BAB 1
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Seperti kita ketahui bersama bahwa pada awal abad ke 21 ini,
perdagangan bebas sudah merupakan trend yang terus melanda perekonomian
negara-negara berkembang terutama Indonesia. Banyak negara-negara maju
seperti China dan Amerika yang dapat dengan bebas memasarkan hasil
industrinya ke dalam negeri. Apabila hasil produksi dalam negeri mampu
bersaing dengan hasil produksi negara maju maka hal tersebut tentunya tidaklah
menjadi masalah. Akan tetapi pada kenyataannya tidaklah begitu. Hasil
produksi dalam negeri banyak yang terpuruk akibat perdagangan bebas ini.
Hasil-hasil produksi negara-negara maju seperti China mulai merambahi pasar
nasional dengan harga yang diklaim jauh lebih murah dari produksi dalam
negeri sendiri. Sebagai contoh dalam skala kecil adalah produk mainan dan
elektronik yang langsung diimpor dari negeri China. Harga yang dibandrol pada
produk-produk tersebut jauh lebih rendah dari produk sejenis yang diproduksi
di dalam negeri. Walau dengan kualitas yang lebih rendah, produk-produk ini
tetap mampu mendapatkan pasarnya sendiri terutama golongan ekonomi
menengah ke bawah. Lalu siapa yang akan bertanggung jawab apabila kualitas
yang rendah ini akan merugikan konsumen nantinya? Sementara pemerintah tak
mampu membendung arus masuk produk-produk ini karena dari segi bea
masuk, produk ini lumayan memberi keuntungan, walau banyak juga produk
yang diselundupkan.
Isu mengenai perdagangan bebas ini kini juga mulai merambah ke sektor
industri yang lebih besar. Salah satu sektor industri yang juga mulai terancam
adalah produksi baja dalam negeri. Walau ancaman itu belum terjadi saat ini,
desas-desus yang ada sudah mulai menyebutkan bahwa besi baja produksi
negeri China akan segera masuk Indonesia dengan harga yang lebih murah dari
baja produksi nasional. Apabila hal ini sampai terjadi maka tak bisa
dibayangkan berapa banyak perusahaan baja nasional yang akan gulung tikar
akibat kalah bersaing dengan baja impor China. Sebagai informasi tambahan,
sebuah pabrik baja dapat menampung lebih dari 10 ribu pekerja. Jelas apabila
ada satu saja perusahan baja yang gulung tikar, imbasnya akan berpengaruh
pada sektor ekonomi nasional dalam skala yang cukup besar.
Salah satu perusahaan yang turut terancam oleh kemungkinan masuknya
impor baja China adalah PT. Pangeran Karang Murni yang berlokasi di
Pulogadung. Perusahaan ini telah melayani kebutuhan baja nasional sejak tahun
1972. PT. Multikon, PT. Nindya Karya, PT. Total Bagun Persada, dan PT.
Waskita Karya adalah beberapa dari sekian banyak perusahaan kontraktor yang
mempercayakan besi baja yang mereka gunakan kepada PT. Pangeran Karang
Murni. Pasar yang dicakup meliputi seluruh nusantara dan beberapa di
antaranya juga diekspor ke luar negeri. Melihat pabrik dengan skala yang begitu
besar namun kurang memiliki rancangan tata letak yang memadai sehingga
tidak menghasilkan jumlah produksi yang optimum, maka sangat menarik
untuk memperbaiki rancangan yang sudah ada agar proses produksi dapat
berjalan dengan lebih optimal.
1.2
beberapa
peralatan
rusak
yang
terbengkalai
sehingga
1.3
Ruang Lingkup
Agar hasil rancangan perbaikan dapat lebih optimal, maka perancangan
hanya akan melingkupi hal-hal berikut ini:
1. Perancangan akan dilakukan pada PT. Pangeran Karang Murni.
2. Perancangan dilakukan pada bagian peleburan baja saja yaitu dimulai dari
area penyimpanan scrap hingga penyimpanan billet.
3. Pengukuran dilakukan dengan metode langsung yaitu menggunakan
stopwatch sebagai alat ukur.
4. Seluruh area non produktif yang bisa digunakan akan diperhitungkan sebagai
area baru dan akan digunakan di dalam rancangan.
5. Jika di dalam perancangan tata letak fasilitas ini dibutuhkan data, yang harus
dilakukan dengan perhitungan yang lebih spesifik lagi dengan menggunakan
bidang keilmuan yang khusus, maka akan digunakan asumsi semisal untuk
prosentase penyesuaian dan kelonggaran yang mana membutuhkan
perhitungan ergonomi.
1.4
1.4.1 Tujuan
1. Memperbaiki rancangan tata letak fasilitas yang efektif dan efisien pada
sistem produksi PT. Pangerang Karang Murni.
2. Mengoptimalkan sumber daya yang ada, dalam hal ini adalah lahan tak
terpakai guna meningkatkan produksi.
3. Memberi usulan tata letak hasil perancangan yang lebih baik kepada
PT. Pangeran Karang Murni untuk dapat diterapkan pada pabrik tersebut.
1.4.2 Manfaat
1. Kegiatan dan pola aliran bahan yang lebih terencana.
2. Memperbaiki waktu baku produksi dari setiap stasiun yang ada.
3. Karyawan dapat bekerja lebih teratur dengan pola aliran baru.
4. Mengoptimalkan penggunaan lahan pabrik yang ada dengan penambahan
fasilitas-fasilitas dan kelongaran-kelonggaran.
1.5
Lokasi dari PT. Pangeran Karang Murni terletak di Jl. Raya Bekasi
Km21, Pulo Gadung, Jakarta Timur. Pabrik ini memilik luas areal
18,5 Ha dan berdirinya pabrik ini berdasarkan akte notaris Moh. Said
Taddjoedin, no 557 tanggal 2 Februari 1972 dan mulai berproduksi pada
tanggal 1 April 1975.
PT. Pangeran Karang Murni menghasilkan billet baja yang panjangnya
bergantung kepada pesanan. Bentuk billet baja ini adalah empat persegi
panjang dan dibuat melalui proses peleburan dalam Tanur Busur Listrik
(Electric Arc Furnace), yang selanjutnya dilakukan proses pencetakan billet
baja secara kontinyu menggunakan Continuous Casting System.
Pada saat ini tanur busur listrik boleh dikatakan merupakan teknik yang
paling dapat dipercaya utnuk menghasilkan baja karbon. Dalam industriindustri baja yang besar, tanur listrik mendapatkan kepercayaan untuk dapat
memenuhi kebutuhan produksi industri tersebut.
Saat ini terdapat lima buah tanur busur listrik pada PT. Pangeran Karang
Murni, namun pada saat ini hanya tiga buah tanur saja di antaranya yang
berproduksi. Hasil rata-rata per tahun diperkirakan 500.000 ton billet baja.
Gambar 1.1 Jenis-jenis besi yang diproduksi PT. PANGERAN KARANG MURNI
10
PT. ANANTAGRAHA
MARGANA
Tomang Highway
-
: Hotel Novotel
: WTC Serpong
: Nusa Kirana
PT. MULTIKON
11
Kemang Plaza
Gedung Multikon
Pulogadung Trade Centre
Lap Parkir Megamall Pluit
-
PT. SANGGARCIPTA
: Wisma Mulia I
Gedung Mulia, Gatot Subroto
: Ramayana
Kampus B Trisakti, Grogol
Kedutaan Besar Rusia
P & K Jl Jend Sudirman
TRANS TV, Tendean
ITC Cempaka Mas
Carrefour Puri Mas
ITC Kuningan
STC Senayan
BiNus Senayan
YAI Salemba
BiNus Simprug
12
Wisma Tendean
BCA Wahid Hasyim
RS Gading Pluit, Jakarta
Islamic Center
Modern Land, Tanggerang
-
: Jembatan Cicalengka
IPB
Semen Nusantara
Century Garden
Daichi Hotel, Senen
RS Husada
Gedung Perum Angkasa Pura
Airport Sukarno Hatta
Pelabuhan Ikan Muara Angke
Kelapa Gading Trade Centre
Univeritas Tarumanegara
Fly Over Daan Mogot
Senayan City, Jakarta
RS Islam
Tunjangan Plaza, Surabaya
Prince Hotel, Yogyakarta
13
CONTRACTOR
-
PT. PP
: UI, Depok
Gedung KONI Senaya
Taman Rasuna, Kuningan
Gedung JASARAHARJA
Kelapa Gading Mall
Ruko Gading Batavia
14
15
16
3. Koperasi
2. Klinik
4. Mess
17
18
1.5.7.1
19
Spesifikasi EAF :
Merk
: NISSEI
Negara pembuat
: Jepang
Tahun pembuatan
: 1983
Type
: STC 480
Shell diameter
: 4800 mm
Melting capacity
Transformer Capacity
: 15 - 24 MVA
Electrode diameter
: 16 - 20 inch
Jumlah fase
: 3 buah
: Jenis basa
Furnace tilt
Tilt angle
: Tapping side = 40
: Slag door
= 15
Electrode lifting
Electrode adjustment
: Thyristor System
Door control
: by pneumatic cylinder
20
1.5.7.2
21
i. Withdrawal dan
Straightening unit
c. Tundish
d. Tundish Car
k. Cutting Machine
e. Overflow Gutter
f. Slag Vessel
m. Cooling Bed
g. Emergency Launder
n. Dummy Bar
h. Strand Guide
22
23
1.5.7.3
Reheating Furnace
Reheating Furnace adalah sebuah tungku yang digunakan untuk
memanaskan ulang billet yang telah dingin, sebelum dimasukkan ke dalam
Rolling Mill. Jumlah dari reheating furnace ini disamakan dengan jumlah
dari rolling mill yang ada. Dengan kata lain, setiap rolling mill yang ada
akan memiliki satu reheating furnace.
24
1.5.7.4
Rolling Mill
Pada bagian rolling mill inilah produk dihasilkan. Billet-billet hasil
produksi Continuous Casting Machine dipanaskan kembali pada reheating
furnace agar billet menjadi panas dan dapat dibentuk kembali. Menurut
Turner (1993, p59 - 60), rolling adalah operasi penekanan dimana logam
terulur atau memanjang ketika melewati dua atau lebih roller, roller
pembentuk sudah umum digunakan pada manufaktur dalam variasi bentuk
yang berbeda, sebagai contoh adalah bentuk I beam.
25
Gambar 1.12 Situasi kerja pada bagian Rolling Mill. Terlihat billet-billet yang
berpijar setelah dipanaskan kembali oleh reheating furnace.
Billet-billet tersebut akan di-rolling hingga menjadi bentuk yang
diinginkan seperti besi kanal atau bahkan begitu tipis hingga menjadi
besi beton.
26
27
1.5.8.2
28
Berguna untuk menjaga agar cairan baja yang ada pada ladle tidak
hilang. Serbuk ini ditaburkan pada permukaan cairan baja yang ada pada
ladle.