Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
PENDAHULUAN
Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Oleh karena otak
hanya menyimpan glukosa (dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit, fungsi
otak yang normal sangat terganggu asupan glukosa dari sirkulasi. Gangguan pasokan glukosa
yang berlangsung lebih dari beberapa menit dapat menimbulkan gangguan disfungsi system saraf
pusat, gangguan kognisi dan koma. Hipogilkemia pada pasien Dibetes Melitus merupakan faktor
penghambat utama dalam mencapai sasaran kendali glukosa darah normal atau mendekati
normal. Faktor paling utama yang menyebabkan hipoglikemia sangat penting dalam pengelolaan
diabetes adalah ketergantungan jaringan saraf pada asupan glukosa yang berkelanjutan.
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah < 60 mg/dl, atau kadar glukosa
darah < 80 mg/dl dengan gejala klinis. Hipoglikemia pada DM terjadi karena, Kelebihan
obat/dosis obat : terutama insulin, atau obat hipoglikemik oral golongan sulfoniurea, Kebutuhan
tubuh akibat insulin yang relatif menurun : gagal ginjal kronik, pasca persalinan, Asupan makan
tidak adekuat : jumlah kalori atau waktu makan tidak tepat, Kegiatan jasmani berlebihan. Dalam
keadaan puasa dan makan, istirahat dan aktivitas jasmani, masuknya kadar glukosa ke sirkulasi
serta ambilan dari sirkulasi sangat bervariasi. Kadar glukosa plasma yang sangat tinggi
mengganggu keseimbangan air di jaringan, menimbulkan glikosuria jaringan,sebaliknya kadar
yang terlalu rendah menyebabkan disfungsi otak, koma dan kematian. Pada individu normal
yang sehat,hipoglikemia yang sampai menimbulkan kognitif yang bermakna tidak terjadi.
Karena mekanisme homeostatis glukosa endogen berfungsi dengan efektif.
Klasifikasi kilinis hipoglikemia akut
Ringan
Simtomatik, dapat diatasi sendiri, tidak ada gangguan aktivitas sehari-hari
Sedang
yang nyata
Simptomatik,dapat diatasi sendiri, menimbulkan gangguan aktivitas sehari-hari
Berat
yang nyata
Sering ( tidak selalu ) tidak simtomatik, karena gangguan kognitif pasien tidak
dapat mengatasi sendiri
1. Membutuhkan pihak ketiga tetapi tidak memerlukan terapi parenteral
2. Membutuhkan terapi parenteral ( glucagon intramuscular atau glukosa
1
intravena
3. Disertai dengan koma atau kejang
Pada laporan kasus ini akan dibacakan dan dibahas seoarng penderita dengan penurunan
kesadaran ec hipoglikemia di RSUD Kota Kotamobagu.
BAB II
LAPORAN KASUS
2
A. IDENTITAS PASIEN :
Nama
: Ny.A.W
Usia
: 61 tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
No Rekam Medik
: 004562
B. ANAMNESIS
Keluhan utama
Adik pasien menderita darah tinggi dan ibu pasien menderita sakit gula. Riwayat sakit
jantung dan asma disangkal.
Riwayat alergi: Riwayat alergi makanan, obat-obatan, debu, cuaca disangkal.
Riwayat psikososial
Pasien merupakan seorang ibu rumah tangga dengan aktifitas fisik (olah raga) yang
tergolong sangat kurang. Keluarga pasien mengatakan bahwa pasien makan dengan teratur 23 kali sehari namun tidak membatasi porsi dan jenis makanan yang ia makan. Namun sekitar
1 minggu SMRS pasien makan sangat sedikit karena ia takut gula darahnya naik. Pasien
tidak merokok, mengonsumsi alkohol atau pun mengonsumsi obat-obat herbal.
C. PEMERIKSAAN FISIS
Keadaan umum
Kesadaran
: Disorientasi
GCS
Tanda vital:
Tekanan darah : 100/70 mmHg
Nadi
: 82x/menit
Respirasi
: 24 x/menit
Suhu
: 36 oC
Status generalis:
Kepala
: Normocephal,
Mata
Hidung
: Mukosa hipertrofi (-/-), hiperemis (-/-), sekret (-/-), Konka inferior eutrofi
Telinga
Leher
Thorax
Pulmo
:
Inspeksi
: Dada
simetris
(+/+),
retraksi
(-/-),scar
(-/-),pernapasan
torakoabdominal
Palpasi
Perkusi
Auskultasi
Jantung :
Inspeksi
Palpasi
Perkusi
Auskultasi : Bunyi jantung I & II murni, regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen:
Inspeksi: Datar.Distensi (-)
Palpasi : nyeri tekan epigastrium (-), tidak teraba adanya benjolan, hepar dan lien tidak
teraba.
Perkusi : timpani
Ascites : Shifting dullnes (-)
5
Ekstr. Bawah : Akral hangat, RCT< 2 detik, edema (-/-), ikterik (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
-
Leukosit : 7.100
Eritrosit:4.070.000
Hemoglobin :11,9 g/dL
Hematokrit : 31,6 %
Trombosit : 356.000
Kolesterol : 137 mg/dL
Trigliserida :84 mg/dL
Ureum : 3,7 mg/dL
Creatinin : 1,2 mg/dL
Asam Urat : 9,0 mg/dL
S
Kesadaran
O
TD:
2015
Compos Mentis
mmhg
kesadaran
S : 38,2 C
Hipoglikemia
Nyeri
A
P
110/80 Post penurunan IVFD
ec gtt/mnt
Ceftriaxone 1x2gr
sendi RR : 22 x/mnt
D10%:RL:24
Ranitidine 1x2
N : 80 x/mnt
Metoklopramid
GDS: 83 mg/dl
injeksi/8 jam
Allopurinol
100
mg
2x1
Vit B com 2x1
Paracetamol 3x1
Pro:GDS
Na:128 mmol/L
K: 3,3 mmol/L
Cl: 95 mmol/L
penuruna RL:NaCl
11-03-
Kesadaran
TD:110/80mmhg Post
2015
Compos Mentis
S : 37,7C
kesadaran
Muntah (-)
RR : 22 x/mnt
Hipoglikemia
ec 0,9%:20gtt/mnt
Terapi lanjutkan
N : 80x/mnt
:
GD2PP:257,9 mg/dL
12-03-
Kesadaran
TD
110/80 Post
2015
Compos Mentis
mmhg
kesadaran
S : 36,9 C
Hipoglikemia
ec Pro:DL,Ur,Cr, UL
RR : 20 x/mnt
N : 86x/mnt
13-03-
Kesadaran
GDS:100mg/dL
TD : 110/80 Post
2015
Compos
mmhg
kesadaran
7
ec
Mentis,Lemah
S : 36,6 C
Hipoglikemia
badan
RR : 18 x/mnt
N : 84 x/mnt
14-03-
GDS:110mg/dL
Kesadaran compos TD : 120/90 Post
2015
mentis
mmhg
kesadaran
S : 36,6 C
Hipoglikemia
ec
RR : 20 x/mnt
N : 84 x/mnt
15-03-
Kesadaran
GDS:119mg/dL
TD : 120/70 Post
2015
Compos Mentis
mmhg
kesadaran
GDS:125mg/dL
S : 36 C
Hipoglikemia
RR : 20 x/mnt
N : 80 x/mnt
BAB III
PEMBAHASAN
Pada pasien ini ditegakkan dianosa penurunan kesadaran ec hipoglikemia berdasarkan
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan penunjang. Dimana dari anamnesis didapatkan Pasien
datang ke UGD RS.Kota Kotamobagu dengan keluhan tidak sadar sejak 3 jam SMRS.
Sebelumnya pasien mual dan muntah sejak 4 jam SMRS,muntah sebanyak 3 kali berisi
sisa makanan dan cairan. Sebelum tidak sadar,pasien banyak berbicara tapi tidak jelas.
Nafsu makan pasien menurun sejak 1 minggu SMRS, dan tetap mengkonsumsi obat
gula. Pasien juga sempat mengeluh pusing dan lemas sebelum tidak sadar.Keluarga pasien
8
mengatakan bahwa pasien memiliki sakit gula sejak 2 tahun terakhir dan minum obat
metformin 2x500 mg, dan glimepirid 2 mg 2x1. BAB dan BAK normal. Dari penuturan
keluarganya beberapa hari terakhir pasien hanya makan sedikit karena pasien takut gula
darahnya naik lagi. Keadaan umum pasien tampak sakit berat. Kesadaran didapatkan
Glasgow coma scale (GCS) M=4 (Reaksi Menghindar), V=2 (Hanya Mengerang), E=1
(Tidak ada Reaksi)=7. Pemeriksaan Gula Darah Sewaktu 67 gr/dL.
Hipoglikemia adalah keadaan dimana kadar glukosa darah < 60 mg/dl, atau kadar
glukosa darah < 80 mg/dl dengan gejala klinis. Hipoglikemia merupakan komplikasi akut
dari DM tipe 2. Bila terdapat penurunan kesadaran pada penyandang diabetes harus selalu
dipirkan kemungkinan terjadinya hipoglikemia. Hipoglikemia paling sering disebabkan
oleh penggunaan sulfonylurea dan insulin. Hipoglikemia yang disebabkan oleh sulfoniurea
dapat berlangsung lama,sehingga harus diawasi sampai seluruh obat dieksresi dan waktu
kerja obat telah habis. Terkadang dibutuhkan waktu yang lama untuk pengawasannya (2472 jam atu lebih) terutama pada pasien dengan gagal ginjal kronik atau yang mendapatkan
terapi OHO jangka panjang). Hipoglikemia pada usia lanjut merupakan suatu hal yang
harus dihindari,mengingat damapkanya yang fatal atau akan terjadinya kemunduran mental
yang bermakna pada pasien. Perbaikan DM pada pasien lanjut usia memerlukan waktu
yang lebih lama dan pengawasan yang lebih lama.
Serangan hipoglikemia pada penderita diabetes umumnya terjadi apabila penderita:
- Lupa atau sengaja meninggalkan makan (pagi, siang atau malam)
- Makan terlalu sedikit, lebih sedikit dari yang disarankan oleh dokter atau ahli gizi
- Berolah raga terlalu berat
- Mengkonsumsi obat antidiabetes dalam dosis lebih besar dari pada seharusnya
- Minum alkohol
- Stress
- Mengkonsumsi obat-obatan lain yang dapat meningkatkan risiko hipoglikemia
Disamping penyebab di atas pada penderita DM perlu diperhatikan apabila penderita
mengalami hipoglikemik, kemungkinan penyebabnya adalah:
a) Dosis insulin yang berlebihan
b) Saat pemberian yang tidak tepat
9
Mengantuk
Muntah
Tremor
Sulit berbicara
Lapar
Inkordinasi
Perilaku yang berbeda
Gangguan visual
Parestesi
10
sekresi insulin di kelenjar pancreas, oleh sebab itu hanya efektif apabila sel-sel Langerhans
pancreas masih dapat berproduksi. Penurunan kadar glukosa darah yang terjadi setelah
pemberian senyawa-senyawa sulfonilurea disebabkan oleh perangsangan sekresi insulin oleh
kelenjar pancreas. Sifat perangsangan ini berbeda dengan perangsangan oleh glukosa, karena
ternyata pada saat glukosa (atau kondisi hiperglikemia) gagal merangsang sekresi insulin,
senyawa-senyawa obat ini masih mampu meningkatkan sekresi insulin. Oleh sebab itu, obat-obat
golongan sulfonilurea sangat bermanfaat untuk penderita diabetes yang kelenjar pankreasnya
masih mampu memproduksi insulin, tetapi karena sesuatu hal terhambat sekresinya. Pada
penderita dengan kerusakan sel-sel Langerhans kelenjar pancreas, pemberian obat-obat
hipoglikemik oral golongan sulfonilurea tidak bermanfaat. Pada dosis tinggi, sulfonylurea
menghambat degradasi insulin oleh hati. Absorpsi senyawa-senyawa sulfonilurea melalui usus
cukup baik, sehingga dapat diberikan per oral. Setelah diabsorpsi, obat ini tersebar ke seluruh
cairan ekstrasel. Dalam plasma sebagian terikat pada protein plasma terutama albumin (7090%). Efek Samping (Handoko dan Suharto, 1995; IONI, 2000) Efek samping obat hipoglikemik
oral golongan sulfonilurea umumnya ringan dan frekuensinya rendah, antara lain gangguan
saluran cerna dan gangguan susunan syaraf pusat. Gangguan saluran cerna berupa mual, diare,
sakit perut, hipersekresi asam lambung dan sakit kepala. Gangguan susunan syaraf pusat berupa
vertigo,
bingung,
hematologik
anemia
dosis
ginjal
termasuk
aplastik
meningkatkan
tidak
atau
ataksia
leukopenia,
dapat
ADH
tepat
terjadi
(Antidiuretik
atau
pada
dan
diet
lansia.
sebagainya.
trombositopenia,
walau
Hormon).
terlalu
lain
ketat,
Hipogikemia
jarang
sekali.
Hipoglikemia
juga
pada
sering
Gejala
agranulosistosis
dan
Klorpropamida
dapat
dapat
terjadi
gangguan
fungsi
diakibatkan
oleh
apabila
hati
atau
obat-obat
Pada keadaan tertentu diperlukan terapi kombinasi dari beberapa OHO atau OHO dengan
insulin. Kombinasi yang umum adalah antara golongan sulfonilurea dengan biguanida.
Sulfonilurea akan mengawali dengan merangsang sekresi pankreas yang memberikan
kesempatan untuk senyawa biguanida bekerja efektif. Kedua golongan obat hipoglikemik oral ini
memiliki efek terhadap sensitivitas reseptor insulin, sehingga kombinasi keduanya mempunyai
efek saling menunjang. Pengalaman menunjukkan bahwa kombinasi kedua golongan ini dapat
efektif pada banyak penderita diabetes yang sebelumnya tidak bermanfaat bila dipakai sendirisendiri. hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pemberian terapi obat hipoglikemia oaral adalah :
12
1.
Dosis
selalu
harus
dimulai
dengan
dosis
rendah
yang
kemudian
dinaikkan
secara
2.
bertahap.
Harus
diketahui
betul
bagaimana
cara
kerja,
lama
kerja
dan
efek
obat-obat
3.
Bila
samping
tersebut.
diberikan
bersama
obat
lain,
pikirkan
kemungkinan
adanya
interaksi
obat.
4.
Pada
kegagalan
menggunakan
obat
sekunder
oral
terhadap
golongan
lain,
obat
bila
hipoglikemik
gagal
lagi,
oral,
baru
usahakanlah
pertimbangkan
Berikan gula murni 30 gram (2 sendok makan) atau sirop/permen gula murni (bukan
pemanis pengganti gula atau gule diet/gula diabetes) dan makanan yang mengandung
karbohidrat
Hentikan obat hipoglikemik sementara
Pantau glukosa darah sewaktu tiap 1-2 jam
Pertahankan GD sekitar 200 mg/dl (bila sebelumnya tidak sadar)
Cari penyebab
Stadium lanjut (koma hipoglikemia atau tidak sadar dan curiga hipoglikemia) :
1.
2.
3.
4.
5.
Diberikan larutan Dekstrosa 40% sebanyak 2 flakon (=50 ml) bolus intravena
Diberikan cairan Dekstrosa 10% per infus, 6 jam per kolf
Periksa GD sewaktu (GDS), kalau memungkinkan dengan glukometer :
Bila GDs <50 mg/dl maka +bolus Dekstrosa 40% 50 mL IV
Bila GDs <100 mg/dl maka +bolus Dekstrosa 40% 25 mL IV
Periksa GDs setiap 1 jam setelah pemberian Dekstrosa 40% :
Bila GDs <50 mg/dL maka + bolus Dekstrosa 40% 50 mL IV
Bila GDs <100 mg/dL maka + bolus Dekstrosa 40% 25 mL IV
Bila GDs 100 200 mg/dL maka tanpa bolus Dekstrosa 40%
Bila GDs > 200 mg/dL maka pertimbangkan menurunkan kecepatan drip Dekstrosa 10%
Bila GDs >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut, pemantauan GDs setiap 2 jam,
dengan protokol sesuai diatas. Bila GDs >200 mg/dL maka pertimbangkan mengganti
infus dengan dekstrosa 5 % atau NaCl 0.9%
13
6. Bila GDs >100 mg/dL sebanyak 3 kali berturut-turut, pemantauan GDs setiap 4 jam,
dengan protokol sesuai diatas. Bila GDs >200 mg/dL maka pertimbangkan mengganti
infus dengan dekstrosa 5 % atau NaCl 0.9%
7. Bila GDs >100 mg/dl sebanyak 3 kali berturut turut, sliding scale setiap 6 jam :
GD
RI
(mg/dl)
(unit, subkutan)
<200
0
200-500
5
250-300
10
300-350
15
>350
20
8. bila hipoglikemia belum teratasi, dipertimbangkan pemberian antagonis insulin, seperti :
adrenalin,kortison dosis tinggi, atau glukagon 0,5-1 mg IV / IM (bila penyebabnya insulin)
9. bila pasien belum sadar, GDs sekitar 200 mg/dl : hidrokortison 100 mg per 4 jam selama
12 jam atau deksametason 10 mg IV bolus dilanjutkan 2 mg setiap 6 jam dan dimonitor 1,5
2 g/kgBB IV setiap 6-8 jam. Cari penyebab penurunan kesadaran menurun.
Prognosis pada pasien tergantung dari penyebab utama suatu penyakit dibanding dari
dalamnya suatu koma (penurunan kesadaran). Koma pada pasien gangguan metabolik dapat
segera dipulihkan dengan menghilangkan gangguan tersebut. Untuk pasien ini dapat
dilaksanakan dengan pemberian glukosa cair kedalam tubuh untuk meningkatkan kadar
glukosa pasien, semakin cepat penanganan koma pada pasien ini maka kemungkinan
kerusakan otak dapat dihindari. Dengan penanganan kadar gloksa darah dan tekanan darah
yang baik,komplikasi diabetes dapat dicegah.
BAB IV
PENUTUP
14
Pencegahan hipoglikemia pada pasien DM tipe 2 yaitu pemantauan kadar glukosa darah
yang ketat perlu dilakukan untuk menetukan penatalaksanaan yang efisien dan efektif.
Setelah kejadian hipoglikemia teratasi harus segera dicari tahu penyebabnya serta dilakukan
penyesuaian dosis OHO atau insulin,atau bila perlu ganti obat-obat yang lebih aman dalam
mengendalikan kadar glukosa darah. Pasien dan keluarganya diberikan edukasi cara-cara
pengenalan dan penanggulangan hipoglikemia,pengaturan makan dan dosis OHO atau
insulin.
DAFTAR PUSTAKA
1. Soeroso J, Isbagio H, Kalim H, Broto R, Pramudiyo R. Buku Ajar Ilmu Penyakit
Dalam Edisi IV. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK UI;
2007.
15
16