Pembimbing :
Dr.A.Aris Susanto, MS, SpOK
Disusun oleh :
Petricia
11-2013-134
Kata Pengantar
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas karunianya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah ini kami laksanakan
untuk memenuhi salah satu kewajiban kami dalam Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Komunitas
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana. Makalah ini bertujuan adalah untuk
mengetahui penanganan kuratif, preventif dan rehabilitatif pasien dengan pendekatan
kedokteran keluarga. Akhir kata kami mengucapkan terima kasih atas segala bimbingan dan
bantuan yang telah diberikan dalam rangka penyelesaian makalah ini, kepada: Dr.A.Aris
Susanto, MS, SpOK.
Kami menyadari masih terdapat banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu
kami mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun, sehingga di masa mendatang
dapat meningkatkan diri lebih baik lagi.
Penyusun
Bab 1
Pendahuluan
1.1. Latar Belakang
Jantung merupakan organ yang sangat penting dalam tubuh manusia. Jantung memiliki
dua atrium, yaitu atrium kanan dan atrium kiri, yang membentuk ruang atas jantung, dan
dua ventrikel, yaitu ventrikel kiri dan ventrikel kanan, yang membentuk ruang yang lebih
rendah pada jantung.1 Salah satu fungsi jantung adalah untuk memompakan darah baik ke
paru maupun ke seluruh tubuh. Bagian jantung yang berfungsi untuk memompakan darah
ke paru-paru adalah ventrikel kanan, sedangkan bagian jantung yang berfungsi untuk
memompakan darah ke seluruh tubuh adalah ventrikel kiri.
Gagal jantung kongestif terjadi ketika ada kerusakan dalam aksi pemompaan ini, baik
pada ventrikel kiri, ventrikel kanan, atau keduanya, yang menyebabkan darah berkumpul
di arteri paru, pembuluh darah, atau keduanya. Bendungan ini menyebabkan kemacetan di
paru-paru (cairan terbendung di paru-paru), penurunan output jantung, peningkatan beban
jantung, penurunan efisiensi kontraksi otot jantung, penurunan stroke volume,
peningkatan denyut jantung, dan hipertrofi. Kompensasi ini dapat menyebabkan
peningkatan risiko serangan jantung dan penurunan suplai darah ke seluruh tubuh.2
Kompensasi terhadap gagal jantung kongestif tersebut merupakan alasan kedatangan
penderita ke rumah sakit. Berdasarkan data Medicare di Amerika Serikat dan data
Scottish di Eropa, gagal jantung merupakan penyebab rawat inap yang paling banyak di
rumah sakit.3 Data lain menyebutkan bahwa sekitar 5 juta warga Amerika mengalami
gagal jantung, dan terjadi penambahan 550.000 penderita gagal jantung setiap tahunnya. 4
Selain insidensi yang tinggi, angka kematian pada gagal jantung kongestif juga tidak
sedikit. Salah satunya, gagal jantung kongestif dapat menyebabkan edema paru yang
memiliki angka kematian 12% di rumah sakit. 3
kematian akibat gagal jantung adalah sekitar 10% setelah 1 tahun dan sekitar setengah
dari penderita gagal jantung mengalami kematian dalam waktu 5 tahun setelah
didiagnosis.4
Tingginya insidensi dan angka kematian pada gagal jantung kongestif sesuai dengan data
tersebut menunjukkan bahwa kasus gagal jantung kongestif memerlukan perhatian lebih
di kalangan masyarakat. Untuk itu diperlukan pemahaman lebih lanjut mengenai gagal
jantung kongestif ini. Itulah sebabnya, kasus ini perlu diangkat untuk dipelajari.
Puskesmas
: Klari
: Ny. I
Usia
: 65 Tahun
Jenis Kelamin
: Perempuan
Alamat
Suku Bangsa
: Indonesia
Agama
: Islam
Pendidikan
: tidak tamat SD
2.
Riwayat Biologis Keluarga
a. Keadaan Kesehatan Sekarang
: Kurang
b. Kebersihan Perorangan
: Kurang
c. Penyakit yang Sering Diderita
: Tidak diketahui
d. Penyakit Keturunan
: Tidak Ada
e. Penyakit Kronis/Menular
: Tidak Ada
f. Kecacatan Anggota Keluarga
: Tidak Ada
g. Pola Makan
: Kurang
h. Pola Istirahat
: Kurang
i. Jumlah Anggota Keluarga
: 2 orang
3.
Psikologis Keluarga
a. Kebiasaan Buruk
: Makan tidak teratur
b. Pengambilan Keputusan
: Suami (Bpk. H)
c. Ketergantungan Obat
: Tidak Ada
d. Tempat Mencari Pelayanan Kesehatan
: Puskesmas
e. Pola Rekreasi
: Kurang
4.
Keadaan Rumah/Lingkungan
a. Jenis Bangunan
: Semipermanen
b. Lantai Rumah
: Semen
c. Luas Rumah
: 5 meter x 7,5 meter
d. Penerangan
: Kurang
e. Kebersihan
: Kurang
f. Ventilasi
: Cukup
g. Dapur
: Ada
h. Jamban Keluarga
: Ada
i. Sumber Air Minum
: Air sumur dimasak
j. Sumber Pencemaran Air
: Ada
k. Pemanfaatan Pekarangan
: Tidak ada
l. Tempat Pembuangan Sampah
: Tidak Ada
m. Sanitasi Lingkungan
: Kurang
5.
Spiritual Keluarga
a. Ketaatan Beribadah
b. Keyakinan Tentang Kesehatan
: Cukup
: Cukup
6.
Keadaan Sosial Keluarga
a. Tingkat Pendidikan Terakhir
b. Hubungan Antar Keluarga
c. Hubungan Dengan Orang Lain
d. Kegiatan Organisasi Sosial
e. Keadaan Ekonomi
: Tidak Tamat SD
: Baik
: Baik
: Kurang
: Kurang
7.
Kultural Keluarga
a. Adat yang Berpengaruh
8.
Daftar Anggota Keluarga
: Sunda
Hubungan
No
Nama
dengan
Umur
Pekerjaan
Agama
Tidak bekerja
Islam
keluarga
1
Hazis
Suami
68tahun
Irah
Istri
65tahun
Ibu Rumah
Tangga
Islam
Keadaan
Kesehatan
Katarak
senilis
Gagal
jantung
kronis
Keterangan :
1
Os
Riwayat Hipertesni
9.
Keluhan Utama
:
Sesak nafas sejak 1 bulan yang lalu.
10.
Keluhan Tambahan
:
batuk
11.
Riwayat Penyakit Dahulu :
Sejak 1 bulan yang lalu os mengeluh sesak napas, sesak dipengaruhi aktifitas bila
berjalan 50 m, sesak tidak dipengaruhi posisi dan cuaca. Nyeri dada (-), dada berdebardebar (+) timbul bersamaan dengan sesak napas setelah beraktifitas, batuk (+), dahak (-),
demam (-), mual (-), muntah (-), BAB dan BAK tidak ada keluhan.
Sekitar 1 minggu ini os mengeluh sesak napas ketika beraktifitas berjalan jauh 10
meter, sesak berkurang bila os istirahat, os juga sering terbangun di malam hari karena
sesak dan sesak berkurang bila os duduk, sesak dipengaruhi cuaca (-), batuk (+), dahak
(-), demam (-). Os juga mengeluh perutnya membesar, mual (-), muntah (-), nyeri ulu hati
(-), sembab pada kelopak mata di pagi hari (-), bengkak pada kaki (-), BAB dan BAK
tidak ada keluhan.
12.
Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan Umum
: Sakit Sedang
b. Kesadaran
: Compos Mentis
c. Tanda Vital:
- Frekuensi Nadi
: 82 kali/menit
- Tekanan Darah: 160/100 mmHg
- Frekuensi Napas
: 20 kali/menit
- Suhu
: 36,60C
d. Data Antropometi
Berat Badan
: 69 kg
Tinggi Badan
: 150 cm
Lingkar Kepala
: Lingkar Dada
: Lingkar Lengan Atas : -
Pemeriksaan Sistematis
a. Kepala
Bentuk dan Ukuran
Rambut dan Kulit Kepala
b.
uban,
teraba membesar.
c. Toraks
sinistra
Perkusi
: batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : Bunyi jantung I-II reguler, tidak ada murmur, tidak ada gallop
d. Abdomen
Inspeksi
: Tampak datar, tidak tampak pelebaran vena
Auskultasi
: Bising usus (+) normal
Palpasi
: Supel, nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba membesar
e. Anus dan Rectum
: Tidak dilakukan pemeriksaan
f. Genitalia
: Tidak dilakukan pemeriksaan
g. Anggota gerak
: Akral hangat + +
oedema + +
+
h.
i.
j.
k.
l.
13.
14.
15.
Captopril 2x12,5 mg
Furosemid 1x 20mg
Terapi Non-Medikamentosa:
1. Diet rendah garam
2. Menjalankan pola hidup sehat (olah raga, tidak merokok, kurangi
minum kopi dan hindari stress)
d. Rehabilitatif: Minum obat yang teratur
16.
Prognosis
1. Penyakit
: dubia ad bonam
2. Keluarga : dubia ad bonam
3. Masyarakat : dubia ad bonam
17.
Resume
Pada pasien ini, dari hasil anamnesis didapatkan adanya sesak nafas, sesak dipengaruhi
oleh aktifitas, pasien juga sering terbangun pada malam hari karena sesak, selain itu
pasien juga lebih nyaman jika berada dalam posisi duduk. Tidak adanya keluhan-keluhan
lain seperti sakit kepala, mual, muntah, bengkak pada kelopak mata mendukung bahwa
sesak yang dialami oleh pasien berhubungan dengan jantung bukan dari organ yang lain.
Selain itu, pasien juga mengeluhkan adanya perut yang membesar. Dari hasil pemeriksaan
fisik didapatkan adanya peningkatan tekanan vena jugularis, ronki basah halus pada
kedua basal paru, adanya pelebaran batas jantung, serta adanya ascites. Berdasarkan
anamnesis dan pemeriksaan fisik diatas, dapat disimpulkan bahwa pada pasien ini dapat
ditegakkan diagnosis gagal jantung kongestif, karena kriteria framingham sudah
terpenuhi.
Terapi yang diberikan adalah furosemid 1x 20 mg, pemberian diuretika ini bertujuan
untuk mengurangi ascites yang ada pada pasien ini dengan mengurangi beban awal
jantung tanpa mengurangi curah jantung. Selain itu, juga diberikan digoksin 2x 0,125 mg
untuk
memperbaiki
kontraktilitas
jantung. Aspilet
80
mg
diberikan
sebagai
Bab 2
Tinjauan Pustaka
2.1Pendahuluan
Gagal jantung adalah suatu sindroma klinis kompleks, yang didasari oleh
ketidakmampuan jantung untuk memompakan darah keseluruh jaringan tubuh
secara adekuat, akibat adanya gangguan structural dan fungsional dari jantung.
Gagal jantung dapat memberikan spectrum klinis yang luas, mulai dari ukuran
jantung LV yang masih normal, dengan EF yang masih cukup, sampai LV yang
berat, dengan/ atau EF yang sangat buruk. Dampak dari gagal jnatung secara cepat
berpengaruh terhadap kekurangan penyediaan darah, sehingga menyebabkan
kematian sel akibat kekerangan oksigen. Kurangnya suplai oksigen ini dapat
menganggu system kerja otak, yang dapat menyebabkan seseorang kehilangan
kesadarahan. Sangat penting untuk mengetahui bagaimana cara mendiagnosis suatu
gagal jantung sedini mungkin untuk mengurangi angka mortalitas akibat gagal
jantung. Maka dari itu penulis menyusun karya tulis ini untuk menginformasikan
kepada pembaca mengenai hal-hal tersebut.
2.2 Epidemiologi
Gagal jantung adalah masalah yang berkembang luas di seluruh dunia, dengan lebih
dari 20 juta orang mengalami sindrom klinis ini. Prevalensi keseluruhan gagal
jantung dalam populasi orang dewasa di negara maju adalah 2%. Prevalensi gagal
jantung meningkat seiring usia, dan mempengaruhi 6-10% orang-orang dengan usia
diatas 65 tahun. Meskipun insiden gagal jantung lebih rendah pada wanita
dibanding pria, namun setidaknya setengah dari seluruh kasus gagal jantung adalah
wanita, karena harapan hidup mereka yang lebih tinggi. Resiko berkembangnya
gagal jantung pada usia 40 tahun adalah 1:5.1
Gagal sirkulasi
Septicemia
Hygrotoxicosis
Anemia
Valvular
Pirai
Stenosis valvular
Tamponade
Regusgitasi valvular
Emboli paru
Endocarditis
Diseksi aorta
Miopatia
Volume overload
Post-partum kardiomiopati
Miokarditis akut
Cerebrovascular insult
Operasi
Hipertensi/aritmia
Hipertensi
Disfungsi renal
Artimia akut
Asma/PPOK
Penyalahgunaan obat
Penyalahgunaan alkohol
NYHA klas I : Penderita dengan kelainan jantung tanpa pembatasan aktivitas fisik
sehari-hari tidak menyebabkan kelelahan, palpitasi, dispnea atau angina.
NYHA
klas
II
Penderita
dengan
kelainan
jantung
yang
berakibat
terhadappembatasan ringan aktivitas fisik. merasa enak pada saat istirahat. Aktivitas
fisik sehari-hari menyebabkan kelelahan, palpitasi, dispnea, atau angina.
NYHA klas III : Penderita dengan kelainan jantung yang berakibat pada pembatasan
berat aktivitas fisik. merasa enak pada saat istirahat. Aktivitas yang kurang dari
aktifitas fisik sehari-hari menyebabkan kelelahan, palpitasi, dispnea, atau angina
NYHA klas IV : Penderita dengan kelainan jantung dengan akibat tidak mampu
melakukan aktivitas fisik apapun. Keluhan timbul meski dalam keadaan istirahat.1,2,4
Tingkat Uraian
A
Pasien dengan penyakit jantung struktural tingkat lanjut dan gejalagejala gagal jantung pada istirahat, walaupun telah diberi terapi
medis maksimal dan membutuhkan intervensi khusus.
Patofisiologi
3.1 Hukum starling jantung
Mekanisme Frank-Starling berarti makin besar otot jantung diregangkan selama
pengisian, makin besar kekuatan kontraksi dan makin besar pula jumlah darah yang
dipompa ke dalam aorta atau arteri pulmonalis. Kontraksi ventrikel yang menurun akan
mengakibatkan pengosongan ruang yang tidak sempurna sehingga volume darah yang
menumpuk dalam ventrikel saat diastol (volume akhir diastolik) lebih besar dari
normal.
Berdasarkan
hukum
Frank-Starling,
peningkatan
volume
ini
akan
Manifestasi klinis
Gejala utama gagal jantung adalah kelelahan dan takipneu. Meskipun secara konvensional,
kelelahan menunjukan cardiac output yang rendah pada gagal jantung, namun gejala ini juga
terdapat pada abnormalitas otot skeletal dan penyakit komorbid non-kardiak lainnya
(misalnya anemia). Pada stadium awal gagal jantung, sesak napas hanya terjadi saat aktivitas;
namun, seiring dengan progresifitas penyakit, sesak napas terjadi pada aktifitas yang lebih
ringan, dan selanjutnya sesak napas terjadi pada saat istirahat. Penyebab sesak napas pada
gagal jantung bersifat multifaktoral. Mekanisme terpenting adalah kongesti pulmonal yang
disertai akumulai cairan interstisial atau intraalveolar, yang mengaktifasi reseptor juksta
kapiler J, yang kemudian menstimulasi karakteristik pernapasan cepat dan dangkal dari
cardiac dyspneu. Faktor-faktor lain yang berkontribusi pada sesak napas saat aktifitas
termasuk berkurangnya compliance paru, meningkatnya resistensi jalan napas, kelelahan
pada otot-otot pernapasan dan atau diafragma, dan anemia. Sesak napas lebih sedikit
frekuensinya pada onset gagal jantung ventrikel kanan dan regurgitasi trikuspid dibandingkan
dengan gagal jantung ventrikel kiri.1
-
Sesak nafas diakibatkan oleh tekanan dalam kapiler tinggi yang disebabkan
oleh
meningkatnya tekanan pada ventrikel kiri dan atrium kiri. penderita dengan gagal
jantung kiri menunjukan ventilasi yang restriktif, menurunnya kapasitas vital sebagai
konsekuensi terdesaknya udara didalam alveoli oleh cairan interstitial atau darah
(pecahnya kapiler) atau keduanya, akibatnya paru menjadi kaku dan compliance
menurun. Kapiler paru baik dibronkial maupun alveoli bermuara pada vena pulmonalis,
akibatnya tekanan vena pulmonalis yang tinggi terjadi kongesti baik dikapiler alveoli
maupun kapiler bronkus. Selanjutnya terjadi udema mukosa bronkial, bahkan dapat
terjadi juga pecahnya kapiler menyebabkan batuk produktif dan mungkin hemoptisis,
udema pada mukosa bronkus menyebabkan resistensi terhadap aliran udara dengan
akibat respiratory distress sama dengan asma. Udema pada alveoli menyebabkan
sianosis,
Dispnea on effort
Dispnea on effort seringkali terjadi dan merupakan keluhan dini dari gagal jantung kiri.
Pada sebagian penderita terdapat kongesti pulmonum, tetapi tidak mengeluh DOE, hal
ini disebabkan mereka secara gradual tanpa disadari banyak berdiam diri maupun
membatasi diri di tempat tidur. Penurunan toleransi terhadap aktivitas dalam waktu
singkat hendaknya diwaspadai akan adanya gagal jantung. sesak napas yang timbul
sejak lama dan berulang, riwayat sesak napas sejak muda mungkin akibat penyakit
paru. Pada penderita dengan ansietas mengeluh napas harus dalam, napas tidak masuk
kedalam, sesak napas selama istirahat tetapi selama latihan sesak napas hilang.4
- Paroxysmal Nocturnal Dyspneau (PND)
Paroxysmal Nocturnal Dyspneau (PND) merupakan episode akut sesak napas dan batuk
yang umumnya terjadi pada malam hari sehingga membangunkan pasien dari tidurnya,
biasanya 1-3 jam setelah pasien istirahat. PND dapat berupa batuk atau wheezing, yang
kemungkinan disebabkan peningkatan tekanan arteri bronkial yang berakibat kompresi
jalan napas, bersamaan dengan edem paru interstisial yang menyebabkan resistensi
jalan napas. Ortopneu dapat dikurangi dengan posisi tegak saat duduk dengan kaki
tergantung, sedangkan pasien dengan PND sering bermanifestasi batuk yang persisten
dan wheezing bahkan setelah mereka duduk dengan posisi tegak. Asma kardiak
berhubungan erat dengan PND, yang berkarakteristik wheezing yang dikarenakan
bronkospasme, dan harus dibedakan dengan wheezing dari penyebab asma primer dan
pulmoner.4
-
Orthopnea
Penderita dengan orthopnea mengeluh sesak napas pada posisi tiduran dan berkurang
pada posisi tegak. Menghilangnya atau berkurangnya sesak napas pada posisi tegak
akibat dari venous return yang menurun dan menurunnya tekanan hidrostatik pada
bagian atas paru sehingga menambah kapasitas vital paru
Diagnosis
Hepatojugular Reflux
S3 Gallop
Radiographic cardiomegaly
Berat badan berkurang 4,5 kg dalam 5 hari (sesudah diberi terapi gagal jantung)
Kriteria Minor
Efusi pleura
Kriteria Minor tidak bisa digunakan jika ada penyakit penyerta lain seperti pulmonary
hypertension, chronic lung disease, cirrhosis, ascites, atau nephrotic syndrome.
Kekuatan Diagnosis
Kriteria Framingham memiliki sensitivitas yang baik tetapi spesifisitas-nya kurang
baik: Sensitivity: 96%, Specificity: 78%.
Rales paru
Kardiomegali
Suara jantung S3
Pada foto toraks, sering ditemukan pembesaran jantung, dan tanda-tanda bendungan
paru. Kardiomegali biasanya adanya peningkatan dari cardiothoracic ratio lebih dari
50% pada gambaran posteroanterior. Pasien dengan predominan disfungsi diastolik
dapat mempunyai ukuran jantung yang normal, salah satu menjadi petanda untuk
membedakan disfungsi sistolik vs diastolik. Apabila telah terjadi edema paru, dapat
ditemukan gambaran kabut di daerah perihiller, penebalan interlobar fissure (kerleys
line). Sedangkan pada kasus yang berat dapat ditemukan efusi pleura.2
Elektrokardiogram
Gambaran EKG pada penderita gagal jantung kongestif tergantung pada penyakit dasar.
Akan tetapi pada gagal jantung kongestif akut, karena selalu terjadi iskemik dan
gangguan fungsi konduksi ventrikel maka hampir semua EKG dapat ditemukan
gambaran takikardia, left-bundle-branch-block dan perubahan segmen ST -dan
gelombang T.2
Ekokardiografi
Bab 3
Pembahasan
Menurut Teori Blum bahwa kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa unsur yaitu
lingkungan, pelayanan kesehatan, perilaku dan keturunan. Dimana unsur-unsur tersebut
saling berinteraksi dan saling terkait satu sama lain. Juga mengacu pada kemampuan
mengetahui, mengamati, menyadari, dan menanggapi keadaan sehatnya sendiri.
Dari hasil kunjungan rumah didapatkan bahwa pasien mempunyai penyakit hipertensi.
Pasien berpola hidup kurang sehat dan tidak teratur minum obat sehingga memacu
perburukan penyakit. Pasien mengaku malas untuk mengkonsumsi obat tiap hari karena bila
tidak ada keluhan maka pasien tidak minum obat.
Maka terbukti bahwa kesehatan manusia dipengaruhi oleh beberapa unsur-unsur yang
disebutkan di Teori Blum. Oleh karena itu sebagai dokter keluarga yang bekerja di
Puskesmas, sebaiknya dapat memberikan komunikasi, informasi dan edukasi perorangan
untuk memperbaiki pola hidup pasien.
Bab 4
Kesimpulan dan Saran
Daftar Pustaka
DAFTAR PUSTAKA
1. Heart Failure and Cor Pulmonale. In: Fauci AS, Kasper DL, Longo DL, et al, editors.
Harrisons Principle of Internal Medicine 18th edition. McGraw-Hill: 2012.
2. Sudoyono A W, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata MK, Setiati S, editor. Ilmu
penyakit dalam. Edisi ke-5. Jilid ke-2. Jakarta: InternalPublishing; 2009.h. 1583-95.
3. Braunwald. Heart failure. Dalam. Harrisons Principles of internal medicine, edisi 16.
McGraw-Hill Medical Publishing Division. New York. 2001. Hal 1367 - 1377.
4. Palupi S.E.E. Gagal jantung dalam Kumpulan Kuliah Kardiologi. Bagian Ilmu
Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Trisakti. Jakarta. 2007.Hal 40-61.
5. Boedi S. Ilmu Penyakit Jantung. Airlangga university press. Surabaya. 2003.h.121140.
6. McPhee SJ, Ganong WF. Patofisiologi penyakit pengantar menuju kedokteran klinis.
Jakarta:EGC; 2010. h. 293-300.