Anda di halaman 1dari 4

Gejala Group Think

A. Having a Highly Cohesive Group


1. The illusion of invulnerability
Ilusi akan ketidakrentanan memberikan keyakinan kelompok bahwa mereka cukup kuat
untuk mengatasi permasalahan apa pun serta menimbulkan optimisme yang berlebihan
dan keberanian untuk mengambil risiko yang sangat ekstrim.
2. Belief In The Inherent Morality of the Group
Keyakinan akan moralitas yang tertanam di dalam kelompok. Kelompok memandang diri
mereka baik, mereka percaya bahwa pengambilan keputusan mereka akan baik pula.
B. Closed mindedness
1. Out-Group Stereotypes
Stereotip kelompok luar, Sterotip ini membuat anggota kelompok yang terpengaruh oleh
groupthink terkesan merendahkan semua yang di luar kelompok.
2. Collective rationalization
Rasionalisasi kolektif, anggota-anggota kelompok tidak mengindahkan peringatan yang
dapat mendorong mereka untuk mempertimbangkan kembali pemikiran dan tindakan
mereka sebelum mencapai suatu keputusan akhir.
C. Pressure toward uniformity
1. Self-censorship (member who protect group from adverse information)
Kelompok meyakinkan anggota kelompok bahwa keputusan yang diambil adalah benar.
Kelompok membungkam pemikiran pribadi yang menentang dan menggunakan retorika
kelompok untuk dapat memperkuat keputusan kelompok.
2. Pressure On Dissenters (direct pressure on any member who expresses
arguments against the group)
Tekanan terhadap anggota kelompok atau orang lain yang menyatakan opini yang
berlawanan dengan opini mayoritas.
3. Self-Appointed Mindguards (Minimize the importance of counter-arguments)
Pengawal pikiran, anggota-anggota kelompok yang melindungi kelompok dari informasi
yang tidak mendukung mereka. Masing-masing anggota melakukan pembenaran
terhadap keputusan yang diambil.
4. Illusion of Unanimity (Shared illusion of unity)
Ilusi akan adanya kebulatan suara, anggota kelompok menganggap bahwa apa yang ia
lakukan disetujui oleh anggota kelompok lain.
Peristiwa Meledaknya Pesawat Ulang Alik Challenger

Pada tanggal 28 Januari 1986, pesawat ulang-alik Challenger meledak dan hancur
berantakan. Challenger adalah pesawat ulang-alik Lembaga Antariksa Amerika Serikat (NASA)
yang kedua. Peluncuran perdananya berlangsung pada 4 April 1983. Pesawat ini sempat
menjalani misi sebanyak 9 kali sebelum akhirnya hancur berantakan pada detik ke-73, saat
peluncuran untuk misinya yang kesepuluh (STS-51-L). Tim investigasi dengan nama Komisi
Rogers dibentuk untuk mengetahui penyebab kecelakaan tersebut. Hasil investigasi
menunjukkan bahwa penyebab meledaknya Challenger adalah rusaknya segel karet cincin-O
karena suhu udara yang sangat dingin pada saat peluncuran. Cincin-O berfungsi menjaga agar
gas panas di dalam roket peluncur tidak merembes ke luar.
Peristiwa meledaknya pesawat Challenger merupakan salah satu keputusan Group
Think yang keliru. Berikut analisis group think yang dirangkum dari presentasi Steve Shore dan
buku Etika enjinering edisi 2 karya Charles B Feddermann:
A. Having a Highly Cohesive Group
Ketika insinyur Morton Thiokol menyatakan kemungkinan bencana terkait cincin-O,
manajer

NASA

menyatakan

bahwa

Selalu

ada

risiko

dalam

setiap

penerbangan/peluncuran yang kita lakukan selama ini. Cincin O merupakan salah satu

bagian kritis dalam komponen pesawat ulang alik Challenger.


Budaya kerja yang berbeda di NASA, beberapa kesuksesan teknologi pesawat mereke
membuat sombong. NASA dipimpin oleh orang-orang yang terbaik dalam bidang ilmu
pengetahuan (homogeny), sehingga menganggap remeh pendapat orang lain di luar
NASA (termasuk insinyur Morton Thiokol). Manajemen NASA juga tidak terbiasa

menerima kritik dan rekomendasi.


Tidak ada definisi khusus dan jelas mengenai Risiko di NASA. Mereka menganggap

semua proyek berisiko, tetapi tidak terdapat standar yang jelas.


B. Closed mindedness
Peluncuran sempat ditunda beberapa kali karena beberapa alasan. Penundaan
sebelumnya karena alasan cuaca (angin dingin), teknis (pengunci pintu bermasalah),
politis (wakil pesiden Bush belum datang, beliau adalah pendukung NASA). NASA
khawatir penundaan berikutnya akan membuat publik serta Kongres Amerika kecewa.
NASA ingin membuktikan bahwa pesawat mereka lebih baik dari pesawat buatan Badan
Luar Angkasa Eropa (Europe Space Agency) yang sedang dikembangkan. Rusia
berencana meluncurkan alat yang digunakan untuk mengamati komet Halley pada tahun
1986, NASA berencana mencuri start dengan meluncurkan pada bulan Januari dengan
membawa alat yang memiliki fungsi yang sama. Pesawat Challenger akan dibanggakan
dalam pidato kenegaraan Presiden Reagen (Juli 1986). Pidato Reagen mengenai

pendidikan, salah satu astronot adalah guru. Sehingga peluncuran harus dilakukan

pada bulan Januari. Peraturan keselamatan diabaikan dengan dalih memenuhi jadwal.
Challenger diluncurkan pada saat suhu sangat dingin (31F), bahkan suhu terdingin

dalam sejarah peluncuran pesawat ulang alik NASA.


Roger Boisjoly, salah satu insinyur Morton Thiokol yang bertanggung jawab dalam
pembangunan Solid Rocket Booster (SRB) berpendapat bahwa pada suhu dingin, cincin
segel karet mengeras dan jadi makin mudah rusak, dan hal tersebut bisa menimbulkan
bencana sehingga menyarankan peluncuran ditunda hingga suhu peluncuran di atas
53F. Morton Thiokol kemudian melakukan percobaan pada 27 Januari 1986 dan data
yang didapat tidak memadai (kekhawatiran Roger dianggap tak terbukti). Bob Lund,
Wakil Presiden bidang teknik pada awalnya juga menyatakan peluncuran sebaiknya

ditunda.
Manager NASA dan insinyur sudah mengetahui tentang cacat desain dari cincin-O sejak
tahun 1977, tetapi tidak menindaklanjuti isu tersebut. Penanganan hanya dilakukan
dengan membuat dua cincin, satu cincin primer dan satu cincin sekunder. Pada
peluncuran pesawat Discovery (1985), satu cincin-O telah rusak, dan hanya tersisa satu
(sekunder-cadangan). Kerusakan cincin tersebut sudah disampaikan oleh Roger dan

tim.
Dalam kasus Challenger, pemegang kekuasaan terbesar adalah NASA karena Morton
Thiokol hanyalah salah satu kontraktornya,

C. Pressure toward uniformity


Insinyur Rockwell Int menyatakan kekhawatiran mengenai penumpukan es, tetapi

manajer mengarahkan misi tetap dilanjutkan dan mengabaikan kekhawatiran tersebut.


Beberapa teknisi dan insinyur yang mengidentifikasi kesalahan/masalah tidak

menyampaikan pendapat/temuannya karena takut kehilangan pekerjaan.


Wakil Presiden dari Morton Thiokol mengatakan kepada Wakil Presiden Engineering
(Bob Lund) untuk melepas topi insinyur dan memakai topi manajemen. Bob Lund pada
awalnya setuju dengan Roger untuk menunda peluncuran, tetapi kemudian memberikan
rekomendasi peluncuran dapat dilakukan dengan mengatakan tidak terdapat bukti yang

memadai bahwa cincin-O tidak berfungsi pada suhu di bawah 53F.


Ahli insinyur Morton Thiokol (Roger dan kawan-kawan) menyatakan kepada Komisi
Rogers (komisi investigasi yang dibentuk) bahwa mereka tidak diminta berpartispasi

dalam pengambilan keputusan akhir peluncuran.


Roger berusaha mengungkap kebenaran kepada komisi investigasi, tetapi ia malah
dikucilkan dan dicabut kewenangannya oleh perusahaan Morton Thiokol hingga

akhirnya memutuskan mengundurkan diri. Allan J. McDonald, manajer program di


Thiokol, juga mengalami nasib yang sama.

Sumber:
1. Steve Shore http://www.slideshare.net/stevebshore/groupthinklecutrefinal
2. Etika enjinering edisi 2 Charles B Feddermann, diterbitkan oleh Penerbit Erlangga 2006
https://books.google.co.id/books?
id=sysstIhm1d8C&pg=PA56&lpg=PA56&dq=analisis+pesawat+challenger&source=bl&ots=
Mj8TGt1znZ&sig=BtdQxQVEzEfj9Nojd3Mltv632_o&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjg9Zbw7fKAhWQGY4KHVVcCIEQ6AEIRTAH#v=onepage&q=challenger&f=false

Anda mungkin juga menyukai