Blok 13 Fix
Blok 13 Fix
Skenario 12
Perempuan 70 tahun diantara berobat ke poliklinik
dengan keluhan tidak dapat menahan kecing sehingga
sering ngompol sebelum sampai ke WC sejak 3 minggu
yang lalu.
Hipotesis
Wanita tersebut menderita inkontinensia urin
Anamnesi
s
Mind Map
PF
PP
WD
RM
DD
Etiologi
Epidemiol
ogi
Patofisiolo
gi
Proses Menua
Anamnesis
Ibu sudah berapa lama mengalami masalah ini ?
Setiap buang air kecilnya bagaimana ibu, apa ngeden atau keluar begitu saja?
Apakah disaat ibu melakukan kegiatan yang menyebabkan peningkatan tekanan intra
Pemeriksaan Fisik
Kesadaran
Keadaan Umum
Compos mentis
Pemeriksaan TTV
Hasil
Tekanan darah
130/80mmHg
Suhu
37C
Heart rate
85x/menit
Respiration Rate
20x/menit
Tinggi badan
Berat badan
150 cm
60 kg
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan labratorium
Kultur urin
IVU (intravenous
urography)
Gula darah
Sitologi urin
Kreatinin serum
USG ginjal
Inkontinensia
tipe stress
Ketidakmampuan
menunda berkemih
setelah sensasi
berkemih muncul.
Manifestasinya berupa
urgensi, frekuensi dan
nokturia.
Subtipe motorik
disebabkan oleh lesi
pada system saraf
pusat : stroke,
parkinsonism, tumor
otak dan sclerosis
multiple.
Subtipe sensorik
disebabkan oleh
hipersensitivitas
Tekanan intra
abdominal yang
meningkat
(batuk, bersin,
atau mengejan)
Terutama terjadi
pada perempuan
berusia lanjut
yang mengalami
hipermobilitas
uretra dan
lemahnya otot
dasar panggul
akibat seringnya
melahirkan,
Meningkatnya
tegangan
kandung kemih
akibat obstruksi
prostat hipertrofi
pada laki-laki
atau lemahnya
otot detrusor
akibat diabetes
mellitus, trauma
medulla spinalis,
Manifestasinya
berupa berkemih
sedikit,
pengosongan
kandung kemih
tidak sempurna
Penurunan berat
fungsi fisik dan
kognitif sehingga
pasien tidak
dapat mencapai
toilet pada saat
yang tepat.
biasanya terjadi
pada dementia
berat, gangguan
mobilitas,
gangguan
neurologic, dan
psikologik
Etiologi
Inkontinensia dapat terjadi karena adanya kelemahan dari otot dasar
Epidemiologi
Perempuan lebih sering mengalami dibandingkana dengan laki-laki dengan
perbandingan 1,5:1.
Sering ditemukan hanya 25% perempuan yang mengalami inkontinensia yang
mengkonsultasikannya ke dokter.
Survei inkontinensia urin yang dilakukan oleh Divisi Geriatri Bagian Ilmu Penyakit
Dalam RSUPN Dr. Cipto Mangukusumo pada 208 lansia di lingkungan pusat santunan
keluarga di Jakarta (2002) : 32,2% tipe stress
Survei pada Poli Geriatri RSUPN Dr. Cipto Mangukusumo (2003) terhadap 179 pasien
geriatric didapatkan inkontinensia stress pada laki-laki 20,5% dan pada perempuan
32,5%.
Penelitian di Poli Geriatri RS Dr. Sardjito mendapat prevalensi inkontinensia urin
14,74%.
Patofisiologi
Manifestasi Klinis
Penderita umunya tidak sadar akan kondisinya
Adanya tanda bekas miksi dicelana maupun rok pasien
Urine yang tersisa sering menimbulkan bau amoniak yang tajam dan khas
sehinga dapat menurunkan kepercayaan diri pasien bila berada di hadapan
orang banyak.
Inkontinensia urin tipe stress ciri yang [aling khas adalah ketidakmampuan
menahan kemih pada saat peninggian tekanan intraabdomen seperti batuk,
bersin dan tertawa.
Penatalaksanaan
Terapi non farmakologi.
Blader training
memperpanjang interval berkemih yang normal sehingga frekuensi
berkemih hanya 6-7 kali perhari atau 3-4 jam sekali.
Habit training
Membiasakan berkemih pada waktu yang telah ditentukan sesuai dengan
kebiasaan lansia.
Promted voiding
Mengajari lansia mengenai kondisi berkemih mereka serta dapat
memberitahukan petugas atau pengasuhnya bila ingin berkemih.
Penatalaksanaan
Terapi non farmakologi
Biofeedback therapy
Melakukan latihan otot dasar panggul dengan
mengkontraksikan otot dasar panggul secara berulang-ulang.
Neuromodulasi
Terapi dengan stimulasi saraf sakral dengan kegiatan
interneuron medulla spinalis atau neuron adrenergik beta
yang menghampat kegiatan kandung kemih,
Penatalaksanan
Terapi farmakologi
Obat
Dosis
Tipe
Efek samping
Hyoscamin
3 x 0,125 mg
Mulut
kering,
kabur,
mata
glaucoma,
delirium, konstipasi
Tolterodin
2 x 4 mg
Urgensi
Mulut
kering,
konstipasi
Impramin
3 x 25-50 mg
Urgensi
Delirium,
hipotensi
ortostatik
Pseudoephedrine
3 x 30-60 mg
Stres
Sakit
kepala,
takikardia,tekanan
darah tinggi
Topical estrogen
Iritasi local
Penatalaksanaan
Pembedahan
Terapi ini dapat dipertimbangkan pada inkontinensia tipe
stress dan urgensi, bila terapi non farmakologis dan
farmakologis tidak berhasil.
Komplikasi
Prognosis
Prognosis inkontinensia urin cukup baik bila diketahui
secara cepat dan tepat penyebabnya sehingga dapat
diberikan terapi yang baik.
Penderitaa lanjut usia dengan inkontinensia banyak yang
dapat diobati, terutama yang mempunyai mobilitas dan
fungsi mental cukup baik.
Bila tidak dapat diobati sempurna, inkontinensia selalu
dapat di upayakan lebih ringan.
Pencegahan
Penyuluhan
Perhatikan jumlah air yang diminum
Latihan otot dasar panggul
Operasi prostat pada laki-laki
Jaga kesehatan (merokok dapat meningkatkan resiko
inkontinensia)
Kesimpulan
Wanita berusia 70 tahun yang datang ke dokter menderita
inkontinensia urin tipe stres dan urgensi atau biasa
disebut tipe campuran. Inkontinensia urin tipe stress
disebabkan oleh melemahnya otot panggul dan
inkontinensia urin tipe urgensi disebabkan oleh aktifitas
yang berlebih dari muskulus detrusor (kurangnya signal
inhibis) karena hilangnya kendali neurologis atau iritasi
local. Pengobatan yang dapat diberikan pada wanita ini
dapat berupa terapi non farmakolgi ataupun secara
farmakologi. Prognosis dari penyakit ini pun tergolong
cukup baik, sehingga kesembuhan dapat diperoleh oleh