TINJAUAN PUSTAKA
A.
berasal dari turunan progesterone yang memiliki ikatan reseptor yang relative kuat
terhadap reseptor glukokortikoid dan aldosteron. Khasiat glukokortikoidnya baru
akan terlihat pada pemberian dosis tinggi. DMPA tidak memiliki khasiat anti
androgen karena tidak melalui hati, keberadaannya dalam serum mencapai 100% dan
hampir 88% terikat pada albumin ( Baziad,A. 2008, hlm 16).
Depoprovera atau biasa disingkat DMPA adalah berisi depo medroksi
progesterone asetat dan diberikan dalam suntikan tunggal 150 mg secara
intramuscular setiap 12 minggu. (Everett, S. 2008, hlm 170)
DMPA adalah suatu sintesa progestin yang mempunyai efek seperti progestin
asli dari tubuh wanita.(Anggraini & Martini, 2012. Hlm 138-139)
B.
7
biopsi. Tetapi, perubahan-perubahan tersebut akan kembali menjadi normal
dalam waktu 90 hari setelah suntikan DMPA yang terakhir.
2. Sekunder
Lendir serviks menjadi kental dan sedikit, sehingga merupakan barier
terhadap spermatozoa dan membuat endometrium menjadi kurang baik atau
kurang layak untuk implantasi dari ovum yang telah dibuahi.
C.
8
9. Pada penggunaan jangka panjang dapat menimbulkan kekeringan vagina,
menurunkan libido, gangguan emosi, sakit kepala dan jerawat.
D.
E.
harus diberikan dalam lima hari pertama masa menstruasi, tidak dibutuhkan
kontrasepsi tambahan. Setelah itu suntikan selanjutnya diberikan setiap 12 minggu.
Suntikan harus diberikan secara intramuscular pada kuadran luar atas bokong, spuit
yang sebelumnya telah diisi DMPA harus dikocok sebelum diberikan.
F.
9
3. Ovulasi mungkin sudah dapat timbul setelah 73 hari penyuntikan, tetapi
umumnya ovulasi baru timbul kembali setelah 4 bulan atau lebih
4. Pada pemakaian jangka lama, tidak terjadi efek akumulatik dari DMPA
dalam darah atau serum.
G.
wanita akan mengalami kehamilan dalam satu tahun pemakaian DMPA. Dosis
DMPA dengan daya kerja kontraseptif yang paling sering dipakai 150 mg setiap 3
bulan adalah dosis tinggi. Setelah disuntik, ovulasi tidak akan terjadi untuk minimal
14 minggu (Hartanto, 2010).
H.
10
I.
J.
11
dengan paham tentang sesuatu harus dapat menjelaskan, memberikan
contoh dan menyimpulkan.
3. Penerapan, yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah
dipelajari pada situasi dan kondisi nyata atau dapat menggunakan
hokum-hukum, rumus, metode dalam situasi nyata.
4. Analisis, artinya adalah kemampuan untuk menguraikan objek kedalam
bagin-bagian lebih kecil, tetapi masih dalam suatu struktur objek
tersebut dan masih terkait satu sama lain. Ukuran kemampuan adalah ia
dapat menggambarkan, membuat bagan, membedakan, memisahkan,
membuat bagan adopsi perilaku, dan dapat membedakan pengertian
psikologi dan fisiologi.
5. Sintesis, yaitu suatu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian
didalam suatu bentuk keseluruhan yang baru atau kemampuan untuk
menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada. Ukuran
kemampuan adalah ia dapat menyusun, meringkas, merencanakan, dan
menyesuaikan suatu teori atau rumusan yang telah ada.
6. Evaluasi, yaitu kemampuan untuk melakukan penilaian terhadap suatu
objek. Evaluasi dapat menggunakan kriteria yang telah ada atau disusun
sendiri.
Menurut Notoatmodjo (2003), pengukuran pengetahuan dibagi atas tiga
kategori yaitu :
a) Baik : jika responden menjawab benar 76%-100%
b) Cukup : jika responden menjawab benar 56%-75%
c) Kurang : jika responden menjawab benar < 56%
12
b) Hubungan sosial
Hubungan sosial atau relasi sosial adalah hubungan antara dua atau
lebih individu dimana tingkah laku yang satu mempengaruhi, mengubah
atau memperbaiki tingkah laku individu yang lain atau sebaliknya.
Bentuk-bentuk hubungan sosial
1) Kontak dan komunikasi sosial
kontak sosial dan komunikasi sosial merupakan syarat terjadinya
interaksi sosial sebagai bagian dari hubungan sosial di masyarakat.
Tanpa adanya dua syarat tersebut, interaksi sosial tidak akan
terjadi. Pengertian tentang interaksi sosial sangat berguna didalam
emmperhatikan dan mempelajari berbagai masalah di masyarakat.
Misalnya, di Indonesia dapat dikaji mengenai bentuk interaksi
sosial yang berlangsung diantara berbagai suku bangsa atau antara
golongan terpelajar dengan golongan agama. Dengan mengetahui
dan
memahami
perihal
kondisi-kondisi
apa
yang
dapat
dalam
melakukan
proses
interaksi
sosialakan
13
3) Proses sosialisasi
Manusia sebagai makhluk sosial harus dapat bersosialisasi agar
individu dapat menjadi manusia yang adaptif dengan lingkungan.
Pada dasarnya ada tiga aktivitas utama dalam sosialisasi, yaitu
belajar, penyesuaian diri, dan pengalaman mental. Belajar pada
dasarnya tidak hanya terbatas pada aktivitas belajar yang formal
disekolah, tetapi juga proses yang terjadi diluar sekolah.
Penyesuaian diri sering disebut dengan adaptasi. Dalam kehidupan
bermasyarakat adaptasi sangat penting dilakukan, agar dalam
sosialisasi tidak menimbulkan konflik atau pertentangan antara
kepentingan pribadi dan kepentingan kelompok. Pengalaman
mental individu juga akan menjadi hal penting dalam pemilihan
sikap atau perilaku setiap individu. Pengalaman mental kadang
sulit dilukiskan, tetapi sangat besar pengaruhnya terhadap
sosialisasi.
c) Kebiasaan
Bila dilihat sekilas saja, suatu kebiasaan adalah suatu rutinitas kecil
yang terkesan tidak membahayakan, melalui rutinitas kita bisa mengatur
aktivitas setiap hari dengan rileks tanpa perlu banyak berfikir, dan bisa
memberi kehjidupan yang penuh arti. Rutinitas kita ini merupakan
kebiasaan yang sangat mudah ditebak, oleh karena itu rutinitas bisa
membuat kita merasa nyaman. Menurut kamus New World Webster (dalam
wuryanano) defenisi kebiasaan adalah pola tindakan yang didapatkan secara
sangat otomatis sehingga sulit dihilangkan.
14
Kebiasaan adalah bertemunya semua hal yang dimiliki manusia atas
kemampuannya memiliki otak, badan fisik dan hati atau perasaan. Otak
sebagai representasi akan pengetahuan (knowledge) yang dimiliki
seseorang atas pembelajaran selama hidupnya. Badan / fisik adalah wahana
untuk membentuk manusia sehingga ia memiliki keterampilan (skill). Hal
ini bisa diwakili oleh panca indera, tangan dan kaki, seluruh anggota tubuh
atau gabungan dari kesemuanya. Sedangkan hati atau perasaan adalah
tempat sebuah keinginan (desire) berawal. Gabungan ketiga hal ini lah yang
kemudian dapat menjadikan manusia sehingga ia memiliki sebuah
kebiasaan.
Kebiasaan adalah sesuatu yang sering dilakukan, dan karenanya
dilakukan dengan mudah. (kamus)
Kebiasaan adalah kata benda (nominal) adalah sesuatu yang biasa
dikerjakan dan sebagainya. (KBBI)
Istilah antropologi pola untuk melakukan tanggapan terhadap situasi
tertentu yang dipelajari oleh seorang individu dan yang dilakukannya secara
berulang untuk hal yang sama. (KBBI)
Kebiasaan ada yang bersifat negative dan ada yang bersifat positif,
ada kebiasaan buruk dan ada kebiasaan baik, ada yang bersifat tidak
produktif dan ada yang bersifat produktif. (Wuryanano, 2007)