Anda di halaman 1dari 28

1

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang
Seperti kita ketahui bersama bahwa pada awal abad ke 21 ini,
perdagangan bebas sudah merupakan trend yang terus melanda perekonomian
negara-negara berkembang terutama Indonesia. Banyak negara-negara maju
seperti China dan Amerika yang dapat dengan bebas memasarkan hasil
industrinya ke dalam negeri. Apabila hasil produksi dalam negeri mampu
bersaing dengan hasil produksi negara maju maka hal tersebut tentunya tidaklah
menjadi masalah. Akan tetapi pada kenyataannya tidaklah begitu. Hasil
produksi dalam negeri banyak yang terpuruk akibat perdagangan bebas ini.
Hasil-hasil produksi negara-negara maju seperti China mulai merambahi pasar
nasional dengan harga yang diklaim jauh lebih murah dari produksi dalam
negeri sendiri. Sebagai contoh dalam skala kecil adalah produk mainan dan
elektronik yang langsung diimpor dari negeri China. Harga yang dibandrol pada
produk-produk tersebut jauh lebih rendah dari produk sejenis yang diproduksi
di dalam negeri. Walau dengan kualitas yang lebih rendah, produk-produk ini
tetap mampu mendapatkan pasarnya sendiri terutama golongan ekonomi
menengah ke bawah. Lalu siapa yang akan bertanggung jawab apabila kualitas
yang rendah ini akan merugikan konsumen nantinya? Sementara pemerintah tak

mampu membendung arus masuk produk-produk ini karena dari segi bea
masuk, produk ini lumayan memberi keuntungan, walau banyak juga produk
yang diselundupkan.
Isu mengenai perdagangan bebas ini kini juga mulai merambah ke sektor
industri yang lebih besar. Salah satu sektor industri yang juga mulai terancam
adalah produksi baja dalam negeri. Walau ancaman itu belum terjadi saat ini,
desas-desus yang ada sudah mulai menyebutkan bahwa besi baja produksi
negeri China akan segera masuk Indonesia dengan harga yang lebih murah dari
baja produksi nasional. Apabila hal ini sampai terjadi maka tak bisa
dibayangkan berapa banyak perusahaan baja nasional yang akan gulung tikar
akibat kalah bersaing dengan baja impor China. Sebagai informasi tambahan,
sebuah pabrik baja dapat menampung lebih dari 10 ribu pekerja. Jelas apabila
ada satu saja perusahan baja yang gulung tikar, imbasnya akan berpengaruh
pada sektor ekonomi nasional dalam skala yang cukup besar.
Salah satu perusahaan yang turut terancam oleh kemungkinan masuknya
impor baja China adalah PT. Pangeran Karang Murni yang berlokasi di
Pulogadung. Perusahaan ini telah melayani kebutuhan baja nasional sejak tahun
1972. PT. Multikon, PT. Nindya Karya, PT. Total Bagun Persada, dan PT.
Waskita Karya adalah beberapa dari sekian banyak perusahaan kontraktor yang
mempercayakan besi baja yang mereka gunakan kepada PT. Pangeran Karang
Murni. Pasar yang dicakup meliputi seluruh nusantara dan beberapa di
antaranya juga diekspor ke luar negeri. Melihat pabrik dengan skala yang begitu

besar namun kurang memiliki rancangan tata letak yang memadai sehingga
tidak menghasilkan jumlah produksi yang optimum, maka sangat menarik
untuk memperbaiki rancangan yang sudah ada agar proses produksi dapat
berjalan dengan lebih optimal.

1.2

Identifikasi dan Perumusan Masalah


Setelah melakukan beberapa observasi lapangan terhadap permasalahan
yang ada, maka ditemukan beberapa masalah-masalah sebagai berikut:
Tidak efisiennya pergerakan material yang ada sehingga terdapat proses
menunggu yang seharusnya bisa dieliminasi apabila jumlah mesinnya
mencukupi. Proses menunggu ini pada akhirnya tidak hanya mengurangi
kuantitas produksi namun juga dapat mempengaruhi kualitas produksi.
Terdapat

beberapa

peralatan

rusak

yang

terbengkalai

sehingga

menyia-nyiakan lahan yang sekiranya dapat digunakan untuk produksi.


Penempatan area mesin-mesin terkesan dipadatkan dalam area yang
tersedia. Walaupun penempatan telah dilakukan guna mengurutkan proses
yang ada, akan tetapi masih terdapat area mesin yang ditempatkan tidak
terurut. Hal inilah yang diakibatkan oleh pemadatan area yang ada dan
menyebabkan aliran proses tidak efisien.

1.3

Ruang Lingkup
Agar hasil rancangan perbaikan dapat lebih optimal, maka perancangan
hanya akan melingkupi hal-hal berikut ini:
1. Perancangan akan dilakukan pada PT. Pangeran Karang Murni.
2. Perancangan dilakukan pada bagian peleburan baja saja yaitu dimulai dari
area penyimpanan scrap hingga penyimpanan billet.
3. Pengukuran dilakukan dengan metode langsung yaitu menggunakan
stopwatch sebagai alat ukur.
4. Seluruh area non produktif yang bisa digunakan akan diperhitungkan sebagai
area baru dan akan digunakan di dalam rancangan.
5. Jika di dalam perancangan tata letak fasilitas ini dibutuhkan data, yang harus
dilakukan dengan perhitungan yang lebih spesifik lagi dengan menggunakan
bidang keilmuan yang khusus, maka akan digunakan asumsi semisal untuk
prosentase penyesuaian dan kelonggaran yang mana membutuhkan
perhitungan ergonomi.

1.4

Tujuan dan Manfaat

1.4.1 Tujuan
1. Memperbaiki rancangan tata letak fasilitas yang efektif dan efisien pada
sistem produksi PT. Pangerang Karang Murni.
2. Mengoptimalkan sumber daya yang ada, dalam hal ini adalah lahan tak
terpakai guna meningkatkan produksi.
3. Memberi usulan tata letak hasil perancangan yang lebih baik kepada
PT. Pangeran Karang Murni untuk dapat diterapkan pada pabrik tersebut.
1.4.2 Manfaat
1. Kegiatan dan pola aliran bahan yang lebih terencana.
2. Memperbaiki waktu baku produksi dari setiap stasiun yang ada.
3. Karyawan dapat bekerja lebih teratur dengan pola aliran baru.
4. Mengoptimalkan penggunaan lahan pabrik yang ada dengan penambahan
fasilitas-fasilitas dan kelongaran-kelonggaran.

1.5

Gambaran Umum Obyek

1.5.1 Gambaran Umum Perusahaan


PT. Pangeran Karang Murni merupakan pabrik swasta nasional dengan
jenis hasil industrinya berupa baja setengah jadi dalam bentuk billet. Selain itu
pabrik ini juga menghasilkan profil yang sudah jadi berupa besi beton, besi
siku, dan besi kanal. Semua hasil produksi dari pabrik ini dipasarkan ke
seluruh Indonesia.

Lokasi dari PT. Pangeran Karang Murni terletak di Jl. Raya Bekasi
Km21, Pulo Gadung, Jakarta Timur. Pabrik ini memilik luas areal
18,5 Ha dan berdirinya pabrik ini berdasarkan akte notaris Moh. Said
Taddjoedin, no 557 tanggal 2 Februari 1972 dan mulai berproduksi pada
tanggal 1 April 1975.
PT. Pangeran Karang Murni menghasilkan billet baja yang panjangnya
bergantung kepada pesanan. Bentuk billet baja ini adalah empat persegi
panjang dan dibuat melalui proses peleburan dalam Tanur Busur Listrik
(Electric Arc Furnace), yang selanjutnya dilakukan proses pencetakan billet
baja secara kontinyu menggunakan Continuous Casting System.
Pada saat ini tanur busur listrik boleh dikatakan merupakan teknik yang
paling dapat dipercaya utnuk menghasilkan baja karbon. Dalam industriindustri baja yang besar, tanur listrik mendapatkan kepercayaan untuk dapat
memenuhi kebutuhan produksi industri tersebut.
Saat ini terdapat lima buah tanur busur listrik pada PT. Pangeran Karang
Murni, namun pada saat ini hanya tiga buah tanur saja di antaranya yang
berproduksi. Hasil rata-rata per tahun diperkirakan 500.000 ton billet baja.

1.5.2 Sejarah Perkembangan Perusahaan


PT. Pangeran Karang Murni (PKM) berlokasi di Pulogadung, Jakarta
dan bergerak dalam bidang industri baja dengan spesifikasi produk meliputi
besi beton spiral dan polos, siku dan kanal. Dengan reputasi yang baik, selama
ini PT. PKM mampu memenuhi permintaan pasar baik dalam negeri maupun
luar negeri.
Sebelum bernama PT. Pangeran Karang Murni, perusahaan ini bernama
PT. The Master Steel Mfg. Perubahan nama dilakukan kurang lebih 10 tahun
yang lalu. Namun pada saat ini kedua nama itu masih digunakan secara
bersamaan.
Dalam sejarah perkembangannya, PT. PKM melakukan pembangunan
secara fisik untuk memenuhi secara kualitas dan kuantitas permintaan pasar.
Diawali dengan persiapan lahan pada tahun 1972 s/d 1973 dan pembangunan
fisik yang dilakukan pada tahun 1973 s/d 1974. Pertama kali kegiatan
operasional produksi dimulai tahun 1975. Saat ini jumlah Rolling Mill yang
dimiliki adalah 8 buah dengan periode pembangunan sebagai berikut:
Rolling Mill 1 : 1975

Rolling Mill 5 : 1986

Rolling Mill 2 : 1978

Rolling Mill 6 : 1989

Rolling Mill 3 : 1979

Rolling Mill 7 : 1990

Rolling Mill 4 : 1980

Rolling Mill 8 : 1993

PT. PKM merupakan industri baja yang memenuhi persyaratan mutu


produk baik nasional maupun internasional yang meliputi: Standard Nasional
Indonesia (SNI), British Standard (BS), The American Society for Testing and
Materials (ASTM) dan The Japanese Industrial Standard (JIS), Singapore
Standard (SS2), New Zealand Standard, dan lain-lain.
Jenis produk yang diproduksi PT. PKM hingga saat ini adalah meliputi:
a. Besi beton polos (plain bars) ukuran dari 6mm s/d 25 mm
b. Besi beton spiral/ulir (deformed bars) ukuran dari 9 mm s/d 40 mm
c. Besi siku ( L )(equal angle bars) dari L 25mm s/d L 120 mm
d. Besi kanal ( U )(U channel) dengan ukuran U 50 s/d U 250

Gambar 1.1 Jenis-jenis besi yang diproduksi PT. PANGERAN KARANG MURNI

10

Pada bulan Juni 1998, PT. PKM telah mengimplementasikan sistem


mutu ISO 9002 sebagai wujud komitmen terhadap kepuasan pelanggan.
Produk PT. PKM telah digunakan secara luas di berbagai proyek
konstruksi sepanjang nusantara. Proyek besar maupun kecil, di kota maupun
di pelosok, proyek umum maupun pribadi, pembangunan mal maupun rumah,
jembatan maupun pencakar langit, produk PT. PKM berperan besar dalam
pembangunan bangsa. Berikut adalah beberapa proyek yang menggunakan
produk PT. PKM:
-

PT. ANANTAGRAHA

: Ruko Cempaka Mas

PT. CAYACO ANUGRAH

: WTC Mangga Dua

MARGANA

: Gudang Garam - Pasuruan

PT. HANBO HANDAI TAULAN J.O

: Fly Over, Jembatan Tiga dan

Tomang Highway
-

PT. JAYA KONSTRUKSI

: Bintaro Trade Centre


Sahid Hotel

PT. LAYLA CORPORATION

: Hotel Novotel

PT. LIPPO KARAWACI

: WTC Serpong

PT. MATARAM MAJU

: Nusa Kirana

PT. MULIA INTAN LESTARI

: Wisma Atlet Senayan


Mall Taman Anggrek

PT. MULTIKON

: ITC Mangga Dua


Menara Da Vinci

11

Kemang Plaza
Gedung Multikon
Pulogadung Trade Centre
Lap Parkir Megamall Pluit
-

PT. NINDYA KARYA

: Sirkuit Balap Mobil Sentul

PT. PP. TAISEI

: Mega Mall Pluit


Pantai Mutiara Marina Tower
Rusun Muara Indah, Jakarta

PT. SANGGARCIPTA

: Wisma Mulia I
Gedung Mulia, Gatot Subroto

PT. TOTAL BANGUN PERSADA

: Ramayana
Kampus B Trisakti, Grogol
Kedutaan Besar Rusia
P & K Jl Jend Sudirman
TRANS TV, Tendean
ITC Cempaka Mas
Carrefour Puri Mas
ITC Kuningan
STC Senayan
BiNus Senayan
YAI Salemba
BiNus Simprug

12

Wisma Tendean
BCA Wahid Hasyim
RS Gading Pluit, Jakarta
Islamic Center
Modern Land, Tanggerang
-

PT. WASKITA KARYA

: Jembatan Cicalengka
IPB
Semen Nusantara
Century Garden
Daichi Hotel, Senen
RS Husada
Gedung Perum Angkasa Pura
Airport Sukarno Hatta
Pelabuhan Ikan Muara Angke
Kelapa Gading Trade Centre
Univeritas Tarumanegara
Fly Over Daan Mogot
Senayan City, Jakarta
RS Islam
Tunjangan Plaza, Surabaya
Prince Hotel, Yogyakarta

PT. WIJAYA KUSUMA

: Toyota Astra Motor Sunter

13

CONTRACTOR
-

PT. PP

: UI, Depok
Gedung KONI Senaya
Taman Rasuna, Kuningan
Gedung JASARAHARJA
Kelapa Gading Mall
Ruko Gading Batavia

PT. ADHI KARYA

: Rumah Susun Kemayoran

14

1.5.3 Visi dan Misi Perusahaan


Dengan fasilitas lengkap dan modern, ditunjang dengan pengalaman
lebih dari 3 dekade dan pengetahuan teknologi pembuatan baja yang up-todate, PT. PKM menjunjung tinggi KUALITAS produksi melalui Quality
Control (QC) yang sangat ketat dan komprehensif. Mulai dari seleksi besi tua
sampai produk akhir yang kami produksi, semuanya dimonitor dalam
prosedur QC yang sangat ketat dan berkesinambungan.
PT. PKM percaya bahwa kualitas dan kepuasan konsumen berhubungan
erat dengan kualitas produk-produknya, harga yang kompetitif, dan pelayanan
customer service yang memuaskan. Ketiga unsur ini merupakan visi dan misi
yang menjadikan PT. PKM produsen terbesar besi baja jenis long-product di
Indonesia. Mereka percaya bahwa konsumen yang puas akan kembali tanpa
diminta, dan berkat kepercayaan dan kesetiaan konsumen-konsumen dalam
negeri maupun luar negeri, PT. PKM dapat berkembang dan menduduki posisi
utama sekarang ini.
Sistem Manajemen PT. PKM telah disertifikasi oleh IQNet dan Kema
dalam ISO 9002:2000 (reg# 79966), dan produk PT. PKM memiliki sertifikasi
SNI yang terdaftar di Departemen Perindustrian dan Perdagangan (No.SNI:
07-2052-1997). Produk PT. PKM juga telah diterima dan diadopsi oleh
negara-negara maju seperti Singapura, Hong Kong, Australia, Amerika
Serikat, dan lain-lain. Suatu bukti bahwa produk PT. PKM berkelas

15

internasional yang menjadi kebanggaan konsumen pengguna produk PT.


PKM.

1.5.4 Struktur Organisasi


Pimpinan perusahaan yang ada pada pada PT. PKM dipegang oleh
pemilik perusahaan dengan seorang Direktur Utama yang dibantu oleh
Management Representative dan membawahi beberapa Divisi yaitu Divisi
Pembelian, Divisi Pabrik, Divisi Keuangan, dan Divisi Pemasaran.
Di antara empat Divisi di atas, Divisi yang paling menonjol dan lebih
berstruktur adalah Divisi Pabrik. Divisi ini dikepalai oleh seorang manajer
pabrik yang membawahi empat Departemen yaitu Departemen Produksi,
Departemen Maintenance, Departemen Gudang dan Departement Personalia.
Di sinilah saya melihat perbedaan yang menonjol antara teori yang di
dapat dengan kenyataan di lapangan. PT. PKM tidak memiliki struktur
organisasi yang umum dan tidak terlalu mengikuti struktur organisasi yang
umum. Hal ini dikarenakan PT. PKM merupakan perusahaan manufaktur dan
memiliki fokus pengendalian pada lantai produksi sehingga kekuatan
organisasinya lebih diarahkan untuk lantai produksinya.

16

1.5.5 Fasilitas Umum Perusahaan


1. Musholla

3. Koperasi

2. Klinik

4. Mess

1.5.6 Proses Produksi Perusahaan


Secara umum, proses produksi yang ada terbagi menjadi 7 langkah yaitu:
1. Pengisian Material
2. Periode Pemanasan (Penetrasi)
3. Periode Pencairan Isi Tanur
4. Periode Pemurnian (Refining)
5. Periode Penuangan (Pouring)
6. Periode Penahanan Suhu Tuang
7. Periode Pencetakan

Gambar 1.2 Salah satu proses produksi periode penuangan

17

Sedangkan pada proses pencetakan sendiri terbagi lagi ke dalam 6 langkah:


1. Penuangan cairan baja ke dalam tundish
2. Penuangan cairan baja dari tundish ke mould
3. Penarikan billet dari mould oleh dummy bar
4. Penuntunan billet oleh strand guide
5. Pelurusan billet oleh withdrawal / straightening unit
6. Pemotongan billet

Gambar 1.3 Salah satu proses produksi periode pencetakan

1.5.7 Peralatan Yang Dipakai


Terdapat banyak sekali peralatan atau mesin yang dipakai di dalam
proses produksi besi baja ini. Namun dari banyak mesin yang dipakai, hanya
ada dua mesin utama yang akan dibahas dan menjadi pertimbangan dalam
perancangan tata letak fasilitas yang akan dilakukan.

18

1.5.7.1

Electric Arc Furnace (Tungku Busur Listrik)


Prinsip kerja pembuatan baja dengan Electric Arc Furnace (EAF)
adalah merubah energi listrik menjadi energi panas, melalui aliran listrik
yang dialiri pada 3 buah elektroda, sehingga terjadi loncatan busur api yang
mempunyai panas dan daya yang sangat tinggi.
Bentuk EAF menyerupai mangkuk yang ditutup di bagian atasnya
dengan sebuah penutup. Energi panas diperoleh dari energi PLN yang
kemudian ditransfer melalui transformator sehingga tegangan naik dan arus
yang tepat untuk proses peleburan dapat dicapai.

Gambar 1.4 Deskripsi Komponen EAF

19

Spesifikasi EAF :
Merk

: NISSEI

Negara pembuat

: Jepang

Tahun pembuatan

: 1983

Type

: STC 480

Shell diameter

: 4800 mm

Melting capacity

: 40 ton (35 - 45 ton)

Transformer Capacity

: 15 - 24 MVA

Electrode diameter

: 16 - 20 inch

Jumlah fase

: 3 buah

Bahan tahan api

: Jenis basa

Electrode control system

: Panel merk SINKO, Japan.

Furnace tilt

: Oil hydraulic cylinder system

Tilt angle

: Tapping side = 40
: Slag door

= 15

Furnace roof lifting and swinging

: by oil hydrolic system

Electrode lifting

: AC motor drive system

Electrode adjustment

: Thyristor System

Door control

: by pneumatic cylinder

20

Gambar 1.5 EAF Side View

1.5.7.2

Continuous Casting Machine


Continuous Casting Machine adalah peralatan yang berfungsi untuk
mencetak baja cair hasil akhir dari tanur listrik (EAF) menjadi ingot baja
jenis billet. Menurut Kalpakjian (1995, p159), Continuous Casting
Machine diciptakan pada tahun 1860an. Continuous atau strand casting
pertama kali dikembangkan untuk pencetakan kawat logam nonferrous.
Proses ini sekarang digunakan untuk produksi baja dengan efisiensi dan
produksi utama serta pengurangan ongkos produksi yang siknifikan.
Strand adalah jalur tempat billet keluar dari mould (cetakan) dimana
billet akan terbentuk secara kontinyu. Tiap strand pada mesin memiliki
penampang mould dengan tebal 100 mm, lebar 100 mm, dan panjang 600
mm, atau dapat pula dibuat billet sesuai dengan pesanan.

21

Bagian-bagian yang menunjang dari proses pencetakan ini yaitu:


a. Mould (cetakan)
b. Ladle

i. Withdrawal dan
Straightening unit

c. Tundish

j. Intermediate Roller Table

d. Tundish Car

k. Cutting Machine

e. Overflow Gutter

l. Discharge Roller Table

f. Slag Vessel

m. Cooling Bed

g. Emergency Launder

n. Dummy Bar

h. Strand Guide

o. Water Supply System

Gambar 1.6 Prinsip kerja dari Continuous Casting Machine

22

Gambar 1.7 Discharge Roller Table, bagian dari CCM

Gambar 1.8 Cooling Table

23

1.5.7.3

Reheating Furnace
Reheating Furnace adalah sebuah tungku yang digunakan untuk
memanaskan ulang billet yang telah dingin, sebelum dimasukkan ke dalam
Rolling Mill. Jumlah dari reheating furnace ini disamakan dengan jumlah

Gambar 1.9 Reheating Furnace (1)

dari rolling mill yang ada. Dengan kata lain, setiap rolling mill yang ada
akan memiliki satu reheating furnace.

Gambar 1.10 Reheating Furnace (2)

24

1.5.7.4

Rolling Mill
Pada bagian rolling mill inilah produk dihasilkan. Billet-billet hasil
produksi Continuous Casting Machine dipanaskan kembali pada reheating
furnace agar billet menjadi panas dan dapat dibentuk kembali. Menurut
Turner (1993, p59 - 60), rolling adalah operasi penekanan dimana logam
terulur atau memanjang ketika melewati dua atau lebih roller, roller
pembentuk sudah umum digunakan pada manufaktur dalam variasi bentuk
yang berbeda, sebagai contoh adalah bentuk I beam.

Gambar 1.11 Prinsip kerja rolling

25

Gambar 1.12 Situasi kerja pada bagian Rolling Mill. Terlihat billet-billet yang
berpijar setelah dipanaskan kembali oleh reheating furnace.
Billet-billet tersebut akan di-rolling hingga menjadi bentuk yang
diinginkan seperti besi kanal atau bahkan begitu tipis hingga menjadi
besi beton.

26

1.5.8 Bahan Baku Perusahaan


Bahan-bahan yang dibutuhkan dalam proses peleburan pada tanur listrik
secara umum terbagi atas kategori bahan baku utama dan bahan tambahan.
1.5.8.1

Bahan Baku Utama


Yaitu bahan baku yang diperlukan untuk memperoleh baja cair, misalnya:
1. Scrap Besi (Iron)
2. Scrap Baja (Steel)
3. Pig Iron
Yang dimaksud dengan scrap besi dan scrap baja di sini adalah bekas
dari suatu konstruksi atau peralatan yang sudah tidak berfungsi lagi. Scrap
juga dipakai oleh pabrik-pabrik yang menggunakan tanur busur listrik.
Scrap merupakan sampah besi, yang mana kualitas unsur tembaga
(Cu) dan timah (Sn) yang ada tidak dapat dihilangkan.

Gambar 1.13 Scrap pada PT. PKM (1)

27

1.5.8.2

Bahan Tambahan (Alloy) dan Bahan Flux


Yaitu bahan yang ditambahkan sebagai bahan paduan untuk
mendapatkan komposisi baja cair yang diinginkan. Bahan tambahan juga
merupakan faktor penunjang yang turut pula menentukan mutu dari hasil
produk. Berikut adalah contoh dari bahan-bahan tambahan:
a. Batu Kapur dan Kapur
Berfungsi sebagai pengikat unsur-unsur yang tidak dikehendaki dalam
cairan baja. Batu kapur ini berwarna putih dan sukar larut dalam air.
Batu kapur ini akan bereaksi dan menimbulkan gas CO2 seraya
mengambil panas sehingga efisiensi panas akan menurun.
b. Kokas/Breeze/Carbon
Berfungsi untuk menambah kadar karbon, membantu pemanasan dan
mengikat oksigen yang masih ada di dalam cairan baja.
c. Grafit dan Potongan Elektroda
Grafit merupakan zat arang (karbon) murni. Grafit dan potongan
elektroda berfungsi untuk menambah kadar karbon dalam telaga logam.
d. Oksigen
Berfungsi untuk mengurangi kadar karbon serta membantu pemanasan
di dalam peleburan baja.
e. Serbuk Bekas Padi (Sekam Padi)

28

Berguna untuk menjaga agar cairan baja yang ada pada ladle tidak
hilang. Serbuk ini ditaburkan pada permukaan cairan baja yang ada pada
ladle.

Gambar 1.14 Scrap pada PT. PKM (2)

Anda mungkin juga menyukai