Anda di halaman 1dari 16

ANALISIS IKLIM KABUPATEN SERANG, BANTEN

LAPORAN
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATAKULIAH
Meteorologi dan Klimatologi
yang dibina oleh Bapak Dwiyono Hari Utomo

oleh
Defi Dwi Puspitasari

140721604196

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU SOSIAL
JURUSAN GEOGRAFI
PRODI S1 PENDIDIKAN GEOGRAFI
DESEMBER 2015

A. Tujuan
Tujuan dari laporan analisis iklim ini sebagai berikurt:
1. Agar mahasiswa mengetahui cara klasifikasi iklim menurut dan
2. Agar mahasiswa mengetahui bagaimana dasar penggolongan dari tipe
iklim menurut Mohr, Schmidt dan Ferguson, Koppen, Oldeman, dan
Thornthwaite
B. Alat dan Bahan
1. Data curah hujan Kabupaten Serang, Banten dalam kurun waktu 10
tahun
2. Data suhu Kabupaten Serang, Banten dalam kurun waktu 10 tahun
3. Ms. Excel
4. Buku Meteorologi dan Klimatologi dalam studi Geografi
C. Dasar Teori
1. Menurut Mohr
Mohr tahun 1933 mengajukan klasifikasi iklim di
Indonesia yang didasarkan curah hujan. Klasifikasi iklim ini
didasarkan oleh jumlah Bulan Kering (BK) dan jumlah Bulan
Basah (BB) yang dihitung sebagai harga rata-rata dalam
waktu yang lama.
Klasifikasi Iklim Mohr berdasarkan hubungan antara
penguapan

dan

besarnya

curah

hujan. Dasar

penggolongan iklim menurut Mohr adalah adanya bulan


basah dan bulan kering. Berdasarkan penelitian tanah,
Mohr membagi tiga derajat kelembapan yaitu :
a. Bulan basah adalah bulan yang curah hujannya >
100

mm

dalam

bulan.

Jumlah

curah

hujan

melampaui penguapan
b. Bulan kering adalah bulan yang curah hujannya < 60
mm dalam 1 bulan. Penguapan banyak berasal dari
dalam tanah daripada curah hujan
c. Di antara bulan basah dan bulan kering disebut bulan
lembab. Bulan lembab tak masuk dalam hitungan.
Curah hujan dan penguapan relatif seimbang
Curah hujan rata-rata yang digunakan diperoleh dari
pengamatan curah hujan selama minimal 10 tahun. Asumsi
untuk penguapan/ evaporasi (E) adalah 2 mm per hari.

1) BB (Bulan Basah) CH > 100 mm ; CH > E


2) BK (Bulan Kering) CH < 60 mm ; CH < E
3) BL (Bulan Lembab) 60 < CH < 100 mm.
2. Menurut Schmidt dan Ferguson
Sistem iklim ini sangat terkenal di
penyusunan

peta

iklim

menurut

klasifikasi

Indonesia
Schmidt-

Ferguson lebih banyak digunakan untuk iklim hutan.


Pengklasifikasian

iklim

menurut

Schmidt-Ferguson

ini

didasarkan pada nisbah bulan basah dan bulan kering


seperti kriteria bulan basah dan bulan kering klsifikasi iklim
Mohr. Pencarian rata-rata bulan kering atau bulan basah
dalam

klasifikasian

iklim

Schmidt-Ferguson

dilakukan

dengan membandingkan jumlah atau frekuensi bulan


kering atau bulan basah selama tahun pengamatan dengan
banyaknya jumlah

tahun pengamatan yang diamati

(Irianto, 2000).
Klasifikasi ini merupakan modifikasi atau perbaikan
dari sistem klasifikasi Mohr (Mohr menentukan berdasarkan
nilai

rata-rata

curah

hujan

bulanan

selama

periode

pengamatan). BB dan BK pada klasifikasi Schmidt-Ferguson


ditentukan tahun demi tahun selama periode pengamatan
yang kemudian dijumlahkan dan dihitung rata-ratanya.
Dimana bulan kering adalah bulan dengan curah hujan <
60mm, bulan lembab yaitu bulan dengan curah hujan
antara 60mm-100mm, dan bulan basah adalah bulan
dengan curah hujan > 100m ( Guslim,2009 ).
Schmidt-Fergoson membagi tipe-tipe iklim dan jenis
vegetasi yang tumbuh di tipe iklim tersebut adalah sebagai
berikut; tipe iklim A (sangat basah) jenis vegetasinya
adalah hutan hujan tropis, tipe iklim B (basah) jenis
vegetasinya adalah hutan hujan tropis, tipe iklim C (agak
basah) jenis vegetasinya adalah hutan dengan jenis
tanaman yang mampu menggugurkan daunnya dimusim
kemarau, tipe iklim D (sedang) jenis vegetasi adalah hutan

musim, tipe iklim E (agak kering) jenis vegetasinya hutan


savana, tipe iklim F (kering) jenis vegetasinya hutan
savana, tipe iklim G (sangat kering) jenis vegetasinya
padang ilalang dan tipe iklim H (ekstrim kering) jenis
vegetasinya adalah padang ilalang (Lakitan,2002).
Klasifikasi iklim Schmidt-Ferguson ditentukan dari
nilai Q yang dikelompokkan menjadi 8 tipe iklim, yaitu :
Tabel 1. Klasifikasi Schmidt-Ferguson
Tipe Iklim Nilai Q (%)

Keadaan Iklim dan Vegetasi

< 14,3

Daerah sangat basah, hutan hujan

14,3 33,3

tropika
Daerah basah, hutan hujan tropika

33,3 60,0

Daerah agak basah, hutan rimba,

60,0 100,0

daun gugur pada musim kemarau


Daerah sedang, hutan musim

100,0 167,0

Daerah agak kering, hutan sabana

167,0 300,0

Daerah kering, hutan sabana

300,0 700,0

Daerah

sangat

kering,

padang

> 700,0

ilalang
Daerah

ekstrim

kering,

padang

ilalang
Sumber : data primer setelah diolah, 2014
3. Menurut Koppen
Klasifikasi ini merupakan klasifikasi utama yang
berdasarkan pada hubungan antara iklim dn pertumbuhan
vegetasi sistem klasifikasi ini paling dikenal dan digunakan
secara internasional sejak publikasi pertamanya pada
tahun 1901 sampai perbaikan-perbaikannya yang tertulis
dalam buku Gruudis der Klimakunde tahun 1931.
Dasar klasifikasi ini adalah suhu dan hujan rata-rata
bulanan maupun tahunan yang dihubungkan dengan
keadaan vegetasi alami berdasarkan peta vegetasi De
Candolle (1874).

Menurut Koppen vegetasi yang hidup

secara alami menggambarkan iklim tempat tumbuhnya.

Vegetasi tersebut tumbuh dan berkembang sesuai dengan


hujan efektif yaitu kesetimbangan antara hujan, suhu dan
evapotranspirasi. Jumlah hujan yang sama akan berbeda
kegunaannya bila jatuh pada musim yang berbeda. Oleh
karena itu batas-batas klasifikasi Koppen berkaitan dengan
batas-batas penyebaran vegetasi.
Klasifikasi iklim Koppen

disusun

berdasarkan

lambang atau simbul yang merumuskan sifat dan corak


masing-masing tipe hanya dengan tanda yang terdiri dari
kombinasi huruf yaitu :
a. Huruf pertama (huruf besar) menyatakan tipe utama
b. Huruf kedua (huruf kecil) menyatakan pengaruh
hujan
c. Huruf ketiga (huruf kecil) menyatakan suhu udara
d. Huruf keempat (huruf kecil) menyatakan sifat-sifat
khusus
Pada umumnya

dalam

menentukan

tipe

iklim

menurut Koppen bila perumusannya telah sampai pada


kombinasi

dua

huruf

telah

dianggap

cukup

untuk

mencirikan iklim suatu daerah secara umum. Koppen


membagi tipe utama menjadi lima kelas yaitu :
A: Iklim Hujan Tropik, Suhu bulan terdingin lebih dari
18o C
B: Iklim Hujan, evaporasi lebih dari curah hujan
C: Iklim Sedang Berhujan, Suhu bulan terdingin
antara 3oC sampai 18oC, suhu bulan terpanas
lebih dari10o C
D: Iklim Hujan Dingin (Boreal), suhu bulan terdingin
kurang dari -3oC dan suhu bulan terpanas lebih
dari 10oC
E: Iklim Kutub, suhu bulan terpanas kurang dari 10o C
Pengaruh hujan digambarkan pada huruf kedua, terdiri atas
:
f : selalu basah, hujan setiap bulan di atas 60 mm.
s : bulan-bulan kering jatuh pada musim panas (summer).
S : semi arid (stepa atau padang rumput).

w : bulan-bulan kering jatuh pada musim dingin (winter).


W: arid (padang pasir).
m : khusus untuk kelompok tipe utama A (m=monsun),
yang berarti musim kemaraunya pendek, tetapi curah
hujan tahunan cukup tinggi, sehingga tanah cukup
lembab dengan vegetasi hutan hujan tropik
F : daerah tertutup es abadi, seluruh musim dalam setahun
suhunya selalu di bawah 0o C.
Selanjutnya pengaruh suhu dilambangkan sebagai huruf
ketiga yang terdiri atas :
a: suhu rata-rata dari bulan terpanas > 22.2o C
b: suhu rata-rata dari bulan terpanas < 22.2o C
c: hanya 1-4 suhunya > 10o C dan suhu bulan terdingin >
-38o C
d: suhu bulan terdingin < 38o C
e: suhu rata-rata tahunan < 18o C
i: perbedaansuhu antara bulanterpanas dan terdingin< 5 o
C
k: suhu rata-rata tahunan < 18 C dengan suhu bulan
terpanas 18o C
l: suhu semua bulan antara 10 22o C.
Berdasarkan dua kombinasi huruf pertama, maka ada
12 tipe iklim menurut klasifikasi Koppen yaitu :
a. Daerah Iklim Hujan Tropik : Af, Aw, Am
b. Daerah Iklim Kering : BS, BW
c. Daerah Iklim Sedang Berhujan : CF, Cs, Cw
d. Daerah Iklim Hujan Dingin : Df, Dw
e. Daerah Iklim Kutub : Ew, Ef
4. Menurut Oldeman
Pada

dasarnya

Oldeman

bersama-sama

dengan

beberapa kawannya melakukan klasifikasi terutama atas


dasar curah hujan bhubungannya dengan kebutuhan air
tanaman khususnya tanaman panagan semusim yaitu padi
dan palawija. Oldeman ama halnya dengan Schmidt dan

Ferguson maupun Mohr juga menggunakan istilah bulan


basah dan bulan kering dalam penggolongannya. Klasifikasi
iklim Oldeman tergolong klasifikasi yang baru di Indonesia
dan pada beberapa hal masih mengundang diskusi mengenai
batasan atau kriteria yang digunakan. Namun demikian
untuk

keperluan

praktis

klasifikasi

ini

cukup

berguna

terutama dalam klasifikasi lahan pertanian tanaman pangan


di Indonesia. Ia membuat dan menggolongkan tipe-tipe iklim
di Indonesia berdasarkan pada kriteria bulan-bulan basah dan
bulan-bulan kering secara berturut-turut ( Dewi ,2005 ).
Pada dasarnya Kriteria bulan basah dan bulan kering
yang dipakai Oldeman berbeda dengan yang digunakan oleh
Koppen

ataupun

Schmidt-Ferguson

Bulan

basah

yang

digunakan Oldeman adalah sebagai berikut: Bulan basah


apabila curah hujan lebih dari 200 mm. Bulan lembab apabila
curah hujannya 100 - 200 mm. Bulan kering apabila curah
hujannya

kurang

dilakukan

oleh

dari

100

Oldeman

mm.

Klasifikasi

didasarkan

iklim

kepada

yang
jumlah

kebutuhan air oleh tanaman, terutama pada tanaman padi.


Penyusunan tipe iklimnya berdasarkan jumlah bulan basah
yang berlangsung secara berturut-turut ( Oldeman et al.,
1980 ).
Kebutuhan air untuk tanaman padi adalah 150 mm per
bulan

sedangkan

untuk

tanaman

palawija

adalah

70

mm/bulan, dengan asumsi bahwa peluang terjadinya hujan


yang sama adalah 75% maka untuk mencukupi kebutuhan air
tanaman padi 150 mm/bulan diperlukan curah hujan sebesar
220 mm/bulan, sedangkan untuk mencukupi kebutuhan air
untuk tanaman palawija diperlukan curah hujan sebesar 120
mm/bulan,

sehingga

menurut

Oldeman

suatu

bulan

dikatakan bulan basah apabila mempunyai curah hujan


bulanan lebih besar dari 200 mm dan dikatakan bulan kering

apabila curah hujan bulanan lebih kecil dari 100 mm


(Tjasyono, 2004)
Oldeman membagi lima zona iklim dan lima sub zona
iklim. Zona iklim merupakan pembagian dari banyaknya
jumlah

bulan

basah

berturut-turut

yang

terjadi

dalam

setahun. Sedangkan sub zona iklim merupakan banyaknya


jumlah bulan kering berturut-turut dalam setahun. Pemberian
nama Zone iklim berdasarkan huruf yaitu zona A, zona B,
zona C, zona D dan zona E sedangkan pemberian nama sub
zona berdasarkana angka yaitu sub 1,2,3,4 dan 5. Zona A
dapat ditanami padi terus menerus sepanjang tahun. Zona B
hanya dapat ditanami padi 2 periode dalam setahun. Zona C,
dapat ditanami padi 2 kali panen dalam setahun, dimana
penanaman padi yang jatuh saat curah hujan di bawah 200
mm per bulan dilakukan dengan sistem gogo rancah. Zona D,
hanya dapat ditanami padi satu kali masa tanam. Zone E,
penanaman padi tidak dianjurkan tanpa adanya irigasi yang
baik (Oldeman, 1980).
Berdasarkan kriteria di bawah ini kita dapat membuat
klasifikasi tipe iklim Oldeman untuk suatu daerah tertentu
yang mempunyai cukup banyak stasiun/pos hujan. Data yang
dipergunakan adalah data curah hujan bulanan selama 10
tahun atau lebih yang diperoleh dari sejumlah stasiun/pos
hujan

yang

kemudian

dilakukan

perhitungan

untuk

menentukan rata-ratanya ( Subardjo, 2001 ).


Tabel 2. Tipe utama klasifikasi Oldeman
NO TIPE UTAMA

PANJANG BULAN BASAH (BULAN)

.
1.
2.
3.
4.

>9
79
56
3-4

A
B
C
D

5.
E
<3
Sumber : data primer setelah diolah, 2014
Tabel 3. Subtipe klasifikasi oldeman
D.
NO

SUB TIPE

PANJANG BULAN KERING (BULAN)

.
1.
1
<= 1
2.
2
2-3
3.
3
46
4.
4
>6
Sumber : data primer setelah diolah, 2014
5. Menurut Thornthwaite
C.W.Thornthwaite

(1993)

membuat

klasifikasi

iklim

berdasarkan pada curah hujan yang sangat penting untuk


tanaman,sehingga selain jumlah curah hujan yang dipakai
oleh tanaman akan lebih kecil dari pada penguapannya
kecil,pada jumlah curah hujan yang sama. Dalam penentuan
kelas iklim ini dikemukakan dua pengertian :
1. Rasio suhu evaporasi (precipitation effect ratio), PE
ratio = P/E
2. Rasio temperatur evapotranspirasi (temperature effect
ratio), TE ratio = T/E (T: suhu udara Fahrenheit dan E:
evaporasi)
Thornwaite

memperhatikan

kelembapan,

yaitu

perbandingan antara kelebihan atau kekurangan air di satu


pihak serta keperluan air di lain pihak. PE ratio : Pembuatan
klasifikasi iklim Thornwaite dilakukan dengan asumsi sebagai
berikut :
a. Rasio

suhu

evapotranspirasi

(T/E)

Dimana

P (presipitasi) dalam satuan inchi


T (temperatur) dalam satuan F
Nilai PE akan memperoleh indeks efek presipitasi (PE
indeks) yang merupakan jumlah jumlah PE dalam 12
bulan.

Tabel golongan kelembapan didasarkan pada indeks


efek presipitasi (PE index) yakni :
b. TE ratio (rasio efek termal)
Dimana : T (temperatur) dalam satuan F
Dari TE ratio akan diperoleh TE indeks, yaitu dengan
menjumlahkan TE ratio dalam 12 bulan.
Tabel golongan suhu didasarkan pada TE index
yakni :
PE ratio=11.5

p
( T 10
)

10/9

D. Langkah kerja
1. Ambil data curah hujan dan suhu bulanan dari jangka waktu lama (10
tahun).
2. Jumlahkan curah hujan dan suhu pada bulan yang sama selama 10
tahun.
3. Cari curah hujan dan suhu rata-rata bulanan.
4. Klasifikasikan data curah hujan dan suhu menurut beberapa ahli, yaitu:
a. Menurut Mohr
1. Dari hasil jumlah dan rata-rata curah hujan tersebut, tentukan
yang tergolong BB, BL dan BK, dengan ketentuan sebagai
berikut:
BB > 100 mm, BL 60-100 mm, BK <60 mm.
2. Setelah digolongkan ke dalam BB, BL, dan BK akan diketahui
jenis iklim di Kabupaten Serang, Banten dalam klasifikasi
menurut Mohr.
b. Menurut Schmidt dan Ferguson
1. Dari hasil jumlah dan rata-rata curah hujan tersebut, tentukan
yang tergolong BB, BL dan BK per tahun dengan ketentuan
sebagai berikut:
BB > 100 mm, BL 60-100 mm, BK <60 mm.
2. Setelah digolongkan ke dalam BB, BL, dan BK masukkan ke
dalam rumus:

Q=

Jumlah rataratabulan kering


x 100
Jumlah ratarata bulan basah

3. Setelah hasil diperoleh, akan diketahui jenis iklim di


Kabupaten Serang, Banten dalam klasifikasi menurut Schmidt
dan Ferguson.
c. Menurut Koppen
1. Hitunglah hasil dari jumlah dan rata-rata data curah hujan
2. Tentukan curah hujan terendah dalam waktu 10 tahun dengan
dikali 0,0394
3. Setelah ditemukan hasil dari jumlah curah hujan ubah ke satuan
inchi dengan dikalikan 0,0394
4. Setelah ditemukan hasil dari rata-rata curah hujan ubah ke
satuan inchi dengann dikalikan 0,0394
5. Agar dapat menggolongkan ke dalam iklim menurut Koppen
carilah pembanding curah hujan terendah dengan rumus
Q=3,94

6.

inchi
( Jumlah ratarata
)
25

Setelah diketahui hasil dari pembanding, maka bandingkan


hasil curah hujan terendah dengan pembanding, maka akan
diketahui jenis iklim di Kabupaten Serang, Banten dalam

klasifikasi menurut Koppen.


d. Menurut Oldeman
1. Dari hasil jumlah dan rata-rata curah hujan tersebut, tentukan
yang tergolong BB, BL dan BK, dengan ketentuan sebagai
berikut:
BB > 200 mm, BL 100 200 mm dan BK < 100 mm
2. Tentukan berapa jumlah BB, BL, BK dalam kurun waktu 10
tahun.
3. Setelah digolongkan ke dalam BB, BL, dan BK akan diketahui
jenis iklim di Kabupaten Serang, Banten dalam klasifikasi
menurut Oldeman.
e. Menurut Thornthwaite
1. Masukkan data jumlah curah hujan dalam satuan mm
2. Masukkan data rata-rata curah hujan dalam satuan mm dan
inchi.
3. Masukkan data suhu dalam satuan C dan F
4. Tentukan rasio PE dengan rumus

PE=115

inch
( ratarataCH
Suhu F10 )

10/9

5. Tentukan indeks PE dengan cara menjumlahkan hasil dari rasio


PE untuk menentukan huruf besar
6. Tentukan rasio TE dengan rumus
TE=

( Suhu 4F32 )
7. Tentukan indeks TE dengan cara menjumlahkan hasil dari rasio
TE untuk menentukan huruf besar aksen
8. Tentukan Indeks Panas dengan rumus
Suhu C
i=
1,514
5

9. Tentukan STz dengan cara menentukan terletak pada lintang


berapakah kota Pangkalpinang berada
10. Tentukan a dengan rumus
1792 x 10
(5 x i)+0,49239
9
3
7
2
a=( 675 x 10 x i )( 771 x 10 x i ) +

11. Tentukan PET dengan rumus


PET =1,6

F
( 10 x Suhu
)
i

12. Tentukan PE dengan rumus


PE=STz x PET
13. Tentukan P-PE dengan rumus
PPE=Jumlah curah hujan ( mm )PE
14. Setelah diketahui hasil dari P-PE dapat ditentukan surplus dan
defisit per bulan untuk menentukan huruf kecil
15. Setelah diketahui huruf besar, huruf besar aksen dan huruf kecil
maka akan diketahui jenis iklim di Kabupaten Serang, Banten
dalam klasifikasi menurut Thornthwaite.
E. Hasil
Hasil terlampir
F. Pembahasan

Secara geografis luas wilayah Kabupaten Serang adalah 1.467,35 km.


Secara geografis terletak posisi koordinat antara 1057' - 10522' Bujur Timur
dan 550' - 621' Lintang Selatan. Kabupaten Serang berbatasan dengan
beberapa daerah, diantaranya yaitu.
1. Sebelah utara : berbatasan dengan Laut Jawa
2. Sebelah selatan : berbatasan dengan Kabupaten Lebak dan
Pandeglang
3. Sebelah barat : berbatasan dengan Kota Cilegon dan Selat
Sunda
4. Sebelah timur : berbatasan dengan Kabupaten Tangerang
Iklim di wilayah Kabupaten Serang termasuk tropis dengan musim
hujan antara Oktober Februari dan musim kemarau antara Maret
September. Curah hujan rata-rata 3,92 mm/hari. Temperatur udara rata-rata
berkisar antara 25,8 Celsius 27,6 Celsius. Temperatur udara minimum
20,90 Celsius dan maksimum 33,8 Celsius. Tekanan udara dan kelembaban
nisbi rata-rata 81,00 mb/bulan. Kecepatan arah angina rata-rata 2,80 knot,
dengan arah terbanyak adalah dari barat.
Berdasarkan hasil perhitungan klasifikasi iklim menurut Mohr,
kabupaten Serang termasuk ke dalam iklim golongan III, yaitu merupakan
daerah agak kering, dengan bulan kering 3-4 bulan.
Berdasarkan hasil perhitungan klasifikasi iklim menurut SchmidtFerguson, kabupaten Serang termasuk ke dalam iklim D, karena kabupaten
Serang Q (hasil BK/BB x 100) = 87 yang terletak di iklim D (60 100), yaitu
iklim sedang dan hutan musim.
Berdasarkan hasil perhitungan klasifikasi iklim menurut Koppen,
kabupaten Serang termasuk ke dalam iklim Aw,
Rata-rata curah hujan terendah = 22,1
= 22,1 x 0,0394
= 0,87074
Pembanding

= 1329 x 0,0394
= 52,3626

= 3,94 (52,3626 : 25)

= 1,845496
0,87074 < 1,845496
sehingga kabupaten Serang termasuk ke dalam iklim Aw yaitu Iklim tropis,
basah dan kering, dengan irama curah hujan musiman yang jelas, sekurangkurangnya satu bulan <60 mm (2,4 inchi).
Berdasarkan hasil perhitungan klasifikasi iklim menurut Oldeman,
kabupaten Serang termasuk ke dalam golongan E4, karena terdapat 1 BB,
yaitu pada bulan Desember, dan BK > 6. Hal ini sesuai dengan pendapat
Lakitan ( 2002 ) yang menyatakan bahwa dalam tabel penggologan iklim
menurut Oldeman, menurut interpretasi agroklimat oldeman daerah ini
umumnya terlalu kering, mungkin hanya dapat satu kali panen palawija,
itupun tergantung adanya hujan. Sistem pertanian yang cocok yaitu dengan
membajak sawah sebanyak satu kali dalam tanaman menengah. Pola tanaman
yang baik untuk di budidayakan yaitu dengan pola tanam tanaman menengah.
Pada klasifikasi iklim menurut Thornthwaite termasuk ke dalam
iklim BAs, yaitu dengan perhitungan sebagai berikut:
1. Menentukan huruf besar melalui indeks PE yang diperoleh dari
perhitungan Rasio PE, pada kabupaten Serang memiliki indeks PE
63,968 (64) maka dapat diperoleh jenis iklim B (Lembap) Hutan
2. Menentukan huruf besar melalui indeks TE yang diperoleh dari
perhitungan Rasio TE, pada kabupaten Serang memiliki indeks TE
146,7, indeks TE 146,7 > 128 maka dapat diperoleh jenis iklim A
(Tropis)
3. Menentukan huruf kecil melalui hasil dari P PE, dari hasil ini
akan diperoleh data yang Surplus maupun Defisist. Jika P PE
bernilai positif maka hasilnya Surplus dan jika P PE bernilai
negatif maka hasilnya Defisit. Pada kabupaten Serang ini hasil P
PE bernilai surplus pada bulan Oktober Februari dan deficit pada
bulan Maret September, maka dapat diperoleh huruf s, yaitu
deficit curah hujan pada musim panas.
Sehingga dalam klasifikasi iklim menurut Thornthwaite ini kabupaten Serang
termasuk ke dalam jenis iklim BAs, yaitu daerah tropis lembab dan desifit
curah hujan pada musim panas.

Tanaman padi membutuhkan curah hujan 200 mm perbulan sehingga


baik ditanam setiap bulan desember hingga februari dilihat dari data yang
tersedia dimana curah hujan tiap bulan tersebut memiliki jumlah curah hujan
yang sesuai dengan tanaman padi, sedangkan tanaman palawija membutuhkan
curah hujan 1300 mm per tahun. Pada dasarnya dapat ditanam kapan saja asal
diperkirakan tidak akan kebanjiran dan kekeringan. Pada lahan sawah,
palawija umumnya di tanam pada akhir musim hujan setelah panen padi.
G. Kesimpulan
Dari data suhu dan curah hujan kabupaten Serang selama 10 tahun
dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu:
1. Menurut Mohr, kabupaten Serang termasuk golongan III yaitu daerah
agak kering dengan bulan kering 3-4bulan
2. Menurut Schmidt-Ferguson, kabupaten Serang termasuk ke dalam
iklim D yaitu daerah beriklim sedang dan hutan musim.
3. Menurut Koppen, kabupaten Serang termasuk ke dalam iklim Aw,
yaitu Iklim tropis, basah dan kering, dengan irama curah hujan
musiman yang jelas, sekurang-kurangnya satu bulan <60 mm (2,4
inchi)
4. Menurut Oldeman, kabupaten Serang termasuk ke dalam golongan E4
5. Menurut Thornthwaite kabupaten Serang termasuk ke dalam jenis
iklim BAs, yaitu daerah tropis lembab dan desifit curah hujan pada
musim panas.
DAFTAR RUJUKAN
Utomo, D. H, 2009. Buku Ajar Meteorologi Dan Klimatologi. Universitas
Negeri Malang.
Anonymous.

2011.

Kabupaten

Serang.

(Online),

(https://id.wikipedia.org/wiki/Kabupaten_Serang), diakses pada 4


Desember 2015.
Marifatullah, 2012, Cuaca dan Gejala Alam. (Online). (http;// cuaca-dangejala-alam-blogspot.html). Diakses tanggal 05 Desember 2015.
Nilamtika, 2014. Agroklimatologi Klasifikasi Tipe Iklim. (Online).
(http;//analisis-tipe-iklimdocx.html). Diakses tanggal 05 Desember
2015.

Anda mungkin juga menyukai