Anda di halaman 1dari 3

sheiLA_GenK | Tuhan itu Ibarat Tukang Cukur

Copyright agenkurnia agenkurnia@webmail.umm.ac.id


http://agenkurnia.student.umm.ac.id/2011/07/14/tuhan-itu-ibarat-tukang-cukur/

Tuhan itu Ibarat Tukang Cukur


Mungkin ketika membaca judul diatas Anda akan bertanya-tanya, protes,
mengernyitkan dahi, atau bahkan langsung menutup blog ini. Tunggu dulu! Saran
saya anda tidak boleh menjudge suatu bacaan atau artikel dari judulnya saja tanpa
membaca terlebih dahulu isinya. Hal yang sama hampir pernah saya lakukan ketika
membaca sebuah buku karya Sulaiman Budiman yang berjudul Berani
Menertawakan Diri Sendiri. Di dalam buku ini terdapat cerita yang mengibaratkan
tukang cukur itu seperti Tuhan.

Mungkin kita pernah bertanya dalam diri kita sendiri, apakah sesungguhnya Tuhan
itu ada? Kalau ada dimanakah Ia berada? Pertanyaan-pertanyaan itu pastilah
sangat sulit kita jawab karena diluar nalar kita. Nah, artikel yang saya baca dalam
buku karya Sulaiman Budiman ini memberikan saya jawaban atas pertanyaan yang
teramat rumit seperti itu. Artikel itu memang singkat tetapi menurut saya sarat
akan makna.

Dalam artikel itu diceritakan bahwa suatu ketika ada seorang bapak yang
mendatangi pangkas rambut untuk merapikan rambutnya. Bapak tadipun langsung
dilayani oleh seorang tukang cukur. Selama kira-kira 10 menit memotong rambut si
bapak, tukang cukur tadi lalu bertanya suatu pertanyaan yang sebenarnya
hanyalah basa-basi untuk membunuh kejenuhan. Beginilah percakapan mereka
berdua.

" Pak, bapak percaya tidak kalau Tuhan itu ada? "

" Tentu saja saya percaya dengan segenap jiwa dan hati saya. Kalau Tuhan tidak
ada, kita tidak mungkin ada di dunia ini," ujar si Bapak dengan mantap.

" Kalau saya tidak pak, "

" Lha, kenapa bisa begitu? Apakah anda tidak beragama? "

page 1 / 3

sheiLA_GenK | Tuhan itu Ibarat Tukang Cukur


Copyright agenkurnia agenkurnia@webmail.umm.ac.id
http://agenkurnia.student.umm.ac.id/2011/07/14/tuhan-itu-ibarat-tukang-cukur/

" Coba Bapak lihat keluar. Diluar sana banyak sekali pengemis dan gelandangan.
Kalau Tuhan itu ada, mengapa sampai sekarang mereka masih menjadi seperti itu.
Bukankah Tuhan itu Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang? Bagaimana mungkin
Tuhan membiarkan mereka dalam keadaan seperti itu? "

Pernyataan tukang cukur tadi membuat si Bapak terdiam. Sekilas pernyataan itu
benar dan tidak terbantahkan. Bapak tadi lalu berpikir keras untuk menemukan
jawabannya. Singkat cerita, setelah rambut Bapak tadi selesai dipotong ia lalu
keluar dari tempat pangkas rambut tersebut. Baru beberapa langkah dia melihat
ada seorang gelandangan yang rambutnya sudah panjang dan tidak teratur serta
brewokan. Bapak tadi langsung masuk kembali ke pangkas rambut tersebut dan
langsung menemui tukang cukur yang memotong rambutnya. Bapak tadi lalu
bertanya

" Pak, di dunia ini tidak ada tukang cukur ya? "

Si tukang cukur tertawa lalu berkata

" Ah, bapak ini bercanda ya? Bukannya saya baru saja memotong rambut bapak,
bahkan bekas rambut bapak yang ada di lantai belum saya bersihkan. Kenapa
bapak bisa berkata demikian? "

" Lihat saja keluar. Diluar itu ada gelandangan bukan? Perhatikan rambut dan
jenggotnya, sama sekali tidak terurus. Kalau tukang cukur itu ada, mengapa
rambutnya berantakan seperti itu? "

" Itu karena dia tidak meminta tolong kepada saya, pak. Jadi saya tidak tahu dia
butuh saya atau tidak. "

" Begitu juga dengan Tuhan, bukan? Para pengemis tadi tetap begitu-begitu saja
karena mereka tidak meminta pertolongan dengan sungguh-sungguh kepada
Tuhannya. Bagaimana Tuhan tahu kalau mereka butuh bantuan kalau mereka

page 2 / 3

sheiLA_GenK | Tuhan itu Ibarat Tukang Cukur


Copyright agenkurnia agenkurnia@webmail.umm.ac.id
http://agenkurnia.student.umm.ac.id/2011/07/14/tuhan-itu-ibarat-tukang-cukur/

sendiri tidak meminta pertolongan kepada Tuhan mereka. Mereka malah sibuk
untuk meminta bantuan orang lain yang notabene juga ciptaan Tuhan.
Sesungguhnya Tuhan itu akan memberikan kita jalan keluar dari kesusahan, karena
Ia Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang"

" Benar juga ya pak. Saya mengerti sekarang. "

Bapak tadi lalu pergi meninggalkan tempat pangkas rambut tersebut.

Tuhan sudah pasti tidak dapat disamakan dengan makhluk apapun di dunia ini.
Namun, dari cerita di atas kita dapat mengambil pelajaran bahwa Tuhan itu
memang ada. Kita tidak perlu susah-susah memikirkan dimana Dia berada. Karena
Dia sesungguhnya berada dalam hati setiap manusia, kita hanya perlu
memejamkan mata dan berdoa kepada-Nya, karena dengan begitu kita akan
merasakan kehadiran-Nya dalam setiap langkah kita.

Sekian.

Semoga bermanfaat.

Terima kasih kepada Pak Sulaiman Budiman atas bukunya yang sangat
menginspirasi.

page 3 / 3

Anda mungkin juga menyukai