Jelajahi eBook
Kategori
Jelajahi Buku audio
Kategori
Jelajahi Majalah
Kategori
Jelajahi Dokumen
Kategori
Kode
: F.1
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Lansia (Lanjut Usia) adalah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas.
Penggolongan lansia menurut Depkes dibagi menjadi tiga kelompok yakni kelompok
lansia dini (55 64 tahun), kelompok lansia (65 tahun ke atas), dan lansia resiko
tinggi (lebih dari 70 tahun).
Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur
lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60
tahun ke atas sekitar 7,18%. Badan Perencanaan dan Pembangunan Nasional
(BAPPENAS) memperkirakan pada 2025, lebih dari seperlima penduduk Indonesia
adalah orang lanjut usia. Lansia merupakan kelompok penduduk yang menjadi fokus
perhatian para ilmuwan, masyarakat, dan pemerintah karena membawa berbagai
permasalahan yang harus diantisipasi dan dicarikan jalan keluarnya, termasuk bidang
kesehatan.
Hipertensi merupakan penyakit degeneratif yang hampir diderita sekitar 25%
penduduk dunia dewasa (Adrogu & Madias, 2007). Hipertensi didefinisikan sebagai
tekanan darah sistolik 140 mmHg atau tekanan diastolik 90 mmHg. Prevalensi
utama hipertensi pada kulit hitam, pria dan pada orang tua. Insidensi hipertensi
meningkat seiring bertambahnya usia, sekitar 60 % dari semua kematian prematur
diakibatkan oleh hipertensi terjadi di antara pasien dengan hipertensi ringan.
Prevalensi hipertensi diprediksi meningkat 60% pada tahun 2025, yaitu sekitar
1.56 juta orang penderita. Hal ini merupakan faktor risiko dari penyakit
kardiovaskuler dan bertanggung jawab terhadap kebanyakan kematian di dunia.
Hipertensi primer atau yang dikenal dengan hipertensi essensial atau idiopatik
1
merupakan kasus hipertensi terbanyak, yaitu sekitar 95% dari kejadian hipertensi
secara keseluruhan. Berdasarkan penelitian WHO-Comunity Study of the Elderly
Central Java menemukan bahwa hipertensi dan penyakit kardiovaskuler merupakan
penyakit kedua terbanyak yang diderita lansia setelah artritis, yaitu sebesar 15,2% dari
1203 sampel.
Tingkat pendidikan, komunikasi dan informasi, kebudayaan, dan pengalaman
pribadi seseorang akan mempengaruhi pengetahuan dan sikap tentang kesehatan
Dengan mendapatkan infomasi yang benar, diharapkan lansia mendapat bekal
pengetahuan yang cukup untuk dapat melaksanakan pola hidup sehat dan dapat
menurunkan
risiko
penyakit
degeneratif
terutama
hipertensi
dan
penyakit
kardiovaskular.
1.2 PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
Hipertensi merupakan faktor risiko dari penyakit kardiovaskuler dan
bertanggung jawab terhadap kebanyakan kematian di dunia. Hipertensi banyak
diderita oleh kaum lansia. Oleh karena itu, diperlukan komunikasi dan informasi
untuk mempengaruhi pengetahuan dan sikap tentang kesehatan dengan mendapatkan
infomasi yang benar. Lansia diharapkan mendapat bekal pengetahuan yang cukup
untuk dapat melaksanakan pola hidup sehat dan dapat menurunkan risiko penyakit
degeneratif terutama hipertensi dan penyakit kardiovaskular. Dalam hal ini yang
menjadi sasaran kami adalah peserta Posyandu Koramil di daerah Rambipuji.
1.3 TUJUAN DAN TARGET KEGIATAN
Tujuan Kegiatan :
1.
2.
3.
4.
Target Kegiatan :
Memberikan penyuluhan mengenai segala informasi tentang Hipertensi
kepada peserta Posyandu Lansia Koramil agar tercapai peningkatan pengetahuan dan
penanggulangan terjadinya Diabetes Melitus.
BAB 2
2
Metode yang digunakan penyuluh adalah metode ceramah dan tanya jawab.BAB 3
BAB 4
4
DOKUMENTASI
Kode
: F.2
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Demam Berdarah Dengue di Indonesia masih menjadi masalah kesehatan
masyarakat dan merupakan penyakit endemis hampir di seluruh provinsi. Dalam
kurun waktu 5 tahun terakhir jumlah kasus dan daerah terjangkit terus meningkat dan
menyebar luas serta sering menimbulkan Kejadian Luar Biasa/KLB.
Pada tahun 2002 jumlah kasus sebanyak 40.377 ( IR : 19,24/100.000
penduduk dengan 533 kematian (CFR : 1,3 %), tahun 2003 jumlah kasus sebanyak
52.566 (IR : 24,34/100.000 penduduk) dengan 814 kematian (CFR : 1,5 %), tahun
2004 jumlah kasus sebanyak 79.462 (IR : 37,01/100.000 penduduk) dengan 957
kematian (IR : 1,20 %), tahun 2005 jumlah kasus sebanyak 95.279 (IR :
43,31/100.000 penduduk) dengan 1.298 kematian (CFR : 1,36 %) tahun 2006 jumlah
kasus sebanyak 114.656 (IR : 52,48/100.000 penduduk) dengan 1.196 kematian
(CFR : 1,04 %). Sampai dengan bulan November 2007, kasus telah mencapai 124.811
(IR: 57,52/100.000 penduduk) dengan 1.277 kematian (CFR: 1,02%).
5
Upaya pengendalian penyakit DBD yang telah dilakukan sampai saat ini
adalah memberantas nyamuk penularnya baik terhadap nyamuk dewasa atau jentiknya
karena obat dan vaksinnya untuk membasmi virusnya belum ada.
Departemen Kesehatan telah menetapkan 5 kegiatan pokok sebagai kebijakan
dalam pengendalian penyakit DBD yaitu menemukan kasus secepatnya dan
mengobati sesuai protap, memutuskan mata rantai penularan dengan pemberantasan
vektor (nyamuk dewasa dan jentik-jentiknya), kemitraan dalam wadah POKJANAL
DBD (Kelompok Kerja Operasional DBD), pemberdayaan masyarakat dalam gerakan
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN 3M Plus) dan Peningkatan profesionalisme
pelaksana program.
Berbagai upaya telah dilakukan untuk menanggulangi terjadinya peningkatan
kasus, salah satu diantaranya dan yang paling utama adalah dengan memberdayakan
masyarakat dalam kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui gerakan
3M (Menguras-Menutup-Mengubur). Kegiatan ini telah diintensifkan sejak tahun
1992 dan pada tahun 2000 dikembangkan menjadi 3M Plus yaitu dengan cara
menggunakan larvasida, memelihara ikan dan mencegah gigitan nyamuk. Sampai saat
ini upaya tersebut belum menampakkan hasil yang diinginkan karena setiap tahun
masih terjadi peningkatan angka kematian.
Selama ini berbagai upaya untuk memberdayakan masyarakat dalam PSNDBD sudah banyak dilakukan tetapi hasilnya belum optimal dapat merubah perilaku
masyarakat untuk secara terus menerus melakukan PSN-DBD di tatanan dan
lingkungan masing-masing. Oleh karena itu, Puskesmas Rambipuji mengadakan PSN
dengan memberdayakan kader kesehatan dalam pemantauan jentik nyamuk dan
secara berkala melakukan pemantauan langsung ke rumah masyarakat.
1.2 PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
Upaya pemberdayaan masyarakat dalam PSN-DBD sudah banyak dilakukan
tetapi hasilnya belum optimal. Oleh karena itu, Puskesmas Rambipuji mengadakan
PSN dengan memberdayakan kader kesehatan dalam pemantauan jentik nyamuk dan
secara berkala melakukan pemantauan langsung ke rumah masyarakat. Masyarakat
diharapkan dapat lebih peduli dengan lingkurangnya sendiri terutama di dalam rumah
sehingga tercipta lingkungan yang bersih dan bebas dari sarang nyamuk
1.3 TUJUAN DAN TARGET KEGIATAN
6
Tujuan Kegiatan :
1. Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang lingkungan bersih dan bebas dari
sarang nyamuk.
2. Menjelaskan tentang cara pemberantasan sarang nyamuk.
3. Menjelaskan tentang akibat jika terdapat sarang nyamuk.
4. Menjelaskan tentang pencegahan timbulnya sarang nyamuk.
Target Kegiatan :
Melakukan pemantauan dan pemberantasan keberadaan jentik nyamuk di
lingkungan masyarakat Desa Kaliwining sebagai salah satu usaha pemberantasan
sarang nyamuk sekaligus memberikan edukasi pada masyarakat.
BAB 2
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
2.1 BENTUK KEGIATAN
Bentuk kegiatan berupa pemantauan dan pemberantasan jentik jentik
nyamuk di tempat tempat penampungan air beserta sistim irigasi yang berada di
lingkungan desa kliwining. Pemantauan keberadaan jentik nyamuk diharapkan dapat
memutus siklus perkembangan nyamuk sehingga angka kepadatan jentik semakin
berkurang.
2.2 PELAKSANA KEGIATAN
Pelaksana kegiatan ini adalah petugas kesehatan Puskesmas Rambipuji
termasuk penulis, yaitu dr.Faris Aziz pridianto, beserta kader kesehatan.
2.3 WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Hari / Tanggal : Selasa, 30 Desember 2014
Tempat : Lingkungan Desa Kaliwining
2.4 SASARAN PENYULUHAN
Sasaran adalah masyarakat Desa Rambipuji
2.5 MEDIA YANG DIGUNAKAN
Media yang digunakan adalah senter untuk memudahkan dalam melihat
keberadaan jentik nyamuk.
2.6 METODE YANG DIGUNAKAN
Metode yang digunakan adalah mendatangi langsung rumah warga untuk
memeriksa keberadaan jentik nyamuk.
8
BAB 3
PELAKSANAAN INTERVENSI, MONITORING DAN EVALUASI
INTERVENSI
3.1 PELAKSANAAN INTERVENSI
Pemeriksaan jentik nyamuk dilakukan pada hari Selasa, 30 Desember 2014
jam 09.00 10.00 WIB di lingkungan Desa Kaliwining. Perugas kesehatan
mendatangi rumah warga secara langsung dan memeriksa keberadaan jentik di tempat
yang berpotensi sebagai habitat jentik seperti bak mandi, gentong, dan kaleng.
Petugas kesehatan juga memberikan penjelasan singkat tentang kebersihan
lingkungan terutama untuk pemberantasan sarang nyamuk.
3.2 MONITORING DAN INTERVENSI
Pemeriksaan jentik dilakukan untuk mengurangi angka kepadatan jentik
untuk memutus rantai tumbuh kembang nyamuk. Jentik nyamuk ditemukan terutama
pada bak kamar mandi. Selain itu, sistem irigasi juga menjadi evaluasi kegiatan ini.
Sungai yang melintas di pemukiman penduduk tampak kotor oleh sampah.
Berdasarkan keterangan perangkat desa, kotoran tersebut terutama berasal dari hulu
sungai di kecamatan lain. Oleh karena itu, perlu pembenahan sistem irigasi dan
penyaringan sampah sehingga tidak terjadi penumpukan sampah didaerah hilir.
Kendala yang dihadapi selama proses pemantauan jentik adalah tidak semua
warga berada dirumah di pagi hari karena sebagian dari warga tersebut bekerja. Selain
itu, monitoring ini hanya dilakukan di satu lokasi sehingga tidak menjadi gambaran
kondisi kepadatan jentik secara menyeluruh. Untuk itu, dalam pelaksanaan
monitoring sebaiknya petugas kesehatan lebih memperhatikan waktu agar semua
proses dapat berlangsung secara optimal. Selain itu, jumantik memiliki peranan
signifikan dalam pemantauan jentik ini.
BAB 4
DOKUMENTASI
Kode
: F.3
BAB 1
10
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Indonesia telah menunjukkan penurunan kemiskinan secara tetap, tetapi
masalah gizi pada anak-anak menunjukkan sedikit perbaikan. Dari tahun 2007 sampai
2011, proporsi penduduk miskin di Indonesia mengalami penurunan sebesar 16,6 12,5 persen, tetapi masalah gizi tidak menunjukkan penurunan secara signifikan.
Enam
belas
provinsi
menunjukkan prevalensi
berat
badan
kurang,
yang
mempengaruhi 20 persen atau lebih anak-anak. Prevalensi berat badan kurang sangat
tinggi di Nusa Tenggara Barat, melebihi 30 persen. Secara nasional, enam persen anak
sangat kurus, sehingga menempatkan mereka pada resiko kematian yang tinggi,
situasi yang menunjukkan tidak adanya peningkatan antara tahun 2007 dan 2010.
Sembilan provinsi memiliki prevalensi anak kurus yang sangat tinggi, sebesar 15
persen atau lebih.
Status gizi bayi juga terkait dengan pemberian ASI ekslusif. Masyarakat dan
petugas kesehatan perlu memahami pentingnya ASI eksklusif dan praktek-praktek
pemberian makan bayi dan anak yang tepat, dan memberikan dukungan kepada para
ibu. Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia 2007 menunjukkan bahwa kurang
dari satu dari tiga bayi di bawah usia enam bulan diberi ASI eksklusif dan hanya 41
persen anak usia 6-23 bulan menerima makanan pendamping ASI (MP-ASI) yang
sesuai dengan praktek-praktek yang direkomendasikan tentang pengaturan waktu,
frekuensi dan kualitas.
Kejadian gizi kurang juga terkait dengan penyakit yang diderita oleh anak,
misalnya diare. Berdasarkan Riskesdas 2010, sebagian besar rumah tangga di
Indonesia masih menggunakan air yang tidak bersih (45 persen) dan sarana
pembuangan kotoran yang tidak aman (49 persen). Minimal satu dari setiap empat
rumah tangga dalam dua kuintil termiskin masih melakukan buang air besar di tempat
terbuka. Perilaku tersebut berhubungan dengan penyakit diare, yang selanjutnya
berkontribusi terhadap gizi kurang. Pada tahun 2007, diare merupakan penyebab dari
31 persen kematian pada anak-anak di Indonesia antara usia 1 sampai 11 bulan, dan
25 persen kematian pada anak-anak antara usia satu sampai empat tahun.
Seiring perkembangan anak maka diperlukan pemantauan terhadap tumbuh
kembangnya. Tanpa konseling yang efektif, pemantauan pertumbuhan tidak akan
11
efektif dalam menurunkan gizi kurang. Bagian-bagian dari paket intervensi gizi
efektif berada pada sektor kesehatan dan melibatkan para pemangku kepentingan.
Mendorong revitalisasi Posyandu dengan menggunakan
Target Kegiatan :
Memberikan penyuluhan mengenai segala informasi tentang gizi anak kepada
ibu yang berkunjung di Posyandu Flamboyan 42 agar tercapai peningkatan
pengetahuan dan pemahaman tentang cara memperbaiki status gizi anak.
12
BAB 2
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
2.1 Bentuk Kegiatan
Kegiatan penyuluhan akan ditujukan kepada peserta Posyandu Bougenville 42,
Desa Rambigundam, Kecamatan Rambipuji, Jember. Pada penyuluhan ini akan
menggunakan Lembar balik dan ceramah sebagai media informasi kepada peserta
penyuluhan. Penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan ibu tentang
13
gizi pada anak yang meliputi status gizi anak, penyebab penurunan gizi pada anak,
dan cara memperbaiki status gizi anak.
2.2 Nara Sumber
Narasumber adalah dr. Faris Aziz Pridianto, peserta Dokter Internsip Puskesmas
Rambipuji periode Oktober 2014-Februari 2015.
2.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari / Tanggal : Selasa, 20 Januari 2015
Tempat : Posyandu Bougenville 42, Desa Rambigundam, Kecamatan Rambipuji,
Jember.
2.4 Sasaran Penyuluhan
Sasaran penyuluhan adalah ibu-ibu di wilayah kerja Posyandu Bougenville 42,
Desa Rambigundam, Kecamatan Rambipuji, Jember.
2.5 Media yang Digunakan
Media yang digunakan adalah lembar balik disertai penjelasan singkat.
2.6 Metode yang Digunakan
14
Metode yang digunakan penyuluh adalah metode ceramah dan tanya jawab.BAB
3
PELAKSANAAN INTERVENSI, MONITORING DAN EVALUASI
INTERVENSI
3.1 PELAKSANAAN INTERVENSI
Penyuluhan dilaksanakan pada hari Selasa tanggal 20 Januari 2015 pukul
09.00-12.00 WIB di Posyandu Flamboyan 42 Rambigundam dengan peserta adalah
ibu yang berkunjung ke Posyandu. Penyuluhan menggunakan metode penyuluhan
langsung dengan menggunakan media Lembar balik bergambar. Penyuluh memberi
penjelasan dan menjawab pertanyaan dari ibu yang disuluh. Ibu Nampak antusias
terkait dengan cara perbaikan status gizi anak.
15
BAB 4
DOKUMENTASI
Kode
: F.4
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Indonesia adalah termasuk negara yang memasuki era penduduk berstruktur
lanjut usia (aging structured population) karena jumlah penduduk yang berusia 60
16
risiko
penyakit
degeneratif
terutama
hipertensi
dan
penyakit
kardiovaskular.
17
18
BAB 2
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
2.1 Bentuk Kegiatan
Kegiatan penyuluhan akan ditujukan kepada peserta Posyanndu Lansia Koramil,
Desa Rambipuji, Kecamatan Rambipuji, Jember. Penyuluhan ini diharapkan dapat
meningkatkan pengetahuan peserta Posyandu Lansia Koramil mengenai diet pada
pasien Hipertensi yang meliputi makanan yang sebaiknya dikonsumsi dan makanan
yang perlu dihindari.
2.2 Nara Sumber
Nara sumber adalah dr. Faris Aziz Pridianto, dokter Internsip Puskesmas
Rambipuji, Jember periode Oktober 2014 Februari 2014.
2.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
19
20
BAB 3
PELAKSANAAN INTERVENSI, MONITORING DAN EVALUASI
INTERVENSI
3.1 PELAKSANAAN INTERVENSI
Penyuluhan dilaksanakan pada hari Rabu tanggal 10 Desember 2014 pukul
09.00-11.00 WIB di Aula Kodim Rambipuji dengan peserta adalah peserta Posyandu
Lansia Koramil, Rambipuji. Penyuluhan menggunakan metode penyuluhan. Penyuluh
memberi penjelasan dan menjawab pertanyaan dari peserta apabila ada yang kurang
dimengerti. Para peserta nampak antusias dengan keaktifan yang ditunjukkan para
peserta pada sesi tanya jawab.
3.2 MONITORING DAN INTERVENSI
Penyuluhan mengenai Hipertensi pada peserta Posyandu Lansia adalah upaya
yang dilakukan untuk meningkatkan pengetahuan dan pencegahan Hipertensi sedini
mungkin.Metode yang digunakan adalah metode penyuluhan langsung dengan
pendekatan perorangan yang disampaikan dengan santai tapi serius dan dapat
dipahami oleh peserta.Selama penyuluhan terjadi diskusi yang menarik karena peserta
penyuluhan cukup antusias yang dapat dilihat dari pertanyaan yang diajukan.
Kendala yang dihadapi penyuluh selama proses penyuluhan berlangsung
adalah faktor waktu yang singkat karena kegiatan ini disertai oleh program cek
kesehatan dan pengobatan. Untuk itu, dalam pelaksanaan penyuluhan, sebaikmya
penyuluh lebih memperhatikan waktu agar semua proses yang diberikan selama
berlangsungnya penyuluhan dapat diserap dengan baik oleh peserta.
BAB 4
21
DOKUMENTASI
Kode
: F.5
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG MASALAH
Masalah HIV/AIDS adalah masalah besar yang mengancam Indonesia dan
banyak negara di seluruh dunia. HIV (Human Immunodeficiency Virus) adalah virus
yang menyerang sistem kekebalan tubuh manusia yang dapat menimbulkan penyakit
AIDS. AIDS (Acquired Immuno Deficiency Syndrome) adalah kumpulan beberapa
gejala akibat menurunnya sistem kekebalan tubuh manusia yang disebabkan oleh
virus HIV.
HIV/AIDS dapat ditularkan melalui berbagai cara antara lain lewat cairan
darah seperti tato, tindik. jarum suntik, transfusi darah; lewat cairan alat kelamin
seperti cairan sperma dan cairan vagina; lewat ibu dengan HIV positif kepada bayi
yang yang dikandungnya baik selama kehamilan, proses persalinan, maupun selama
menyusui melalui ASI. Salah satu cara untuk mengetahui seseorang telah terkena HIV
adalah dengan melakukan rapid test. HIV/AIDS telah menjadi pandemi yang
mengkhawatirkan masyarakat dunia, karena sampai saat ini HIV/AIDS belum
22
ditemukan obat yang menjadi terapi definitif maupun vaksin sebagai pencegahan.
Begitu juga penyakit ini memiliki window period dan fase asimtomatik yang relatif
lama dalam perjalanan penyakitnya. Hal ini disebut juga dengan fenomena gunung es
(iceberg phenomenon).
Kasus pertama HIV di Indonesia dilaporkan terjadi pada 1987, dan epidemi di
Indonesia sekarang merupakan salah satu yang paling cepat berkembang di Asia.
Angka kejadian HIV/AIDS di Indonesia menunjukkan peningkatan. Berdasarkan data
statistik kasus HIV/AIDS di Indonesia yang dilaporkan sampai dengan bulan Juni
2014, bahwa penderita HIV sebanyak 15,534 jiwa dan AIDS sebanyak 1.700 jiwa.
Secara kumulatif kasus HIV dan AIDS mulai dari Januari 1987 s.d. Juni 2014 terdiri
dari 142.950 penderita HIV dan 55623 penderita AIDS. Jumlah kasus HIV/AIDS di
Kabupaten Jember, Jawa Timur, mencapai 1.500 jiwa dan tersebar merata hampir di
31 kabupaten setempat. Selama Januari-April 2014 tercatat sebanyak 10 pelajar
terinfeksi AIDS stadium tiga karena pergaulan bebas dan seks bebas. Jumlah
terbanyak penderita HIV/AIDS masih didominasi oleh mereka yang berusia produktif
dengan usia 20-45 tahun, kemudian peringkat kedua adalah kalangan pelajar dengan
usia 15-19 tahun, dengan penularan terbanyak karena seks bebas.
Usaha untuk mencegah dan mengurangi angka kejadian HIV/AIDS pada usia
remaja harus dimulai sejak dini dengan memberikan segala informasi mengenai
bahaya HIV/AIDS dan cara pencegahannya. Oleh karena itu, puskesmas sebagai
fasilitas pelayanan kesehatan dasar perlu melakukan pencegahan primer yaitu dengan
melakukan kegiatan penyuluhan ke sekolah-sekolah untuk memberikan edukasi
kepada remaja mengenai cara penularan HIV/AIDS dan bagaimana cara
pencegahannya. Dengan itu diharapkan para siswa dapat mengetahui dan bagaimana
cara mencegahnya sehingga diharapkan jumlah Orang Dengan HIV/AIDS (ODHA)
pada usia remaja dapat berkurang di masa mendatang.
1.2 PERMASALAHAN DI MASYARAKAT
Fakta yang paling mengkhawatirkan adalah bahwa peningkatan infeksi HIV yang
semakin nyata pada pengguna narkotika. Padahal sebagian besar ODHA yang
merupakan pengguna narkotika adalah remaja dan usia dewasa muda yang merupakan
kelompok usia produktif. Hal ini tampaknya disebabkan oleh pengaruh teman sebaya
yang menonjol. Oleh karena itu, perlunya pengetahuan dan informasi mengenai
HIV/AIDS sejak dini diharapkan dapat terhindar dari penyakit HIV/AIDS terutama di
23
Target Kegiatan :
Memberikan penyuluhan mengenai segala informasi tentang HIV/AIDS
kepada kader PKK Kaliwining agar tercapai peningkatan pengetahuan dan mencegah
terjadinya HIV/AIDS di masyarakat.
24
BAB 2
PERENCANAAN DAN PEMILIHAN INTERVENSI
2.1 Bentuk Kegiatan
Kegiatan penyuluhan akan ditujukan kepada kader kesehatan PKK
Kaliwining, Desa Rambipuji, Kecamatan Rambipuji, Jember. Pada penyuluhan ini
akan menggunakan leaflet sebagai media informasi kepada peserta penyuluhan.
Penyuluhan ini diharapkan dapat meningkatkan pengetahuan kader kesehatan PKK
mengenai HIV/AIDS yang meliputi cara penularan, gejala-gejala yang ditimbulkan
serta pengobatan dan pencegahan dari HIV/AIDS
2.2 Nara Sumber
Nara sumber adalah dr. Faris Aziz Pridianto, dokter Internsip Puskesmas
Rambipuji, Jember periode Oktober 2014 Februari 2014.
2.3 Waktu dan Tempat Pelaksanaan
Hari / Tanggal : Jumat, 28 November 2014
Tempat : Balai desa Kaliwining, Rambipuji, Jember.
2.3 Sasaran Penyuluhan
Sasaran penyuluhan adalah para kader kesehatan PKK Kaliwining Rambipuji.
2.4 Media yang Digunakan
Media yang digunakan adalah leaflet dan melalui penjelasan secara lisan.
2.5 Metode yang Digunakan
25
Metode yang digunakan penyuluh adalah metode ceramah dan tanya jawab.BAB 3
26
BAB 4
DOKUMENTASI
Lampiran (leaflet)
27
Kode
: F.6
III.
A.
IDENTITAS PASIEN
Nama
Jenis kelamin
Umur
Alamat
Status Pernikahan
Suku bangsa
Agama
Pekerjaan
Berat Badan
: Ny. A
: Perempuan
: 38 tahun
: Rambigundam
: Menikah
: Jawa
: Islam
: Ibu Rumah Tangga
: 58 kg
HASIL PEMERIKSAAN
Subyektif (Auto Anamnesis)
1. Keluhan Utama
:
2. Keluhan Penyerta
:
nafsu makan
DM HT Alergi -
B.
Obyektif
O
KU :
Vital Sign :
Tampak Lemah
TD : 110/80 mmHg
Nadi : 100 x/menit, regular
RR : 20 x/menit
Suhu : 37 o C (aksilar)
A/I/C/D = -/-/-/Mata : dalam batas normal
Telinga : dalam batas normal
Hidung : dalam batas normal
Mulut : dalam batas normal
Pembesaran kelenjar getah bening : - / Pembesaran tiroid : - / -
29
Thorax
Cor :
Pulmo :
Abdomen
Ekstremitas
P
A
I
P
P
A
I
A
P
P
Simetris
Pergerakan simetris, Fremitus raba simetris
Sonor / Sonor
Ves +/+, Rh -/-, Wh -/Datar
BU (+) normal
Hipertimpani
Soepel, nyeri tekan epigastrium (+), H/L/R tidak
teraba. Leopold (-)
Superior : Akral hangat -/-, Edema -/Inferior : Akral hangat -/-, Edema -/-
C.
Assessment
Hiperemesis Gravidarum Stage I
D.
Planning
1. Diagnosis : DL, Bilirubin, GDA
2. Terapi :
Farmakologis : - Infus D5 30 tpm
- Inj. Metoclopramide 3x10mg
- Inj. Neurobion 1x1amp
- Inj. Ranitidin 3x50mg
- Sryp. Valsedon 3x1 cth
- Syrp. Antasida 3x1 cth
Non farmakologis : - Puasa selama 24 jam
- Selesai puasa, makan dan minum dilanjutkan
seperti biasa
3. Edukasi :
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang diderita.
Menjelaskan kepada pasien tetang rencana terapi yang diberikan.
30
31