Anda di halaman 1dari 23

Inkontinensia Urin

pada Pasien Geriatri


F1

Skenario 12
Perempuan 70 tahun diantara berobat ke poliklinik
dengan keluhan tidak dapat menahan kecing sehingga
sering ngompol sebelum sampai ke WC sejak 3 minggu
yang lalu.

Hipotesis
Wanita tersebut menderita inkontinensia urin

Anamnesi
s

Mind Map

PF
PP
WD
RM

DD
Etiologi
Epidemiol
ogi
Patofisiolo
gi

Proses Menua

Anamnesis
Ibu sudah berapa lama mengalami masalah ini ?
Setiap buang air kecilnya bagaimana ibu, apa ngeden atau keluar begitu saja?
Apakah disaat ibu melakukan kegiatan yang menyebabkan peningkatan tekanan intra

abdomen seperti tertawa atau batuk tanpa sadar ibu berkemih ?


Setelah air seninya keluar, apa ibu merasa puas atau terasa masih ada yang mengganjal?
Setelah ibu menyadari air seni ibu keluar tanpa kehendak ibu, apa ibu bisa menyetopnya?
Seberapa banyak volume urine yang keluar pada saat berkemih ?
Apakah ada perubahan warna yang khas pada urine ibu serta adakah rasa nyeri pada saat
berkemih ?
Apakah ibu memiliki riwayat penyakit diabetes yang dapat meningkatkan volume urine ?

Pemeriksaan Fisik
Kesadaran

Keadaan Umum

Compos mentis

Tampak sakit sedang

Pemeriksaan TTV

Hasil

Tekanan darah

130/80mmHg

Suhu

37C

Heart rate

85x/menit

Respiration Rate

20x/menit

Tinggi badan

Berat badan

150 cm

60 kg

Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan labratorium
Kultur urin

Menyingkirkan infeksi dengan mengisolasi mikroorganisme


dalam jaringan tubuh atau cairan tubuh.

IVU (intravenous
urography)

Menilai saluran bagian atas dan obstruksi atau fistula

Gula darah

Identifikasi adanya DM (diabetes mellitus)

Sitologi urin

Pemeriksaan sel-sel urotelium yang terlepas bersama urin

Kreatinin serum

Untuk mengevaluasi fungsi glomerulus. Peningkatan kadar


menandakan disfungsi ginjal.

USG ginjal

Metode yang dapat dipercaya untuk mengidentifikasi dan


membedakan antara kista dan tumor ginjal, sangat berguna
untuk menggambarkan perubahan anatomik pada ginjal

Tes kekuatan otot sfingter


Sfingter
electromyography

Uji urodinamik kompleks untuk menguji fungsi otot


sfingter.

Diagnosis kerja (WD)


Inkontinensia campuran (inkontinensia stress dan
inkontinensia urgensi).

Diagnosis Banding (DD)


Inkontinensia tipe
urgensi

Inkontinensia
tipe stress

Inkontinensia tipe Inkontinensia


overflow
tipe fungsional

Ketidakmampuan
menunda berkemih
setelah sensasi
berkemih muncul.
Manifestasinya berupa
urgensi, frekuensi dan
nokturia.
Subtipe motorik
disebabkan oleh lesi
pada system saraf
pusat : stroke,
parkinsonism, tumor
otak dan sclerosis
multiple.
Subtipe sensorik
disebabkan oleh
hipersensitivitas

Tekanan intra
abdominal yang
meningkat
(batuk, bersin,
atau mengejan)
Terutama terjadi
pada perempuan
berusia lanjut
yang mengalami
hipermobilitas
uretra dan
lemahnya otot
dasar panggul
akibat seringnya
melahirkan,

Meningkatnya
tegangan
kandung kemih
akibat obstruksi
prostat hipertrofi
pada laki-laki
atau lemahnya
otot detrusor
akibat diabetes
mellitus, trauma
medulla spinalis,
Manifestasinya
berupa berkemih
sedikit,
pengosongan
kandung kemih
tidak sempurna

Penurunan berat
fungsi fisik dan
kognitif sehingga
pasien tidak
dapat mencapai
toilet pada saat
yang tepat.
biasanya terjadi
pada dementia
berat, gangguan
mobilitas,
gangguan
neurologic, dan
psikologik

Etiologi
Inkontinensia dapat terjadi karena adanya kelemahan dari otot dasar

panggul penyebab yaitu diantaranya kehamilan yang berulang-ulang atau


operasi.
Inkontinensia urin juga bisa terjadi karena obstruksi uretra dan juga
produksi urin berlebih misalnya karena gangguan metabolik, seperti
diabetes mellitus.
Inkontinensia juga dapat terjadi karena penurunan fungsi fisik dan kognitif.
Inkontinensia urin yang bersifat akut biasanya reversible terjadi karena
adanya penyakit yang sedang diderita atau karena penggunaan obat-obatan
yang digunakan.

Epidemiologi
Perempuan lebih sering mengalami dibandingkana dengan laki-laki dengan

perbandingan 1,5:1.
Sering ditemukan hanya 25% perempuan yang mengalami inkontinensia yang
mengkonsultasikannya ke dokter.
Survei inkontinensia urin yang dilakukan oleh Divisi Geriatri Bagian Ilmu Penyakit
Dalam RSUPN Dr. Cipto Mangukusumo pada 208 lansia di lingkungan pusat santunan
keluarga di Jakarta (2002) : 32,2% tipe stress
Survei pada Poli Geriatri RSUPN Dr. Cipto Mangukusumo (2003) terhadap 179 pasien
geriatric didapatkan inkontinensia stress pada laki-laki 20,5% dan pada perempuan
32,5%.
Penelitian di Poli Geriatri RS Dr. Sardjito mendapat prevalensi inkontinensia urin
14,74%.

Patofisiologi

Manifestasi Klinis
Penderita umunya tidak sadar akan kondisinya
Adanya tanda bekas miksi dicelana maupun rok pasien
Urine yang tersisa sering menimbulkan bau amoniak yang tajam dan khas
sehinga dapat menurunkan kepercayaan diri pasien bila berada di hadapan
orang banyak.

Inkontinensia urin tipe urgensi umumnya ditandai dengan ketidakmampuan


pasien untuk menunda berkemih bila sensasi berkemih muncul.

Inkontinensia urin tipe stress ciri yang [aling khas adalah ketidakmampuan
menahan kemih pada saat peninggian tekanan intraabdomen seperti batuk,
bersin dan tertawa.

Penatalaksanaan
Terapi non farmakologi.

Blader training
memperpanjang interval berkemih yang normal sehingga frekuensi
berkemih hanya 6-7 kali perhari atau 3-4 jam sekali.

Habit training
Membiasakan berkemih pada waktu yang telah ditentukan sesuai dengan
kebiasaan lansia.

Promted voiding
Mengajari lansia mengenai kondisi berkemih mereka serta dapat
memberitahukan petugas atau pengasuhnya bila ingin berkemih.

Penatalaksanaan
Terapi non farmakologi
Biofeedback therapy
Melakukan latihan otot dasar panggul dengan
mengkontraksikan otot dasar panggul secara berulang-ulang.
Neuromodulasi
Terapi dengan stimulasi saraf sakral dengan kegiatan
interneuron medulla spinalis atau neuron adrenergik beta
yang menghampat kegiatan kandung kemih,

Penatalaksanan
Terapi farmakologi
Obat

Dosis

Tipe

Efek samping

Hyoscamin

3 x 0,125 mg

Urgensi atau campuran

Mulut

kering,

kabur,

mata

glaucoma,

delirium, konstipasi
Tolterodin

2 x 4 mg

Urgensi

Mulut

kering,

konstipasi
Impramin

3 x 25-50 mg

Urgensi

Delirium,

hipotensi

ortostatik
Pseudoephedrine

3 x 30-60 mg

Stres

Sakit

kepala,

takikardia,tekanan
darah tinggi
Topical estrogen

Urgensi dan stress

Iritasi local

Penatalaksanaan
Pembedahan
Terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe
stress dan urgensi, bila terapi non farmakologis dan
farmakologis tidak berhasil.

Komplikasi

Infeksi saluran kemih


Kelainan kulit
Masalah psikososial
Gangguan tidur
Dehidrasi

Prognosis
Prognosis inkontinensia urin cukup baik bila diketahui
secara cepat dan tepat penyebabnya sehingga dapat
diberikan terapi yang baik.
Penderitaa lanjut usia dengan inkontinensia banyak yang
dapat diobati, terutama yang mempunyai mobilitas dan
fungsi mental cukup baik.
Bila tidak dapat diobati sempurna, inkontinensia selalu
dapat di upayakan lebih ringan.

Pencegahan

Penyuluhan
Perhatikan jumlah air yang diminum
Latihan otot dasar panggul
Operasi prostat pada laki-laki
Jaga kesehatan (merokok dapat meningkatkan resiko
inkontinensia)

Kesimpulan
Wanita berusia 70 tahun yang datang ke dokter menderita
inkontinensia urin tipe stres dan urgensi atau biasa
disebut tipe campuran. Inkontinensia urin tipe stress
disebabkan oleh melemahnya otot panggul dan
inkontinensia urin tipe urgensi disebabkan oleh aktifitas
yang berlebih dari muskulus detrusor (kurangnya signal
inhibis) karena hilangnya kendali neurologis atau iritasi
local. Pengobatan yang dapat diberikan pada wanita ini
dapat berupa terapi non farmakolgi ataupun secara
farmakologi. Prognosis dari penyakit ini pun tergolong
cukup baik, sehingga kesembuhan dapat diperoleh oleh

Anda mungkin juga menyukai