BAB 2 New
BAB 2 New
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
Hospital Stage
- First
- Emergenc
Responder
- Ambulance
y Room
- Operating
Service
24
Rehabilitatio
n-
Fisical
Psycologi
cal
Social
Room
- Intensif
jam
Care Unit
- Ward Care
10
11
kebakaran, tim SAR atau guru harus memiliki kemampuan tambahan lain
yaitu menguasai kemampuan menanggulangi keadaan gawat darurat
dalam kondisi :
12
Penyakit anak
Penyakit dalam
Penyakit saraf
Penyakit Jiwa
Penyakit Mata dan telinga
Dan lainya sesuai kebutuhan sistem
Penyebarluasan kemampuan sebagai penolong pertama dapat
13
e) Quality Control
Penilaian, perbaikan dan peningkatan system harus dilakukan secara
periodic untuk menjamin kualitas pelayanan sesuai tujuan.
B. TEMS (Tulungagung emergency medical service)
Tulungagung Emergency Medical Services (TEMS ) merupakan
sistem pelayanan kegawat daruratan medis dan non medis secara terpadu
dengan melibatkan kepolisi dan dan badan penanggulangan bencana
daerah,BPBD.
1.
a)
b)
c)
2. Tujuan TEMS
a) Memperkuat sistem pelayanan gawat darurat khususnya pra rumah sakit
dan rumah sakit (IGD) untuk mencapai standar minimal kawasan Asia
b) Memperkuat SDM khususnya dokter dan perawat melalui pendidikan
formal dan pelatihan2 serta magang, dari jenjang minimal sampai
pendidikan formal untuk mencapai standar minimal kawasan Asia
c) Mampu memberikan pelayanan gawat darurat yang terakreditasi
internasional disemua IGD rumah sakit
d) Diperlukan dokter dan perawat Indonesia yang kompeten di bidang
Emergency Medicine dan Emergency Nursing
3. Konsep TEMS
ini diintegrasikan dengan pelayanan di tingkat dasar seperti yang
ada di Puskesmas. Selain secara medis terintegrasi dengan Puskesmas,
layanan ini juga terkoneksi dengan command center yang dimiliki Polres
14
15
C. Pendidikan Kesehatan
1. Definisi Pendidikan Kesehatan
Pendidikan kesehatan merupakan suatu bentuk tindakan mandiri
keperawatan untuk membantu klien baik individu, kelompok, maupun
masyarakat dalam mengatasi masalah kesehatannya melalui kegiatan
pembelajaran yang didalamnya
16
ini
17
1) Dimensi sasaran
a. Pendidikan kesehatan individu dengan sasarannya adalah individu.
b. Pendidikan kesehatan kelompok dengan sasarannya adalah kelompok
masyarakat tertentu.
c. Pendidikan kesehatan masyarakat dengan sasarannya adalah masyarakat
luas.
2) Dimensi tempat pelaksanaan
a. Pendidikan kesehatan di rumah sakit dengan sasarannya adalah pasien
dan keluarga
b. Pendidikan kesehatan di sekolah dengan sasarannya adalah pelajar.
c. Pendidikan kesehatan di masyarakat atau tempat kerja dengan
sasarannya adalah masyarakat atau pekerja.
3) Dimensi tingkat pelayanan kesehatan
a. Pendidikan kesehatan untuk promosi kesehatan (Health Promotion),
misal: peningkatan gizi, perbaikan sanitasi lingkungan, gaya hidup dan
sebagainya.
b. Pendidikan kesehatan untuk perlindungan khusus (Specific Protection)
misal : imunisasi
c. Pendidikan kesehatan untuk diagnosis dini dan pengobatan tepat (Early
diagnostic and prompt treatment) misal : dengan pengobatan layak dan
sempurna dapat menghindari dari resiko kecacatan.
d. Pendidikan kesehatan untuk rehabilitasi (Rehabilitation) misal : dengan
memulihkan kondisi cacat melalui latihan-latihan tertentu.
5. Langkah-langkah dalam Penyuluhan Kesehatan
Menurut Effendy (1998) ada beberapa langkah yang harus ditempuh
dalam melaksanakan penyuluhan kesehatan masyarakat, yaitu :
1) Mengkaji kebutuhan kesehatan masyarakat
2) Menetapkan masalah kesehatan masyarakat
3)Memprioritaskan masalah yang terlebih dahulu untuk ditangani melalui
penyuluhan kesehatan masyarakat
4) Menyusun perencanaan penyuluhan, seperti :
a) Menetapkan tujuan
b) Penentuan sasaran
c) Menyusun materi atau isi penyuluhan
d) Memilih metoda yang tepat
18
19
20
21
media
sebagai
perantara
(Mubarak
dkk,
2006).
22
D. Konsep Sikap
1. Definisi Sikap
Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang mengenai
objek atau situasi yang relatif, yang disertai perasaan tertentu dan
memberi dasar pada orang tersebut untuk membuat respon atau
23
pandangan,
pikiran,
pengalaman
pribadi,
24
3. Tingkatan Sikap
Menurut Notoatmodjo (2003), sikap memiliki empat tingkatan dari yang
terendah sampai yang tertinggi, yaitu:
a) Menerima (receiving)
Menerima dapat diartikan bahwa orang mau dan memperhatikan stimulus
yang diberikan (objek). Misalnya sikap seseorang terhadap periksa
kehamilannya, dapat diketahui atau diukur dari kehadiran ibu untuk
mendengarkan penyuluhan yang telah diberikan.
b) Merespon (responding)
Menanggapi ini diartikan memberikan jawaban atau tanggapan terhadap
pertanyaan atau objek yang dihadapi apabila ditanya. Menyelesaikan dan
mengerjakan tugas adalah salah satu indikasi dari sikap.
c) Menghargai (valuing)
Menghargai diartikan sebagai subjek atau seseorang memberikan nilai
yang positif terhadap objek atau stimulus, dalam arti membahasnya
dengan orang
lain dan
bahkan mengajak,
mempengaruhi
atau
25
yang
Mempengaruhi
Pembentukan
dan
Pengubahan Sikap
Manusia sebagai faktor sosial, pembentukan sikap tidak lepas dari
pengaruh interaksi satu sama lainnya (eksternal). Disamping itu manusia
juga individu, sehingga apa yang datang dari dalam dirinya (internal) juga
mempengaruhi pembentukn sikap (Notoadmojo, 2003).
1) Faktor Internal
Dalam hal ini individu menerima, mengolah dan memilih segala sesuatu
yang datang dari luar, serta menentukan mana yang akan diterima dan
mana yang akan ditolak. Faktor internal menyangkut motivasi dan sikap
yang bekerja dalam diri individu pada saat itu, serta mengarahkan minat,
perhatian (psikologis) juga perasaan sakit,lapar dan haus (faktor
fisiologis).
2) Faktor Eksternal
Merupakan stimulus untuk membentuk dan menentukan sikap. Stimulus
tersebut dapat bersifat langsung, misalnya individu dengan individu,
individu dengan kelompok. Dapat juga bersifat tidak langsung yaitu
melalui perantara seperti alat komunikasi dan sebagainya.
5. Pembentukan dan Perubahan Sikap
Menurut Wirawan (2000, dalam Sunaryo, 2004) ada beberapa cara untuk
membentuk dan mengubah sikap individu, yaitu:
1) Adopsi
26
dimilikinya
pengetahuan,
pengalaman,
intelegensi
dan
bertambahnya umur. Oleh karena itu hal-hal yang terjadi dianggap sejenis,
sekarang dipandang tersendiri dan lepas dari sejenisnya sehingga
membentuk sikap tersendiri.
3) Integrasi
Integrasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap yang terjadi
secara bertahap, diawali dari bermacam-macam pengetahuan dan
pengalaman yang berhubungan dengan objek sikap tertentu sehingga
akhirnya terbentuk sikap terhadap objek tersebut.
4) Trauma
Trauma adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap melalui
kejadian secara tiba-tiba dan mengejutkan. Sehingga menimbulkan kesan
mendalam dalam diri individu. Kejadian tersebut akan mengubah sikap
individu terhadap kejadian sejenis.
5) Generalisasi
Generalisasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan sikap karena
pengalaman traumatik pada diri individu yang dapat menimbulkan sikap
negative terhadap semua hal yang sejenis.
6. Pengukuran Sikap
Mengukur sikap tidak lain adalah mencoba membentuk peringkat sikap
seseorang menurut ciri-ciri yang sudah ditetapkan. Pada umumnya
pengukuran sikap dapat dibagi dalam tiga cara yaitu: wawancara,
observasi dan kuesioner. Setiap cara memiliki keuntungan dan
27
dimaksud
untuk
membuka
sikap.
Kelima
adalah
skala
28
29
30
e.
f.
g.
h.
i.
31
pemeriksaan tingkat kesadaran pasien, ukuran dan respon pupil, tandatanda lateralisasi, dan tingkat cedera korda spinalis. (American College of
Surgeons, 2009)
32
33
34
pertolongan
kegawatdaruratan
terus
menerus
sesuai
dan
Medikolegal
dalam
Penanganan
Awal
Kegawatdaruratan
Pelayanan gawat darurat mempunyai aspek khusus karena
mempertaruhkan kelangsungan hidup seseorang. Dipandang dari segi
hukum dan medikolegal, pelayanan gawat darurat berbeda dengan
pelayanan non-gawat darurat karena memiliki karakteristik khusus. Pada
keadaan gawat darurat medik didapati beberapa masalah utama yaitu:
- Periode waktu pengamatan/pelayanan relatif singkat
- Perubahan klinis yang mendadak
- Mobilitas petugas yang tinggi
Hal-hal di atas menyebabkan tindakan dalam keadaan gawat
darurat memiliki risiko tinggi bagi pasien berupa kecacatan bahkan
kematian.Situasi emosional dari pihak pasien karena tertimpa risiko dan
pekerjaan tenaga kesehatan yang di bawah tekanan mudah menyulut
konflik antara pihak pasien dengan pihak pemberi pelayanan kesehatan.
(Herkutanto, 2007)
Pengaturan tindakan medis secara umum dalam UU No.23/1992
tentang Kesehatan dapat dilihat dalam pasal 32 ayat (4) yang menyatakan
bahwa pelaksanaan pengobatan dan atau perawatan berdasarkan ilmu
35
F. Kerangka Konseptual
36
(hidayat,2009)
Pendidikan kesehatan m
(EDUKASI)
TEMS(Tulungagung
Emergrncy Medical
Service)
SIKAP
Baik
Sedang
kurang
Komponen
TEMS :
Jenis
pelayanan
tujuan
konsep
Keterangan:
Penanganan
kegawatdaruratan
: diteliti
Huruf dicetak tebal : diteliti
: tidak diteliti
37
G. Hipotesis
Hipotesis adalah asumsi pertanyaan tentang hubungan antara dua atau
lebih variable yang di harapkan bisa menjawab pertanyaan dalam
penelitian. Setiap hipotesis terdiri dari suatu unit atau bagian dari
permasalahan (Nursalam 2003).
H1 : Ada pengaruh pendidikan kesehatan TEMS terhadap sikap
masyarakat dalam penanganan cepat kegawatdaruratan
H0 : Tidak ada pengaruh pendidikan kesehatan TEMS terhadap sikap
masyarakat dalam penanganan cepat kegawatdaruratan