Memasuki decade 90-an banyak dari kita yang saat itu belum menyadari
bahwa kita memasuki suatu decade baru. Dekade yang oleh orang banyak orang
dikatakan sebagai awal dari suatu perubahan besar yang menuntut kita untuk
Saat ini kita berada dalam suatu masa yang disebut Abad Otak dan
tantangan ini sebenarnya sudah terjadi pada pertengahan bahkan lebih terasa dan
terlihat lebih jelas dua-tiga tahun terakhir dari decade 90-an. Selanjutnya
berbeda dibandingkan masa sebelumnya saat memasuki awal abad ke-21 atau
millennium III ini. Suatu perubahan lingkungan eksternal yang begitu sulit
diprediksi arahnya.
Kita dituntut untuk membangun dan menemukan sendiri jalan yang akan
kita tempuh untuk menuju masa depan yang kita inginkan. Pada masa lalu kita
hanya dituntut menentukan jalan mana yang akan kita pilih, dari begitu banyak
pilihan, untuk menuju masa depan. Pilihan jalan tersebut merupakan lanjutan dari
jalan di mana kita berada saat itu. Saat ini, kita berada “ diujung jalan” dari jalan
yang selama ini kita tempuh. Tiba-tiba kita menemukan jalan menuju masa depan
terputus dan berakhir. Tidak ada lagi petunjuk jalan yang jelas seperti masa
2
sebelumnya, bahkan tidak terlihat lagi adanya jalan ke depan, jalan masa lau
Sekadar menjadi lebih baik (good) di dalam lingkup apapun yang kita kerjakan
saat ini tidak cukup. Menjadi yang baik hanya akan membuat kita tetap berada”
diarena”, namun tidak akan membuat kita menjadi pemenang. Untuk menjadi
harus menuju, dan memastikan bahwa kita berada dalam jalur yang benar, artinya
kita tidak bisa lagi berlomba dengan tetap mengikuti jalanan di arena seperti
biasanya, kita harus mampu membuat jalan terobosan sendiri agar mampu
mendahului lawan-lawan kita dan menjadi pemenangnya. Kita harus selalu lebih
“Bab baru dalam cerita tiada akhir” telah dimulai diawal abad ke-21 ini.
Era yang berbeda mendorong kita untuk berpikir berbeda. Era baru menuntut
pemikiran baru. Era yang berbeda menuntut pola piker yang berbeda (different
times produce different minds). Masalahnya adalah perubahan dalam pola piker
ini terjadi karena terpaksa ataukah karena memang kita sudah menyadari dan
mengantisipasinya. Hal ini akan memberikan dampak yang jelas akan berbeda.
Banyak dari kita tidak lagi tahu lagi cara berpikir untuk diri kita sendiri.
,hal.74.
Jangan ditelan begitu saja motto dari misalnya Bank Dunia,” Our dream is a world
without poverty”, Hal-hal seperti ini sering menyesatkan karena pada dasarnya
masih kuat sikap mental kolonialnya yang memiliki pola piker,” to feel they knew
the best”. Suatu pola piker yang didasarkan pada beliefs bahwa merekalah yang
Era Gobal adalah Era Krisis Makna. Pencarian makna dalam begitu
banyak aspek kehidupan di masyarakat dewasa ini, terlebih lagi masyarakat maju,
merupakan bukti. Tidak banyak lagi orang, bahkan dalam dunia pendidikan pun
Apakah hidup itu ? Apa arti pekerjaan bagiku ? Apa maknanya bahwa saya akan
mati suatu saat dan pasti ? kita tidak buta warna, tetapi banyak dari kita buta
makna .
atas menggambarkan dengan jelas bagaimana sistem ekonomi pasar bebas benar-
kita, terlebih lagi di negara-negara maju, tertinggal secara spiritual. Kita tertinggal
Kecerdasan Intelektual (IQ) dan Kecerdasan Emosional (EQ) saja tidaklah cukup.
Memasuki abad ke-21 ini terlihat jelas berkembangnya lagi tuntunan baru
yang harus mampu dijawab agar setiap organisasi dapat tetap hidup dan
adalah gabungan dari semua kecerdasan yang ada pada manusia. Mengacu pada
Danah Zohar dan Ian Marshal (2000) membagi kecerdasan manusia dalam tiga
yang akan mampu untuk itu. Mereka yang hanya mampu mengakusisi
mengembangkan/menciptakan pengetahuan.
5
Untuk dapat menjawab tantangan perubahan saat ini kita harus bertumpu pada
sumber daya manusia yaitu daya saing kecerdasan dari manusia-manusia dari
setiap organisasi. Suatu tuntunan paling tidak berupa suatu perubahan dari
competition menjadi persaingan dalam kualitas dari sumber daya yang ada pada
adalah pada otaknya. Jadi tantangan persaingan saat ini adalah dalam” adu
manusia berada pada organ otaknya, jadi persaingan saat ini tepatnya disebut
yang semakin lama semakin cepat. Pergeseran yang terlihat saat ini adalah arah
pakar memprediksikan bahwa pada tahun 2020 dunia akan memasuki puncak dari
Era Teknologi Biologi. Bahkan diprediksikan juga dalam 25 tahun mendatang kita
bahkan pada beberapa tahun terakhir dari decade 90-an yang lalu dan terus
teknologi cloning pada manusia sudah menjadi salah satu perdebatan yang
yang cepat ini sebenarnya sudah terindikasi pada sekitar empat puluh tahun yang
lalu yaitu beberapa tahun setelah berakhirnya Perang Dunia II. Proses perubahan
ini terjadi semakin cepat dan sebenarnya terlihat lebih jelas dan lebih mudah bila
kita mencermatinya awal decade 90-an. Suatu proses transformasi yang dikenal
dengan sistem perkantoran tanpa kertas (paperless office system). Uang plastik
mulai dikenal dan perannya mulai menggantikan uang kertas, dan masih banyak
Tantangan pada Era Daya Saing Kecerdasan dewasa ini jauh lebih
tantangan yang berasal dari dalam diri sendiri yang bahkan akan menentukan
Bila secara internal kita tidak berhasil mengatasi tantangan internal ini
maka berarti kita memilih, suka atau tidak suka, untuk menjadi korban dari
7
Hasil penelitian otak pada decade 90-an dikatakan sebagai memberikan hasil yang
luar biasa yang melebihi hasil penelitian beberapa abad sebelumnya. Penelitian
pada otak tersebut antara lain menunjukkan bahwa otak emosional (limbic
system) ternyata memiliki kecerdasan sendiri dan mempunyai peran sentral dalam
Diketahui juga bahwa otak manusia berubah secara fisik sesuai pengalamanya
tujuh macam kecerdasan. Kriteria yang dikembangkan untuk itu adalah bahwa
(Low Russell,1999) :
• Intelegensia akan merupakan kekuatan yang dimiliki semua orang ketika mereka
intelligence).
sebagai berikut:
dapat saling memahami satu sama lain yang juga memengaruhi bagaimana
mereka berkomunikasi.
kuantitatif
gerakan fisik. Kecerdasan ini memiliki dua tipe yaitu tactile dan
BAB 2
Perubahan lingkungan eksternal yang makin lama makin cepat dan saat ini
bangsa. Situasi inilah yang terjadi saat kita memasuki Abad Otak dan Milenium
Pikiran diawal abad ke-21 sekarang. Dampak langsung tersebut bisa berupa
terjadinya perubahan, baik itu perubahan yang tidak terlihat (itangible) maupun
adalah perubahan pada sisi lunak (the soft side) dari manusia, sedangkan
fisik baik internal maupun perubahan perilaku dapat berupa suatu perubahan
yang terjadi secara internal ataupun pada perilaku akan menjadi masalah bila
bergerak kea rah negatif dan destruktif terhadap individu itu sneidir ataupun pada
orang lain bahkan masyarakat. Di sisi lain transformasi yang positif pun tetap
yang baik.
11
dengan berbagai tingkatan. Turbulensi internal dapat saja terjadi pada seseorang
hubungan kerja (PHK) dari perusahaan dengan berbagai alasan. Atau bisa juga
karena seseorang harus memasuki masa pensiun padahal secara fisik dan mental
masih cukup kuat dan masih ingin tetap bekerja di perusahaan tersebut. Bisa juga
membuat terjadinya perubahan internal pada sisi yang paling dalam (itangible)
terjadi seperti ini menuntut cara menyikapi atau menghadapinya harus berbeda.
Cara-cara lama tidak akan mampu lagi untuk dapat ‘berinteraksi’ dengan orang
harta bahkan nyawa, kekejaman yang terjadi dalam kerusuhan yang sulit dipahami
yang membuat kita tidak mengerti mengapa kita atau mereka bisa menjadi seperti
perubahan perilaku masyarakat yang tampil dengan perilaku yang asing dan
bukan merupakan perilaku yang selama ini kita kenal dan kita miliki sebagai
bangsa Indonesia. Kita tidak bisa habis berpikir mengapa mereka begitu berubah
dan menampilkan perilaku yang tidak kita kenal sebagai perilaku ‘kita’.
Bagaimana mungkin mereka berubah menjadi kelompok manusia yang kejam dan
saling membunuh, bahkan terhadap tetangganya yang telah kenal baik beberapa
pada umumnya tidak dipahami secara benar apa yang menjadi penyebabnya.
satu ciri-ciri masyarakat kita dan selama ini berhasil baik berupa penyelesaian
para tokoh masyarakat, para pemuka agama, para informal leader, dari kelompok
namanya berhasil dicapai. Namun usianya tidak bertahan lam. Pelanggaran demi
pendekatan ataupun cara-cara ‘masa lalu’ itu ternyata tidak berlaku lagi.
ini mengarah pada suatu pola piker yang melihat gejolak sosial ini sebagai sesuatu
yang wajar. Gejolak karena euphoria dilihat sebab konsekuensi logis berupa
suatu kewajaran dan bukan sesuatu yang luar biasa dan perlu dipahami secara
13
tepat. Huru-hara yang terjadi merupakan suatu konsekuensi logis dari era orde
baru yang dianggap mengekang kebebasan berubah dalam era reformasi yang
gilirannya masa euphoria akan berakhir sendiri dan masyarakat akan kembali
Disisi lain, bila kita perhatikan sebenarnya gejolak di masyarakat ini sudah
kota menjadi semacam santapan rutin. Sayangnya adanya sikap ‘excuse’ ini
membuat kerusuhan ini hanya dilihat sebagai suatu bentuk kenakalan remaja yang
Yang jelas gejolak yang terjadi di masyarakat kita baik dalam bentuk
perkelahian pelajar, tawuran antar kampong di Jakarta dan antar desa di beberapa
air dan lainnya, merupakan suatu rangkaian proses perubahan destruktif serius
yang sedang terjadi pada kita sebagai bangsa. Yang berbeda hanyalah tampilan
destruktif.
14
pada suatu organisasi, kelompok atau masyarakat, saat ini cenderung lebih
bukan berpikir proaktif apalagi antisipasif. Keterjebakan ini disebabkan kita masih
melihat secara keliru dan berpikir secara linear atau “kacamata kuda”. Kita lebih
sibuk mengatasi perilaku yang negatif oleh seseorang atau sekelompok orang,
bahkan perilaku bangsa dengan melihat secara terkotak-kotak dan tidak melihat
perilaku yang negatif dari orang-orang atau kelompok masyarakat itu akan
kea rah yang semakin negatif pada masyarakat bahkan pada kita sebagai bangsa.
akademis dan bahkan memasuki sebagian institusi agama yang mestinya mampu
menjadi benteng yang akan membuat bangsa ini bergerak kea rah yang positif.
Gelar akademis baik doctor ataupun professor, bahkan ‘jabatan’ sebagai pemuka
agama pun tidak lagi bisa memberikan jaminan. Akhirnya kita kembali harus
melihat pada siapa manusianya, bukan pada apa profesi, jabatan, jenjang
seksama, hal yang sama, berupa turbulensi internal juga terjadi pada paling tidak
15
para elit pemerintah Amerika Serikat saat ini. Contoh yang paling jelas dan masih
segar dalam ingatan kita sikap negara adikuasa Amerika Serikat dengan dibantu
sebagian kecil negara lain melakukan invasi ke Irak tanpa persetujuan PBB.
Invansi yang ‘bar-bar’, tindakan terorisme dari negara adikuasa pada banyak
yang radikal berupa terorisme yang “mewabah” di banyak negara. Kiranya masih
banyak lagi contoh-contoh perubahan perilaku yang begitu radikal dan mendasar
yang bergerak ke arah yang negatif yang menggambarkan penurunan kualitas kita
sebagai manusia yang berada, terjadi di penghujung abad ke-20 dan masih
merupakan akibat maka penyebabnya adalah sesuatu yang merupakan sisi lunak
(the soft side) dari manusia. Sisi lunak yang menjadi sumber perilaku manusia ini
bekerja dengan membangun pola pikir (mindset) yang akan mengantar munculnya
perilaku tertentu pada manusia. Sisi lunak ini dalam spiral dynamics atau levels of
paling dalam yang ada pada manusia yang menjadi dasar berkembangnya
eksternal yang dihadapi yang pada gilirannya akan membentuk pola pikir tertentu
MEME SYSTEMS
Genetika adalah unit-unit informasi pada tubuh kita yang terbentuk secara alamiah
dari kontribusi genetika orang tua kita dan merupakan warisan. Di sisi lain memes
‘dilahirkan’ saat sistem saraf kita bereaksi terhadap suatu pengalaman. Jadi
memes adalah unit-unit informasi dari akumulasi pengalaman yang secara sadar
kita perleh berupa berbagai makna yang direkam dalam memori kita dan akan
membentuk pikiran kita yang disebut juga sebagai perangkat. Neurobiology dan
menurun dari generasi ke generasi, terhadap berbagai artifak sosial, dan juga
berbagai symbol sebagai cerminan dari nilai-nilai yang kuat yang menjadi perekat
suatu masyarakat. Sebuah meme dapat dianalogikan seperti virus intektual yang
mampu memperbanyak dirinya sendiri yang kita bisa lihat misalnya dalam gaya/
masyarakat.
Big MEMEi disebut sebagai ‘a kind of wave like meta meme’ suatu
gabungan beberapa sistem atau ‘’value memes’ (MEME) yang bertindak sebagai
dari DNA psiko sosial kita yang bertindak sebagai kekuatan magnetic yang
pikiran-pikiran. ‘MEMEs’ juga bersifat vital karena dia dapat mencapai berbagai
kelompok orang untuk membentuk pola pikir dari kelompok –kelompok tersebut.
‘MEMEs’ adalah asam amino dari ‘DNA’ psikologis sosial kita yang
bertindak seperti kekuatan magnetis yang mengikat dan menyatukan memes yang
akhirnya membentuk suatu pikiran atau pola pikir tertentu. ‘MEME begitu vital
pola pikir baru.’MEMEs merupakan sesuatu yang begitu penting (linchpins) dari
bagaimana personalitas kita dan sekaligus menentukan pola hubungan kita dengan
orang lain dan bahkan akan menentukan apakah kita menjadi orang yang mudah
memperoleh kebahagiaan ataukah kita menjadi orang yang sering merasa hampa
thinking), sistem nilai, berbagai format politik, dan cara pandang dunia mengenai
peradaban ataupun membangun suatu tren secara global. Oleh karenanya Spiral
yang menggambarkan suatu perpaduan yang tidak statis (moving blend) dari
tersebut. Bagi setiap orang, ‘MEMEs merupakan tiang utama bagi personalitas
kita, dan menentukan gaya bagaimana kita membangun hubungan dengan orang
lain dan juga menentukan kita dalam memberi makna terhadap suatu pengalaman/
peristiwa yang kita alami. Sejauh mana pemberian makna ini begitu penting,
akan menjadi apa kita hari ini dan esok, tetapi makna
dia akan menetap/ tidak berubah. Sebaliknya pola pikir atau sistem dalam
pengambilan keputusan ditentukan oleh ‘MEMEs terjadi jauh lebih cepat, tidak
dapat dilihat sebagai suatu archetype dan sering kali dipahami secara keliru
sebagai tipologi manusia. Perlu dipahami konflik pada MEMEs akan membuat
masalah pada individu itu sendiri, tidak berfungsinya suatu keluarga, bencana bagi
19
perilaku manusia.
(positif) ataupun tidak sehat (negatif) bagi dirinya ataupun orang lain.
4. Setiap “MEME adalah suatu struktur berpikir yang berdiri sendiri dan
berbeda, tidak hanya berupa suatu kumpulan gagasan (set of ideas), nilai-
5. Ia dapat redup dan bersinar (bright) saat berbagai kondisi kehidupan (life
BAB 3
antisipatif bukan hanya proaktif apalagi reaktif untuk berubah secara cepat dan
tepat. Bahkan pada umumnya tuntutan perubahan pun tidak cukup hanya berupa
atau situasi yang berubah, termasuk menyalahkan globalisasi yang sedang terjadi.
semangat belajar dan menjadikan belajar adalah bagian dari hidupnya. Disamping
itu, harus juga dipenuhinya tuntuan untuk mampu menjawab pertanyaan to lean
how to learn, how to unlearn, and hot to re learn. Jawaban atas pertanyaan ini
yang berdaya saing tinggi adalah dengan menjawab tantangan howthe brain learn
best.
bisa bertahan hidup (survival skill) baik untuk individu, organisasi, ataupun suatu
masyarakat bahkan bangsa sekalipun, “learning is the only survival skill today in
global competition” Perubahan pada diri seseorang sebagai hasil dari suatu
proses pembelajaran akan terlihat dari adanya perubahan perilakunya. Untuk itu
perilaku pembelajaran akan berjalan baik dan berhasil bila seseorang telah
dimiliki seseorang yang harus tampil dalam perilakunya yang menjadi lebih
kompetitif /baik dari sebelumnya. Bila kemampuan ini tidak dimiliki maka cepat
atau lambat akan mengancam eksistensinya. Kekurangan ini bisa terjadi karena
puncak Mahakarya dari Tuhan YME. Tidak ada ciptaanNya di dunia ini yang
melebihi kehebatan otak manusia ini. Padangan semual bahwa sistem ruang
angkasa yang dianggap sebagai puncak dari Mahakarya Tuhan YME ternyata bila
apa-apanya ciptaan yang luar biasa ini ada di kepala kita masing-masing, suatu
potensi luar biasa yang relatif tidak terbatas the great potential inside.
Kecerdasan Manusia
Pada tidak sejak perang dunia II lalu kita hanya mengenal secara luas adanya dan
dengan sebuah tes inteligensia (IQ tes) dengan ukuran kuantitatif sebagai berikut.
average) dengan angka IQ 110-119, cerdas dengan angka IQ 120-129, dan jenius
dengan angka IQ 130 keatas. Sejak ditemukan alat ukur ini IQ digunakan sebagai
ukuran untuk ‘melihat; masa depan seseorang dalam kariernya. Makin tinggi IQ-
nya makin cemerlang masa depannya dan sebaliknya. Memasuki decade 90-an
paling tidak dua tonggak besar yang mengoreksi posisi dan peran strategis dari
IQ.
telah ‘mengakhir dominasi’ IQ. Penelitian yang dilakukan para pakar dari
beberapa negara maju pada decade 90-an memang menunjukkan bahwa peran
kecerdasan yang berada pada limbic system (EQ dan SQ) dari otak manusia
keberhasilan hidup dan karier seseorang. Dari porsi kontribusi 80% dari EQ dan
minimal 38% terhadap keberhasilan hidup atau karier seseorang. Makna minimal
dalam kontribusi EQ dan SQ artinya masih dapat lebih besar lagi sedangkan
makna maksimal dan kontribusi IQ artinya dapat lebih rendah dari itu. Karenanya
24
setiap leader dalam abad otak dan millennium pikiran ini dituntut memiliki SQ
yang tinggi.
kecerdasan manusia. Artinya tidak terbatas pada tiga kecerdasan tersebut diatas.
Memasuki abad ke-21 ini bertambah lagi paling tidak dua pemahaman
why and how human system change” Gambaran kecerdasan yang dikemukakan
kita, baik swasta nasional maupun BUMN, bahkan juga dibeberapa lembaga/
memiliki pola pikir yang kompetitif merupakan masalah yang dihadapi mereka.
Dari observasi terhadap lembaga politik dan birokrasi kita kiranya kesimpulan
Ganjalan utamnya justru pada mental model yang saya sebut dengan
mental “the black kambing” atau mental “kerusakan bukan pada pesawat TV
25
saya” atau “mental mungkir” (denaying). Rizal Nurdin yang kebetulan Gubernur
Sumatera Utara juga menemukan indikasi kuat bahwa permasalahan utama dari
para pemimpin dari kebanyakan para elit politik dan jajaran birokrasi di
daerahnya adalah pada sikap mental yang belum menunjukkan sikap mental
sebagai pemimpin.
Berubah pada dasarnya adalah menerima sesuatu yang baru ataupun yang berbeda
dengan apa yang sudah ada “dikepala” kita dan terlihat pada perubahan pola pikir
yang pada gilirannya terlihat dalam perilaku kita. Bahkan berubah sebenarnya
mengganti yang sudah ada “di kepala” kita dengan sesuatu yang baru, yaitu
menyatu dengan diri kita atau disebut kebiasaan. Suatu proses “menghapus”
neural path –way lama (unlearning process) dan menggantinya dengan neural
Sebenarnya perilaku kita sehari-hari adalah refleksi dari pola pikir kita.
inilah yang mengendalikan dan membuat kita mampu melakukan kebiasaan kita
tanpa harus memikirkannya terlebih dahulu. Semua program yang ada diotak kita
kita bangun tanpa kita sadari. Sekali program tertentu sudah terbentuk maka
perilaku kita akan tampil sesuai dengan program tersebut yang disebut kebiasaan.
26
Semakin kuat program dimaksud semakin kuat tampil dalam perilaku kita yang
berubah menjadi lebih baik atau lebih meningkat sesuatunya dari sebelumnya.
Setiap pemimpin harus selalu mampu berubah menjadi lebih baik dari sebelumnya
tanggungjawabnya dapat dilaksanakan dengan baik. Untuk itu dia dituntut untuk
selalu menjadikan pembelajaran sebagai bagian dari sikap mental/ pola pikir dan
sendiri berupa kerja keras melalui berbagai upaya yang harus dilakukan. Karena
proses pembelajaran adalah proses perubahan, kita bukan hanya dituntut kerja
keras tetapi juga dituntut untuk mau dan siap menghadapi resiko dalam proses
Bahkan kita sudah cukup akrab dengan pernyataan seperti “life is learning
proses”. Agama Islam mengajarkan lebih jauh lagi melalui Hadist Nabi
Muhammad SAW “Belajarlah kamu sejak dari buaian hingga ke liang lahat”. Dari
sini kita bisa menarik kesimpulan bahwa pembelajaran merupakan sesuatu yang
penting yang harus menjadi bagian dari perilaku kita selama hidup. Suatu amana
yang diberikan sang pencipta kita melalui titipNya di otak kita yang disebut
MENTAL PEMBELAJARAN
Mental pembelajaran merupakan suatu proses yang tidak terlihat yang terjadi pada
otak kita. Proses membangun mental pembelajaran melibatkan dua bagian otak
yaitu rasional dan otak emosional. Dalam proses ini otak emosional justru sangat
membangun mental pembelajaran ini begitu sederhana dan mudah bagi seseorang
tetapi sebaliknya justru bisa saja menjadi begitu sulit bagi orang lain. Proses ini
terdiri atas tiga tahapan. Pertama, tahapan membangun penyadaran diri (self
awarness), tahapan kedua adalah membangun dorongan diri (self acceptance) dan
improvement). Ketiga tahapan ini terjadi begitu cepat dalam otak kita dalam
PERILAKU PEMBELAJARAN
harus dimiliki oleh setiap pemimpin bahkan juga oleh setiap orang. Tanpa adanya
dari proses pembelajaran dan merupakan tindak lanjut setelah kita berhasil dan
BAB 4
Bila kita mengkaji perubahan lingkungan eksternal ini pada lingkup suatu
organisasi/ institusi kita akan melihat bahwa cara-cara mengelola manusia pada
saat ini berbeda dengan paling tidak sepuluh tahun lalu. Para atasan dalam
organisas harus mampu mengubah pola pikir (itangible) dan harus terlihat dalam
kalau ingin menjadi “atasan” yang berhasil. Untuk itu kemampuan mengelola
“bawahan” yang hanya bersandarkan pada otoritas atau wewenangan formal saja
(formal authority) jauh dari cukup. Mereka harus mampu membuat otoritasnya
diterima oleh otak emosional (limbic system) bukan hanya oleh otak rasional
(neocortex) dari para “bawahannya” sehingga dia diterima baik secara formal
berdasarkan ketentuan organisasi yang ada maupun juga secara personal dari
spiritually acceptend). Hal ini hanya bisa dilakukan bila para atasan tersebut
begitu mendasar yang tidak terbayangkan akan terjadi pada paling tidak sepuluh
29
tahun lalu. Dari berbagai bentuk perilaku “pembangkangan” yang terjadi dari para
hilangnya rasa hormat dan/ atau rasa percaya dari para “bawahan” terhadap
“atasan” mereka. Mereka tidak “takut” lagi terhadap peraturan yang berlaku,
mereka lebih melihat pada “siapa” atasnya ketimbang ‘apa” yang diucapkan oleh
atasannya tersebut.
begitu jelas yang saya sebut sebagai the singer not the song syndrome, yaitu
mengandalkan pada “lagu” ang mereka “nyanyikan” pasti akan didengar oleh para
lagu yang dinyanyikan oleh penyanyi yang mereka cintai. Karenanya para
membangun rasa percaya (trust) dari para “bawahan”, sekaligus juga mampu
membangun rasa hormat (respect) mereka pada atasan tersebut. Kedua tuntutan
itulah yang merupakan tantangan untuk setiap leader di abad otak dan millennium
pikiran ini. Artinya leaders pada awal abad ke 21 ini adalah orang atau para atasan
yang mampu membuat para “bawahannnya” trust dan sekaligus respect padanya.
30
Perbedaan antara leader dengan managers yang bila kita ringkas akan
Leadership Management
(Doing the right things) (Doing things right)
manager harus melakukan tugas pekerjaan yang diberikan oleh orang atau otoritas
yang lebih tinggi dan dia harus melakukannya sesuai dengan aturan main yang
juga diberikan padanya. Jadi, asalkan dia sudah melakukan tugas/ pekerjaan
sesuai dengan ketentuan yang ada, seandainya hasilnya belum seperti yang
diharapkan, dia praktis tidak akan disalahkan atau paling tidak dia tidak merasa
seorang manager bekerja berdasarkan tatanan atau aturan yang ada sebagai
batasan, dan disebut sebagai berorientasi pada aturan (rules and regulation
oriented). Dengan kata lain, asalkan dia sudah bekerja sesuai aturan yang ada tapi
hasil akhirnya belum seperti yang diharapkan bukan menjadi tanggung jawabnya.
31
Perbedaan antara manager dengan leader ini dapat juga dilihat dari sisi
berikut ini.
Management Leadership
Dari perbedaan tersebut kita dapat melihat dengan jelas adanya tuntutan
faktor intangible yaitu sisi lunak dari manusianya (the soft side) yang berbeda dan
(tangible) antara manager dengan leader. Jadi bukan sekadar perbedaan dalam
(leader) seperti satu mata uang dengan dua sisi. Berbicara perubahan dari suatu
suatu organisasi hanya mungkin terjadi dan dilakukan oleh seorang leader
pemimpin. Tanpa leader tidak akan ada perubahan. Singkatnya dikatakan bahwa
dengan baik bila juga melibatkan peran manager karena tugas manager adalah
32
managing change. Tanpa adanya peran manager maka proses perubahan yang
dilakukan oleh seorang leader dapat menjadi kurang tertata dengan baik. Jadi
yang dihadapinya dalam situasi turbulensi dewasa ini. Tuntutan pada saat ini
adalah setiap manager harus juga mampu berperan sebagai leader atau sebaliknya
Menjelang akhir decade 90-an kita memasuki era persaingan yang disebut era
dibandingkan dengan situasi persaingan saat kita memasuki awal decade 90-an.
Bahkan di awal abad ke 21 ini situasi persaingan dalam globalisasi meningkat lagi
yang disebut cut throat competition. Persaingan “gorok leher” ini akan
Sekali kita berada dalam kelompok korban, kita akan begitu sulit untuk
bisa melepaskan diri dari posisi ini. Mereka-mereka yang menjadi pemenang akan
terus berusaha menempatkan para korbannya dalam posisi seperti itu agar dapat
Suatu situasi yang begitu berbeda dengan persaingan masa lalu yang
menampilkan kelompok pemenang (the winner) dan pecundang (the loser) yang
33
dapat berganti posisi relatif lebih mudah. Dengan demikian apa yang disebut
sebagai copetition sudah tidak berlaku lagi. Paling tidak kalaupun terjadi lebih
Dari perbedaan tuntutan peran antara manager dengan leader dapat dikatakan
pada pertimbangan aturan serta berbagai sistem yang semuanya bersifat formal
dan terutama SQ, baru IQ. Pada konsep masa lalu perbedaan ini dalam penjelasan
yang sederhana sebagai perbedaan seorang manager yang lebih berorientasi pada
tugas (task oriented) ataukah berorientasi pada manusia yang menjalankan tugas
Dari Menjadi
Bertumpu pada neocortex (otak rasional) Bertumpu pada limbic system (otak
emosional)
menempatkan sisi lunak (soft side) manusia menjadi semakin penting dan semakin
dalam yaitu tidak sekadar dari sisi psikologis tetapi justru dari sisi otak dan
kompetitif berkelanjutan.
Kita bisa melihat dengan lebih jelas rangkaian kait mengkait mengenai
tersebut dengan leadernya. Kualitas suatu organisasi apa pun dari berbagai skala
dan bentuk ditentukan atau berbading lurus dengan kualitas leadernya. Artinya
kalau kita ingin mengetahui bagaimana kualitas suatu organisasi, lihatlah kualitas
satunya. Apakah orang nomor satunya tersebut seorang manager, leader ataukah
pengendalian dan optimalisasi serta peningkatan rasa dan perasaan ini merupakan
Kualitas seorang leader dalam suatu organisasi ditentukan oleh perpaduan antara
suatu tim (team work skill), dan kualitas kecerdasannya. Kualitas kecerdasan
merupakan gabungan dari tiga kecerdasan yaitu kecerdasan intelektual yang ada
pada neocortex, dan kecerdasan emosional serta kecerdasan spiritual yang ada
pada limbic system. Induk dari kecerdasan ini kecerdasan spiritual yang akan
intelligence.
ditampilkan dalam perilaku oleh leaders dalam berinteraksi dengan orang lain
principles) dan lainnya yang akan membuat orang lain merasa respek atau
sebaliknya. Sebenarnya dalam situasi yang gonjang ganjing di era global ini,
tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi sangat dibutuhkan baik oleh manager
ataupun leader sebagai individu dengan tetap danya perbedaan sesuai dengan
yang tinggi akan membuat mereka menjadi orang-orang yang memiliki daya tahan
yang tinggi terhadap stress ataupun depresi, gigih, tidak mudah menyerah
(persistent) dan memiliki kemampuan tinggi untuk bertahan hidup yang pada
seseorang yang menyebabkan mengapa perilaku seorang leader dan non leader
berbeda. Bahkan di antara leader sendiri bisa saja berbeda yang disebabkan
adanya perbedaan dalam perpaduan dari brain streght, secondary streght, dan
preferensi dominasi otak yang sama sebagai leader yang membuat mereka
memiliki beberapa perilaku utama yang sama yang memang membuat mereka
menggembirakan bahwa preferensi dominasi otak ini dapat dikembangkan. Hal ini
sejalan dengan sifat plastis dari otak manusia. Kesimpulan ini didukung oleh
manager menjadi leader sejauh preferensi yang harus dirubah tidak termasuk
preferensi yang bersifat resistensi. Untuk itu orang yang bersangkutan harus
membutuhkan waktu sekitar 4- 6 bulan dimana hasilnya mulai terlihat dan harus
dilanjutkan terus selama paling tidak sampai dengan satu tahun. Setelah itu maka
proses perubahan yang bila dianalogikan seperti bola salju, dia sudah mampu
bergulir sendiri dan semakin kuat asakan jangan “diganggu” dengan kembali
seorang leader harus memiliki brain strengths pada kuadran otak D-nya, dan
sebaliknya bagi manager dituntut harus memiliki brain strengths pada kuadran
otak B-nya.
38
BAB 5
Bab ini akan dibahas mengenai kualitas leader dengan fokus pada peranan
sentral dari kualitas atau tingkat kematangan spiritual yang tinggi. Sekaligus
kecerdasan spiritual yang tinggi akan terlihat dalam tampilan perilaku yang
seseorang yang memiliki prinsip yang kuat atau orang berkarakter dan mampu
Hal ini sangat diperlukan karena tantangan utama dan yang paling penting
yang dihadapi seseorang pemimpin adalah tantangan dalam menghadapi era daya
saing kecerdasan yang menyangkut keyakinan dan makna (belief and meaning)
yang sering kali tampil dalam bentuk pilihan yang menuntut ketegaran dan
sering kali muncul dalam bentuk konflik nilai-nilai yang harus dihadapi setiap
dalam bisnis sudah bukan sesuatu yang aneh lagi, bahkan kalau perlu dengan
antar negara dalam globalisasi, khususnya upaya negara industri maju pada
39
standar gandanya (double standard) dalam menentukan yang benar/ salah dan
Untuk itulah pemimpin harus merupakan sosok yang tangguh, sosok yang
berkarakter, yang untuk itu harus memiliki posisi spiritual capital dan sejalan
dengan jenjang’DNA’ psikologis sosialnya yang tinggi. Dia tidak hanya dituntut
mampu melihat dan memahami akar permasalahan dengan tepat dari kompleksitas
spiritual yang baik. Kecerdasan spiritual yang baik yang dapat dilihat dari posisi
jenjang spiritual capitalnya yang tinggi atau jenjang ‘DNA’ psikologis sosialnya
yang berkualitas akan menentukan sejauh mana dia mampu menjadi pemimpin
yang super yang memberi manfaat pada organsasi, masyarakat, bangsa, dan
bahkan dunia (Super leader). Suatu tantangan pada kualitasnya sebagai manusia.
Dalam memberi makna terhadap hidup dan kehidupan. Hanya pemimpin superlah
yang akan mampu memberikan nilai tambah pada hidup dan kehidupan organisasi
KAPITALISME
masyarakat dunia yang sangat diwarnai oleh kapitalisme dari negara-negara yang
secara ekonomi tergolong negara maju. Perhitungan untung rugi secara material
40
sangat diwarnai oleh keserakahan yang luar biasa, mau enak sendiri, dan lain
sebagainya. Hal ini semakin membuat jurang negara maju (kaya) dengan negara
berkembang (miskin) semakin besar. Hal ini terefleksi juga pada sebagian besar
Era Global adalah Era Krisis Makna. Pencarian makna dalam begitu
maju, merupakan bukti. Tidak banyak lagi orang, bahkan dalam dunia pendidikan
Apakah hidup itu? Apa arti pekerjaan bagiku ? Apa maknanya bahwa saya akan
mati suatu saat dan pasti ? Kita tidak buta warna, tetapi banyak dari kita buta
makna.
Kita tidak tahu lagi apa yang sebenarnya kita butuhkan karena semuanya
atau dunia barat pada umumnya yang menempatkan kepentingan ekonomi sebagai
prioritas utama. Hal yang sama juga terjadi pada sebagian besar negara
meluasnya peredaran narkoba, dan masih banyak lagi yang semuanya terjadi
sama banyak terjadi dalam suatu negara atau pada suatu bangsa.
BAGAIMANA DI INDONESIA
Di Indonesia hal ini kita rasakan dengan adanya cukup banyak kalau tidak mau
dikatakan sebagai LSM yang bersuara lantang sebagai pahlawan yang membela
nasib rakyat. Predikat “Pahlawan” yang bukan tidak mungkin juga merupakan
bagian dari strategi besar yang dilakukan oleh dan demi keuntungan negara
adidaya tertentu atau kelompok kepentingan lain di luar negeri. Kegiatan mereka
membangun tabel persis seperti yang dijelaskan oleh John Perkins, sebagai
demokrasi, pahlawan HAM, dan berbagai issues lainnya dengan berbagai label
yang mendapat alirn dana dari luar negeri. Mereka mau melakukan hal tersebut
akan membela kepentingan rakyat banyak, demi keadilan, demi demokrasi, dan
Kita tahu bagaimana kerja keras dari LSM seperti ini untuk memperlemah
untuk kepentingan beberapa negara industri maju. Di sisi lain para “pahlawan” ini
tidak bersuara saat kita dicurangi dalam referendum Timor Timur, misalnya,
Mereka menjadi diam saja bahkan terlihat acuh tak acuh bila negara industri maju
banyak negara Amerika Latin yang justru ditaktor, penggunaan standar ganda, dan
negara lain, tetapi sebagian besar seperti itu. Bagaimana pula dengan terkuaknya
pangkalan militer atau lainnya di beberapa negara Eropa dan diduga juga di Asia
43
untuk penjara yang dioperasikan oleh CIA. Hal ini jelas-jelas melanggara
Kita harus menyadari bahwa pada dasarnya manusia adalah mahluk spiritual
dari kita tanpa sadar telah menjalani hidup tanpa tahu dan mampu menjawab
tidak salah bila banyak dari mereka menjadi frustasi, terkena stress ataupun
depresi dalam menjalani hidup dan kehidupannya. Mereka mencari sesuatu dalam
hidup yang mereka sendiri tidak tahu apa yang mereka cari. Mereka hanya
merasakan ada ‘sesuatu’ yang hilang padahal begitu penting dalam kehidupan
mereka. Banyak dari kita membiarkan diri kita dikendalikan oleh berbagai
motivasi rendahan seperti kerakusan dan kemarahan. Kita melukai banyak orang
dan tanpa sadar kita melukai diri sendiri. Seirngkali hal ini terjadi karena kita
telah melakukan pilihan yang keliru dalam hidup kita tetapi tidak banyak dari kita
yang secara sengaja melakukan pilihan tersebut. Pada umumnya karena kita tidak
atau belum menyadarinya telah melakukan pilihan yang keliru ataupun yang
menyakitkan orang banyak bahkan merusak alam sekitar yang pada gilirannya
Karenanya tidak salah bila Era Global ini disebut sebagai Era Krisis Nilai-
nilai ataupun Era Krisis Makna. Tidak sedikit kelompok masyarakat berusaha
mencari ‘pegangan’ hidup dengan bergabung pada berbagai sekte atau berbagai
44
aliran tertentu dari banyak pemeluk hampir semua agama besar di dunia pada saat
ini. Kita lihat di Indonesia, tidak kurang melibatkan juga dunia artis, pejabat,
kaum intelektual dan sebagainya yang merasakan adanya kebutuhan yang begitu
penting yang belum diperolehnya dalam hidup. Kebutuhan yang mampu membuat
hidup dan kehidupannya lebih tenang, damai dan bahagia. Tidak ada pegangan
dalam hidup yang dialami oleh sebagian masyarakat saat ini memberikan dampak
berupa beban yang dirasakan begitu berat yang salah satunya adalah
pemahaman yang menyatu dalam diri kita untuk dapat membedakan sesuatu yang
kebenaran/ kejujuran, merasakan keindahan dari hati yang dalam dan rasa welas
asih terhadap sesama yang merupakan sumber dari simpati dan empati. Karenanya
tidak salah bila kecerdasan spiritual juga disebut sebagai kecerdasan dalam jiwa
kita (soul intelligence) yang menyatu dalam diri kita (embodied) muncul dalam
kita sehingga dapat dioperasionalkan dan menjadi dasar dalam gerak dan langkah
45
hidup dan kehidupan kita. Bila spiritual capital kita rendah kualitasnya maka akan
rendah pula motivasi dasar yang akan merefleksikan rendahnya kualitas hidup dan
kehidupan kita sebagai mahluk ciptaan Tuhan yang paling mulia di muka bumi
ini. Hal ini menggambarkan rendahnya tingkat kecerdasan spiritual kita. Spiritual
capital secara operasional berupa individual belief kita baik berupa belief dasar
(global belief) yang paling dalam (conviction), didukung oleh beliefs yang berupa
guiding principles (value), ataupun beliefs yang paling operasional yaitu if then
beliefs individual rules atau dalam konteks budaya organisasi disebut juga norma-
sekaligus merefleksikan sejauh mana seseorang menghayati makna dan arti hidup
dan kehidupan yang akan terlihat pada kualitas tujuan hidupnya (life goals)
Kualitas modal spiritual akan menentukan sejauh mana kita bisa mencapai
terhadap apa yang kita capai ataupun peroleh, bukanya justra kehampaan
(emptiness). Dalam agama Islam disebut sebagai memperoleh berkah dan ridha
dari Allah SWT atau apa yang kita kerja dan capai dalam hidup kita. Dengan
kualitas modal spiritual yang tinggi kita akan mampu mensyukuri semua berkah
dan rezeki yang kita terima berapa besar pun tanpa kita lupa diri atau menjadi
sombong. Juga dengan modal spiritual yang tinggi kita mampu bersabar dalam
menerima atau menghadapi sesuatu yang tidak kita harapkan sehingga kita tidak
membuat diri kita tertekan secara mental atau kejiwaan. Semuanya bisa kita capai
46
karena kita mampu melakukan ataupun menerima sesuatu yang tidak kita
inginkan sekalipun dengan tetap bersabar dan rasa ikhlas. Kualitas spiritual capital
ini dapat dijelaskan secara praktis sebagai kualitas berarti dia memiliki modal
spiritual yang baik yang artinya memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang baik
atau sebaliknya.
Kita akan tahu mau ke mana hidup kita dan mengapa demikian. Kita
mampu memberi makna terhadap arti hidup dan kehidupan sebagai mahluk paling
mulia ciptaan Tuhan di planet ini. Kualitas modal spiritual inilah yang akan
membuat kita sebagai manusia menjadi lebih mulia dari malaikat ataupun
sebaliknya menjadi lebih hina dari hewan. Kehadiran kita memberikan nilai
tambah pada hidup dan kehidupan sekeliling kita termasuk diri kita ataukah
sebaliknya, semuanya ditentukan oleh sejauh mana kualitas modal spiritual kita.
Motivasi yang timbul dari modal spiritual yang berkualitas tergambarkan pada
niat atau nawaitu yang menjadi pendorong untuk melakukan suatu kegiatan
Intelectual/ Human capital dan tidak juga didasarkan oleh social capital.
Seorang ibu Theresia mau berbuat dan mengabdikan dirinya untuk kaum
kecerdasan spiritual dengan modal spiritualnya yang mampu membuat hidup dan
kehidupan orang lain (banyak) di India berubah menjadi lebih baik tanpa harus
merugikan pihak lain. Bagi Anda yang beragama Islam, panduan utama mengenai
bagaimana tampilan perilaku seseorang yang seharusnya agar menjadi orang yang
memiliki kecerdasan spiritual yang tinggi atau berakhlak mulia sangat jelas yaitu
47
yang disebut sebagai manusia yang ikhlas dan rendah hati (tawadu’) yang mampu
nilai tambah yang dilakukan dengan jujur dan tulus bagi peningkatan kualitas
hidup dan kehidupan orang banyak, bahkan alam semesta. Dalam Islam lebih jauh
tetangga, sanak saudara, selanjutnya pada masyarakat bahkan bangsa dan negara
serta juga dunia. Oleh karenanya bagi umat Islam tidak hanya diperintahkan untuk
melakukan sholat lima waktu tetapi diperintahkan untuk menegakkan sholat. Saya
ritual tetapi harus menyatu dan tampil dalam perilaku kita sehari-hari (embodied)
yang sudah menjadi neural path way yang akan memberikan kita ketenangan dan
menjadi manusia yang rahmatan lil alamin tersebut. Dalam Al Qur’an juga
“Sungguh aku ini adalah Allah, tidak Tuhan selain Aku, maka sembahlah
aku dan dirikanlah sholat untuk mengingat Aku” (QS Thaha 20:14)
Akan datang satu masa atas manusia, mereka melakukan shalat namun
pada hakikatnya mereka tidak shalat”
48
Sebagai manusia yang menjadi rakhmatan lil alamin artinya dia pun
dengan melakukan hal tersebut. Dia akan memperoleh fulfillment dalam hidupnya,
kebahagian bukan sekadar kesenangan atas apa yang dicapainya, yaitu mendapat
Bagi suatu organisasi, modal spiritual tercermin dari apa yang menjadi
keyakinan organisasi tersebut, untuk apa organisasi tersebut eksis, apa yang begitu
penting yang harus dicapai oleh organisasi, dan apa yang menjadi tanggung jawab
akan tertuang dalam misi organisasi yang menjadi dasar dan acuan dalam
menjawab mengapa dan untuk apa organisasi tersebut eksis. Jawaban atas
pertanyaan ini harus benar-benar jawaban yang menjadi keyakinan yang begitu
kuat dan menjadi komitmen bersama, suatu komitmen spiritual. Secara populer
rekan saya Sdr. Nono Kadiono S. Psy membedakan beberapa kualitas komitmen
dari yang paling rendah yaitu komitmen politik, komitmen rasional, hingga
komitmen emosional dan paling tinggi adalah komitmen spiritual. Bapak Giri S.
Kajian dari spiral dynamics mengenai motivasi ini menjelaskan bahwa setiap
termasuk juga motivatornya. Motif dasar ini yang mereflesikan kebutuhan dasar
melakukan sesuatu’.
bahwa Pemimpin adalah seseorang yang memiliki leadership mastery yang hebat.
yang tentunya sangat ditentukan oleh mashab yang dipergunakan, pendekatan dan
dicapainya berupa dia memahami apa yang harus dilakukannya agar berhasil dan
dia tahu apa yang dibutuhkannya untuk bisa berhasil. Dengan demikian bila salah
satu tidak dimiliki maka kepemimpinannya menjadi tidak efektif. Bila seorang
menampilkan kinerja yang seharusnya sama dengan pemimpin yang berbakat dan
berkarakter tetapi tidak tahu apa yang dibutuhkannya untuk bisa menampilkan
kinerja yang seharusnya maka dia akan mampu mencapai sasaran namun hanya
jangka pendek saja. Karenanya untuk memahami atribut kepemimpinan ini kita
paling tidak harus mampu memahami siapa pemimpin itu, kemampuan apa yang
harus dimilikinya, dan apa yang harus dilakukan seorang pemimpin. Pertanyaan
ini begitu mendasar dan sangat strategis bila kita berbicara mengenai pemimpin
PEMIMPIN SUPER
dirinya sendiri atau menjadi orang yang memiliki self mastery yang baik. Dia juga
berusaha memberikan yang terbaik serta mampu memberi makna terhadap tugas,
pekerjaan dan tanggung jawab serta peran dari para pengikutnya yang juga akan
sasaran pekerjaan yang terbaik. Hal ini dilakukannya antara lain dengan
memberikan rekognisi terhadap eksistensi, peran dan hasil kerja para pengikutnya.
Dengan demikian, orang-orang ini akan memiliki kemauan dan kemampuan untuk
baik menjadi hebat. Menunjukkan keteguhan hati untuk melakukan hal-hal yang
diperlukan untuk mencapai hasil terbaik dalam jangka panjang seberapa pun
yang buruk, tidak pernah menyalahkan orang lain, faktor-faktor eksternal nasib
buruk.
berangkat secara prinsipil pada standar yang istimewa, bukan pada karisma yang
pengganti demi keberhasilan yang lebih besar pada generasi berikutnya. Melihat
kesuksesan perusahaan pada orang lain atau faktor-faktor eksternal dan nasib
baik.
52
dan mantap. Dia adalah orang yang memiliki tujuan hidup yang jelas, keyakinan
dan nilai-nilai yang kuat dalam menjalani hidupnya. Dia adalah orang yang
mampu menjawab dengan tepat “kenapa dia melakukan apa yang dia lakukan”.
Hal ini hanya dapat dilakukan oleh orang-orang yang memiliki modal spiritual
yang tinggi atau berada pada jenjang kedelapan dari kelompok motivasi tingkat
tinggi yaitu motivasi pencerahan. Karenanya dia akan menjadi orang yang
memiliki dorongan diri yang sangat kuat dan tidak bisa dicegah untuk melakukan
Bahkan dia tidak akan ragu-ragu untuk memberhentikan saudara kandungnya agar
1. Mulai dengan “SIAPA” daripada melihat lebih pada “APA” artinya yang
lebih penting adalah melihat siapa manusianya dari sisi kualitas yang bila
menggunakan istilah rekan saya Prof. Dr. Martani Huseini adalah melihat
2. Memiliki orang yang tepat berarti kita tidak akan menghadapi masalah
bagaimana memotivasi dan mengelola mereka lagi. Mereka sudah tahu apa
Dengan kematangan dari sisi spiritual dan emosional yang memadai akan
3. Sebaliknya bila kita memiliki orang yang salah, kita tidak akan pernah
BAB 6
lain di kalangan TNI dikenal dengan 11 azas kepemimpinan TNI, Hasta Brata dari
lainnya namun sebagai masih belum dapat dijadikan acuan dalam berbicara
tantangan di era global khususnya saat kita memasuki awal abad ke 21 ini. Dalam
Padahal di sisi lain di barat sendiri telah menyadari kelebihan dari Timur dalam
aspek ini yang dikenal dengan slogan ‘go east’. Kalau Jepang mampu berbicara
dari kita.
Apa yang saya utarakan dalam bab ini lebih merupakan dorongan untuk
memacu kita semua untuk mulai melirik ke dalam diri bangsa kita untuk
kepemimpinan secara umum. Masukan yang saya sampaikan ini tidak dilakukan
melalui wawancara ataupun diskusi dengan beberapa orang yang dapat saya
55
‘kebetulan’ karena saya memperolehnya melalui suatu proses yang lebih sebagai
NILAI-NILAI
sumber dari individual beliefs dan valuesnya. Bila nilai-nilai adalah guiding
principles maka falsafah dapat dikatakan sebagai spirit atau jiwanya yang juga
beragama Islam terbesar di dunia, tentunya wajar bila agama Islam bagi sebagian
besar orang nilai-nilai inilah akan muncul pada sikap kita terhadap sesuatu dan
kita akan menentukan perilaku apa yang kita anggap benar atau salah. Hukuman
perilaku kelompoknya. Demikian juga tentunya bagi pemimpin yang lahir dan
besar di Indonesia.
56
PROSES PEMBELAJARAN
pembelajaran yang juga harus embodied yang artinya menjadi kebiasaan dalam
perilaku kita, dapat saya sampaikan yang berasal dari budaya Jawa yang disebut
Tiga N. Tiga N dimaksud adalah Niteni, Niruake, dan Nambahi yang juga
merupakan siklus.
Tahap ketiga atau terakhir dari siklus ini adalah Nambahi atau
apa yang telah kita kuasai dari proses sebelumnya yaitu Niroake tersebut. Dari
sini tersirat bahwa proses pembelajaran harus memenuhi urutan tertentu sebagai
membangun pola pikir yang harus tampil dalam perilaku konsisten dan gigih, ulet.
Indonesia ini terlalu singkat, sederhana, minimal dan terbatas. Hal ini disebabkan
karena memang bahasan ini tidak dimaksudkan sebagai kajian lengkap mengenai
Diharapkan bahasan ini dapat menjadi dorongan bagi kita semua untuk melakukan
57
penelitian lebih jauh dan menyeluruh serta lengkap mengenai pemimpin dan
kepemimpinan di Indonesia.
BAB 7
sekali dibahas, namun apa yang akan dibahas dalam bab ini adalah bagaimana
kualitas individual atau kualitas seorang pemimpin sebagai manusia yang akan
dilakukan dari sisi lunak terdalam pada manusia yaitu brainware self mastery
yang disebut juga brainware sel leadership. Program brainware self mastery
development ini telah diluncurkan sejak tahun 1997. Peningkatan dan pengkayaan
dihadapi dan kemajuan penelitian mengenai otak terkait dengan daya saing
orang lain kalau dia belum mampu menjadi pemimpin untuk dirinya sendiri.
Untuk bisa menjadi pemimpin terhadap dirinya sendiri atau tuan (master) dan
bukanya budak dari dirinya sendiri dia harus memiliki brainware self mastery.
Dia harus mampu mengendalikan dan memanfaatkan daya saing otak dan
pikirannya agar mampu tampil dengan perilaku yang berdaya saing tinggi
jenjang spiral mind pada lapis kedua dengan posisi ‘DNA’ psikologis sosialnya
58
berada minimal pada A’ –N’ (G-T) bahkan B’-O’ (H-U). Untuk itu langkah awal
yang paling penting adalah dengan membangun hubungan baik, positif dan
produktif dengan diri sendiri dengan memiliki intra personal skill yang baik.
Selanjutnya dia harus dan akan lebih mudah membangun hubungan baik dengan
(interpersonal skills).
membangun modal sosialnya yang harus berlandaskan niat baik (good faith/clean
Kualitas hubungan baik dengan diri sendiri kita akan menentukan atau
mewarnai kualitas hubungan baik kita dengan orang lain dengan orang lain atau
pada dirinya kalau dia sendri tidak percaya paad dirinya atau kalau dia kehilangan
self confidence. Hal ini dapat dianalogikan dengan seorang penjual yang
kurang/tidak yakin bahwa produk yang dijualnya berkualitas baik, mana mungkin
59
bisa meyakinkanorang lain bahwa produknya berkualitas baik. Atau seorang yang
tidak yakin atas gagasannya sendiri bagaimana mungkin dia mampu menyakinkan
dan membuat gagasannya diterima orang lain. Saat saya pertama kali terjun
gypsum ceiling untuk Rumah Sakit Pusat Pertamina di Kebayoran Baru, Jakarta
yang merupakan proyek pertama kami, rekan senior saya Ir. John Suraputra yang
seorang salesmen yang handal adalah kalau dia mampu meyakinkan calon
pembelinya bahwa warna barang yang ditawarkannya adalah hijau padahal warna
barang tersebut hitam. Untuk itu salesmen ini sebelumnya harus yakin bahwa
warna barang itu hijau bukan hitam. Intinya adalah kita tidak mungkin
meyakinkan orang lain mengenai sesuatu kalau kita sendiri tidak yakin.
disebabkan karena pola pikirnya sendiri. Dia lebih melihat dirinya dari sisi
dilihat adalah sisi kelebihannya saja. Dia lupa bahwa tidak ada manusia yang
semata. Dia harusnya mampu memaahami bahwa setiap orang memiliki kelebihan
disatu sisi (strengths) dan kekurangan disisi lain (non-strengths). Yang penting
Sebenarnya orang yang merasa rendah diri akan terlihat dengan hilangnya
kepercayaan pada kemampuan yang ada yang dimiliki oleh dirinya. Kalau kita
kaji lebih dalam, orang yang rendah diri sebenarnya di bawah sadar dia menjadi
orang yang tidak/belum mampu mensyukuri apa yang diperolehnya dari Tuhan
YME. Hal yang sama juga bila seseorang memiliki rasa percaya diri yang
berlebihan atau arogan. Rasa rendah diri dan arogansi ini sebenarnya seperti satu
mata uang dengan dua sisi. Arogansi adalah suatu sikap yang didasarkan pola
pikir bahwa untuk bisa merasa hebat atau besar hanyalah dengan cara
mengecilkan atau merendahkan orang lain. Baik rasa rendah diri maupun arogansi
sejajar dengan orang lain. Sejajar artinya dia mengakui adanya kelebihan dan
orang lain tanpa harus merasa kecil atau rendah diri karena memiliki kekurangan,
dan juga menyadari adanya kekurangan pada orang lain dibandingkan dirinya
tanpa harus membuatnya merasa lebih hebat segala-galanya dari orang lain.
Adanya rasa rendah diri ataupun arogansi pada seseorang merupakan salah satu
Skala Marshall.
kehilangan kemampuan untuk berpikir mandiri dan kritis (independent and critical
adanya perbedaan pendapat atau pikiran, apalagi untuk menerima pikiran orang
lain (terutama bawahannya) yang kritis yang bermanfaat untuk dirinya. Dia
(yes man! Asal Bapak Senang). Orang yang rendah diri ataupun arogan bukanlah
seorang pembelajar.
orang tersebut belum mampu membangun hubungan baik dengan dirinya sendiri
Kekeliruan dalam berdialog dengan dirinya karena dia melakukan internal dialog
dengan memilih (tanpa sadar)pilihan dialog dengan dirinya sendiri yang tidak
keliru ini pada dasarnya karena belum tahu atau tidak berlandaskan kecerdasan
spritualnya yang akan mewarnai ketulusan atau kemurnian dari hubungan baiknya
adalah seseorang yang memiliki ketrampilan interpersonal yang baik tetapi tanpa
adanya ketulusan (sincerity) ataupun belum/tidak didasari atas niat (nawaitu) yang
akhlakul khorimah adalah orang yang memiliki kecerdasan emosional yang tinggi
dia disukai oleh lingkungannya benar-benar dilakukan secara tulus dengan niat
baik. Bukan sekadar memperoleh “predikat” orang baik ataupun ada maksud-
Membangun Rasa Hormat (respect secara timbale balik tidak banyak berbeda
dengan membangun Rasa Percaya (trust) secara timbale balik. Untuk membangun
rasa hormat orang lain dan membuat orang lain hormat pada kita, kita harus
memulainya dengan membangun rasa hormat pada diri sendiri terlebih dahulu.
Memiliki rasa hormat pada diri sendir misalnya dalam bentuk menghormati janji
pada diri sendiri apalagi janji yang menyangkut orang lain. Seseorang yang
memberi makna dan menyakini bahwa janji adalah kehormatan, sehingga bila dia
melanggar janjinya berarti dia tidak memiliki kehormatan maka dia akan berusaha
secara serius untuk memenuhi janjinya. Bahkan lebih jauh lagi bahwa sebenarnya
janji adalah hutang yang wajib dilunasi. Komitmen adalah janji yang
penekanannya lebih pada diri sendiri. Orang yang mampu memjaga komitmennya
Mengenai taqwa,dalam salah satu sholat jum’at yang saya ikuti, chotb
menjelaskan bahwa yang dimaksud dengan Taqwa adalah (a) Beriman pada Allah
Kitabullah (Al Quran), (d) Percaya pada Rukun Iman, dan (e) Beramal sesuai
keyakinan yang dalam tidak bisa ditawar-tawar lagi (conviction). Karenanya apa
yang menjadi keyakinan tersebut benar-benar telah menyatu dalam pikiran dan
63
prilaku sehari-hari. Harus sudah menjadi neural path-way yang secara otomatis
akan menggerakkan perilaku sehari-hari. Dalam hal ini kita dapat melihat
self-mastery-nya.
memahami dan menghargai keyakinan (beliefs) dan nilai-nilai orang lain. Perilaku
atau tindakan kita tidak bertentangan dengan keyakinan dan nilai-nilai orang lain
tersebut. Bahkan membangun Rasa Hormat akan menjadi mudah bila perilaku dan
tindakan yang kita lakukan dengan jujur dan tulus sejalan dengan keyakinan dan
individual and group/social beliefs dan individual and group/social values yang
ingin berubah beliefs ataupun values dari orang-orang dalam organisasi yang kita
pimpin kita anggap membuat mereka tidak kompetitif, kita perlu menerapkan
Strategi ini penting sekali agar proses perubahan yang kita lakukan akan
dapat diterima dengan baik. Bila kita menerapkan strategi ini maka otak orang-
orang itu akan mendeteksi perilaku kita sebagai kawan (friend)bukan lawan (foe)
yang membuat daya akseptansi mereka tinggi atau dalam bahasa otak
perpaduan antara Rasa (limbic system) dengan Rasio (neocortex) pada otak kita
walaupun harus tetap bersumber pada Rasa. Sebagaimana telah dijelaskan diawal
bab ini membangun Rasa Percaya orang pada kita harus dimulai dengan rasa
percaya kita pada diri kita. Dengan adanya Rasa Percaya diri yang kuat karena
dilandasi adanya keyakinan (beliefs) maka kita akan mampu tampil dalam
perilaku yang meyakinkan (confident). Secara rasional Rasa Percaya orang lain
pada kita dapat dikatakan merupakan kombinasi antara kompetensi atau keahlian
dengan data atau fakta yang ada atau yang kita sampaikan. Namun bila orang lain
sudah tidak mempercayai kita lagi, kompetensi ataupun fakta yang kita sampaikan
akan diberi makna atau dipersepsikan berbeda. Sebaliknya bila kita disukai dan
telah memperoleh kepercayaan dari orang lain, apa yang disampaikan, apalagi
kalau kita memiliki kompetensi atau fakta, orang akan mempercayai kita. Nabi
yang luar biasa. Rossulullah tidak memiliki kompetensi atau keahlian terhadap
apa yang disampaikan pada orang lain untuk dipercaya, dia orang biasa-biaas saja,
kecuali ‘track record-nya’ sebagai orang yang tidak pernah berbohong (al-Amin).
Dia juga bukan orang yang memiliki kedudukan sosial yang hebat dalam
lingkungannya.
Self- Mastery
leadhership mastery baru dapat dicapai bila seseorang telah memiliki individual
kompetensi lunak (soft competency) yang harus dimiliki oleh leaders. Soft
competency ini memiliki posisi sentral dan strategis serta memberikan kontribusi
kemampuan seorang leaders untuk memperoleh Trust and Respect adalah dengan
melihat melalui sejauh mana keberhasilannya dalam membangun mutual trust and
mutual respect terhadap orang lain dan”anak buahnya” untuk dapat menjadi
followers-nya. Dengan perkataan lain dapat dikatakan bahwa kualitas Trust and
nya.
Keyakinan (Belief)
Dalam membangun individual self-mastery ada tiga pilar dasar sebagai modal
dari modal tersebut adalah keyakinan dasar (global belief) mengenai sesuatu, pilar
kedua adalah kemampuan menentukan Tujuan Hidup (life goals), dan pilar ketiga
yang dipilihnya yang paling benar atau yang paling tepat dan dia merasakan
menganut agama tertentu adalah karena dia memiliki belief yang besebrangan
66
keyakinan ini disebut sebagai iman. Kualitas seseorang dalam menjalankan ajaran
agamanya. Dalam agama Islam dikenal adanya enam keyakinan yang harus
menjadi dasar atau landasan dalam menentukan”you are what you believe” yang
Rukun Iman dalam ajaran Islam adalah beliefs yang harus menjadi beliefs
yang paling dalam yang tidak bisa ditawar-tawar lagi (conviction). Mestinya
setiap umat Islam akan memiliki perilaku yang didasarkan atas Rukun Iman
sebagai conviction karena”you are what you believe”, Artinya bila perilakunya
Rukun Iman tersebut menjadi onviction baginya. Kualitas seorang umat islam
terhadap Rukun Iman akan terlihat sejauh mana kaulitas conviction-nya terhadap
Rukun Islam, terutama akan terlihat yang oleh Al-Qur-an dikatakan sebagai
sejauh mana dia mampu menegakkan sholat bukan sekedar mengerjakan sholat
dalam prilakunya sehari-hari. Suatu perilaku yang saya sebut sebagai perilaku
yang rahmatan lil alamin dengan tawadu. (rendah hati yang ikhlas). Bila
digunakan skala Marshall maka dia akan berada pada skala +8. Atau dalam
jenjang spiral dynamics dia akan berada pada jenjang-jenjang G-T atau B’-O’
(warna spiral pirus). Minimal pada jenjang A’-N’ (warna spiral Kuning).
equipment for living) dalam menghadapi tantangan lingkungan yang ada (the
sosialnya (existential states). Coping system dari otak ini juga tercermin dari
yang diberikan sangat ditentukan oleh belef-nya mengenai tantangan hidup itu
sendiri. Sebagaimana telah dibahas pada Bab II, existential states ini merupakan
gabungan dari dua spiral (double helix) yang terdiri atas delapan jenjang yaitu A-
N, B-O, C-P, dan seterusnya. Jadi phsychosocial double helix ini merupakan hasil
dari suatu interaksi yang terus menerus antara berbagai tantangan yang dihadapi
dan posisi dari jenjang atau kualitas dari kerja otaknya dari seseorang, organisasi
atau masyarakat. Kualitas dari kerja otak ini akan tampil dalam bentuk sistem
SELF MASTERY
leadership mastery baru dapat dicapai bila seseorang telah memiliki individual
self mastery atau self leadership. Self mastery dalam leadership mastery berbicara
kompetensi lunak yang harus dimiliki oleh leaders. Soft competency ini memiliki
68
posisi sentral dan strategis serta memberikan kontribusi yang sangat menentukan
self mastery akan menentukan sejauh mana kemampuan seorang leader untuk
memperoleh trust and respects adalah dengan melihat melalui sejauh mana
orang lain dan “anak buahnya” untuk dapat menjadi followernya. Dengan
perkataan lain dapat dikatakan bahwa kualitas trust and respect yang diperoleh
BAB 8
kepemimpinan ini dasarkan atas berbagai literature yang saya baca ditambah
pengalaman empiris yang telah ditetapkan sejak tahun 1998 dan mencapai
yang dihadapi dan sejalan dengan perkembangan berbagai hasil penelitian otak
yang saya ikuti melalui berbagai bahan tulisan. Program ini merupakan program
tahun 1997 dan merupakan prasyarat untuk dapat mengikuti program brainware
cerdas dengan daya saing tinggi berkelanjutan yang mampu menjawab tantangan
saat memasuki the century of brain and millennium of mind di awal abad ke 21
kepemimpinan yang sudah menajdi bagian dari pola pikir sehingga akan tampil
millennium pikiran ini. Suatu tampilan perilaku kepemimpinan yang cerdas yaitu
kepemimpinan yang memadukan secara optimal tiga kecerdasan yang ada pada
dirinya yaitu IQ,EQ, dan SQ dimana SQ menjadi sumber atau dasar dari dua
modal spiritual yang tinggi yang mendasari modal sosial dan modal intelektual.
leader yang membuat mampu menjalankan peran dan melakukan tugasnya cara
sesuatu yang menyatu dengan dirinya yang akan tampil dalam perilaku
tanpa harus diatur lagi sudah menjadi neural path way, bukan sebatas
pemahaman konseptual
• Penekanan diberikan lebih pada street smartness bukan lagi hanya pada
academic smartnessnya
• Tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi tidak dapat ditawar yang akan
Tujuan akhir yang akan dicapai dari program brainware leadership mastery
ke 21. Tujuan akhir ini dapat dicapai melalui suatu proses sekitar enam bulan dan
harus mendapat dukungan lingkungan di tempat kerja serta kerja keras dari yang
mendukungnya sebagai seorang pemimpin dalam memasuki awal abad otak dan
knowledge economy. Dengan dicapainya tujuan akhir ini maka telah terjadi
dengan kompetensi yang dimilikinya saat program selesai. Dengan perkataan lain
TAHAPAN IMPLEMENTASI
Pada tahapan implementasi ini pada dasarnya ada dua kemampuan yang
dibangun yang saya sebut sebagai TAK-1 atau membangun. Watak yaitu
membangun manusia yang memiliki jati diri atau menjadi authentic and
TAK-1 dan TAK-2 ini saya ambil dari istilah yang diperkenalkan oleh rekan saya
Prof. Dr. Martani Huseini. Hasil akhir yang akan dicapai dari tahapan ini adalah
dimilikinya pola pikir dan perilaku yang menyatu dalam dirinya berupa lima
perilaku yang menggambarkan jati dirinya sebagai manusia unggul melalui lima
sifatnya.
73
Dua tahapan ini merupakan satu kesatuan yang harus dipenuhi agar tahapan
berikutnya dapat berjalan dengan efektif. Pada tahapan ini hasil yang akan dicapai
penting dan harus dilakukan bukan sekadar ikut-ikutan karena sedang menjadi
trend. Dengan demikian mereka akan menempatkan program ini dalam prioritas
Ada tiga mcam kondisi yang harus dipenuhi pada tahapan ini. Kondisi
kepemimpinan ini tidak dibangun maka organisasi atau perusahaan akan tidak
mampu lagi menghadapi tantangan yang harus dihadapi. Karena itulah secara
Program coaching clinic dan intensive workshop ini terdiri atas dua kegiatan yang
coaching individual dan grup untuk memantapkan individual neural path way
74
mereka yaitu neural path way dalam pola pikir dan perilaku sebagai pemimpin
sampai enam bulan. Metode utama yang diterapkan adalah action learning
method yaitu metode pembelajarn melalui kegiatan langsung dan nyata ditempat
kelompok
masing-masing.
3. Adanya rivalitas tidak sehat antarunit kerja dalam mengejar target yang
Kegiatan kedua dari program coaching dan workshop ini adalah membangun
dan fasilitator.
Coaching
pembelajaran dari orang-orang dalam organisasi baik individual ataupun tim dan
Fasilitasi
fasilitator adalah untuk memicu agar individu atau tim mampu mengelola dirinya
sendiri yang efektif. Karenanya fasilitator paling tidak harus melakukan tiga hal
yaitu: (1) memberikan contoh mengenai self management yang dimaksudnya, (2)
munculnya dan berkembangnya pola pikir dan perilaku self control secara
DAFTAR PUSTAKA
Bruce, Anne “Leaders Start to Finish” A Road Map for Developing and
Training Leaders at All Level, American Society for Training and
Development, 2001, USA.
Collins, Jim ‘Good to Great” Why Some Companies Make the Leap and Others
Don’t, Harper Collins Publishers Inc. New York, 2001.
Davis, Stan & Dacidson, Bill “2020 Vision” Tranform Your Business Today to
Suceed in Tomorrow’s Economy 1st Fireside Ed, a Fireside Book, Published
by Simon & Schuster, New York, 1991.
Drafth, Wilfred “The Deep Blue Sea” Rethiking the Source of Leadershio, a joint
publication of the Jossey Bass Business & Management Series and The
Center for Creative Leadership, San Fransisco, 2001.