Anda di halaman 1dari 66

BAB 5

PERHITUNGAN DAN ANALISIS DATA

5.1.

DIMENSI STRUKTUR
Pada gedung perkantoran yang akan di lakukan evaluasi terhadap kinerja

struktur ini adalah bangunan baru maka sebagai tahap awal dalam perencanaan
ini, akan diperhitungkan terlebih dahulu dimensi elemen struktur gedung yang
meliputi dimensi balok, kolom, pelat lantai dan pelat atap.

5.1.1

Estimasi Dimensi Balok

Estimasi penampang balok berdasarkan SNI 03-2847-2002 Pasal 11.5 dimana


ukuran balok yang digunakan yaitu 35/50 cm

5.1.2

Estimasi Tebal Pelat


Untuk perhitungan tebal pelat lantai 1-6 dapat dihitung dengan

perhitungan awal tebal pelat lantai 1-6 digunakan 120 mm. Periksa syarat metode
perencanaan langsung:
1. Pada struktur gedung ini, terdapat 4 bentang menerus pada masing-masing
arah.
2. Perbandingan bentang panjang dan bentang pendek diukur dari sumbu ke
sumbu tumpuan 2.

49

Lx
= 6 m
Ly
= 6 m
LX 6
1 2 OK
LY 6

3. Beban hidup tidak boleh lebih dari 2 kali beban mati.


Beban mati dari pelat =
=
Beban mati tambahan =
DL total
=
=
Beban hidup (LL)
=

2400 kg/m3 0,12 m


288 kg/m2
120 kg/m2
288 + 120
408 kg/m2
250 kg/m2

Maka 2DL = 2 408 = 816 kg/m2 > LL = 250 kg/m2 (OK)


Sehingga digunakan metode perencanaan langsung:
a. Dengan luasan pelat 6 6 m2 maka didapatkan bentang bersih lnx dan lny
adalah:
l nx l ny 6000 350 5.650 mm

b. Momen inersia untuk balok arah x dan y yaitu :


I bx I by

1
1
bh 3
x350 x500 3 3,64 x10 9 mm 4
12
12

c. Momen inersia pelat lantai arah x dan y yaitu :


I px I py

1 3 1
bh
x6000 x120 3 8,64 x10 8 mm 4
12
12

d. Modulus elastisitas balok dan pelat beton:


E cb E cp 4700 f ' c 4700 30 25.743 N / mm 2

50

e. Didapatkan rata-rata kekakuan lentur penampang balok terhadap kekakuan


lentur pelat dengan lebar yang dibatasi dalam arah lateral sumbu dari panel
yang bersebelahan pada tiap sisi balok:
E cb .I b 25.743x3,64 x10 9
m

4,21 2
E cp .I P 25.743 x8,64 x10 8

f. Untuk m >2 maka tebal minimum pelat:

l n (0,8

fy

1500
36 9

240
)
1500 120,53 mm
36 9(1)

5650(0,8

Sehingga asumsi awal untuk tebal pelat lantai 1-6 sebesar 120 mm sudah
memenuhi syarat.

5.1.3

Estimasi Dimensi Kolom


Perhitungan total beban dari berat kolom, balok, dan pelat, pada masing-

masing lantai struktur :


Berat balok = (4 3 ) m (0,35 0,5) m2 2400 kg/m3 6

= 30.240 kg

Berat kolom = 4 m (0,5 0,5) m2 2400 kg/m3


+ 3,5 m (0,5 0,5) m2 2400 kg/m3 5

= 12.900 kg

Berat pelat = 0,12 m 36 m2 2400 kg/m3 6

= 62.208 kg

Total

= 105.348 kg

Luas Penampang kolom yang dibutuhkan: A

= P/

51

diambil berdasarkan mutu beton fc= 30/4 sehingga nilainya adalah 7.5 MPa =
0,75 kg/mm2.
A =P/
= 105.348 kg / 0,75 kg/mm2.
= 140.464 mm2
Digunakan dimensi kolom 500 500 mm2 dengan
Aterpasang = 250.000 > 140.464 mm2

5.2.

PERHITUNGAN PEMBEBANAN
Jenis beban yang akan dipakai dalam perencanaan perhitungan berupa

beban mati (DL), beban hidup (LL), Beban Gempa (E);

5.2.1

Beban Mati (DL)


Beban mati terdiri dari berat sendiri struktur yang di akibatkan oleh beban

pelat, balaok, kolom, dan beban mati tambahan. Beban mati tambahan yang
bekerja pada pelat lantai adalah :
1. Berat sendiri elemen struktur
Berat sendiri pelat, balok, dan kolom dihitung dengan program bantu.
2. Berat komponen tambahan
Pada pelat lantai bekerja beban akibat komponen tambahan berupa:
1. Plafond + Penggantung

18

kg/m2

2. Keramik

24

kg/m2

53

kg/m2

3. Plester (2,5 cm)

= 2,5 21 kg/m2

52

4. Beban ME

=
TOTAL

25 kg/m2
120

kg/m2

Beban mati tambahan yang bekerja pada pelat atap dapat dihitung sebagai
berikut:
1. Plafond + Penggantung

18

kg/m2

2. Waterproofing

kg/m2

3. Beban ME

25

kg/m2

48

kg/m2

TOTAL

Berat sendiri struktur lantai 1 :


a. Berat kolom lantai 1
K50/50

= (0,50 0,50 4) m3 2400 kg/m3 25


+ (0,50 0,50 3,5) m3 2400 kg/m3 25 =

86.250 kg

b. Berat balok lantai1


B35/50

= (0,35 0,50 6) m3 2400 kg/m3 40

100.800 kg

165.888 kg

52.500 kg

100.800 kg

c. Berat pelat
S120

(24 24 0,150) m3 2400 kg/m3

Berat sendiri struktur lantai 2-5 :


a. Berat kolom lantai 2-5
K50/50

= (0,50 0,50 3,5) m3 2400 kg/m3 25

b. Berat balok lantai 2-5


B35/50

= (0,35 0,50 6) m3 2400 kg/m3 40

53

c. Berat pelat
S120

= (24 24 0,150) m3 2400 kg/m3

165.888 kg

26.250 kg

= (0,35 0,50 6) m3 2400 kg/m3 40

100.800 kg

= (24 24 0,130) m3 2400 kg/m3

165.888 kg

= (3,5 + 1,5 ) m (24 4) m 250 kg/m2

120.000 kg

= (1,5+ 1,5 ) m (24 4) m 250 kg/m2

72.000 kg

36.000 kg

69.120 kg

Berat sendiri struktur lantai 6 (Atap) :


a. Berat kolom lantai 6
K50/50

= (0,50 0,50 3,5) m3 2400 kg/m3 25

b. Berat balok lantai 6


B35/50
c. Berat pelat
S120

Berat sendiri dinding :


a. Lantai 1
Lt.1
b. Lantai 2-5
Lt.1-5

c. Lantai 6 (Atap)
Lt.6 (Atap)

= [(3.5-0,5)/2] m (24 4) m 250 kg/m2

Berat beban mati tambahan :


a. Pada pelat lantai
DL.1-6

= (24 24) m2 120 kg/m2

54

b. Pada pelat atap


DL.Atap

= (24 24) m2 100 kg/m2

57.600 kg

Tabel 5.1 Berat Beban Mati Tiap Lantai Struktur


Beban Mati
Lantai
Atap
5
4
3
2
1

5.2.2

(DL)
386,538.00
460,308.00
460,308.00
460,308.00
460,308.00
542,058.00
2,769,828.00

Beban Hidup (LL)


Besarnya beban hidup untuk fungsi ruangan perkantoran dapat dihitung

dengan cara:
a. Pada pelat lantai
LL.1-6

= (24 24) m2 250 kg/m2

144.000 kg

57.600 kg

b. Pada pelat atap


LL.Atap

= (24 24) m2 100 kg/m2

Berdasarkan PPIUG 1983, untuk perencanaan balok induk dan portal,


beban hidup yang bekerja dikalikan koefisien reduksi beban hidup untuk
peninjauan beban gempa

sebesar 0,30 dimana fungsi dari bangunan adalah

perkantoran. Sehingga beban hidup yang bekerja adalah:

55

Pada pelat lantai

= 144.000 kg 0,3

43.200 kg

Pada pelat atap

= 57.600 kg 0,3

17.280 kg

Tabel 5.2 Berat Beban Hidup Tiap Lantai Struktur


Lantai
Atap
5
4
3
2
1

5.2.3

0.3 DL
17,280.00
43,200.00
43,200.00
43,200.00
43,200.00
43,200.00
233,280.00

Beban Gempa (E)


Besarnya beban gempa untuk struktur yang direncanakan dapat dihitung

sebagai berikut:
1. Berat Bangunan
Berat bangunan digunakan sebagai parameter dalam menghitung beban gempa.
Berat bangunan tiap lantai dihitung sebagai berikut:
Ukuran Bangunan:
a. Panjang Bangunan (Lx)

24 m

b. Lebar Bangunan (Ly)

24 m

c. Tinggi Bangunan (H)

21,5 m

d. Jumlah Tingkat (n)

= 6 lantai

Tabel 5.3 Berat Tiap Lantai Struktur

56

Zi
(m)
21.5
18
14.5
11
7.5
4

Lantai
Atap
5
4
3
2
1

Wi
(kg)
403,818.00
503,508.00
503,508.00
503,508.00
503,508.00
585,258.00
3,003,108.00

2. Perhitungan Waktu Getar Alami


Waktu getar struktur ( T ) adalah waktu yang diperlukan oleh struktur untuk
melakukan satu getaran. Nilai waktu getar struktur tergantung pada kekakuan
dan massa struktur. Dalam perhitungan awal struktur, waktu getar struktur
dapat ditentukan dengan persamaan empiris.

Tabel 5.4 Koefisien

yang Membatasi Waktu Getar Alami Struktur

Wilayah Gempa

1
2
3
4
5
6

0,20
0,19
0,18
0,17
0,16
0,15

Oleh karena gedung direncanakan berada pada Wilayah Gempa 6, maka koefisien

= 0,15
hn = 21,5 m

57

Melalui rumus empiris Method A dari UBC Section 1630.2.2, waktu getar alami
gedung adalah:
T = Ct.hn
Dimana

: Ct adalah 0,0731 (Untuk beton bertulang)


hn adalah tinggi banguan

Tempiris

= Ct.hn
= 0,0731 x 21,5
= 0,73 detik

Pembatasan Waktu Getar:


T

= n
= 0,15 x 6
= 0,9 detik

Maka karena Tempiris = 0,73 detik < T = 0,9

OK

3. Perhitungan Gaya Geser Dasar nominal


Berdasarkan SNI 03-1726-2002, harga C dapat ditentukan dengan
menggunakan gambar respon spektrum.

58

Gambar 5.1 Respon Spektrum Wilayah 6


Dengan :
C

= Faktor respons gempa 0,74 (untuk wilayah gempa 6,

tanah
sedang dengan T = 0,73 )
I
= Faktor keutamaan (1 untuk bangunan Perkantoran)
Wt
= Berat total bangunan (2,752,628.00 kg )
R
= Faktor reduksi gempa maksimum (8,5 untuk SRPMK)
Beban geser dasar nominal statik ekuivalen yang bekerja pada
struktur tersebut dapat dihitung:

CI
0,74 x1,0
Wt
x3,003,108.00 kg 261,447.05 kg
R
8,50

4. Distribusi Gaya Geser Horizontal Gempa


Pada arah-x, lebar dari bangunan adalah B = 24 m dengan tinggi bangunan H =
18,5 m. Maka rasio perbandingan tinggi dan lebar bangunannya adalah:
H 18,5

0,77 3
B
24

59

Oleh karena rasio H/B < 3, maka berdasarkan SNI 03-1726-2002 seluruh beban
gempa pada arah-x didistribusikan menjadi beban-beban yang bekerja di setiap
lantai tingkat di sepanjang tinggi bangunan.
Pada arah-y, lebar dari bangunan adalah B = 24 m dengan tinggi bangunan H = 24
m. Maka rasio perbandingan tinggi dan lebar bangunannya adalah:
H 18,5

0,77 3
B
24

Oleh karena rasio H/B < 3, maka berdasarkan SNI 03-1726-2002 seluruh beban
gempa pada arah-y didistribusikan menjadi beban-beban yang bekerja di setiap
lantai tingkat di sepanjang tinggi bangunan.
Distirbusi beban geser dasar horizontal ke sepanjang tinggi struktur bangunan
dapat dihitung dengan menggunakan persamaan:
Fi

Wi zi
n

W z
i 1

Vi

Untuk perhitungan distribusi beban geser dasar horizontal pada setiap arah
pembebanan dapat dilihat pada Tabel 5.5

Tabel 5.5 Distribusi Gaya Geser Dasar Akibat Gempa Sepanjang Tinggi Gedung

Lantai
Atap
5
4

Zi
(m)
21.5
18
14.5

Wi
(kg)
403,818.00
503,508.00
503,508.00

Wi.Zi
(kg.m)
8,682,087.00
9,063,144.00
7,300,866.00

Fix= Fiy
(kg)
61,846.88
64,561.35
52,007.75

60

3
2
1

11
7.5
4

V = Fix,y = 261,447.05

503,508.00
503,508.00
585,258.00
3,003,108.00
kg

5,538,588.00
3,776,310.00
2,341,032.00
36,702,027.00

39,454.16
26,900.56
16,676.35
261,447.05

OK

Berdasarkan hasil perhitungan diatas maka didapatkan besarnya gaya gempa


untuk analisis statik ekuivalen 3D yaitu:
1) Gaya gempa arah x yang terdiri dari 100% Fix dan 30% Fiy
Tabel 5.6 Gaya Geser Horisontal Gempa Fx

Lantai
Atap
5
4
3
2
1

Fx
100% Fx
61,846.88
64,561.35
52,007.75
39,454.16
26,900.56
16,676.35

30% Fy
18,554.07
19,368.40
15,602.33
11,836.25
8,070.17
5,002.91

2) Gaya gempa arah y yang terdiri dari 30% Fix dan 100% Fiy
Tabel 5.7 Gaya Geser Horisontal Gempa Fy

Lantai
Atap
5
4
3
2
1

Fy
100% Fy
61,846.88
64,561.35
52,007.75
39,454.16
26,900.56
16,676.35

30% Fx
18,554.07
19,368.40
15,602.33
11,836.25
8,070.17
5,002.91

61

Beban gempa Fx dan Fy yang telah didapat dimodelkan di SAP200 dengan


memasukkannya pada pusat berat tiap lantai yang telah memperhitungkan
eksentrisitas rencana.
5. Eksentrisitas Pusat Massa Terhadap Pusat Rotasi Lantai
Oleh karena bangunan berbentuk simetris dengan ukuran kolom dan balok
yang seragam (uniform), maka pusat massa dan pusat rotasinya dapat
ditentukan sebagai berikut:
1) Koordinat Pusat Massa
x = L = 24 = 12 m
y = B = 24 = 12 m
2) Koordinat Pusat Rotasi
x = L = 24 = 12 m
y = B = 24 = 12 m
Karena selisih pusat massa dan pusat rotasi, e, adalah = 0, maka
berdasarkan SNI 03-1726-2002 nilai eksentrisitas rencana ed ditentukan
dengan menggunakan persamaan:
Untuk 0 < e 0,3 b, maka:
ed = 1,5 e + 0,05 b atau ed = e 0,05 b
dan dipilih diantara keduanya yang pengaruhnya paling menentukan untuk
unsur atau subsistem struktur gedung yang ditinjau.
a. Koordinat x:
e d 1,5 e 0,05 b 1,5 0 0,05 24 1,2

atau
e d e 0,05 b 0 0,05 24 1,2

Sehingga koordinat eksentrisitas xed = (12 1,2) m = 13,2 m atau 10,8 m

62

b. Koordinat y:
e d 1,5 e 0,05 b 1,5 0 0,05 24 1,2

atau
e d e 0,05 b 0 0,05 24 1,2

Sehingga koordinat eksentrisitas xed = (12 1,2) m = 13,2 m atau 10,8 m

5.3.

KONTROL HASIL ANALISIS STRUKTUR

5.3.1

Analisis Waktu Getar dengan Cara T-Reyleigh


Setelah beban gempa diberikan kepada struktur, maka akan di analisis

waktu getar struktur dengan membandingkan waktu getar yang di dapatkan


dengan cara T-Rayleight.Perhitungan dapat dilihat pada tabel dibawah ini.

Tabel 5.8 Deformasi Tiap Lantai Struktur


Lantai
Atap
5
4
3
2
1

Zi
(m)
21.5
18
14.5
11
7.5
4

Dix
(mm)

Diy
(mm)

41.21
38.36
33.25
26.11
17.47
8.08

41.21
38.36
33.25
26.11
17.47
8.08

Karena bangunan simetris dimana nilai Fx=Fy maka untuk perhitungan


selanjutnya hanya akan meninjau arah x.

Tabel 5.9 Perhitungan Waktu Getar Alami Fundamental, Tx dengan Rumus


Rayleight

63

Lantai
Atap
5
4
3
2
1

Zi
(m)
21.5
18
14.5
11
7.5
4

Wi
(kg)
403,818.00
503,508.00
503,508.00
503,508.00
503,508.00
585,258.00

Fix
(kg)
61,846.88
64,561.35
52,007.75
39,454.16
26,900.56
16,676.35

Dix
(mm)
41.21
38.36
33.25
26.11
17.47
8.08

Wi .dix2
(kg.mm2)
685,822,163.18
741,028,704.08
556,725,024.99
343,363,430.74
153,619,429.72
38,248,855.89
2,518,807,608.6
1

Fi .dix
(kg.mm)
2,548,770.60
2,476,776.98
1,729,359.39
1,030,306.85
469,873.79
134,814.50
8,389,902.11

Berdasarkan data tersebut, maka waktu getar bangunan dengan cara T-Rayleigh
adalah sebagai berikut:
n

Tx 6,3

i 1

d i2

g Fi d i

6,3

2,518,807,608.61
1.102 detik
9810 8,389,902.11

i 1

Jika diperbandingkan nilai Tempiris = 0,73 detik dengan Tx yang didapat dengan
menggunakan rumus Rayleigh, dapat disimpulkan bahwa nilainya menyimpang
lebih dari 20%. Maka distribusi beban gempanya perlu dihitung kembali dengan
menggunakan waktu getar alami fundamental yang didapat dari persamaan
Rayleigh.

64

Gambar 5.2 Waktu Getar T-Rayleigh

Dari gambar 5.2 akan di dapatkan nilai waktu getar T-Rayleigh yang selanjutnya
akan digunakan untuk menghitung beban gempa tiap-tiap lantai. Distribusi beban
gempa berdasarkan waktu getar T-Rayleigh dapat dilihat pada table dibawah.

Tabel 5.10 Distribusi Beban Gempa Berdasarkan Waktu Getar T-Rayleigh


Zi
(m)
21.5
18
14.5
11
7.5
4

Lantai
Atap
5
4
3
2
1

Wi
(kg)
403,818.00
503,508.00
503,508.00
503,508.00
503,508.00
585,258.00
3,003,108.00

Wi.Zi
(kg.m)
8,682,087.00
9,063,144.00
7,300,866.00
5,538,588.00
3,776,310.00
2,341,032.00
36,702,027.00

Fix= Fiy
(kg)
40,952.67
42,750.08
34,437.56
26,125.05
17,812.53
11,042.45
173,120.34

65

Tabel 5.11 Distribusi Akhir Gaya Geser Horisontal Gempa Fx


Fx

Lantai

100% Fx
40,952.67
42,750.08
34,437.56
26,125.05
17,812.53
11,042.45

Atap
5
4
3
2
1

30% Fy
12,285.80
12,825.02
10,331.27
7,837.51
5,343.76
3,312.73

Tabel 5.12 Distribusi Akhir Gaya Geser Horisontal Gempa Fy


Fx

Lantai

100% Fx
40,952.67
42,750.08
34,437.56
26,125.05
17,812.53
11,042.45

Atap
5
4
3
2
1

30% Fy
12,285.80
12,825.02
10,331.27
7,837.51
5,343.76
3,312.73

Setelah distribusi akhir beban gempa diketahui, maka langkah selanjutnya adalah
memasukkan beban pada masing-masing arah yaitu Fx dan Fy ke dalam program
SAP200 untuk kemudian di cek kembali deformasi dan waktu getarnya, apakah
telah memenuhi persyaratan yang disyaratkan dalam SNI 03-1726-2002 atau
tidak.
Tabel 5.12 Deformasi Tiap Lantai
Lantai
Atap
5
4

Zi
(m)
21.5
18
14.5

Dix
(mm)
27.29
25.40
22.02

Diy
(mm)
27.29
25.40
22.02

66

3
2
1

11
7.5
4

17.29
11.57
5.35

17.29
11.57
5.35

Tabel 5.14 Perhitungan Waktu Getar Alami Fundamental, Tx dengan


Rumus Rayleight
Lantai
Atap
5
4
3
2
1

Zi
(m)
21.5
18
14.5
11
7.5
4

Wi
(kg)
445,290.00
544,980.00
544,980.00
544,980.00
544,980.00
584,730.00

Fix
(kg)
40,952.67
42,750.08
34,437.56
26,125.05
17,812.53
11,042.45

dix
(mm)
27.29
25.40
22.02
17.29
11.57
5.35

Wi .dix2
(kg.mm2)
331,587,000.02
351,672,112.08
264,206,584.52
162,950,952.49
72,903,611.55
16,755,416.11
1,200,075,676.7
6

Fi .dix
(kg.mm)
1,117,530.71
1,085,964.47
758,252.71
451,747.01
206,020.26
59,110.59
3,678,625.75

Berdasarkan data tersebut, maka waktu getar bangunan dengan cara T-Rayleigh
adalah sebagai berikut:
n

Tx 6,3

i 1

d i2

g Fi d i

6,3

1,200,075,676.76
1.149 detik
9810 3,678,625.751

i 1

Maka didapatkan nilai Tx =1,149 detik, (meyimpang 4,26% dari 1,102 detik OK)

5.3.2

Analisis Kinerja Batas Layan (s)


Setelah analisis waktu getar T-Rayleigh dilakukan dan memenuhi

persyaratan dalam SNI 03-1726-2002 yaitu menyimpang tidak lebih dari 20%

67

waktu getar sebelumnya, maka akan diperiksa syarat kinerja batas layan (s) pada
struktur gedung. Berikut perhitungan batas layan simpangan antar tingkat yang
diijinkan untuk lantai 1:
0,03
S1
hi atau 30 mm (dipilih yang terkecil)
R
0,03

4m
8,5
14,12mm
dan untuk perhitungan batas layan yang diijinkan untuk lantai 2-6:
0,03
S 2 6
hi atau 30 mm ( dipilih yang terkecil)
R
0,03

3,5m
8,5
12,35 mm
Untuk menghitung kinerja batas layan antar tingkat, harus mendapatkan output
simpangan struktur akibat gempa, dimana perhitungannya dapat dilihat pada tabel
5.14 berikut ini.
Tabel 5.15 Analisis s Akibat Gempa Fx
Zi
Lantai
Atap
5
4
3
2
1

(m)
21.5
18
14.5
11
7.5
4

Arah x
x

(mm)
27.29
25.40
22.02
17.29
11.57
5.35

(mm)
1.89
3.38
4.73
5.73
6.21
5.35

Keteranga

Syarat s (mm)

12.35
12.35
12.35
12.35
12.35
14.12

OK
OK
OK
OK
OK
OK

68

5.3.3

Analisis Kinerja Batas Ultimit (m)


Selain analisis kinerja batas layan, juga perlu diperiksa mengenai kinerja

batas ultimit struktur (m). Simpangan antar tingkat harus dihitung dari
simpangan struktur akibat pembebanan gempa nominal, dikalikan dengan suatu
faktor pengali . Besar faktor pengali untuk gedung beraturan:
= 0,7 R = 0,7 x 8,5 = 5,95
sehingga didapatkan drift m pada lantai 6 sebesar:
m6 = x x
= 5,95 x 1,89
= 11,25 mm
dan untuk memenuhi persyaratan, kinerja batas ultimit m lantai 1 tidak boleh
lebih besar dari:
0,02 x hi = 0,02 x 4000 = 80 mm
Perhitungan kinerja batas ultimit untuk lantai yang lain dapat dilihat dibawah ini:
Tabel 5.16 Analisis m Akibat Gempa Fx
Zi
Lantai
Atap
5
4
3
2
1
5.4.

(m)
21.5
18
14.5
11
7.5
4

x
(mm)
1.89
3.38
4.73
5.73
6.21
5.35

Arah x
m

m izin

(mm)

(mm)

11.25
20.11
28.14
34.09
36.95
31.83

70
70
70
70
70
80

Keteranga
n
OK
OK
OK
OK
OK
OK

ANALISIS PUSHOVER
Analisis Pushover merupakan prosedur analisis untuk mengetahui perilaku

keruntuhan suatu bangunan terhadap gempa, dikenal pula sebagai analisis beban
dorong statik.

Tujuan analisa pushover adalah untuk memperkirakan gaya

maksimum dan deformasi yang terjadi serta untuk memperoleh informasi bagian
mana saja yang kritis.
69

Analisis pushover menghasilkan suatu kurva yang menggambarkan


hubungan antara beban total (gaya geser dasar/base shear) versus perpindahan
(displacement) pada puncak bangunan (pusat massa atap). Kurva ini disebut
sebagai kurva pushover. Kurva ini menunjukkan perilaku struktur secara global
terhadap pembebanan lateral.

Gambar 5.3 Kurva Pusover


Tabel 5.17 Tabel Kurva Pushover
TABLE: Pushover Curve PUSH
Ste
Displacemen BaseForc
Ato
p
0
1
2
3

t
M
2.76E-17
0.010958
0.035759
0.054826

e
Kgf
0
88393.12
241174.47
310348.79

BtoI

IOtoL

LStoC

CPto

Cto

Dto

Beyond

780
778
672
618

0
2
108
162

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
0
0

0
0
0
0

70

Total

780
780
780
780

4
5
6
7

0.162369
0.243916
0.243926
0.243627

504732.32
602179.63
589869.94
587416.57

517
418
417
417

225
257
258
258

38
80
80
80

0
24
20
20

0
0
0
0

0
0
4
4

0
0
1
1

0
0
0
0

dengan:
A

: Origin Point (Titik Awal)

: Yield Point (Titik Leleh)

IO

: Immediate Occupancy (Penggunaan Sedang)

LS

: Life Safety (Aman untuk Dihuni)

CP

: Collapse Prevention (Pencegahan Keruntuhan)

: Ultimate Point (Titik Batas)

: Residual Point (Titik Sisa)

: Failure Point (Titik Keruntuhan)

Untuk menentukan target perpindahan mengacu pada metode koefisien


perpindahan FEMA 356.
Target perpindahan pada titik kontrol T, ditentukan sebagai berikut:
Te

= 1,074 detik

C0

= 1,42 (Tabel 3.2 dari FEMA 356 untuk bangunan 6 lantai)

Ts

= 0,73 (Adalah waktu getar karakteristik dari kurva respons spektrum


Wilayah 6 dengan tanah sedang)

C1

= 1,0 untuk Te Ts

C2

= 1,0 untuk prosedur Nonlinear

71

780
780
780
780

C3

= 1,0 (Kekakuan pasca leleh adalah positip)

Sa

= 0,54/Te = 0,50 (peta gempa Wilayah 6, dengan tanah sedang)

Maka target perpindahan dapat dihitung, sebagai berikut :


Te

T c0 c1 c 2 c3 S a

1,074
1,42 1,0 1,0 1,0 0,50

2
0,2 m

9,81

Dengan target perpidahan T = 0.2 m terlihat bahwa dalam step 5 dimana


perpindahan mencapai 0.243916m > T, kinerja yang diperlihatkan oleh struktur
adalah LS (life safety) yang artinya menunjukan bahwa target perpindahan telah
terpenuhi dan bangunan aman untuk dihuni.
Pada kondisi tersebut, terdapat 80 sendi plastis di tingkat

Immediate

Occupancy (IO) , 24 sendi plastis di tingkat Life Safety (FS), dan 0 sendi plastis di
tingkat Collapse Prevention(CP) yang artinya terhindar dari kereuntuhan.
5.5.

EVALUASI KINERJA STRUKTUR


Tabel 5.18 Evaluasi Kinerja Struktur
Kriteria

Target Perpindahan (m)

Nilai Batas
0,02 H (m)

Koefisien Perpindahan
0,20
FEMA 356
Kinerja Batas Ultimit

0,43
0,011

SNI 1726

72

Dari kedua kreteria didapatkan target perpindahan menurut FEME 356


yang lebih menentukan dengan nilai 0,20 dibandingkan dengan SNI 1726 sebesar
0,011 m.

5.6.

DAKTILITAS ()

Nilai daktilitas struktur () diperoleh dengan menggunakan persamaan sebagai


berikut:

u
y

dimana :

= Daktilitas struktur

= Peralihan atap pada saat leleh pertama

= Peralihan atap pada kondisi ultimit atau target peralihan

Tingkat kinerja struktur berhubungan dengan target peralihan, sehingga dalam hal
ini peralihan atap pada kondisi target peralihan (t) diasumsikan sebagai peralihan
ultimit (u) dalam menentukan parameter daktilitas peralihan.
73

t FEMA356

Te
c0 c1 c 2 c3 S a

1,074
1,42 1,0 1,0 1,0 0,50

2
0,2 m

9,81

Nilai target peralihan (t) digunakan sebagai parameter peralihan ultimit (u)
dalam perhitungan parameter daktilitas peralihan aktual struktur. Titik leleh
pertama (y) ditentukan dengan menggunakan metode kurva idealisasi (bilinier)
yang sama dengan kurva kapasitas.

Gambar 5.4 Kurva Kapasitas

74

Sehingga didapatkan nilai


y

= 0,0401 m

= 0,20 m

Maka, Daktilitas aktual struktur () adalah :

u
0,20

5
y 0,0401

u
y
1

m dimana m adalah 5,2 Faktor daktilitas maksimum untuk SRPMK.

1 5 5,2 OK.
5.7.
PERENCANAAN PELAT
Pada perencanaan tulangan pelat, akan dilakukan perhitungan untuk pelat
lantai sesuai syarat SNI 03-2847-2002. Data yang dibutuhkan dalam perencanaan
pelat ini sebagai berikut:
a. Dimensi Pelat

= 6mx6m

b. Dimensi Balok

= 350 x 500 mm (arah x)


350 x 500 mm (arah y)

c. Lebar tinjauan (b)

= 1.000

mm

d. Tulangan rencana (d),

mm

e. Selimut beton (decking)

20

mm

f. Kuat tekan beton (fc)

30

Mpa

g. 1 (fc = 30 MPa)

0,85

h. Kuat leleh minimum baja (fy)

240 MPa

10

75

i. Faktor reduksi (1)

0,85

Gambar 5.5 Asumsi Model Plat Lantai


1. Perhitungan Beban Merata Pelat Lantai:
a. Beban-beban mati pada perkantoran (D)
=

288 kg/m2

Plafon + Penggantung

18 kg/ m2

Kramik

24 kg/ m2

Berat sendiri (t = 12 cm)

= 0,12 x 2400

Plesteran (2,5 cm)

= 2,5 x 21

53 kg/ m2

Beban ME

25 kg/ m2

408 kg/m2

250 kg/m2

TOTAL
b. Beban hidup untuk lantai perkantoran (L)
Jadi beben merata (qu)
qu

= 1,2D + 1,6L = 1,2(408) + 1,6(250) = 889,60 kg/m2

2. Menentukan nilai
Ly = 6000 350 = 5650 mm
Lx = 6000 350 = 5650 mm

76

Ly
Lx

5650
1 2 (tulangan 2 arah )
5650

3. Menghitung rasio penulangan dalam keadaan setimbang (b)


0,85 1 fc 600
fy 600 fy
0,85 0,85 30 600

240 600 240


0,0645

4. Menghitung rasio penulangan maksimum (mak)


max = 0,75 x balance = (0,75) 0,0645 = 0,0484
dan untuk memenuhi kontrol lendutan disyaratkan: ada 0,5 max
ada

= 0,5 (0,0484) = 0,0242

5. Menghitung rasio penulangan tulangan minimum (min)

min

5.7.1

1,4 1,4

0,0058
fy 240

Perhitungan Tulangan Lapangan Pelat


Dengan bantuan tabel 13.3.1 PBI 1971, momen pada pelat persegi yang

menumpu pada keempat tepinya akibat beban terbagi rata dapat dihitung:

77

Ly
Lx

1,0 Cx = 21,00 ; Cy = 21,00

MLx = 0,001 qu.Lx2.Cx


= 0,001 x 889,60 x 5.652 x 21,00 = 596,36 kgm
MLy = 0,001 qu.Lx2.Cy
= 0,001 x 889,60 x 5.652 x 21,00 = 596,36 kgm

Penulangan Pelat Daerah Lapangan (Arah X = Arah Y)


a. Menghitung rasio penulangan ()
d = 120 20 0,5 x 10 = 95 mm
Mu = 596,36 kgm = 5.963.600 Nmm
Mu
5.963.600
Rn

0,83
2
bd
0,80 1000 95 2

fy
240

9,41
0,85 fc 0,85 30

2 m Rn
1
1 1

m
fy

1
2 9,41 0,83

1 1

9,41
240

0,0035

Karena = 0,0035 < min = 0,0058, maka digunakan min sebagai rasio
penulangan.

b. Menghitung luas tulangan yang dibutuhkan (As)

78

As perlu = x b x d
= 0,0058 x 1000 x 95
= 551 mm2

c.

Menghitung jumlah tulangan (n)


n

d.

As
551

7,015 7
Ast 0,25 10 2

Menghitung spasi antar tulangan (s)


s

b 1000

143 mm
n
7

Syarat kontrol spasi maximum: jarak tulangan tidak boleh melebihi 2x


tebal pelat pada penampang kritis.
Smax = 2 x t = 2 x 120 = 240 mm
Sterpasang = 125 < Smax (OK)
Sehingga tulangan yang terpasang pada daerah lapangan arah x dan y
adalah D10-125.

e.

Menghitung momen nominal penampang (Mn)

fy

M n AS f y d
2 0,85 f ' c

0,0058 240
551 240 95

95
2 0,85 30

12.219.909,46 N.mm M U 5.963.600 N.mm OK

79

5.7.2

Perhitungan Tulangan Tumpuan Pelat


Dengan bantuan tabel 13.3.1 PBI 1971, momen pada pelat persegi yang

menumpu pada keempat tepinya akibat beban terbagi rata dapat dihitung:

Ly

Lx

1,00 Cx = 52,00 ; Cy = 52,00

Mtx

= -0,001 qu.Lx2.Cx
= -0,001 x 889,60 x 5.652 x 52,00= 1.476,71 kgm

Mty

= -0,001 qu.Lx2.Cy
= -0,001 x 889,60 x 5.652 x 52,00= 1.476,71 kgm

Penulangan Pelat Daerah Tumpuan (Arah X = Arah Y)


a. Menghitung rasio penulangan ()
d = 120 20 0,5 x 10 = 95 mm
Mu = 1.476,71 kgm = 14.767.100 Nmm
Mu
14.767.100
Rn

2,05
2
bd
0,80 1000 95 2

fy
240

9,41
0,85 fc 0,85 30

2 m Rn
1
1 1
m
fy

1
2 9,41 2,05
1 1

9,41
240

0,0089

80

Karena = 0,0089 > min = 0,0058, maka digunakan sebagai rasio


penulangan.
b. Menghitung luas tulangan yang dibutuhkan (As)
As perlu = x b x d
= 0,0089 x 1000 x 95
= 845,5 mm2
c.

Menghitung jumlah tulangan (n)


n

d.

As
845,5

10,77 11
Ast 0,25 10 2

Menghitung spasi antar tulangan (s)

b 1000

90,91 mm
n
11

Syarat kontrol spasi maximum: jarak tulangan tidak boleh melebihi 2x


tebal pelat pada penampang kritis.
Smax = 2 x t = 2 x 120 = 240 mm
Sterpasang = 100 < Smax (OK)
Sehingga tulangan yang terpasang pada daerah lapangan arah x dan y
adalah D10-100.

e.

Menghitung momen nominal penampang (Mn)

81


fy

M n AS f y d
2 0,85 f ' c

10-100

10-125

1500
Tumpuan

3000

1500

Lapangan

Tumpuan

6000

1500
3000

Lapangan

1500

10 - 100

Tumpuan

10-100

10-125

10-125

10-125

10 - 100

Tumpuan

0,0089 240
845,5 240 95

95
2 0,85 30

18.470.017,13 N.mm M U 14.767.100 N.mm OK

6000

Gambar 5.6 Penulangan Pelat Lantai


5.8.

PERENCANAAN BALOK

Data yang dibutuhkan dalam perencanaan balok ini adalah sebagai berikut:
a. Dimensi Balok

= 350 x 500 mm (arah x)

b. Bentang Balok

c. Selimut beton (decking)

40

mm

d. Kuat tekan beton rencana (fc)

30

MPa

e. Kuat leleh minimum baja (fy)

400 MPa

f. Faktor reduksi (1)

0,85

g. Faktor reduksi kekuatan lentur () =

0,80

h. Faktor reduksi kekuatan geser ()

0,75

6 m

82

Gambar 5.7 Balok (B35/50) yang Akan Direncanakan


5.8.1

Tulangan Lentur Balok


Pada perencanaan tulangan lentur balok, sebagai contoh akan dilakukan

perhitungan untuk balok B35/50 Lantai 1 As-B Bentang 2-3 menurut perhitungan
dan syarat SNI 03-2847-2002. Diasumsikan yang terjadi pada perencanaan ini
adalah perilaku balok persegi dengan tulangan rangkap berdasarkan hasil gaya
dalam balok pada tabel 5.16.
Tabel 5.19 Momen pada Balok Lantai 1 As-B Bentang 2-3

Lantai
1

Balok
B1

Tumpuan

Momen (Kgm)
Lapanga Tumpuan

Kiri
n
Kanan
5,859.59 5,730.48
5,984.37

83

-20,063.36

4,059.51

-19,933.86

Cek Balok Analisis Tulangan Tunggal atau Rangkap


b = 350 mm
d = 500 40 10 0,5 x 19 = 440,50 mm
Mu = 20063.36 kgm = 200.633.600 Nmm
0,85 f c '
600
b 1
f y 600 f y
0,85 30
600

400 600 400


0,033
0,85

max 0,75 b 0,75 0,033 0,025

Rn

Mu
200.633.600

3,69
2
bd
0,8 350 440,50 2

1 / 2 0,75 b f y

Rn max 0,75 b f y 1
0,85 f c '

1 / 2 0,75 0,033 400

0,75 0,033 400 1

0,85 30

7,98
Karena Rn < Rn max maka digunakan analisis balok persegi penampang tunggal.
1) Perhitungan Tulangan Lentur Tarik pada Tumpuan Balok
a. Baja tulangan

84

Diameter maksimum baja tulangan

500
25 mm
20

, digunakan D-19 dalam

perencanaan.
Mu = -20.063.36 kgm = 200.633.600 Nmm
d e 500 (40 10 9,5)
440,5

1 0,85

As

Mu
200.633.600

1.674,51
f y 1 d 0,8 400 0,85 440,5

Tabel 5.20 Tulangan Tarik Terpasang di Tumpuan


Jenis
Diamete

Jumla

r
19
mm

Dimensi
Luas/bar
2

(mm )

283,53

As perlu

As terpasang

(mm2)

(mm2)

1.674,51

1.701,18

Jumlah tulangan yang diperlukan 6D19.

b. Cek momen nominal


a

M n As f y d
2

76,24

0.8 1.701,18 400 440,5


2

219.046.658,70 Nmm M u 200.633.600 Nmm

( OK)

c. Cek As minimum

85

AS min

f c'
4 fy

bw d

30
350 500 599,07 mm 2
4 400

dan tidak boleh kurang dari


AS

1,4bw d 1,4 350 500

612,50 mm 2
fy
400

d. Cek rasio tulangan

As
1.701,18

0,009 mm 2
bw d 350 500

b 1

0,85 f c '
600
f y 600 f y

0,85 30
600
0,85

400 600 400


0,032

max 0,75 b 0,75 0,032 0,024


man

1,4 1,4

0,0035
f y 400

min max
Jadi

, digunakan dan batas tulangan maksimum sesuai pasal

23.3.2 SNI 03-2847-2002 adalah 0,025 (OK).

e. Cek penampang tension controlled (ACI 318-05)


a 76,27

0,17
d e 440,5

86

a tcl
0,3751 0,3751 0,319
de
a atcl

de de

(under reinforced)

Jadi untuk tulangan tarik pada tumpuan digunakan 6D19.

6D19
Sengkang
D10

500 mm

Decking 40 mm
350 mm

Gambar 5.8 Tulangan Tarik Tumpuan Balok

2) Perhitungan Tulangan Lentur Tekan pada Tumpuan Balok


a. Momen positif rencana

87

SNI 03284706 Pasal 23.3.2.2


Kapasitas momen positif rencana di muka kolom haruslah minimum 1/2
kali Mn untuk momen negatif pada muka kolom yang sama.
( 0,5 219.046.658,70 Nmm)

Mu =109.523.329,40 Nmm

b. Baja tulangan yang dibutuhkan

Diameter maksimum baja tulangan

500
25 mm
20

, digunakan D-19 dalam

perencanaan.
Mu =109.523.329,40 Nmm
d e 500 (40 10 9,5)
440,5
1 0,85

As

Mu
109.523.329,40

914,10
f y 1 d 0,8 400 0,85 440,5

Tabel 5.21 Tulangan Tarik Terpasang di Tumpuan


Jenis
Diamete
r
19
Mm

Jumla

Dimensi
Luas/bar
2

(mm )

283,53

As perlu

As terpasang

(mm2)

(mm2)

914,10

1.134,12

c. Cek momen nominal

88

M n As f y d
2

50,83

0.8 1.134,12 400 440,5


2

150.641.984,10 Nmm M u 109.523.329,40 Nmm

( OK)

d. Cek As minimum
AS min

f c'
4 f fy

bw d

30
350 500 599,07 mm 2
4 400

dan tidak boleh kurang dari


AS

1,4bw d 1,4 350 500

612,50 mm 2
fy
400

e. Cek rasio tulangan

As
1.134,12

0,006 mm 2
bw d 350 500

b 1

0,85 f c '
600

f y 600 f y

0,85 30
600
0,85

400 600 400


0,032

max 0,75 b 0,75 0,032 0,024


min

1,4 1,4

0,0035
f y 400

89

min max
Jadi

, digunakan dan batas tulangan maksimum sesuai pasal

23.3.2 SNI 03-2847-2002 adalah 0,025 (OK).

f. Cek penampang tension controlled (ACI 318-05)


a
50,83

0,12
d e 440,5

a tcl
0,375 1 0,375 0,85 0,319
dt
a atcl

de de

(under reinforced)

Jadi untuk tulangan tarik pada tumpuan digunakan 4D19.


6D19
Sengkang
D10

500 mm
4D16

Decking 40 mm
350 mm

Gambar 5.9 Tulangan Lentur Tarik dan Tekan Tumpuan Balok

90

3) Perhitungan Tulangan Lentur Tekan pada Bagian Lapangan


a. Baja tulangan

Diameter maksimum baja tulangan

500
25 mm
20

, digunakan D-19 dalam

perencanaan.
Mu = -4.059,51 kgm = 40.565.100 Nmm
d e 500 (40 10 9,5)
440,5
1 0,85

As

Mu
40.565.100

338,56
f y 1 d 0,8 400 0,85 440,5
Tabel 5.22 Tulangan Tarik Terpasang di Tumpuan
Jenis
Diamete
r
19
Mm

Dimensi
Jumla
Luas/bar
2

(mm )

283,53

As perlu

As terpasang

(mm2)

(mm2)

338,56

850,59

Jumlah tulangan yang diperlukan 2D19.

91

b. Cek momen nominal


a

M n As f y d
2

38,12

0.8 850,59 400 440,5


2

114.711.247,90 Nmm M u 40.565.100 Nmm

( OK)

c. Cek As minimum
AS min

f c'
4 fy

bw d

30
350 500 599,07 mm 2
4 400

dan tidak boleh kurang dari


AS

1,4bw d 1,4 350 500

612,50 mm 2
fy
400

d. Cek rasio tulangan

As
850,59

0,005 mm 2
bw d 350 500

b 1

0,85 f c '
600
f y 600 f y

0,85 30
600
0,85

400 600 400


0,032

max 0,75 b 0,75 0,032 0,024


man

1,4 1,4

0,0035
f y 400

92

min max
Jadi

, digunakan dan batas tulangan maksimum sesuai pasal

23.3.2 SNI 03-2847-2002 adalah 0,025 (OK).


e. Cek penampang tension controlled (ACI 318-05)
a
38,12

0,09
d e 440,5

a tcl
0,3751 0,3751 0,319
dt
a atcl

de de

(under reinforced)

Jadi untuk tulangan tarik pada tumpuan digunakan 3D19.


3D19
Sengkang
D10

500 mm

Decking 40 mm
350 mm

Gambar 5.10 Tulangan Tekan Lapangan Balok

4) Perhitungan Tulangan Lentur Tarik pada Bagian Lapangan


a. Baja tulangan

93

Diameter maksimum baja tulangan

500
25 mm
20

, digunakan D-19 dalam

perencanaan.
Mu = 5.730,48 kgm = 57.304.800 Nmm
d e 500 (40 10 9,5)
440,5

1 0,85

As

Mu
57.304.800

478,27
f y 1 d 0,8 400 0,85 440,5

Tabel 5.23 Tulangan Tarik Terpasang di Tumpuan


Jenis
Diamete
r
19
Mm

Dimensi
Jumla
Luas/bar
2

(mm )

283,53

As perlu

As terpasang

(mm2)

(mm2)

478,27

850,59

Jumlah tulangan yang diperlukan 3D19.

b. Cek momen nominal

94

M n As f y d
2

38,12

0.8 850,59 400 440,5


2

114.711.247,90 Nmm M u 57.304.800 Nmm

( OK)

c. Cek As minimum

AS min

f c'
4 fy

bw d

30
350 500 599,07 mm 2
4 400

dan tidak boleh kurang dari


AS

1,4bw d 1,4 350 500

612,50 mm 2
fy
400

d. Cek rasio tulangan

As
850,59

0,005 mm 2
bw d 350 500

b 1

0,85 f c '
600

f y 600 f y

0,85 30
600
0,85

400 600 400


0,032

max 0,75 b 0,75 0,032 0,024


man

1,4 1,4

0,0035
f y 400

95

min max
Jadi

, digunakan dan batas tulangan maksimum sesuai pasal

23.3.2 SNI 03-2847-2002 adalah 0,025 (OK).


e. Cek penampang tension controlled (ACI 318-05)
a
38,12

0,09
d e 440,5

a tcl
0,3751 0,3751 0,319
dt
a atcl

de de

(under reinforced)

Jadi untuk tulangan tarik pada tumpuan digunakan 3D19.


3D19
Sengkang
D10

500 mm

3D19
Decking 40 mm
350 mm

Gambar 5.11 Tulangan Lentur Tarik dan Tekan Lapangan Balok


5.8.2

Tulangan Geser Balok (Sengkang)


Pada perencanaan tulangan geser balok, gaya geser maksimum yang

diperoleh dari kombinasi beban rencana termasuk pengaruh beban gempa


didapatkan nilai Vu = 11.331,31 kg.
Perhitungan tulangan geser balok daerah tumpuan kiri:
96

a. Kuat geser beton (Vc)

f c '

Vc

bw d
6

30
350 440,5 140.741,88 N
6

b. Cek keperluan tulangan geser

Vc Vu
0,75 140.741,88 11.331,31
105.556,41
113.313,10 (Perlu tul angan geser)
c. Kuat geser baja tulangan (Vs)

(Vc Vs ) Vu
V
113.313,10
V s u Vc
140.741,88 10.342,25 N

0,75
d. Spasi tulangan geser
Pada kedua ujung balok harus dipasang sengkang pertama pada jarak 50 mm
dari muka kolom terdekat dan berikutnya dipasang dengan spasi terkecil
diantara:
1) d/4

= 440,5/4 = 110 mm

2) 8 x diameter tulangan longitudinal

= 8 x 19

3) 24 x diameter sengkang

= 24 x 10 = 240 mm

= 152 mm

4) 300 mm
Digunakan spasi 100 mm di daerah sepanjang 2h = 1000 mm dari muka
kolom.
e. Tulangan geser
Tabel 5.24 Tulangan Geser Balok

97

Jenis
Diamete
r
10
Mm

Jumlah
2

Dimensi
Av
Diameter Luas/bar
(mm2)
(mm)
(mm2)
10

78,5

157

S
(mm)
100

Dicoba baja tulangan D10-100 sebagai sengkang.


Av
V
s
s
fyd
Vs terpasang

Av f y d
s

157 240 500


188.400 N V s perlu
100

f. Syarat kuat geser baja tulangan maksimum (Vs max)

VS max

2 fc '
3

bw d

2 30
350 440,5 562.967,50 N
3

Vs = 188.400 < Vs max = 562.967,50 (OK)


g. Jumlah sengkang pada tumpuan balok
n

1000 50
1 11buah sengkang di tumpuan
100

Spasi maksimum tulangan geser balok untuk SRPMK adalah d/2. Jadi diluar
daerah 2h (1000 mm) tulangan geser dapat dipasang dengan spasi maksimum :
Smax =

d 440,5

220,5 mm
2
2

Berarti, diluar daerah 2h (1000 mm), tulangan geser dapat dipasang dengan
spasi 200 mm.
Jadi tulangan geser yang digunakan:
Tumpuan

: 2D10 100

98

Lapangan

5.8.3

: D10 200

Kontrol Lendutan
Berdasarkan pasal 11.5 SNI 03-2847-2002, pemeriksaan tinggi minimum

balok dengan kedua ujung menerus untuk balok arah x (B35/50) yaitu:
hmin = L/21
= 6000/21
= 286 mm < h aktual = 500 mm (OK)
Jadi dikarenakan h aktual > hmin maka lendutan tidak perlu dihitung.

5.8.4

Perhitungan Penulangan Torsi

Perencanaan tulangan torsi pada balok dapat diuraikan sebagai berikut:


Menghitung momen torsi yang disumbangkan oleh beton
Tc

fc '

b2 h
15
30

350 2 500
15
223.365.338 N

Momen torsi yang dapat dipikul oleh beton adalah:

Tc = 0,75 223.365.338 = 167.524.004 N


Karena Tu = 441,59 < Tc , maka tidak diperlukan tulangan torsi.

99

B.1

T :
P :

TUMPUAN

LAPANGAN
350x500

UB :

TUMPUAN

mm

TA :

6 D19

3 D19

6 D19

TB :

4 D19

3 D19

4 D19

SK :

D10 - 100

D10 - 200

D10 - 100

Gambar 5.12 Detail Penulangan Balok B1

5.9.

PERENCANAAN KOLOM

100

Pada perencanaan kolom, sebagai contoh akan dihitung kolom C1


berdimensi 500x500 mm2. Data yang dibutuhkan dalam perencanaan kolom ini
adalah sebagai berikut:
a. Dimensi Kolom

= 500 x 500 mm

b. Tinggi Lantai

c. Selimut beton (decking)

40

mm

d. Kuat tekan beton rencana (fc)

30

MPa

e. Kuat leleh minimum baja (fy)

400 MPa

f. Faktor reduksi (1)

0,85

g. Faktor reduksi kekuatan ()

0,65

4 m

Gambar 5.13 Kolom K1 (K50/50) yang Akan Direncanakan

101

5.8.1

Tulangan Lentur Kolom

Data-data yang dibutuhkan:


a. Lebar kolom (b)

= 500

mm

b. Tinggi kolom (h)

= 500

mm

c. Panjang kolom (lu)

= 4000 mm

d. Titik ujung atas kolom


Kolom atas:

b = 500

mm

h = 500

mm

lu = 4000 mm
Balok kanan:

b = 500

mm

h = 500

mm

ln = 6000 mm
Balok kiri :

Sama dengan balok kanan

e. Tulangan utama rencana (D)

= 19

mm

f. Tulangan sengkang rencana (D)

= 10

mm

g. Kuat tekan beton rencana (fc)

= 30

Mpa

h. Kuat leleh minimum baja (Fy)

= 400 Mpa

i.

= 0,85

j. Gaya aksial (Pu)

= 2.336.905,10 N

k. Gaya Geser (Vu)

= 22.388,40

l. Momen (Mu)
a. MD

= 1.736.200,00 Nmm

b. ML

= 637.800,00 Nmm

102

1.

c. Momen (M1)

= 111.712.400,00 Nmm

d. Momen (M2)

= 189.692.000,00 Nmm

Perhitungan Tulangan Lentur


a. Menghitung kekakuan kolom

f 'c
Ec = 4700

Ik =

1
bh 3
12

30

= 4700 x

= 25.742,96 Mpa

1
x 500 x 500 3
12

= 5.208.333.333 mm4

1,2 M D
(1,2 1.736.200,00 )

0,67
1,2 M D 1,2 M L (1,2 189.692.000,00 ) (1,2 189.692.000,00 )

EI k

Ec I k
25.742,96 5.208.333.333

3,21 1013 N .mm 2


2,5(1 d )
2,5(1 0,67)

b. Menghitung kekakuan balok di kanan kiri ujung atas kolom

f 'c
Ec = 4700

I cr

30

= 4700 x

= 25.742,96 Mpa

1
1
b h3
b h3
1
1
12
12

b h3
350 500 3 1.822.916.667 mm 4
2
2
24
24

EI b

E c I cr
25.742,96 1.822.916.667

4,69 1013 N .mm 2


2,5(1 d )
2,5(1 0,67)

c. Kolom pada rangka portal tidak bergoyang/ bergoyang

103

o = 5,35 mm

Pu 0 1.736.200,00 5,35
0,13 0,05 ( Portal bergoyang )
Vu l c 22.388,40 6000

d. Menentukan faktor panjang efektif pada kolom

A
Kolom Atas

EI
l k
k
EI
l b
b

3,21 1013

4000

4,69 10

6000

13

1,03

B 0
Kolom Bawah (karena jepit)
Dari diagram nomogram Jackson and Moreland portal tidak bergoyang
didapat nilai k = 0,60
e. Menghitung angka kelangsingan kolom
k l u 0,6 4000

16 22 (termasuk kolom pendek)


r
0,3 500

16 < 22 maka pengaruh kelangsingan kolom boleh diabaikan (tanpa


menghitung pembesaran momen).
f. Menghitung eksentrisitas

et

M 2 189.692.000,00

81,17 mm
Pu
2.336.905,10

et min 15 (0,03 500) 30 mm


< 81,17 (OK)

g. Menentukan nilai r
104

0,1Ag.f c = 0,1 x 500 x 500 x 30


= 750.000 N
Sehingga Pu > 0,1Ag.fc (OK)
Pu
e
t
Ag 0,85 f c ' h
2336905,10
81,17

0,8 (500 500) 0,85 30 500


0,074

Arah x

Arah y

Pu

Ag 0,85 f c '

2336905,10

0,8 (500 500) 0,85 30


0,04

Dari grafik didapat nilai angka rasio penulangan total 1% atau r = 0,01 dan
(untuk fc 30) = 1,2

h. Menentukan tulangan
= r . = 0,01 1,2 = 0,012
Astotal = . Agr = 0,012 (500500) = 3000 mm2
Ast

1
1
2
d k 19 2 283,53 mm 2
4
4

Astotal
Ast

n=

= 10 buah

Tulangan yang digunakan 10D19 = 2.835,29 mm2

2.

Periksa Penampang Kolom Terpasang

105

a. As terpasang
As1 = 4D19 = 1.134,11 mm2
As2 = 1D19 = 283,53

mm2

As3 = 1D19 = 283,53

mm2

As4 = 4D19 = 1.134,11 mm2

b. Kuat tekan rencana nominal penampang kolom

Pnmax 0,80 0,85 fc' Ag Ast Ast fy

0,80 0,65 0,85 30 ( 500 500 2.835,29 ) 2.835,29 400


3.866,86 kN

c. Cek syarat kuat tekan minimum

Pnmax 3.866,86 kN

5.8.2

Ag fc'

750.000 kN

(OK )

Pnmax 3.866,86 kN Pu min

1.141,96 kN

(OK )

Pnmax 3.866,86 kN Pu max

2.336,91 kN

(OK )

10

Tulangan Geser Kolom


Pada perhitungan tulangan geser, gaya lintang maksimum yang diperoleh

dari kombinasi beban gempa rencana termasuk pengaruh beban gempa. Data-data
yang dibutuhkan:
Lebar kolom (b)

= 500

mm

Tinggi kolom (h)

= 500

mm

Panjang bersih (ln)

= 4000

mm

Tulangan lentur (D)

= 19

mm
106

Tulangan sengkang

= 10

mm

Kuat tekan beton rencana (fc)

= 30

MPa

Kuat leleh minimum baja (fy)

= 400

Mpa

Kuat leleh minimum baja sengkang (fyv)


Faktor reduksi (1)

= 240

Mpa

= 0,85

Faktor reduksi kekuatan geser ()

= 0,75

Hasil gaya - gaya yang bekerja pada kolom dapat dilihat pada Tabel 5.25

Tabel 5.25 Gaya yang Bekerja pada Kolom K1 (K50/50) Lantai 1


Mu
Lantai

Kolom

C18

Lokasi
0
2
4

Tumpuan
Lapangan
Tumpuan

Vu (kg)

116355.65
115275.65
114195.65

2238.84
2238.84
2238.84

(kg.m)
18969.2
3898.98
11171.24

1. Untuk Daerah Tumpuan Kolom


a.

Momen nominal di kedua ujung kolom (Mnt, Mnb)


Mnt = Mnb = 111 kNm

b.

Gaya geser rencana harus lebih besar dari


Vu

M nt M nb
ln

111 111
4
56 kN 5.500 kg

Vu kolom = 2.238,84 kg > 5.500 kg

(OK)

107

108

c. Gaya geser beton (Vc)

Pu
Vc 1

14 Ag

fc'
bd
6

116355.65

14 500 500

30
500 440,5
6

335,30 kN
Gaya geser yang dapat dipikul oleh beton adalah :

Vc 0,75 335,30
251,48 kN

Vu Vc
Maka
d.

sehingga digunakan tulangan geser minimum.


Spasi tulangan

Av 2 d 2
4

2 10 2
4

157 mm 2
Berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 13.5.5.3, bila tulangan geser
minimum dibutuhkan, maka:
75 fc ' xbxs
(1200) fy
Av .1200. f y

Av
s

75 fc ' xb

Sehingga:

109

157 1200 240

75 30 500
220

Menurut SNI 03-2847-2002 pasal 23.10.5., spasi maksimum sengkang


harus dipasang pada rentang l0 dari muka hubungan balok-kolom adalah s 0.
Spasi s0 tersebut tidak boleh melebihi:
1) 8 x diameter longitudinal terkecil = 8 x 19 = 152 mm
2) 24 x diameter sengkang = 24 x 10 = 240 mm
3) x b = x 500 = 250 mm
4) 300 mm
Jadi digunakan sengkang kolom 2D10-150 mm. Panjang lo tidak boleh
kurang dari nilai terbesar berikut ini:
1) 1/6 x ln = 1/6 x 4000 = 667 mm
2) dimensi terbesar penampang kolom = 500 mm
3) 500 mm
2 D10 150

Tulangan geser

dipasang pada rentang 500 mm, sengkang

pertama dipasang pada jarak tidak lebih dari:


s0 = x 150 mm = 75 mm dari muka hubungan balok kolom.

2. Untuk Daerah Lapangan Kolom


a.

Nilai Vu

110

Vu lapangan diambil pada bentang tengah dengan nilai terbesar Vu =


2.238,84 kg

111

e. Gaya geser beton (Vc)

Pu
Vc 1

14 Ag

fc'
bd
6

116355.65

14 500 500

30
500 440,5
6

335,30 kN

Gaya geser yang dapat dipikul oleh beton adalah :

Vc 0,75 335,30
251,48 kN
0,5Vc 0,5 335,50
168 kN

Vu Vc
Maka
f.

sehingga digunakan tulangan geser minimum.


Spasi tulangan
1

. .D 2
4

Av 2

3,14 10 2
4

157 mm 2

Berdasarkan SNI 03-2847-2002 pasal 13.5.5.3, bila tulangan geser


minimum dibutuhkan, maka:

112

75 fc ' xbxs
(1200) fy
Av .1200. f y

Av
s

75 fc ' xb

113

Sehingga:
s

157 240 1200


75 24,9 500

242 mm

Tulangan geser D10-200 dipasang pada setelah rentang 500 mm.

LANTAI

K.1

TIPE

500x500 mm

Ukuran Kolom

Potongan Kolom
LT.1

Tulangan Utama

10D19

Posisi

Tumpuan

Tumpuan

Tumpuan

Sengkang

D10-150

D10-200

D10-150

Gambar 5.13 Detail Penulangan Kolom K - 1 (K50/50)

114

Anda mungkin juga menyukai