatustikarana
Sarwwaniwaryawirya Parakarama Digjayatunggadewa.
Kamesywara menikah dengan Sri Kirana, puteri Kerajaan
Janggala. Dengan demikian ia berhasil mempersatukan
Kadiri dengan Janggala setelah terpecah sejak dipecah oleh
Airlangga pada tahun 1045.
Pada masa ini, ditulis kitab Smaradahana oleh Mpu
Dharmaja, yang dikenal dalam kesusastraan Jawa dengan
cerita Panji.
Raja Jayabaya
Pemerintahan Jayabhaya dianggap sebagai masa kejayaan
Kadiri. Peninggalan sejarahnya berupa prasasti Hantang (1135),
prasasti Talan (1136), dan prasasti Jepun (1144), serta Kakawin
Bharatayuddha (1157).
Pada prasasti Hantang, atau biasa juga disebut prasasti
Ngantang, terdapat semboyan Panjalu Jayati, yang artinya Kadiri
menang. Prasasti ini dikeluarkan sebagai piagam pengesahan
anugerah untuk penduduk desa Ngantang yang setia pada Kadiri
selama perang melawan Janggala.
Dari prasasti tersebut dapat diketahui kalau Jayabhaya adalah
raja yang berhasil mengalahkan Janggala dan mempersatukannya
kembali dengan Kadiri.
Kemenangan Jayabhaya atas Janggala disimbolkan sebagai
kemenangan Pandawa atas Korawa dalam kakawin Bharatayuddha
yang digubah oleh Mpu Sedah dan Mpu Panuluh tahun 1157.
Sri Sarweswara
Sri Sarweswara adalah raja Kadiri yang memerintah sekitar
tahun 1159-1161. Nama gelar abhisekanya ialah Sri
Maharaja Rakai Sirikan Sri Sarweswara Janardanawatara
Wijaya Agrajasama Singhadani Waryawirya Parakrama
Digjaya Uttunggadewa.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Sri Sarweswara naik takhta.
Peninggalan sejarahnya adalah prasasti Padelegan II, 23
September 1159. Sedangkan yang paling muda adalah
prasasti Kahyunan, 23 Februari 1161. Dari prasasti-prasasti
tersebut diketahui nama pejabat rakryan mahamantri saat itu
ialah Mahamantri Halu Panji Ragadaha dan Mahamantri
Sirikan Panji Isnanendra.
Tidak diketahui pula kapan Sri Sarweswara turun takhta. Raja
selanjutnya yang memerintah Kadiri berdasarkan prasasti
Angin tahun 1171 adalah Sri Aryeswara.
Sri Aryeswara
Sri Aryeswara adalah raja Kadiri yang memerintah sekitar tahun
1171. Nama gelar abhisekanya ialah Sri Maharaja Rake Hino
Sri Gandra
Sri Gandra adalah raja Kadiri yang memerintah sekitar
tahun 1181. Nama gelar abhisekanya ialah Sri Maharaja
Koncaryadipa Handabhuwanapadalaka Parakrama
Anindita Digjaya Uttunggadewa Sri Gandra.
Tidak diketahui dengan pasti kapan Sri Gandra naik
takhta. Peninggalan sejarahnya berupa prasasti Jaring, 19
November 1181. Isinya berupa pengabulan permohonan
penduduk desa Jaring melalui Senapati Sarwajala tentang
anugerah raja sebelumnya yang belum terwujud.
Dalam prasasti tersebut diketahui adanya nama-nama
hewan untuk pertama kalinya dipakai sebagai nama depan
para pejabat Kadiri, misalnya Menjangan Puguh, Lembu
Agra, dan Macan Kuning.
Tidak diketahui pula kapan pemerintahan Sri Gandra
berakhir. Raja Kadiri selanjutnya berdasarkan prasasti
Semanding tahun 1182 adalah Sri Kameswara.
Kertajaya
Nama Kertajaya terdapat dalam Nagarakretagama(1365) yang
dikarang ratusan tahun setelah zaman Kadiri.
Bukti sejarah keberadaan tokoh Kertajaya adalah dengan
ditemukannya prasasti Galunggung (1194), prasasti
Kamulan (1194), prasasti Palah (1197), dan prasasti
Wates Kulon (1205).
Dari prasasti-prasasti tersebut dapat diketahui nama gelar
abhiseka Kertajaya adalah Sri Maharaja Sri Sarweswara
Triwikramawatara Anindita Srenggalancana Digjaya
Uttunggadewa.
Kekalahan Kertajaya
Dalam Pararaton Kertajaya disebut dengan nama Prabu Dandhang
Gendis. Dikisahkan pada akhir pemerintahannya ia menyatakan
ingin disembah para pendeta Hindu dan Buddha. Tentu saja
keinginan itu ditolak, meskipun Dandhang Gendis pamer kesaktian
dengan cara duduk di atas sebatang tombak yang berdiri.
Para pendeta memilih berlindung pada Ken Arok, bawahan Dandhang
Gendis yang menjadi akuwu di Tumapel. Ken Arok lalu mengangkat
diri menjadi raja dan menyatakan Tumapel merdeka, lepas dari
Kadiri. Dandhang Gendis sama sekali tidak takut. Ia mengaku hanya
bisa dikalahkan oleh Siwa. Mendengar hal itu, Ken Arok pun
memakai gelar Bhatara Guru (nama lain Siwa) dan bergerak
memimpin pasukan menyerang Kadiri.
kahyangan.
Nagarakretagama juga mengisahkan secara singkat berita
kekalahan Kertajaya tersebut. Disebutkan bahwa Kertajaya
melarikan diri dan bersembunyi dalam dewalaya (tempat dewa).
Keturunan Kertajaya
Sejak tahun 1222 Kadiri menjadi daerah bawahan Tumapel.
Menurut Nagarakretagama, putra Kertajaya yang bernama
Jayasabha diangkat Ken Arok sebagai bupati Kadiri. Tahun 1258
Jayasabha digantikan putranya, yang bernama Sastrajaya.
Kemudian tahun 1271 Sastrajaya digantikan putranya yang
bernama Jayakatwang. Pada tahun 1292 Jayakatwang
memberontak dan mengakhiri riwayat Tumapel.
Peninggalan Kitab
Kitab Bharatayudha yang digubah oleh Empu
Sedah dan Empu Panuluh
Kitab Gatotkacasraya dan Kitab Hariwangsa
gubahan Empu Panuluh
Pada tahun 1254, Raja Wisnuwardhana mengangkat putranya yang bernama Kertanagara sebagai
yuwaraja dan mengganti nama ibu kota menjadi Singhasari. Nama Singhasari yang merupakan nama ibu kota
kemudian justru lebih terkenal daripada nama Tumapel. Maka, Kerajaan Tumapel pun terkenal pula dengan
nama Kerajaan Singhasari.
Nama Tumapel juga muncul dalam kronik Cina dari Dinasti Yuan dengan ejaan Tu-ma-pan.
Sumber Sejarah
Kitab Pararaton
Kitab Negarakergagama
Negarakertagama merupakan kakawin yang menceritakan kisah Raja Majapahit, Hayam
Wuruk yang melakukan pelesiran ke daerah Blambangan dan dalam perjalanan pulang beliau
singgah di Singosari. Dalam naskah ini juga dikisahkan peranan patih Gajah Mada sebagai perdana
Mentri yang mumpuni. Masih dalam naskah Negarakertagama ini dikisahkan bahwa Prabu Hayam
Wuruk sebagai penguasa yang sangat adil dalam memerintah dan taat menjalankan aturan agama.
Sebagai contoh Raja Hayam Wuruk menghukum mati Demung Sora yang merupakan seorang
menterinya, karena dianggap bersalah setelah membunuh Mahesa Anabrang yang ternyata tidak
berdosa (lempir ke 73). Dengan demikian Demung Sora telah telah melanggar pasal Astadusta
dari kitab Undang undang Kitab Kutara Manawadarmasastra itu. Naskah Negarakertagama yang
merupakan karya pujangga besar empu Prapanca ini kini tersimpan di
Perpustakaan Nasional RI dan menjadi salah satu koleksi kebanggaannya.
Berita dari Cina pada masa dinasti Yuan (raja Khubilai Khan)
Bangunan candi & prasasti-prasasti pada candi tersebut,
seperti candi kidal, candi Jago & candi Singasari
Awal Berdirinya
Menurut Pararaton, Tumapel semula hanya sebuah daerah bawahan Kerajaan Kadiri.Yang menjabat
sebagai akuwu (setara camat) Tumapel saat itu adalah Tunggul Ametung. Ia mati dibunuh secara licik oleh
pengawalnya sendiri yang bernama Ken Arok, yang kemudian menjadi akuwu baru. Tidak hanya itu, Ken Arok
bahkan berniat melepaskan Tumapel dari kekuasaan Kadiri.
Pada tahun 1222 terjadi perseteruan antara Kertajaya raja Kadiri melawan kaum brahmana. Para
brahmana lalu menggabungkan diri dengan Ken Arok yang mengangkat dirinya menjadi raja pertama Tumapel
bergelar Sri Rajasa Sang Amurwabhumi. Perang melawan Kadiri meletus di desa Ganter yang dimenangkan
oleh pihak Tumapel.
PEMERINTAHAN BERSAMA
Pararaton dan Nagarakretagama menyebutkan adanya pemerintahan bersama antara Wisnuwardhana dan
Narasingamurti. Dalam Pararaton disebutkan nama asli Narasingamurti adalah Mahisa Campaka. Apabila kisah
kudeta berdarah dalam Pararaton benar-benar terjadi, maka dapat dipahami maksud dari pemerintahan bersama
ini adalah suatu upaya rekonsiliasi antara kedua kelompok yang bersaing. Wisnuwardhana merupakan cucu
Tunggul Ametung sedangkan Narasingamurti adalah cucu Ken Arok.
SILSILAH
Sebagai raja pertama Singosari maka Ken Arok menandai munculnya dinasti baru yaitu dinasti Rajasa atau dinasti
Girindra untuk menambah pemahaman Anda tentang keturunan dinasti Rajasa, maka simaklah silsilah berikut ini:
Peta Kekuasaan
Apa yang dicita-citakan oleh Kertanegara, mengakibatkan daerah kekuasaan Singasari meluas. Untuk
lebih jelasnya, simaklah gambar peta di bawah ini.
bahwa kekuasaan tersebut dicapai oleh Kertanegara karena tindakan politiknya seperti:
Tohjaya
Wisnuwardhana
Kertanegara
Ken Arok
Setelah menjadi raja, Ken Arok bergelar Sri Ranggah Rajasa ang Amurwabhumi. Ia mendirikan
dinasti bernama Girindrawangsa. Pendirian dinasti itu bertujuan membersihkan masa lalu Ken Arok. Perlu
diketahui, Ken Arok menjadi raja dengan melalui berbagai skandal, seperti membunuh Mpu Gandring, Tunggul
Ametung, mengawini istri Tanggul Ametung bernama Ken dedes, dan memberontak terhadap Kadiri. Pendirian
dinasti itu juga agar keturunan Ken Arok tidak ternoda dengan skandal yang pernah dilakukannya.
Ken Arok memerintah Singhasari selama 5 tahun. Masa pemerintahnnya berakhir tragis. Ia terbnuh
oleh Anusapati, anak danri perkawinan Ken Dedes dan Tnggul Ametung. Lebih tragis lagi, ia terbunuh keris
yang digunakannya untuk membunuh Tanggul Ametung.
Anusapati
Anusapati menjadi raja menggantikan Ken Arok sebagai raja kedua Singhasari. Meskipun memerintah
cukup lama, hampir idak ada perubahan yang ia lakukan selama memerintah. Ia tenggelam dalam kegemaran
menyabung ayam.
Kegemaran menyabung ayam itu akhirnya mengakhiri hidup sekaligus masa pemerintahannya.
Kegemaran itu dimanfaatkan pleh Tohjaya, anak dari perkawinan Ken Arok dan Ken umang, untuk
menyingkirkan Anusapati. Dalam suatu kesempatan, raja itu diundang ke rumah Tohjaya untuk menyabung
ayam, Tohjaya menikam Anusapati, dengan keris yang pernah digunakan Anusapati untuk membunuh Ken Arok.
Tohjaya
Tohjaya hanya memerintah selama beberapa bulan. Penyebabnya adalah kemelut politik. Ranggawuni,
putera Anusapati, menuntut hak atas tahta Singashari. Ia didukung oleh Mahisa Campaka, cucu dari
perkawinan Ken Arok dan Ken Dedes. Semakin kuatnya dukungan terhadap Ranggawuni dan Mahisa Campaka
membuat kedudukan Tohjaya dapat digulingkan.
Wisnuwardhana
Ranggawuni naik tahta Singhasari dengan bergelar Wisnuwardhana. Ia dibantu oleh Mahisa Campaka
yang bergelar Narasinghamurti. Mereka berdua memerintah Singhasari secara bersama-sama (dilambangkan
Dewa Wisnu dan Dewa Indra). Wisnuwardhana sebagai raja dan Mahisa Campaka sebagai ratu angabhaya.
Pemerintahan kedua pemimpin tersebut membawa Singhasari pada keamanan dan kesejahteraan.
Di tengah masa pemerintahannya, Wisnuwardhana mengangkat puteranya Kertanegara menjadi
yuvaraja atau raja muda. Pengangkatan itu bertujuan menyiapkan Kertanegara menjadi raja yang cakap.
Wisnuwardhana adalah satu-satunya raja Singhasari yang wafat tanpa terbunuh. Setelah ia meninggal, tahta
kerajaan beralih pada Kertanegara.
Kertanegara
Kertanegara merupakan raja Singhasari terbesar sekaligus terakhir. Dalam pemerintahan, raja
dibantu oleh tiga orang mahamenteri, yaitu mahamenteri i hino, mahamenteri i halu, dan mahamenteri i sirikan.
Untuk urusan keagamaan, ia dibantu oleh seorang kepala agama Budha yang dikenal dengan sebutan
darmadhyaksa ring kasogatan dan seorang maha brahmana (kepala agama Hindu) yang dikenal dengan sebutan
dharmadyaksa ring kasaiwan. Organisasi pemerintahan seperti itu diteruskan dalam Kerajaan Majapahit.
Puncak Kejayaan
Kertanagara adalah raja terakhir dan raja terbesar dalam sejarah Singhasari (1268 -1292). Ia
adalah raja pertama yang mengalihkan wawasannya ke luar Jawa. Pada tahun 1275 ia mengirim pasukan
Ekspedisi Pamalayu untuk menjadikan pulau Sumatra sebagai benteng pertahanan dalam menghadapi ekspansi
bangsaMongol. Saat itu penguasa
pulau Sumatra adalah Kerajaan Dharmasraya (kelanjutan dari Kerajaan Malayu).Kerajaan ini
akhirnya tunduk dengan ditemukannya bukti arca Amoghapasa yang dikirim Kertanagara sebagai tanda
persahabatan kedua negara.Pada tahun 1284, Kertanagara juga mengadakan ekspedisi menaklukkan Bali.
Pada tahun 1289 Kaisar Kubilai Khan mengirim utusan ke Singhasari meminta agar Jawa mengakui kedaulatan
Mongol. Namun permintaan itu ditolak tegas oleh Kertanagara. Nagarakretagama menyebutkan daerah-daerah
bawahan Singhasari di luar Jawa pada masa Kertanagara antara lain, Melayu, Bali, Pahang, Gurun, dan
Bakulapura.
Peristiwa Keruntuhan
Kerajaan Singhasari yang sibuk mengirimkan angkatan perangnya ke luar Jawa akhirnya mengalami
keropos di bagian dalam. Pada tahun 1292 terjadi pemberontakan Jayakatwang bupati Gelang-Gelang, yang
merupakan sepupu, sekaligus ipar,sekaligus besan dari Kertanagara sendiri. Dalam serangan itu Kertanagara
mati terbunuh. Setelah runtuhnya Singhasari, Jayakatwang menjadi raja dan membangun ibu kota baru di
Kadiri. Riwayat Kerajaan Tumapel-Singhasari pun berakhir.