Anda di halaman 1dari 4

n

i
t
e
l
u
BUK
B
DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN
KEMENTERIAN KESEHATAN

Edisi I Thn 2012

ebagai suatu Negara yang terletak pada pertemuan 4 lempeng tektonik


dan masuk dalam zona pacific ring of fire terdiri dari 80 gunung berapi
yang aktif, Indonesia harus mempersiapkan sejak dini sistem penanggulangan bencana terpadu.
Sejak tahun 2000 Kementerian Kesehatan bersama lintas sektor, lintas
program terkait dan LSM serta masyarakat telah mensosialisasikan suatu
konsep dalam mewujudkan Masyarakat Sehat dan Aman/Safe Community,
yang diaplikasikan dalam suatu Sistem Penanggulangan Gawat Darurat
Terpadu (SPGDT), yang terdiri dari SPGDT(S) sehari-hari dan SPGDT(B)
Bencana.
Hal inilah yang disampaikan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan
dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS saat pembukaan kegiatan Pengembangan
Kapasitas Kemampuan Layanan Pelanggan IGD bersama SAM Bidang
Perlindungan Faktor Resiko Kesehatan, dr. R. Triono Soendoro, Ph. D.
SPGDT merupakan sistem penanggulangan pasien gawat darurat yang
terdiri dari unsur, pelayanan pra RS, pelayanan di RS dan antar RS. Pelayanan
berpedoman pada respon cepat yang menekankan time saving is life and
limb saving, yang melibatkan pelayanan oleh masyarakat awam umum dan
khusus, petugas medis, pelayanan ambulans gadar dan sistem komunikasi.
Secara teknis pengaplikasian konsep tersebut diwujudkan dalam Pos
Gawat Darurat Terpadu atau yang kita kenal dengan Public Safety Center
(PSC) sebagai ujung tombak safe community terdiri dari lintas program
dan lintas sektor dalam lingkup pelayanan pertama pra Rumah Sakit
yang terdiri dari 3 unsur pokok yaitu keamanan/Security, Kesehatan/
medical dan rescue/keselamatan.
Dengan capaian sasaran : Pertama, menyusun rencana aksi dan roadmap dengan target pada tahun 2012 sudah terbentuk jaringan, minimal
di wilayah kota propinsi, dan antar UPT satu dengan lainnya. Kedua,
terbentuk jejaring komunikasi antar IGD RS yang satu dengan RS yang

Buletin BUK Edisi I

final.indd 1

Kebijakan
Pelayanan

Instalasi
Gawat Darurat
di Rumah Sakit

lainnya. Ketiga, terbentuk ambulans dengan jejaring komunikasi


dan yang termonitor oleh call center (ambulans yang sudah menjadi jejaring SPGDT bisa dipasang LOGO). Keempat, terbentuk call
center 24 jam sebagai pusat kendali, yang keberadaanya sebaiknya
berdekatan dengan IGD.
Kementerian Kesehatan telah mengeluarkan kebijakan mengenai
Standar Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit yang tertuang
dalam KEPMENKES RI No. 856/MENKES/SK/IX/2009 untuk mengatur
standarisasi pelayanan gawat darurat di rumah sakit.
Guna meningkatkan kualitas IGD di Indonesia perlu komitmen
Pemerintah Daerah untuk membantu Pemerintah Pusat dengan ikut
memberikan sosialisasi kepada masyarakat bahwa dalam
penanganan kegawatdaruratan dan life saving tidak ditarik uang
muka dan penanganan gawat darurat harus dilakukan 5 (lima) menit
setelah pasien sampai di IGD.

1
16/03/2012 11:04:21 AM

Rumah Sakit Harus


Responsif Pengaduan Pasien

BANDUNG Pertemuan Konsolidasi Kehumasan Unit Pelaksana Teknis


Ditjen Bina Upaya Kesehatan menjadi langkah awal untuk menyamakan
persepsi dan membangun jejaring komunikasi dalam menangani
pengaduan pasien/masyarakat dan pemberitaan di media massa. Pertemuan yang dilaksanakan pada tanggal 15 s.d 17 Februari, dibuka oleh
Sekretaris Ditjen Bina Upaya Kesehatan, dr. H. Kuntjoro Adi Purjanto didampingi Direktur Utama RS Mata Cicendo Bandung, dr. M. Kautsar
Boesoirie, SpM(K), MM sekaligus menjadi saksi penandatanganan
komitmen bersama Rumah Sakit/Balai/Balai Besar/Loka dalam penanganan
pengaduan pasien/masyarakat.

Sesditjen BUK menyampaikan keluhan dan pengaduan pasien menjadi bagian refleksi dari kebutuhan dan harapan masyarakat terhadap
perbaikan pelayanan kesehatan. Proses penanganan pengaduan
pasien/masyarakat seringkali terdapat hambatan internal maupun eksternal yang mengakibatkan penanganan tidak dikelola dengan baik
dan berdampak pada citra negatif organisasi.
Sebagai penyedia pelayanan publik dalam bidang kesehatan,
Rumah Sakit dan Balai Kesehatan harus dapat mengelola secara transparan, terbuka, cepat dan akuntabilitas dalam rangka memenuhi hakhak pasien/masyarakat. Untuk itu, diperlukan kesadaran dan komitmen
dalam peningkatan pelayanan publik bidang kesehatan. Khususnya
bagi Unit Pelaksana Teknis di lingkungan Ditjen Bina Upaya Kesehatan
harus terdepan dan menjadi contoh dalam penanganan pengaduan
pasien, ujar Sesditjen BUK.
Oleh karena itu, Rumah Sakit dan fasilitas pelayanan kesehatan lain
harus meningkatkan kualitas dan kuantitas pelayanan kesehatan sebagai
bagian dari pelayanan publik khususnya dalam mengelola keluhan
dan pengaduan pasien/masyarakat. Sebagaimana amanat UndangUndang Nomor 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit dan UndangUndang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik.
Rumah Sakit seluruh Indonesia agar proaktif dan responsif terhadap
pengaduan pasien/masyarakat dan pemberitaan media massa. Jika
perlu, Rumah Sakit harus melakukan klarifikasi terhadap pemberitaan
yang tidak benar dan harus diluruskan, ujarnya.
Dalam laporan, Kabag Hukormas Heru Prastyo, SH, MARS menerangkan
bahwa pertemuan ini menghasilkan basis data, prosedur penanganan
pengaduan di lingkungan Ditjen Bina Upaya Kesehatan, dan mailing
list pengaduan sebagai sarana dan cara dalam membangun jejaring
komunikasi pengaduan pasien.

Pendidikan S2 Rumah Sakit Perlu Dibenahi


YOGYAKARTA - Saat ini Indonesia terdapat
bermacam-macam gelar untuk lulusan pendidikan S2 rumah sakit. Ada Magister Administrasi
Rumah Sakit (MARS), Magister Manajemen
Rumah Sakit (MMRS), Magister Kesehatan
(Mkes) dan ada juga Master of Public Health
(MPH). Itu tergantung dari Perguruan Tinggi
mana yang menyelenggarakan pendidikan
pasca sarjana tersebut. Hal ini sangat membingungkan masyarakat.
Demikian disampaikan Direktur Jenderal Bina
Upaya Kesehatan dr. Supriyantoro, Sp.P, MARS,
pada pertemuan Forum Pengelola Pendidikan
S2 Rumah Sakit di Universitas Gajah Mada
(10/1).
Kementerian Kesehatan mengharapkan
segera dilakukan sertifikasi terhadap konsultan rumah sakit guna menjamin kualitas dan
kompetensinya. Tidak dipungkiri, masih banyak kualitas lulusan S2 rumah sakit yang masih
memprihatinkan. Apalagi seseorang dapat bertindak sebagai konsultan rumah sakit padahal
belum pernah melalui pendidikan S2 rumah
sakit dan lulus sertifikasi. Untuk itu Kementerian
Kesehatan menyambut baik adanya forum
komunikasi yang dihadiri oleh beberapa

2
final.indd 2

Perguruan Tinggi Negeri di Indonesia seperti


Universitas Gajahmada, Universitas Hasanuddin,
Universitas Airlangga, Universitas Brawijaya,
Universitas Diponegoro dan Universitas
Indonesia.
Sebagai pelaksanaan dari amanat UndangUndang Rumah Sakit dan Peraturan Menteri
Kesehatan Nomor 971 Tahun 2009 tentang
Standar Kompetensi Pejabat Struktural
Kesehatan, saat Kementerian Kesehatan
sedang menyusun modul pendidikan S2 rumah
sakit. Dengan demikian forum perguruan tinggi
yang menyelenggarakan magister rumah sakit
ini dapat memberikan sinergi positif dan kontribusi demi penyempurnaan modul tersebut
sehingga dapat diaplikasikan dengan baik.

Situasi pendidikan magister rumah sakit di


Indonesia dewasa ini mengalami beberapa
permasalahan. Diantaranya terdapat perbedaan dalam persyaratan calon peserta program yang berkaitan dengan tenaga medis
dan non medis. Kurikulum pembelajaran baik
mata kuliah wajib, mata kuliah pilihan maupun
penulisan thesis pun masih berbeda antar
pengelola pendidikan.
Apalagi pada tataran proses dan metode
pembelajaran, terdapat sistem pembelajaran
blok dan tanpa blok. Terkait dengan status
pengelolaan program, belum adanya
keseragaman gelar magister rumah sakit.

Buletin BUK Edisi I

16/03/2012 11:04:25 AM

Pejabat Baru Diminta


Tingkatkan Kinerja

JAKARTA Menkes telah melantik 21 pejabat eselon II Kementerian


Kesehatan termasuk didalamnya pejabat dilingkungan Ditjen
Bina Upaya Kesehatan (27/2). Selanjutnya dilakukan serah terima
jabatan di lingkungan Ditjen Bina Upaya Kesehatan dan RS/UPT
Vertikal yang disaksikan Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan menyampaikan bahwa pelaksanaan serah terima jabatan ini merupakan bagian dari reformasi birokrasi untuk meningkatkan kualitas
pelayanan dan kinerja di lingkungan Ditjen Bina Upaya Kesehatan
maupun RS/UPT vertikal.
Saya memahami bahwa melaksanakan Reformasi Birokrasi memerlukan proses, tahapan waktu yang berkesinambungan serta
melibatkan semua komponen yang saling terkait dan bersinergi.
Dengan diangkatnya pejabat baru ini saya mengharapkan agar
prestasi dan kinerja di rumah sakit dapat meningkat lebih baik
sehingga dapat mengikuti dinamika tuntutan masyarakat dalam
memberi pelayanan publik yang lebih bermutu dan melanjutkan
program-program yang belum dilaksanakan oleh pejabat terdahulu, ungkap Dirjen BUK.

Dirgahayu RSUP Dr. Sardjito ke-30


YOGYAKARTA Di ulang tahunnya yang ke-30 pada tanggal 8 Februari
2012, dilakukan peresmian pelayanan VIP Gedung Paviliun AMARTA yang
diresmikan oleh Dirjen BUK, Penyerahan sertifikat Akreditasi RS 16 pelayanan
dan Penandatanganan MoU antara RSUP Dr. Sardjito, FK UGM dan Rumah
Sakit Akademik (RSA) UGM.
Dengan tema Maju Bersama Rakyat, Menuju Pelayanan Rumah Sakit
yang Berstandar Internasional memberi arti bahwa RSUP Dr. Sardjito
baru saja menerima piagam penghargaan sebagai RS Pro Rakyat dan
bersiap untk tugas besar dalam mempersiapkan akreditasi JCI. Dalam
rangka rencana pengembangan pelayanan berstandar Internasional,
RSUP Dr. Sardjito juga melakukan kerjasama Internasional dengan beberapa negara yaitu : Yayasan MARSH, Australia (INTERNATIONAL TOWER
FOR PEDIATRIC & NURSING), RS Anthony Van Leewenhoek, Belanda

Buletin BUK Edisi I

final.indd 3

Inilah nama pejabat eselon II yang melakukan serah terima jabatan


Ditjen Bina Upaya Kesehatan, yakni Sekretaris Ditjen Bina Upaya
Kesehatan, dr. H. Kuntjoro Adi Purjanto, M.Kes kepada pejabat baru
Dr. drg. Nurshanty S. Adi Sapada, MSc; Direktur Bina Upaya Kesehatan
Dasar, dr. Bambang Sardjono, MPH kepada dr. H. R. Dedi Kuswenda,
M.Kes; Direktur Bina Pelayanan Penunjang Medik dan Sarana Kesehatan,
dr. Zamrud Ewita Aldy, Sp.PK, MM kepada dr. H. Kuntjoro Adi Purjanto,
M.Kes; dan Direktur Bina Kesehatan Jiwa, dr. Irmansyah, Sp.KJ(K) kepada
dr. Diah Setia Utami, Sp.KJ, MARS.
Sedangkan untuk RS/UPT Vertikal, yaitu Direktur Utama RS Anak dan
Bunda Harapan Kita Jakarta, dr. Hermien Widjajati Moeryono, Sp.A
kepada pejabat baru dr. Achmad Soebagjo Tancarino, MARS; Direktur
Utama RSUP dr. Sardjito Yogyakarta, Prof. Dr. Budi Mulyono, Sp.PK(K),
MM kepada dr. Mochammad Syafak Hanung, Sp.A; Direktur Utama RSKO
Jakarta, dr. Diah Setia Utami, Sp.KJ, MARS kepada dr. Laurentius Panggabean,
Sp.KJ, MS, Direktur Utama RSPI Prof. dr. Sulianti Saroso Jakarta, Dr. drg.
Nurshanty S. Adi Sapada, MSc kepada dr. Toni Wandra, M.Kes, Ph.D;
Direktur SDM dan Pendidikan RS Kanker Dharmais Jakarta, dr. Rustam
S. Pakaya, MPH kepada dr. Harijati, MARS; Direktur Keuangan RS Kanker
Dharmais Jakarta, dr. Harijati, MARS kepada drg. Dience Erwina Indriyani,
MARS; Direktur Umum dan Operasional RS Kanker Dharmais Jakarta, drg.
Dience Erwina Indriyani, MARS kepada dr. Bambang Dwipoyono, Sp.OG;
dan Direktur Keuangan RSUP dr. Hasan Sadikin Bandung, dr. Achmad
Soebagjo Tancarino, MARS kepada dr. R. Nina Susana Dewi, Sp.PK.
Diakhir sambutan Dirjen mengucapkan terima kasih atas dharma
bhaktinya kepada pejabat lama sedangkan kepada pejabat yang baru
dilantik, lakukan upaya terobosan yang efektif, efisien dan tepat sasaran
dalam meningkatkan kinerja serta selalu menjunjung tinggi nilai-nilai
PIREC (Pro rakyat, Inklusif, Responsif, Efektif dan Efisien, Clean).

(INTERNATIONAL CANCER CENTER), dan Taipei Medical University,


Taiwan (Pelayanan Palliative dan End of Life).
Upaya yang telah dilakukan untuk menuju kepada pelayanan pelayanan
berstandar Internasional diantaranya adalah menetapkan indikator klinis
di setiap SMF serta penetapan indikator 6 dimensi yang terdiri atas Clinical
Effectiveness, Efficiency, Staff Orientation, Responsive Governance, Safety
dan Patient Centeredness. Hingga tahun ini RSUP Dr. Sardjito tetap dapat
mempertahankan sebagai Rumah Sakit vertikal yang terakreditasi 16
pelayanan untuk ke-3 kalinya dan tersertifikasi ISO 9001:2008.
Secara tidak langsung RSUP Dr. Sardjito sudah menjalankan proses
akreditasi model baru yang mengacu Standard Customer Care, Patient
Safety, Standard Management dan MDGs, ungkap Dirjen.
Direktur Utama RSUP Dr. Sardjito, Prof. Dr. Budi Mulyono, SpPK(K), MM,
menambahkan sedang melakukan pembenahan tata kelola keuangan
yang akuntabel, transparan dan dapat meraih WTP. Selain itu untuk
mencapai JCI RSUP Dr. Sardjito melakukan pengembangan berbagai
pelayanan dan SDM.
Pada kesempatan tersebut, Dirjen BUK mengucapkan Selamat Ulang
Tahun yang ke-30 kepada RSUP Dr. Sardjito dan atas berhasilnya RSUP
Dr. Sardjito terakreditasi untuk 16 pelayanan. Semoga hasil ini dapat
menjadi penambah motivasi dalam melaksanakan pelayanan yang
lebih optimal dan mengutamakan peningkatan mutu pelayanan untuk
menjaga kualitas.

3
16/03/2012 11:04:26 AM

Melalui BLU,
RS Tingkatkan Pelayanan Kesehatan

Saat ini Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan tengah


mendorong RS Pemerintah di seluruh Indonesia untuk menerapkan Pengelolaan BLU (Badan Layanan Umum) yang dikenalkan
sejak tahun 2005. Dengan BLU dapat meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dengan tarif dan harga layanan yang terjangkau
masyarakat.

WASPADAI
SURAT UNDANGAN

P A L S U

Modus penipuan surat undangan kegiatan


masih beredar di masyarakat yang mengatas
namakan Pimpinan dan Instansi Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan Kementerian
Kesehatan sebagai penyelenggara kegiatan. Motif penipuan semakin berkembang,
pelaku bukan lagi meminta untuk mentransfer sejumlah uang pada rekening yang
diminta, namun calon peserta kegiatan dijanjikan mendapatkan biaya akomodasi dan
transportasi dengan nilai yang sangat tinggi
dan untuk penerimaan dana, calon peserta
harus menghubungi pelaku. Selain itu juga
Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
tidak pernah meminta dana pendamping
pada pemberian hibah kesehatan kepada
Rumah Sakit mau pun Klinik
Waspadalah dengan motif penipuan tersebut.
Diharapkan Saudara untuk Berhati-hati dengan
modus penipuan surat undangan kegiatan dan
mengkonfirmasikan terlebih dahulu ke
Bagian Hukum, Organisasi dan Hubungan
Masyarakat Sekretariat Direktorat Jenderal
Bina Upaya Kesehatan Kementerian Kesehatan
Republik Indonesia, dengan nomor telepon :
Kantor: (021) 5201590 ext. 4015 dan 1302 atau :
(021) 5277734. Fax. (021) 5277734.

Pertemuan Penyusunan Laporan Keuangan


dan Barang Tahun Anggaran 2011
Ditjen Bina Upaya Kesehatan
Sebagai tindak lanjut pelaksanaan Peraturan Menteri Keuangan No. 171 tahun 2007 tentang
Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat, dimana hasil pelaksanaan SAK
wajib dilaporkan secara berjenjang mulai dari Tingkat Satuan Kerja, Tingkat Wilayah, Eselon I
sampai dengan Tingkat Kementerian.
Sebagai sarana konsulttasi pelaksanaan SAI baik Sistem Akutansi Keuangan (SAK) maupun
akutansi barang (SIMAK BMN), maka dilaksanakanlah suatu pertemuan Konsultasi Pelaksanaan
SAK dan SIMAK BMN Tingkat Satuan Kerja Semester I tahun 2011 Ditjen Bina Upaya Kesehatan
dimana sekaligus untuk mengumpulkan data realisasi anggaran yang dananya bersumber dari
SPBN khususnya pada UPT Vertikal baik BLU maupun non BLU serta data Aset dikelola sampai
dengan semester I tahun 2011, yang selanjutnya akan diolah pada Bagian Keuangan Ditjen Bina
Upaya Kesehatan selaku eselon I dan selanjutnya akan disampaikan kepada Menteri Kesehatan.
Sedangkan data-data SIMAK BMN selanjutnya diolah oleh Bagian Umum dan Kepegawaian
yang juga selanjunya disampaikan kepada Menteri Kesehatan, demikian arahan dari Kepala
Bagian Keuangan, Mangapul Bakara, S.Sos, MM, M.Kes yang didampingi oleh Kasubbag
Keuangan pada tanggal 24 Januari 2012 di Surabaya di pembukaan Pertemuan Penyusunan Laporan Keuangan dan Barang T.A. 2011 Ditjen Bina Upaya Kesehatan.
Pada dasarnya akuntansi keuangan dan SIMAK BMN adalah satu kesatuan sehingga para
petugas mulai dari tingkat satuan kerja sampai dengan tingkat eselon dan kementerian harus
selalu melakukan pencocokan data/rekonsiliasi internal, karena angka-angka BMN pada setiap
jenjang akutansi tidak boleh berbeda dengan angka pada Akutansi Keuangan.
Diakhir pembukaan dari pertemuan ini, Irjen I menyatakan bahwa berdasarkan amanat UndangUndang maka Itjen wajib melaksanakan review keuangan, baik buruknya laporan keuangan
dari Unit Eselon I berdasarkan laporan yang disusun oleh Satuan Kerja, sehingga dapat memperbaiki opini auditor untuk meraih WTP (Wajar Tanpa Pengecualian) dan hal tersebut tergantung kualitas laporan yang sesuai kaidah sistem akutansi.

Redaksi
Bagian Hukormas,
Sekretariat Direktorat Jenderal Bina Upaya Kesehatan
Kementerian Kesehatan RI.
Tlp/Fax : 021-5277734 e-mail : humas.buk@gmail.com

4
final.indd 4

BLU menjadikan alat untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik melalui penerapan manajemen keuangan berbasis hasil dan bukanlah sematamata sarana untuk mengejar fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan, sehingga kualitas layanan yang baik, cepat, efisien dan efektif dapat dinikmati
masyarakat, ungkap Dirjen BUK saat memberikan keynote speaker pada
acara Temu Alumni Hospital Management Program FKM UI dan Seminar Refleksi Implementasi Kebijakan BLU bagi Rumah Sakit (26/1).
Dijelaskan bahwa tujuan BLU adalah meningkatkan pelayanan kepada
masyarakat dalam rangka memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi, produktivitas dan penerapan
praktek bisnis yang sehat.
Ditjen BUK menetapkan strategi pengembangan model bisnis BLU RS
melalui Pemenuhan Kebutuhan Tempat Tidur Kelas III di RS dan Universal
Coverage; Pengembangan World Class Hospital; Pengembangan IT Rumah
Sakit yang meliputi :e-health, e-office, e-planning, e-reporting, dan e-procurement, dll; serta Pengembangan Tarif Rumah Sakit Berbasis Pelayanan
(MDGs).
Diharapkan kepada RS dan Balai yang sudah menjalankan BLU untuk
meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan berupaya meraih WTP di tahun 2012 dengan
melakukan pembenahan internal khususnya aspek manajemen keuangan,
pengadaan barang dan jasa dan pengelolaan inventori (SIMAK BMN).

Pembina Direktur Jenderal Bina Upaya Kesehatan Pemimpin Redaksi Sekretaris Direktorat
Jenderal Bina Upaya Kesehatan Wakil Pemimpin Redaksi Kepala Bagian Hukum, Organisasi
dan Humas Redaktur Pelaksana Anjari (Kepala Sub Bagian Humas) Kontributor Eti Ekawati
SH MH, Ani Mindo Ch. SE, Auliyana Zahrawani SKM, Pelita Apriany SKM, Sufermi Sofyan, Desi
Syetiani S.Sos, Inu Wisnujati. S.Kom, Sekretariat Drs. Ahmad Haryanto, Denny Sugarna, Meidina
Terianawati,ST, Layout Rachmat Fathoni S,Sos

Buletin BUK Edisi I

16/03/2012 11:04:27 AM

Anda mungkin juga menyukai