Anda di halaman 1dari 3

Fraktur pada batang tibia dan fibula merupakan fraktur yang lebih sering terjadi

dibandingkan dengan batang tulang panjang yang lain. Periosteum yang menutupi
tibia pada orang dewasa adalah tipis, terutama di atas batas subkutannya, dan
mudah robek dengan hasil bahwa fraktur pada batang tibia sering dengan
pergeseran yang luas.
Fraktur diafisis tibia dan fibula lebih sering ditemukan bersama-sama. Fraktur
dapat juga terjadi hanya pada tibia atau fibula saja.
Mekanisme Trauma
Fraktur dapat diakibatkan trauma langsung dan trauma tidak langsung.
Trauma langsung energi tinggi diakibatkan kecelakaan lalu lintas atau jatuh dari
ketinggian lebih dari 4 m. Fraktur yang terjadi biasanya fraktur terbuka. Trauma
langsung energi rendah diakibatkan cedera pada waktu olah raga. Biasanya fraktur
yang terjadi fraktur tertutup. Trauma tidak langsung diakibatkan oleh gaya gerak
tubuh sendiri berupa torsi tubuh, kekuatan trauma disalurkan melalui sendi.
Trauma angulasi akan menimbulkan fraktur tipe tranversal atau oblik pendek,
sedangkan trauma rotasi akan menimbulkan fraktur tipe spiral. Fraktur tibia
biasanya terjadi pada batas antara 1/3 bagian tengah dan 1/3 bagian distal
sedangkan fraktur fibula pada batas 1/3 bagian tengah dengan 1/3 bagian
proksimal, sehingga fraktur tidak terjadi pada ketinggian yang sama. Tungkai
bawah bagian depan sangat sedikit ditutupi otot sehingga fraktur pada daerah tibia
sering bersifat terbuka.
Gambaran Klinis
Daerah yang patah tampak bengkak, tampak deformitas angulasi atau
endo/eksorotasi, ditemukan nyeri gerak dan nyeri tekan pada daerah yang patah.
Sering ditemukan penonjolan tulang keluar kulit.
Radiologi
Umumnya cukup dibuat 2 proyeksi, anterior posterior dan lateral. Dengan
pemeriksaan radiologis dapat ditentukan lokalisasi fraktur, jenis fraktur, apakah
fraktur pada tibia dan fibula atau hanya pada tibia saja atau fibula saja. Juga dapat
ditentukan apakah fraktur bersifat segmental.
Penanggulangan
Fraktur tertutup
Pengobatan standar dengan cara konservatif berupa reposisi tertutup dan
dilakukan imobilisasi dengan gips. Prinsip reposisi adalah fraktur tertutup, ada
kontak 70% atau lebih, tidak ada angulasi dan tidak ada rotasi.
Cara imobilisasi dengan gips: Penderita tidur terlentang di atas meja periksa.
Kedua lutut dalam posisi fleksi 90, sedang kedua tungkai bawah menggantung di
tepi meja. Tungkai bawah yang patah ditarik ke arah bawah. Rotasi diperbaiki.
Setelah tereposisi baru dipasang gips sirkuler. Ada beberapa cara pemasangan
gips, yaitu:
1. Cara long leg plaster:

Imobilisasi cara ini dilakukan dengan pemasangan gips mulai pangkal jari kaki
sampai proksimal femur dengan sendi talocrural dalam posisi netral sedang posisi
lutut dalam fleksi 20.
2. Cara Sarmiento:
Pemasangan gips dimulai dari jari kaki sampai di atas sendi talocrural dengan
molding sekitar maleolus. Kemudian setelah kering segera dilanjutkan ke atas
sampai 1 inci di bawah tuberositas tibia dengan molding pada permukaan anterior
tibia, gips dilanjutkan sampai ujung proksimal patella. Keuntungan cara
Sarmiento ialah kaki dapat diinjakkan lebih cepat.
Jika setelah dilakukan reposisi tertutup ternyata hasilnya kurang baik: masih
terjadi angulasi, perpendekan lebih dari 2 cm, tidak ada kontak antara kedua ujung
fragmen tulang, maka dapat dianjurkan untuk dilakukan open reduksi dengan
operasi dan pemasangan internal fiksasi setelah 3 minggu (union secara fibrosa).
Metode pengobatan operatif:

Pemasangan plate dan screw

Nail intrameduler

Pemasangan screw semata-mata

Pada fraktur oblik atau spiral, imobilisasi dengan gips biasanya sulit
dipertahankan, sehingga mungkin diperlukan tindakan operasi.
Fraktur terbuka
Dilakukan debridement lukanya, kemudian tulang yang patah dilakukan reposisi
secara terbuka. Setelah itu dilakukan imobilisasi.
Bermacam-macam cara imobilisasi untuk fraktur terbuka:
1. Cara Trueta:
Luka setelah dilakukan debridement tetap dibiarkan terbuka tidak perlu dijahit.
Setelah tulangnya direposisi gips dipasang langsung tanpa pelindung kulit kecuali
pada SIAS, calcaneus dan tendo Achilles. Gips dibuka setelah berbau dan basah.
Cara ini sudah ditinggalkan. Dahulu banyak dikerjakan pada zaman perang.
2. Cara long leg plaster:
Cara seperti telah diuraikan di atas. Hanya untuk fraktur terbuka dibuat jendela
setelah beberapa hari di atas luka. Dari lobang jendela ini luka dirawat sampai
sembuh.
3. Cara dengan memakai pen di luar tulang (Fiksasi eksterna):
Cara ini sangat baik untuk fraktur terbuka kruris grade III. Dengan cara ini
perawatan luka yang luas di kruris sangat mudah.
Macam-macam bentuk fiksasi eksterna, diantaranya:

Judet fiksasi eksterna

Roger Anderson

Hoffman

Screw + Methyl methacrylate (INOE teknik)

Komplikasi
Dini
Komplikasi dini berupa Compartment syndrome, terutama terjadi pada fraktur
proksimal tibia tertutup. Komplikasi ini sangat berbahaya karena dapat
menyebabkan gangguan vaskularisasi tungkai bawah yang dapat mengancam
kelangsungan hidup tungkai bawah. Yang paling sering terjadi yaitu anterior
compartment syndrome.
Penanganannya dalam waktu kurang dari 12 jam harus dilakukan fasiotomi.
Lanjut
1. Malunion:
Biasanya terjadi pada fraktur yang komunitif sedang imobilisasinya longgar,
sehingga terjadi angulasi dan rotasi. Untuk memperbaikinya perlu dilakukan
osteotomi.
2. Delayed union:
Terutama terjadi pada fraktur terbuka yang diikuti dengan infeksi atau pada
fraktur yang komunitif. Hal ini dapat diatasi dengan operasi tandur alih tulang
spongiosa.
3. Non union:
Disebabkan karena terjadi kehilangan segmen tulang tibia disertai dengan infeksi.
Hal ini dapat diatasi dengan melakukan bone grafting menurut cara Papineau.
4. Kekakuan sendi:
Hal ini disebabkan karena pemakaian gips yang terlalu lama. Pada persendian
kaki dan jari-jari biasanya terjadi hambatan gerak. Hal ini dapat diatasi dengan
fisioterapi.

Anda mungkin juga menyukai