DisusunOleh :
Isma Nur Hafidoh
121710101106
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Nugget adalah suatu bentuk produk olahan daging yang terbuat dari
daging giling yang dicetak dalam bentuk potongan empat persegi dan dilapisi
dengan tepung berbumbu (battered dan braded) (Maghfiroh, 2000). Nugget
dikonsumsi setelah proses penggorengan rendam (deep fat frying) (Saleh et al,
2002). Nugget dibuat dari daging giling yang diberi bumbu, dicampur bahan
pengikat, kemudian dicetak membentuk tertentu, dikukus, dipotong dan dilumuri
perekat tepung (batter) dan diselimuti tepung roti (breading). Nugget digoreng
setengah matang dan dibekukan untuk mempertahankan mutunya selama
penyimpanan (Astawan, 2007). Nugget merupakan salah satu bentuk produk
makanan beku siap saji, yaitu produk yang telah mengalami pemanasan sampai
setengah matang (precooked), kemudian dibekukan (Afrisanti, 2010). Produk
beku siap saji ini hanya memerlukan waktu penggorengan selama 1 menit pada
suhu 150 C. Tekstur nugget tergantung dari bahan asalnya (Astawan, 2007).
Standarisasi kualitas untuk bahan pangan untuk nugget meliputi sifat kimia dan
organoleptik.
Persyaratan untuk menguji kualitas bahan pangan menurut Badan
Standarisasi Nasional (2002) menggunakan uji kualitas kimia meliputi kadar
lemak, air, abu, protein dan karbohidrat. Uji kualitas organoleptik meliputi aroma,
rasa, dan tekstur. Badan Standarisasi Nasional (BSN) (2002) pada SNI.01-66382002 mendefinisikan nugget ayam sebagai produk olahan ayam yang dicetak,
dimasak, dibuat dari campuran daging ayam giling yang diberi bahan pelapis
dengan atau tanpa penambahan bahan makanan lain dan bahan tambahan
makanan yang diizinkan. Sebagai pedoman standar karakteristik nugget keong,
mengacu pada SNI. 0166382002 (BSN, 2002) yang membahas tentang standar
kualitas nugget ayam.
1.2 Tujuan
Mengetahui peranan bahan pengisi dalam pembuatan nugget.
digoreng,
memberikan
penampakan
goreng
pada
produk
serta
Jika suhu terlalu tinggi, pelapis produk akan berwarna gelap dan gosong. Waktu
untuk penggorengan awal adalah sekitar 30 detik. Penggorengan awal dilakukan
karena penggorengan pada produk akhir hanya berlangsung sekitar 4 menit, atau
tergantung pada ketebalan dan ukuran produk (Tanoto, 1994). Menurut Jamaludin
et al (2008) selama proses penggorengan terjadi secara simultan perpindahan
panas dan massa.
2.2 Bahan Pengisi
Bahan pengisi merupakan sumber pati yang ditambahkan dalam produk
restrukturisasi untuk menambah bobot produk dengan mensubstitusi sebagian
daging sehingga biaya dapat ditekan (Rahayu, 2007). Fungsi lain dari bahan
pengisi adalah membantu meningkatkan volume produk. Menurut Winarno (1997)
pati terdiri atas dua fraksi yang dapat terpisah dengan air panas. Fraksi terlarut
disebut amilosa dan fraksi tidak terlarut disebut amilopektin. Fraksi amilosa
berperan penting dalam stabilitas gel, karena sifat hidrasi amilosa dalam pati yang
dapat mengikat molekul air dan kemudian membentuk massa yang elastis.
Stabilitas ini dapat hilang dengan penambahan air yang berlebihan. Bahan pengisi
yang umum digunakan pada pembuatan nugget adalah tepung (Afrisanti, 2010).
2.3 Bumbu-bumbu
Bumbu-bumbu adalah bahan yang sengaja ditambahkan dan berguna
untuk meningkatkan konsistensi, nilai gizi, cita rasa, mengendalikan keasaman
dan kebasaan, memantapkan bentuk dan rupa produk (Erawaty, 2001). Pembuatan
nugget memerlukan bahan pembantu yaitu garam, gula, bawang putih dan merica
(Aswar, 2005). Garam merupakan komponen bahan makanan yang ditambahkan
dan digunakan sebagai penegas cita rasa dan bahan pengawet. Penggunaan garam
tidak boleh terlalu banyak karena akan menyebabkan terjadinya penggumpalan
(salting out) dan rasa produk menjadi asin. Konsentrasi garam yang ditambahkan
biasanya berkisar 2 sampai 3% dari berat daging yang digunakan (Aswar, 2005).
Pemakaian gula dan bumbu dapat memperbaiki rasa dan aroma produk
yang dihasilkan. Pemberian gula dapat mempengaruhi aroma dan tekstur daging
serta mampu menetralisir garam yang berlebihan (Buckle et al, 1987). Bawang
putih (Allium sativum L.) berfungsi sebagai penambah aroma serta untuk
Dikukus 1 jam
Potong-potong
Dicelupkan
telur
dan
Tepung
Digulingkan
dalam
terigu
Goreng
Simpan
dalam
kulkas
1
Panir
Tekstur (mm/10 g)
Terigu : Maizena
120
(mm / 10 g)
150
(2,5% : 5%)
125
155
124
160
120
125
Terigu : Maizena
130
135
130
155
(5% : 10%)
130
130
125
150
130
150
135
150
Perlakuan
Tekstur (mm/10 s)
Terigu : Maizena
123,8
(mm / 10 s)
146
(2,5% : 5%)
Terigu : Maizena
131
147
(5% : 10%)
BAB 5 PEMBAHASAN
gram), garam (1 gram), bawang putih (5 gram), pala (0,2 gram), lada (0,2
gram), STPP (0,5 gram), dan bahan pelapis yang meliputi telur, terigu dan
tepung panir.
Langkah kedua yaitu dengan mencapurkan daging ayam giling dengan
beberapa tepung dan bumbu yang telah ditentukan, kemudian aduk hingga
merata tujuannya untuk mencampur atau menghomogenkan adonan daging
dengan bumbu dan tepung tersebut. Kemudian adonan tersebut dicetak dalam
loyang untuk mempermudah proses pengukusan dan memperluas permukaan
saat ditempatkan pada loyang. Kemudian adonan dikukus untuk proses
pematangan nugget. Selanjutnya nugget yang telah matang diukur teksturnya
terlebih dahulu dengan alat pnetrometer untuk mengetahui tekstur dari kedua
adonan yang berbeda. Kemudian masing-masing nugget dalam loyang
tersebut dipotong menjadi dua bagian untuk yang bertujuan untuk
mempermudah proses selanjutnya, yaitu penggulingan dalam tepung terigu
yang fungsinya sebagai filler dari nugget. Selanjutnya dicelupkan dalam telur
yang telah dikocok sebagai perekat. Setelah itu dicelupkan kembali dalam
tepung panir yang berfungsi sebagai perenyah bagi nugget tersebut. Setelah
itu lakukan penyimpanan dalam kulkas selama 30 menit untuk mempermudah
penggorengan agar bahan pelapis pada nugget tidak lengket dan tidak rusak
pada saat penggorengan. Kemudian nugget tersebut digoreng untuk
merekatkan bahan pelapis pada nugget dan untuk memberi warna pada
nugget sehingga nugget menjadi lebih renyah. Setelah itu nugget yang sudah
matang diukur tekstur bagian dalamnya dengan menggunakan alat
pnetrometer untuk mengetahui perbedaan antara tekstur nuggett setengah
matang dan nungget yang telah matang.
5.2 Pembahasan
Dari hasil pengamatan yang telah diperoleh, dapat diketahui bahwa
nugget ayam dengan perlakuan terigu dan maizena perbandingan 5% : 10%
memiliki tekstur yang lebih lunak daripada terigu dan maizena dengan
perbandingan 2,5% : 5%. Yang artinya jumlah pati yang besar menyebabkan
tekstur menjadi lebih padat dan cenderung keras, menurut Rospiati(2007)
BAB 6 PENUTUP
6.1 Kesimpulan
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan, dan dari hasil pengamatan
dapat disimpulkan bahwa :
1) Nugget ayam merupakan hasil olahan daging ayam giling yang telah
dicampur dengan filler, bumbu-bumbu dan bahan pelapis.
2) Kandungan pati dalam tepung filler mempengaruhi tekstur nugget,
semakin tinggi kandungan pati, teksturnya semakin keras dan padat.
3) Proses pengolahan nugget meliputi pengilingan daging, pencampuran
bahan, pengukusan, pembekuan dan penggorengan.
6.2 Saran
Dalam pembuatan nugget sebaikya diperhatikan factor-faktor yang
mempengaruhi supaya mendapatkan produk nugget yang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Afrisanti, D.W. 2010. Kualitas Kimia dan Organoleptik Nugget Daging Kelinci
dengan Penambahan Tepung Tempe. Skripsi. Program Studi Peternakan.
Fakultas Pertanian. Surakarta : Universitas Sebelas Maret.
Astawan, M. 2007. Nugget Ayam Bukan Makanan Sampah. Gramedia. Universitas
Gajah Mada
Aswar. 2005. Pembuatan Fish Nugget dari Ikan Nila Merah (Oreochromis Sp.).
Skripsi. Teknologi Hasil Perikanan. Fakultas Perikanan Bogor: Institut
Pertanian Bogor.
Badan Standardisasi Nasional. 2002. Nugget Ayam. SNI 01-6683-2002. Jakarta :
Badan Standardisasi Nasional
Buckle, K. A., R. A Edward, G. H. Fleet dan M. Wooton. 1987. Food Science.
Penerjemah : H. Purnomo dan Adiono. Jakarta : Universitas Indonesia
Press
Erawaty, R.W. 2001. Pengaruh Bahan Pengikat, Waktu Penggorengan dan Daya
Simpan terhadap Sifat Fisik dan Organoleptik Produk Nugget Ikan Sapu
Sapu (Hyposascus pardalis). Skripsi. Program Studi Teknologi Hasil
Perikanan. Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan. Bogor : Institut
Pertanian Bogor
Fellow, A.P. 2000. Food Procession Technology, Principles and Practise.2nd ed.
Woodread.Pub.Lim. Cambridge. England. Terjemahan Ristanto.W dan
Agus Purnomo
Hui, Y. H. 1996. Baileys Industrial Oil and Fat Products. 5th Ed. Vol 3. A WilleyInterscience Publication. John Willey & Sons., Inc. New York.
DATA PENGAMATAN
Perlakuan
Terigu : Maizena
(2,5% : 5%)
(1:2)
Terigu : Maizena
(5% : 10%)
(1:2)
Tekstur
(mm/10det)
375 255
380 255
380 256
360 240
380 250
365 230
345 215
335 210
350 220
350 - 215
LAMPIRAN PERHITUNGAN
Perlakuan 1
Tekstur awal
375 255 = 120
380 255 = 125
380 256 = 124
360 240 = 120
380 250 = 130
jumlah ratarata=
120+125+124+120+130
=123,8
5
jumlah ratarata=
150+155+160+135+130
=146
5
Perlakuan 2
Tekstur awal
365 230 = 135
345 215 = 130
335 210 = 125
350 220 = 130
350 215 = 135
jumlah ratarata=
135+130+125+130+135
=131
5
jumlah ratarata=
155+130+150+150+150
=147
5
Bahan
LAMPIRAN GAMBAR
Alat