29
tinggi dan sadar bahwa free seks tidak sesuai dengan agama dan berbahaya. Jika
tidak ingin hamil gunakan kontrasepsi yang paling aman dan kontrasepsi yang
paling aman adalah tidak berhubungan seks sama sekali.
Selain itu dalam rangka menekan tindak kejahatan abortus, maka setiap
kalangan manapun turut bertanggung jawab atas kejahatan abortus provocatus
kriminalis ini. Segala upaya mengurangi kejahatan yang terjadi, bukan merupakan
tugas dari pihak kepolisian saja, namun segenap pihak seharusnya mempunyai
keinginan untuk mencengah dan mengurangi kejahatan tersebut. Setidaknya setiap
warga masyarakat berbuat dalam lingkungan keluarganya masing-masing.
Menurut KAURMINTU SATRESKRIM Polres Gorontalo Kota Erwin
Tatumang, .(Wawancara Yang Dilakukan Pada Hari Kamis Tanggal 21 Februari
2013) Upaya untuk mengurangi ataupun menekan angka kejahatan aborsi di Kota
Gorontalo dapat dilakukan dalam dua bentuk yakni upaya preventif dan refresif.
1. Upaya Preventif
Untuk mengantisipasi keadaan ini pihak kepolisian berusaha untuk
bertindak secara maksimal, tindakan ini dimulai dari melakukan razia secara rutin
ketempat-tempat hiburan malam, kos-kosan, penginapan,penjualan VCD dan
buku porno.
Sudah bukan rahasia umum lagi bahwa tempat-tempat hiburan malam yang
berada di Kota Gorontalo dapat dikatakan telah mengadopsi gaya hiburan malam
Kota-Kota besar lainya, jadi tidak dipungkiri lagi bahwa orang-orang yang berada
didalamnya bukan saja orang yang berumur dewasa tapi juga dapat ditemukan
anak-anak ABG yang ingin mencari tau bagaimana sebenarnya wajah hiburan
30
malam tersebut, dari sinilah semuanya berasal yang semula hanya sekedar ingin
cari tahu tapi pada akhirnya menjadi penggemar hiburan malam, narkoba,
minuman keras bahkan seks bebas merupakan hal yang biasa jika pada akhirnya
hamil maka aborsi merupakan solusi yang dirasakan paling baik untuk
menyembunyikan aib akibat hubungan yang tidak sah atau atas dasar kesenangan
semata.
Awal mula terjadinya seks bebas juga dapat ditelusuri dari adanya koskosan ataupun penginapan, saat ini banyak tersedia kos-kosan ataupun penginapan
yang dapat disewa secara bebas tanpa membutuhkan syarat-syarat, cukup bayar
dan pastinya tempatnya dapat di tinggali kapan saja. Dari tempat ini setelah polisi
melakukan razia ditemukan keterangan bahwa banyak penghuni kos-kosan
ataupun penginapan merupakan pasangan mesum yang tidak terikat oleh tali
pernikahan, hal ini tentunya sangat memprihatinkan bukan saja tidak mungkin
dari hal inilah aborsi berasal, mudah saja dicarai penjelasanya mula-mula dapat
disimpulkan bahwa tanpa ikatan resmi tapi sudah tinggal atau tidur bersama bisa
saja wanitanya hamil dan karna hubungan yang belum resmi tersebut kehamilan
merupakan hal yang tidak diharapkan dan pastinya aborsi menjadi piliha satusatunya.
Tidak berbeda dengan VCD yang banyak menayangkan adegan mesum dan
buku porno dengan tulisan-tulisan yang vulgar, kedua hal ini bisa saja merupakan
awal mula aborsi terjadi, jika dilihat dari bagaimana remaja ingin tahu bagaimana
sebenarnya seks tersebut, dari adegan ataupun tulisan-tulisan yang vulgar bisa saja
para penikmatnya mencari pelampiasan nafsu entah itu dari pasangan resmi tapi
31
yang menakutkan adalah pasangan yang baru ingin cari tahu bagaimana seks
tersebut, karena kurangnya pemahaman seks yang baik maka akhirya kehamilan
tidak dapat dihindarkan dan sama seperti pemicu diatas aborsi merupakan
alternatif jalan keluar yang diambil, walau berbahaya namun tidak diperdulikan
lagi.
Pihak kepolisian dalam hal upaya menanggulangi tindak pidana tersebut,
sudah melakukan beberapa hal pencegahan. Misalnya yang melalui pendekatan
secara Agama. Pihak kepolisian bekerja sama dengan para pemuka-pemuka
Agama yang ada di dalam wilayah kerja Polres Gorontalo.Kota
Selain melakukan pendekatan melalui tokoh-tokoh pemuka agama, pihak
kepolisian juga memberikan pemahaman dan pengertian kepada pihak masyarakat
dan khususnya kepada para kalangan remaja yang banyak bersentuhan dengan
masalah ini.
Dengan memberi pengertian bahwa tindakan abortus provocatus kriminalis
adalah suatu tindakan yang melanggar hukum, dan dijelaskan pula tentang sanksi
yang akan diterima oleh mereka apapun dan bagaimanapun alasannya.
2. Upaya Refrensif
Upaya lain yang dilakukan oleh pihak kepolisian adalah bekerja sama
dengan aparatur pemerintahan di tiap keluraahan ataupun desa-desa yang
termasuk dalam wilayah kerja Polres. Tujuanya untuk mendekatkan diri dengan
masyarakat agar dapat memberikan informasi atau bantuan kepada pihak
kepolisian untuk mengungkapkan kasus-kasus aborsi, jika terjadi di desa ataupun
kelurahan masing-masing.
32
33
34
35
36
37
b. Penangkapan
Penangkapan terhadap tersangka dilakukan paling lama 24 jam atau satu
hari. Mengutip pasal 19 ayat (1) KUH Acara Pidana yang berbunyi :
Penangkapan sebagaimana dimaksud dalam pasal 17, dapat dilakukan untuk
paling lama satu hari.
Penyidik yang dapat melakukan penangkapan dan pada waktu penangkapan
harus disertai surat
melakukan
penangkapan harus diketahui oleh dua orang saksi dari anggota Unit Reskrim, dan
paling sedikit 1 (satu) orang saksi yang mengetahui terjadinya peristiwa kejahatan
tersebut dengan tersangka sebagai pelakunya.
Dan apabila tersangka tertangkap di TKP, penyidik sudah dibekali dengan
surat perintah penangkapan, maka harus segera membuat berita acara
penangkapannya.
c. Penahanan
Tindakan selanjutnya adalah melakukan penahanan tersangka. Surat
perintah penahanan di buat oleh penyidik, mengutip pasal 20 ayat (1) KUH Acara
Pidana, berbunyi : Untuk kepentingan penyidikan, penyidik atau penyidik
pembantu atas perintah penyidik sebagaimana dimaksud Pasal 11 KUH Acara
Pidana berwenang melakukan penahanan.
Dari penahanan terhadap tersangka dilakukan karena ada rasa kuatir
tersangka akan melarikan diri, merusak atau menghilangkan barang bukti dan
atau mengulangi perbuatannya. Apabila penyidik belum selesai melakukan
pemeriksaan baik kepada tersangka maupun kepada para saksi dan jangka waktu
38
penahanan tersangka yang diberikan penyidik selama 20 (dua puluh) hari hampir
habis, maka penyidik dapat meminta permohonan untuk memperpanjang
penahanan tersangka
kepada
Kejaksaan
Negeri dengan
disertai
bahan
39
kemudian
tersangka
memberikan
keterangan
atau
40
Dengan peran dan upaya-upaya yang dilakukan oleh pihak kepolisian serta
tindak lanjut penyelidikan kasus aborsi ini angka kejahatan aborsi di kota
gorontalo
sekurang-kurangya
mampu
diselesaikan
dan
dapat
ditekan
peningggaktanya.
Selanjutnya penulis akan memaparkan data kejahatan aborsi di kota
gorontalo, dengan menyajikan beberapa fakta yang ditemukan oleh penulis
dilapangan sehingga kita mampu menilai apakah peran kepolisian dengan
sejumlah upaya yang telah dijalankan berjalan dengan efektif.
4.3 Data dan Jumlah Kasus Aborsi Yang Terjadi Di Kota Gorontalo
Aborsi merupakan tindakan
meresahkan masyarakat utamanya bagi orang tua yang memiliki anak remaja
khususnya di Kota Gorontalo, tindakan aborsi dilakukan dengan berbagai cara
entah itu dengan mengunakan ramuan yang berbahaya ataupun dengan
menggunakan alat dengan tujuan untuk mematikan janin yang dikandung karena
janin keluar sebelum waktu lahirnya.
Pengguguran kandungan merupakan fakta yang tidak dapat dipungkiri
keberadaanya, fenomena sososial mengenai aborsi ini merupakan dilema yang
41
berasal dari efek perkembangan jaman yang kian hari kian menghawatirkan. Adat
ketimuran yang di junjung tinggi tergerus oleh arus perkembangan jaman.
Aborsi atau abortus provocatus merupakan cara yang paling berbahaya tapi
paling banyak digunakan untuk mengakhiri kehamilan yang tidak diinginkan.
Abortus Provocatus dibagi dalam dua jenis, yaitu Abortus Provocatus
Therapeuticus dan Abortus Provocatus Criminalis. Abortus Provocatus
Therapeuticus adalah aborsi yang dilakukan atas dasar pertimbangan kedokteran
dan dilakukan oleh tenaga yang mendapat pendidikan khusus serta dapat
bertindak secara professional. Sementara Abortus Provocatus Criminalis adalah
aborsi yang dilakukan secara sembunyi-sembunyi dan biasanya dilakukan oleh
tenaga yang tidak terdidik secara khusus, termasuk ibu hamil yang menginginkan
perbuatan aborsi.
Aborsi merupakan salah satu penyebab kematian wanita, aborsi atau
pengguguran kandungan adalah masalah yang cukup pelik karena berkaitan
dengan aspek kehidupan yang bersentuhan dengan etika, moral, agama, serta
shukum. Untuk mengetahui peran kepolisian dalam penyelesaian kasus aborsi di
Kota Gorontalo Penulis harus mengetahui tingkat kejahatan khususnya kejahatan
aborsi yang terjadi di Kota Gorontalo, peneliti akan menganalisis data aborsi
yang masuk ke Polres Gorontalo Kota dalam kurun waktu 5 tahun terakhir yakni
dari tahun 2008 sampai tahun 2012, analisis data akan di paparkan dalam bentuk
tabel 1 sebagai berikut:
42
TABEL 1
Data Jumlah Kejahatan Aborsi Yang Di Tangani Oleh Pihak Kepolisian
Polres Gorontalo Kota
Jumlah Kasus
Tahun
Persen (%)
Yang Dilaporkan
2008
28,57%
2009
28,57%
2010
2011
28,57%
2012
14,29%
Jumlah
100%
43
Tidak sampai pada upaya menekan angka kejahatan aborsi saja akan tetapi
Setiap kasus aborsi yang dilaporkan di tangani
dan
jumlah kasus
selesai
2008 (2 kasus)
0%
2009 (2 kasus)
33,33%
2010 (0 kasus)
0%
2011 (2 kasus)
66,67%
2012 (1 kasus)
0%
jumlah
100%
Persen (%)
44
45
TABEL 3
Data Kejahatan Aborsi Yang Dilakukan Secara Terselubung (Hidden Crime)
Yang Tidak Di Tanggani Oleh Pihak Kepolisian Dalam Kurun Waktu 5
Tahun Terakhir
Nama
KEMALA
Umur
20
MAWAR
Keterangan
(Menggugurkan Sendiri)
yakni dengan cara mengkonsumsi
obat- obatan, seperti paramex,
ramuan nenas muda, dan racikan
minuman bersoda.
SUCI
21
FUJI
27
SITA
29
RATU
23
YANI
18
17
NALU
JUMLAH
(Mengugurkan sendiri)
tidak mendapat keterangan jelas
tentang cara pelaku melakukan
aborsi
8
46
Abortus Provocatus Therapeuticus, tapi lebih kepada kejahatan aborsi yang tidak
memiliki alasan medik yang dilakukan secara terselubung yang di bantu oleh
tenaga medik. 3 kasus diantaranya pelaku memilih untuk menggugurkan
kandungan sendiri. Analisis dari tabel 3 ditas dapat dikatakan bahwa pengguguran
kandungna sendiri yang dilakukan oleh pelaku adalah tindakan yang sangat
berbahaya karena jika dilihat obat-obatan yang digunakan merupakan obat-obatan
yang belum tentu langsung menggugurkan kandungan parahnya lagi obat-obatan
tersebut malah akan memicu terjadinya cacat permanen pada bayi. Untuk
pengguguran kandungan yang dilakukan oleh tenaga medis dapat dilihat pada
tabel 3 diatas seharusnya obat-obatan yang digunakan untuk menggugurkan
kandungan adalah obat-obatan yang tidak beredar bebas dan seharusnya tim medis
merupakan orang yang mengetahui dengan pasti bahaya aborsi tersebut dapat
mencegah terjadinya hal tersebut. Untuk pengguguran kandungan yang dibantu
oleh dukun sesuai dengan pengetahuan serta penelitian yang dilakukan oleh
penulis, pengguguran kandungan yang di bantu oleh dukun pijat lebih berbahaya
karena kebanyakan pengguguran kandungan dilakukan dengan melakukan pijatan
diarea perut akan memicu pendaran hebat. Belum lagi dukun merupakan orang
yang tidak memiliki pendidikan khusus mengenai masalah pengguguran
kandungan hanya dilakukan berdasarkan naluri tanpa tau apakah tindakan tersebut
sangat berbahaya.
Dalam wawancara peneliti yang dilakukan dengan KAURMINTU
SATRESKRIM (Wawancara Yang Dilakukan Pada Hari Kamis Tanggal 21
Februari 2013) Polres Kota Gorontalo menyampaikan bahwa upaya untuk
47
48
JUMLAH
PERSEN
SD
0%
SMP
9,1%
SMA/SMK
27,27%
Perguruan Tinggi
45,45%
Pengangguran
18,18%
JUMLAH
11
100%
PENDIDIKAN
Sumber Data : Data Polres Kota Gorontalo dan Data Penelitian Lapangan
Berdasarkan tabel 4 diatas dari 11 pelaku aborsi di Kota Gorontalo di
ketahui
perguruan tinggi dengan rincian sebagai berikut: SMP ada 1orang pelaku atau
sekitar 9,1%, yang berpendidikan SMA atau SMK ada 3 orang pelaku atau sekitar
27,27%, yang duduk dibangku perguruan tinggi ada 5 orang atau sekitar 45,45%
dan yang tidak memiliki pekerjaan ada 2 orang atau sekitar 18,18 %. Dari data
tabel diatas dapat disimpulkan bahwa pelaku aborsi paling banyak adalah orangorang yang berpendidikan. Tabel 4 diatas memperlihatkan bahwa sebenarnya
pendidikan itu adalah tolak ukur seseorang untuk lebih mempertimbngkan
melakukan hal-hal yang tidak merugikan dirinya sendiri tapi tabel 4 diatas malah
49
merupakan hal yang sebaliknya dapat dilihat bahwa pada tabel tersebut
memaparkan kebanyakan pelaku aborsi adalah mahasiswa yang duduk
diperguruan tinggi bukankah hal tersebut memprihatinkan dan dapat mencoreng
dunia akademis yang seharusnya lebih mampu mempertimbangkan untuk tidak
melakukan keadaan yang merugikan diri sendiri dan aborsi merupakan salah satu
hal tersebut..
Kejahatan aborsi seharusnya tidak terjadi jika ditelisik dari pengetahuan kita
terhadap bahayanya yang sangat mengancam nyawa, namun karena adanya
faktor-faktor lain yang menyebabkan jalan ini menjadi pilihan satu-satunya
menjadikan permasalahan ini merupakan sesuatu yang sangat dilematis
Berikut ini merupakan pembahasan yang akan menggungkapkan faktorfaktor terjadinya aborsi di Kota Gorontalo.
4.3 Faktor-Faktor Terjadinya Aborsi Di Kota Gorontalo
Kejahatan aborsi dilakukan karna adanya faktor-faktor yang menyebabkan
sampai kejahatan tersebut dipilih sebagai sebuah solusi yang dirasakan terbaik
walaupun beresiko, dari tabel dibawah ini peneliti akan memaparkan beberapa
faktor penyebab terjadinya aborsi di Kota Gorontalo.
Pemaparan dari isi tabel berikut merupakan hasil survei yang didapat dari
jawaban ataupun keterangan responden, pihak yang dimintai jawabanya yakni
pihak kepolisian dalam hal ini dapat di umpamakan sebanyak 3 orang dari 3
jumlah kasus yang pernah selesai yang telah diidentifikasi faktor penyebanya, 8
Orang sebagai pelaku abortus propocatus yang telah dipaparkan dalam tabel
sebelumnya dan 19 orang responden yang berasal dari teman keluarga maupun
50
Faktor penyebab
terjadinya aborsi
Jumlah
responden
Persen(%)
15
50%
23.3%
10%
10%
Kesulitan ekonomi
6.7%
30
100%
Jumlah
51
Dan 2 orang diantaranya atau sekitar 6.7% penyebab dilakukanya aborsi adalah
karena kesulitan ekonomi.
Menurut data yang dihasilkan peneliti selama berada dilapangan di temukan
beberapa faktor penyebab terjadinya aborsi. Penyebab tersebut telah ditampilkan
dalam tabel sebelumnya, yakni;
1. Hamil Diluar Pernikahan
Perkembangan zaman saat ini telah banyak mempengaruhi pergaulan remaja
saat ini, tingkah laku yang tidak terkontrol, gaya hidup bebas ataupun segala
bentuk perbuatan yang jauh dari kaidah masyarakat Timur Tengah merupakan
tren pergaulan yang digandrungi remaja muda saat ini. Sehingga hal-hal yang
berkaitan dengan sex bebas merupakan sesuatu yang tidak asing lagi, hamil diluar
nikah merupakan buah pahit yang harus diterima. Namun karena alasan malu
karna hamil sebelum menikah serta tidak adanya kesiapan menjadi orang tua
membuat praktek aborsi menjadi alternatif yang dirasakan paling baik untuk
menutupi aib tersebut, jadi penyebab aborsi dilakukan adalah karena hamil diluar
nikah.
Menurut hasil wawancara peneliti dengan KAURMINTU SATRESKRIM
Polres Kota Gorontalo, bahwa faktor-faktor yang menyebabkan seorang wanita
melakukan aborsi salah satunya adalah karena hamil diluar nikah. Aborsi tersebut
dilakukandengan
cara
meminim
ramuan
menggugurkan kandungan.3
2. Tidak Mau Mengahambat Studi
21 februari 2013
52
yang
diracik
khusus
untuk
Pada kenyataanya para remaja melakukan seks bebas pada saat posisi atau
stasusya masih sebagai pelajar ataupun mahasiswa, yang jika dilihat dari usianya
belum mampu ataupun belum bisa menerima kehadiran seorang bayi sehingga
karena malu diketahui perbuatnya aborsi merupakan jalan keluar yang dipilih agar
kehamilan tersebut tidak menghambat masa depan dan sekolanya. Peristiwa ini
sesuai dengan kejadian yang dibenarkan oleh Mawar (20 tahun) pelaku aborsi. 4
3. Masih Terlalu Muda
Seks bebas merupakan hal yang sudah sangat meresahkan bahkan tidak
tanggung-tanggung anak yang masih duduk dibangku SMP saja sudah paham
betul dengan gaya berpacaran tersebut alhasil kehamilan tidak dapat diindahkan
lagi karena kondisi yang masih terlalu mudah dan status anak sekolah yang masih
disandang menyebabkan kehamilan tidak dapat dilanjutkan yang berakhir dengan
aborsi. Peristiwa ini dibenarkan oleh NALU yang pada saat melakukan aborsi
pada umur 17 tahun.
4. Terlalu Banyak Anak
Penggunaan alat kontrasepsi yang tidak sesuai mungkin menyebabkan
kebobolan, kehamilan yang tidak diharapkan datang dengan tiba-tiba tanpa
adanya persiapan yang cukup ditambah dengan anak yang sudah melebihi
program pemerintah menyebabkan aborsi dilakukan.
5. Kesulitan Ekonomi
Biaya hidup yang tinggi untuk membesarkan seorang anak dirasakan sangat
berat oleh sebagian kalangan, biaya dari mengurus kebutuhan sang bayi sampai ia
4
53
besar nanti dan kelak harus mendapatkan pendidikan merupakan momok yang
paling menakutkan untuk keluarga yang kurang mampu. Sehingga aborsi
merupakan jalan keluar yang dirasakan paling baik. Karena mereka lebih
cenderung berfikir bahwa alangkah lebih baik janin tersebut untuk tidak melihat
dunia dari pada nantinya orang tua tidak mampu menjamin kesejahteraan
hidupnya.
Adapun pengguguran kandungan terjadi dan terpaksa dilakukan karena hal-hal
yang beralasan dan tidak termasuk dalam aborus provocatus criminalis seperti
yang dipaparkan dalam tabel berikut ini.
TABEL 6
DATA JUMLAH ABORSI LEGAL
Tahun
Abortus spontanius
Abortus
Terapeuticus
2008
2009
2010
2011
11
2012
10
Jumlah
38
19
54
kebanyakan yang terjadi adalah aborsi yang terjadi secara alami tanpa ada
pengaruh dari luar yakni Abortus spontanius ada sebanyak 38 kasus pengguguran
kandungan tersebut biasanya terjadi dengan sendirinya pada usia yang masih
relatif muda dikarenakan banyak faktor alamiah dan untuk membersihkan janin
yang masih tersisah dirahim ibu akibat pengeluaran yang tidak sempurna maka
hal ini memerlukan bantuan dari tim medis hal ini tidak dapat dijerat oleh hukum
karena telah terindikasi janin telah meninggal sebelum tindakan pembersihan
kandungan tersebut dilakukan. Berbeda lagi dengan Abortus Terapeuticus
Pengguguran kandungan ini seperti dilihat pada tabel diatas telah ada sebanyak 19
kasus. Aborsi ini merupakan tindakan legal yang dilakukan oleh tim medis karena
indikasi kedaruratan yang telah diatur dalam Undang-undang Kesehatan Undangundang Nomor 36 Tahun 2009. Pasal 75 yang berbunyi:
1. Setiap orang dilarang melakukan aborsi.
2. Larangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat dikecualikan
berdasarkan:
a) indikasi kedaruratan medis yang dideteksi sejak usia dini kehamilan, baik
yang mengancam nyawa ibu dan/atau janin, yang menderita penyakit
genetik berat dan/atau cacat bawaan, maupun yang tidak dapat diperbaiki
sehingga menyulitkan bayi tersebut hidup di luar kandungan; atau
b) kehamilan akibat perkosaan yang dapat menyebabkan trauma psikologis
bagi korban perkosaan.
3. Tindakan sebagaimana dimaksud pada ayat (2) hanya dapat dilakukan setelah
melalui konseling dan/atau penasehatan pra tindakan dan diakhiri dengan
55
konseling pasca tindakan yang dilakukan oleh konselor yang kompeten dan
berwenang.
4. Ketentuan lebih lanjut mengenai indikasi kedaruratan medis dan perkosaan,
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dan ayat (3) diatur dengan Peraturan
Pemerintah.
4.4 Kendala Yang Dihadapi Pihak Kepolisian Dalam Penyelesaian Kasus
Aborsi
Kepolisian dalam mengahadapi kasus aborsi ini tidak semudah yang
dibayangkan, sehingga untuk menyelesaikan kasus secara cepat, tepat dan pasti
masih banyak megalami kendala.
Kendala pertama yakni datang dari masyarakat itu sendiri, ketidaktahuan
tentang pergaulan bebas yang pada akhirnya akan membuahkan kehamilan yang
tidak diinginkan, membuat masyarakat yang mengalaminya menganggap bahwa
hal ini merupakan sebuah aib yang harus disembunyikan atau bahkan
disingkirkan. Tak segan-segan aborsi merupakan jalan keluar yang dipilih, ratusan
ribu atau bahkan jutaan rupiah bukanlah penghalang, agar dokter yang telah
memiliki sertifikasi keahlian ataupun dukun beranak yang hanya belajar secara
otodidak bersedia membantu untuk menghilangkan aib tersebut. Bahkan banyak
dari kalangan masyarakat berpendapat bahwa jalan tersebut paling baik untuk
menyembunyikan aib yang dirasa sangat memalukan.
Padahal tanpa mereka sadari bahwa tindakan aborsi yang dilakukan sangat
berbahaya bagi pelakunya, sering kali wanita yang melakukan aborsi akan
mengalami kerusakan rahim yang menyebabkan mereka untuk sulit bisa hamil
56
lagi bahkan tidak akan pernah bisa hamil. Bahkan yang lebih menakutkan lagi
tindakan aborsi dapat mengancam keselamatan wanita, bukan saja resiko infeksi
kelamin tapi yang paling parah adalah masalah pendarahan yang pastinya akan
sangat mengancam nyawa, terlebih jika praktek aborsi dilakukan oleh orang yang
tidak memiliki pendidikan ataupun sertifikasi medis.
Kendala yang lain yang mungkin menjadi penyebab sulitnya mengungkap
kasus abortus provocatus kriminalis adalah pihak kepolisian sering sekali sulit
mengidentifikasi hasil dari barang bukti aborsi. Karena hasil-hasil dari perbuatan
tersebut sering sudah hancur atau dibuang entah kemana. Bahkan pelaku yang
sudah didugapun sulit untuk ditemukan, berpindah tempat tinggal ataupun kota
dipilih untuk sekedar menghilangkan jejak sehingga polisi kesulitan untuk
menelusuri pelakunya.
Selain pihak kepolisian, penelitipun kesulitan dalam mencari informasi serta
mengumpulkan data pelaku yang berhubungan dengan kasus aborsi ini, karena
aborsi merupakan aib bagi seorang wanita, yang berarti jika memberikan
informasi berarti membuka aib mereka sendiri.
Tabel berikut akan menjelaskan dengan cara apa peneliti memperoleh
keterangan dari pelaku terhadap tindakan aborsi yang dilakukan.
57
TABEL 7
Data Tentang Cara Peneliti Untuk Menggumpulkan Keterangan Aborsi Dari
Pelaku
Nama & Umur pelaku
(Nama Samaran)
Keterangan
Dari Kemala dan Mawar Peneliti
mencari informasi di dahului dengan
percakapan ringan mengenai bagaiman
58
langsung
yang
ditemui
kos
pelaku
dalam
keadaan
59