Anda di halaman 1dari 5

Euthanasia terhadap Puluhan Pasien : Baik atau Buruk?

Mahasiswa Fakultas Kedokteran Ukrida, Jakarta, Indonesia

Abstrak
Abstract

Pendahuluan
Pertentangan pendapat adalah hal yang sering sekali kita temui dalam kehidupan
sehari-hari. Setiap orang memiliki pemikiran yang berbeda-beda terhadap suatu hal. Seiring
berkembangnya waktu, pemikiran setiap orang akan berkembang. Dengan berkembangnya
pemikiran tersebut semakin banyak perbedaan pendapat yang muncul dan dapat
menimbulkan pertentangan-pertentangan terhadap suatu hal. Dalam menanggapi suatu hal
kita harus berpikir terlebih dahulu agar kita dapat mengerti dan tidak terjadi kesalah pahaman
terhadap hal tesebut. Untuk mengerti hal tersebut kita dapat menggunakan pendekatan
holistik dan pendekatan spesialistik. Kita harus mengerti kedua pendekatan tersebut agar
tidak terjadi kesalah pahaman dan mendapatkan keputusan yang terbaik. Dalam kasus dokter
Kevorkian terdapat 2 pendapat yang saling bertentangan, dokter Kevorkian berpendapat
bahwa tindakannya adalah tindakan yang mulia, sedangakan para penentangnya berpendapat
bahawa tindakannya adalah pembunuhan. Dari pertentangan itu kita harus menganalisa
menggunakan pendekatan holistik dan spesialistik agar mendapatkan kesimpulan yang baik
dan benar.

Pembahasan
Euthanasia
Kata Euthanasia terdiri dari dua kata Yunani yaitu eu (baik) dan thanatos (kematian).
Jadi secara harafiah euthanasia berarti mati yang layak atau mati yang baik (good death) atau
kematian yang lembut.1 Euthanasia adalah pertolongan medis agar kesakitan atau penderitaan
yang dialami seseorang yang akan meninggal dunia diperingan. Juga berarti mempercepat
kematian seseorang yang ada dalam kesakitan dan penderitaan hebat menjelang
kematiannya.2

Dari sudut cara atau bentuk, euthanasia dapat dibedakan dalam tiga hal3
yaitu Euthanasia aktif yang artinya mengambil keputusan untuk melaksanakan dengan tujuan
menghentikan kehidupan. Tindakan ini secara sengaja dilakukan oleh dokter atau tenaga
kesehatan lainnya untuk memperpendek atau mengakhiri hidup si pasien, misalnya,
melakukan injeksi dengan obat tertentu agar pasien terminal meninggal. Euthanasia pasif,
artinya memutuskan untuk tidak mengambil tindakan atau tidak melakukan terapi. Dokter
atau tenaga kesehatan lain secara sengaja tidak (lagi) memberikan bantuan medis yang dapat
memperpanjang hidup kepada pasien, misalnya terapi dihentikan atau tidak dilanjutkan
karena tidak ada biaya, tidak ada alat ataupun terapi tidak berguna lagi. Pokoknya
menghentikan terapi yang telah dimulai dan sedang berlangsung. Auto-euthanasia, artinya
seorang pasien menolak secara tegas dengan sadar untuk menerima perawatan medis dan ia
mengetahui bahwa hal ini akan memperpendek atau mengakhiri hidupnya. Dari penolakan
tersebut ia membuat sebuah codicil (pernyataan tertulis tangan). Auto-euthanasia pada
dasarnya adalah euthanasia pasif atas permintaan.
Tindakan euthanasia dapat dilakukan melalui beberapa cara4, yaitu Langsung dan
sukarela: memberi jalan kematian dengan cara yang dipilih pasien. Tindakan ini dianggap
sebagai bunuh diri. Sukarela tetapi tidak langsung: pasien diberitahu bahwa harapan untuk
hidup kecil sekali sehingga pasien ini berusaha agar ada orang lain yang dapat mengakhiri
penderitaan dan hidupnya. Langsung tetapi tidak sukarela: dilakukan tanpa sepengetahuan
pasien, misalnya dengan memberikan dosis letal pada anak yang lahir cacat. Tidak langsung
dan tidak sukarela: merupakan tindakan euthanasia pasif yang dianggap paling mendekati
moral.

Pendekatan Holistik
Pendekatan holistic merupakan pendekan secara luas atau umum yang hanya di
ketahui oleh masyarakat tentang pengetahuan secara umum saja. Dari pendekatan holistic ini
terdapat 3 aspek yang dapat membahas kasus di atas tadi, yaitu aspek filosofis, Logis dan
Linguistik.

Filosofis
Filosofis dibagi 3, yaitu Ontologis, Ontologi merupakan ilmu tentang realitas, apa
yang dipikirkan dan apa yang menjadi objek pemikiran. Ontologi sendiri juga mempelajari

sesuatu yang bersifat nyata atau ada dan tidak nyata atau tidak ada, sehingga dapat disebutkan
bahwa ontologi mempelajari hal yang bersifat realitas. Kata Ontologi berasal dari bahasa
Yunani yang berarti ilmu mengenai sesuatu yang ada atau prinsip umum mengenai sesuatu
yang ada. Ontologi didefinisikan sebagai ilmu atau studi tentang sesuatu yang ada, secara
khusus, merupakan cabang dari metafisika yang berhubungan dengan sifat dan relasi sesuatu
yang ada. Dapat disebutkan juga bahwa sistem khusus yang digunakan untuk menyelidiki
masalah-masalah dan sifat dari sesuatu yang ada.5
Kedua Epistemologi, Epistemologi merupakan cabang dari ilmu filsafat yang secara
khusus membahas pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menyeluruh dan mendasar tentang
pengetahuan. Epistemologi dikenal dengan sub system dari filsafat karena epistemologi
adalah teori pengetahuan yang membahas tentang bagaimana cara mendapatkan pengetahuan
dari objek yang dipikirkan. Dapat dikatakan bahwa epistemologi berfokus pada bagaimana
mencari tahu dan apa yang dianggap sebagai pengetahuan. Kata epistemology berasal dari
bahasa Yunani yaitu episteme yang berarti pengetahuan dan logos yang berarti perkataan,
pikiran dan ilmu.6Epistemologi kadang juga disebutkan sebagai teori pengetahuan karena
bermaksud mengkaji dan mencoba mencari ciri-ciri umum dan hakiki dari pengetahuan
manusia. Epistemologi mencoba untuk mengetahui bagaimana pengetahuan itu didapati dan
diuji kebenarannya serta ruang lingkup atau batas-batas kemampuan manusia untuk
mengetahui sesuatu.6 Epistemologi bermaksud kritis mengkaji pengandaian-pengandaian
serta syarat-syarat logis yang menjadi dasar dari pengetahuan dan objektivitasnya.7 Dapat
diartikan bahwa epistemologi ingin menjelaskan kenapa seseorang tahu bahwa dia dapat
tahu.7
Ketiga adalah axiologi / etika, Axiologi merupakan ilmu filsafat yang menyelidiki moral,
perbuatan, nilai terutama meliputi nilai-nilai normative.8,9 Axiologi lebih membahas kaidah
norma dan nilai yang ada pada manusia.9 Axiologi juga membahas suatu perbuatan yang
dianggap baik, benar dan indah serta bagaimana seharusnya manusia bertindak menjadi
manusia yang baik, apa ukuran norma-norma serta nilai-nilai yang mendasarinya.9

Logis
Aspek Logis adalah aspek yang sesuai dengan logika kita sebagai manusia. Dalam aspek
logis terdapat beberapa asas asas10 yaitu, pertama Asas Identitas, Identitas merupakan asas
yang menunjuk sifat yang khas atau sifat pokok realitas, konsep, atau masalah. Dalam asas
ini dapat dilihat bahwa setiap realitas, konsep, maupun masalah mempunyai hakikat yang
3

khas, yaitu memliki sifat, referensi dan identitas tertentu. Asas identitas menunjuk kenyataan
bahwa pengakuan akan realitas, konsep, maupun masalah membawa konsekuensi semua
kesimpulan yang ditarik dari pengakuan itu harus diakui. Asas Identitas melihat sesuatu
adalah sebagaimana adanya, bukan yang lain, dan berdasarkan realita atau kenyataan yang
ada.
Kedua Asas Kontradiksi, Asas kontradiksi menunjuk pada isi dan luas pengertian yang
berbeda dari suatu realitas, konsep, atau masalah yang sama. Perbedaan isi dan luas
pengertian disebabkan sudut pandang atau cara pendekatan yang berbeda. Sehingga kita perlu
cermat menentukan mana yang benar dan mana yang salah. Asas kontradiksi ini bersifat
kebalikan atau bersifat negative dari asas identitas.
Ketiga Asas Kecukupan Penalaran, Segala yang ada memiliki alasan yang cukup untuk
adanya, dan karena itu segala yang ada dapat dijelaskan oleh nalar. Sehingga setiap keputusan
atau kesimpulan didasarkan sikap kompromis.
Keempat Asas Non-Kontradiksi, Asas Non-Kontradiksi adalah sebuah keputusan yang
tidak dapat sama-sama salah atau sama-sama benar. A = A, dan bukan A A.
Linguistik
Aspek ini berhubungan dengan kebahasaan. Aspek ini digunakan sebagai cara
seseorang mengungkapkan argumennya. Sehingga aspek ini sangat berperan dalam
memegang alur argument atau kea rah mana argumen ditujukan.11

Pendekatan Spesialistik
Pendekatan spesifik dalam kasus ini ialah melalui medis. Etika, dan
hukum,.sedangkan dari segi medis kita dapat melihat kalau dokter tersebut benar-benar
melakukan tindakan medis yang baik bagi sang pasien, Sedangkan dari etika, disini dipahami
sebagai aturan tentang bagaimana manusia harus hidup baik sebagai manusia dengan
mematuhi ajaran yang berisikan perintah dan larangan tentang baik buruknya perilaku

manusia yang harus dipatuhi dan dihindari.8 etika dari dokter tersebut benar atau salah yang
dilakukan doskter tersebut, dan dari segi hukum kita lihat hukum apa saja yang melandasi
tindakan yang dilakukan dokter bagi sang pasien.

Daftar Pustaka
1. Piet Go, Euthanasia : Beberapa Soal Etis Akhir menurut Gereja Katolik, Malang :
Dioma, 1989
2. Ensiklopedia Indonesia. Artikel Euthanasia. Vol 2, Jakarta : ikhtiar baru, 1987
3. Ratna SS. Etika kedokteran Indonesia. Jakarta: Fakulta Kedokteran Universitas
Indonesia, 1994. 129.
4. Ratna SS. Etika kedokteran Indonesia. 129.
5. Turner. Teori komunikasi analisis dan aplikasi. Jakarta: elex media komputindo;
2004.h.55-61
6. Sudarminta J. Epistemologi dasar pengantar filsafat pengetahuan. Bandung: Remaja
rosdakarya; 2009.h.18
7. Qomar M. Epistemologi pendidikan islam dari metode rasional hingga metode kritik.
Jakarta: Penerbit Erlangga; 2008. h.1
8. Setijo P. Pendidikan pancasila perspektif sejarah perjuangan bangsa. Jakarta:

gramedia pustaka utama; 2011.h.57.


9. Rahayu M. Pendidikan kewarganegaraan. Jakarta:grasindo; 2007.h.31.
10. Kamdhi JS. Terampil berargumen pembelajaran bahasa dan sastra indonesia. Jakarta:
grasindo; 2010.h.94-101.
11. Dudung H., Maman A., Yaman A.. Ilmu Aplikas kedokteran. Pt. imperial Bhakti
utama. Bandung: 2007.

Anda mungkin juga menyukai