sampai
ke
mobilnya,
berlari
Anna : Guys! Barusan aku dapat kabar kalo ada seorang gadis yang ciricirinya mirip Elsa hendak lompat dari fly over!
Ivan : Serius?!
Anna : Masa kayak gini bohong? Coba cek handphone kalian!
Brandon dan Ivan mengecek handphone masing-masing dan menerima
kabar yang sama dari pesan broadcast.
Brandon : Yuk, kita langsung ke fly over itu! Kamu bareng kita aja, Anna!
Hubungi Tommy, suruh dia langsung kesana.
Anna, Ivan dan Brandon masuk kedalam mobil. Brandon mengemudikan
mobil kearah fly over tempat dimana Elsa hendak bunuh diri. Tiba-tiba di
separuh perjalanan, handphone Ivan berbunyi dan raut muka Ivan
berubah menjadi sangat tegang.
Ivan : Guys.... Kita terlambat. Elsa melompat dari fly over tersebut dan ia
tewas.
Brandon langsung menghentikan mobilnya. Anna menangis tersedu-sedu
di jok belakang mobil.
Ivan : Kita langsung ke Rumah Sakit Permata Biru aja, jenazah Elsa
dibawa kesana.
Brandon menarik nafas panjang kemudia mengemudikan mobilnya kearah
rumah sakit itu.
Sesampainya disana, mereka bertiga berlari dan didepan ruang jenazah
sudah ada ibu dan Helen, kakak Elsa yang duduk membisu.
Anna berlari memeluk Helen.
Anna : Kak, maafkan kami. Ini semua salah kami. Kalau kami kasih
support ke Elsa, pasti jadinya tidak akan begini. Tetapi kami malah
meninggalkan Elsa begitu saja saat ia membutuhkan kami.
Helen membalas pelukan Anna dan mengusap punggung Anna dengan
lembut. Helen tidak dapat menahan air matanya.
Helen : Sudahlah, kami sudah memaafkan kalian. Ini semua sudah
digariskan oleh Yang Maha Kuasa. Aku Cuma memohon agar kalian terus
mendoakan Elsa agar ia tenang disana.
Brandon dan Ivan terkesiap menatap Helen yang tidak marah kepada
mereka dan malah memaafkannya.
Ivan
: Kami mohon maaf sebesar-besarnya, Kak. Kami pasti terus
mendoakan Elsa.
Helen : Tidak perlu minta maaf terus menerus, Van. Elsa hanya tidak kuat
menerima kenyataan bahwa kami semua jatuh miskin. Aku sangat
mengerti karena sejak kecil ia hidup dengan bergelimang harta.
Brandon, Ivan dan Anna takjub akan kebesaran hati Helen dan semenjak
itu mereka bertekad untuk lebih menghargai orang lain dan tidak
menggunakan uang sebagai tolak ukur.