Anda di halaman 1dari 29

1

I. Konsep Diabetes Melitus


1. Definisi Penyakit
Diabetes Melllitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang
yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar gula (glukosa) darah akibat
kekurangan insulin baik absolut maupun relatif (Arjatmo, 2002).
Diabetes melitus (DM) menurut American Diabetes Association (ADA) tahun
2013 adalah keadaan kadar glukosa darah tinggi karena terjadinya gangguan dalam
menghasilkan dan menggunakan insulin.
2. Manifestasi Klinik
Menurut Askandar (1998) seseorang dapat dikatakan menderita Diabetes Mellitus
apabila menderita dua dari tiga gejala yaitu
1. Keluhan TRIAS: Banyak minum, Banyak kencing dan Penurunan berat badan.
2. Kadar glukosa darah pada waktu puasa lebih dari 120 mg/dl
3. Kadar glukosa darah dua jam sesudah makan lebih dari 200 mg/dl
Sedangkan menurut Waspadji (1996) keluhan yang sering terjadi pada penderita
Diabetes Mellitus adalah: Poliuria, Polidipsia, Polifagia, Berat badan menurun,
Lemah, Kesemutan, Gatal, Visus menurun, Bisul/luka, Keputihan.
3. Etiologi dan Faktor Predisposisi
1. Diabetes tipe I:
a. Faktor genetik
Penderita diabetes tidak mewarisi diabetes tipe I itu sendiri; tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetik ke arah terjadinya
DM tipe I. Kecenderungan genetik ini ditemukan pada individu yang
memiliki tipe antigen HLA.
b. Faktor-faktor imunologi
Adanya respons otoimun yang merupakan respons abnormal dimana
antibodi terarah pada jaringan normal tubuh dengan cara bereaksi terhadap
jaringan tersebut yang dianggapnya seolah-olah sebagai jaringan asing.
Yaitu auto antibodi terhadap sel-sel Langerhans dan insulin endogen.
c. Faktor lingkungan
Virus atau toksin tertentu dapat memicu proses otoimun yang
menimbulkan destruksi selbeta.
2. Diabetes Melitus Tipe II
Mekanisme yang tepat yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan
sekresi insulin pada diabetes tipe II masih belum diketahui. Faktor genetik
memegang peranan dalam proses terjadinya resistensi insulin.
Faktor-faktor resiko :
a. Usia (resistensi insulin cenderung meningkat pada usia di atas 65 th)
b. Obesitas

c. Riwayat keluarga
3. Patofisiologi
Ibarat suatu mesin, tubuh memerlukan bahan untuk membentuk sel baru dan
mengganti sel yang rusak. Disamping itu tubuh juga memerlukan energi supaya sel
tubuh dapat berfungsi dengan baik. Energi yang dibutuhkan oleh tubuh berasal dari
bahan makanan yang kita makan setiap hari. Bahan makanan tersebut terdiri dari
unsur karbohidrat, lemak dan protein (Suyono,1999).
Pada keadaan normal kurang lebih 50% glukosa yang dimakan mengalami
metabolisme sempurna menjadi CO2 dan air, 10% menjadi glikogen dan 20%
sampai 40% diubah menjadi lemak. Pada Diabetes Mellitus semua proses tersebut
terganggu karena terdapat defisiensi insulin. Penyerapan glukosa kedalam sel macet
dan metabolismenya terganggu. Keadaan ini menyebabkan sebagian besar glukosa
tetap berada dalam sirkulasi darah sehingga terjadi hiperglikemia.
Penyakit Diabetes Mellitus disebabkan oleh karena gagalnya hormon insulin.
Akibat kekurangan insulin maka glukosa tidak dapat diubah menjadi glikogen
sehingga kadar gula darah meningkat dan terjadi hiperglikemi. Ginjal tidak dapat
menahan hiperglikemi ini, karena ambang batas untuk gula darah adalah 180 mg%
sehingga apabila terjadi hiperglikemi maka ginjal tidak bisa menyaring dan
mengabsorbsi sejumlah glukosa dalam darah. Sehubungan dengan sifat gula yang
menyerap air maka semua kelebihan dikeluarkan bersama urine yang disebut
glukosuria. Bersamaan keadaan glukosuria maka sejumlah air hilang dalam urine
yang disebut poliuria. Poliuria mengakibatkan dehidrasi intra selluler, hal ini akan
merangsang pusat haus sehingga pasien akan merasakan haus terus menerus
sehingga pasien akan minum terus yang disebut polidipsi.
Produksi insulin yang kurang akan menyebabkan menurunnya transport glukosa
ke sel-sel sehingga sel-sel kekurangan makanan dan simpanan karbohidrat, lemak
dan protein menjadi menipis. Karena digunakan untuk melakukan pembakaran
dalam tubuh, maka klien akan merasa lapar sehingga menyebabkan banyak makan
yang disebut poliphagia. Terlalu banyak lemak yang dibakar maka akan terjadi
penumpukan asetat dalam darah yang menyebabkan keasaman darah meningkat
atau asidosis. Zat ini akan meracuni tubuh bila terlalu banyak hingga tubuh
berusaha mengeluarkan melalui urine dan pernapasan, akibatnya bau urine dan
napas penderita berbau aseton atau bau buah-buahan. Keadaan asidosis ini apabila
tidak segera diobati akan terjadi koma yang disebut koma diabetik (Price,1995).

Patway
DM Tipe I

DM Tipe II

Reaksi Autoimun

Idiopatik, usia, genetil, dll

sel pancreas hancur

Jmh sel pancreas menurun


Defisiensi insulin

Hiperglikemia

Katabolisme protein meningkat

Lipolisis meningkat

Penurunan BB polipagi
Glukosuria

Glukoneogenesis
meningkat

Diuresis Osmotik

Gliserol asam lemak


bebas meningkat

Kehilangan elektrolit urine

Ketogenesis

Kehilangan cairan hipotonik


Polidipsi

Hiperosmolaritas

ketoasidosis

coma

ketonuria

4. Klasifikasi
a. DM Tipe I (IDDM)
Penderita sangat bergantung terhadap insulin karena terjadi proses autoimun
yang menyerang insulinnya. IDDM merupakan jenis DM yang diturunkan
(inherited).
b. DM Tipe II (NIDDM)

Jenis DM ini dipengaruhi baik oleh keturunan maupun factor lingkungan.


Seseorang mempunyai risiko yang besar untuk menderita NIDDM jika orang
tuanya adalah penderita DM dan menganut gaya hidup yang salah.
c. DM Gestasional
DM jenis ini cenderung terjadi pada wanita hamil dan dalam keluarganya
terdapat anggota yang juga menderita DM. Faktor risikonya adalah kegemukan
atau obesitas.
d. DM Sekunder
Merupakan DM yang berkaitan dengan keadaan atau sindrom lain (pancreatitis,
kelainan hormonal, dan obat-obatan).
5. Pemeriksaan Diagnostik
Kriteria diagnostik WHO untuk diabetes mellitus terdiri atas pemeriksaan :
1. Glukosa plasma sewaktu >200 mg/dl (11,1 mmol/L)
2. Glukosa plasma puasa >140 mg/dl (7,8 mmol/L)
3. Glukosa plasma dari sampel yang diambil 2 jam kemudian sesudah
4.
5.
6.
7.
8.
9.

mengkonsumsi 75 gr karbohidrat (2 jam post prandial (pp) > 200 mg/dl


Asam lemak bebas meningkat
Osmolalitas serum meningkat
Gas darah arteri : PH menurun, HCO3 menurun
Ureum/kreatinin meningkat/normal
Urine : gula + aseton positip
Elektrolit : Na, K, fosfor

Tabel 1: Ktiteria Pengendalian DM


JENIS

Baik

Sedang

Buruk

GD Puasa (mg/dL)

80-109

110-139

140

GD 2 jam PP (mg/dL)

110-159

160-199

200

Koleseterol Total (mg/dL)

<200

200-239

>240

Kolesterol LDL (mg/dL) non PJK

<130

130-159

>160

Dengan PJK

<100

100-129

>130

Kolesterol HDL (mg/dL)

>45

35-45

<35

Trigliserida (mg/dL) tanpa PJK

<200

200-149

>250

Dengan PJK

<150

150-199

>200

BMI: Wanita

18,5-22,9

23-25

>25/<18,5

Pria

20-24,9

Tekanan Darah (mmHg)

<140/90

25-27
140-160/
90-95

>27/<20
>160/95

6. Penatalaksanaan Medik
Tujuan utama terapi DM adalah mencoba menormalkan aktivitas insulin dan kadar
glukosa darah dalam upaya mengurangi terjadinya komplikasi vaskuler serta
neuropatik. Tujuan terapeutik pada setiap tipe DM adalah mencapai kadar glukosa
darah normal (euglikemia) tanpa terjadi hipoglikemia dan gangguan series pada
pola aktivitas pasien.
Ada lima konponen dalam penatalaksanaan DM, yaitu:
1. Diet
a. Syarat diet DM hendaknya dapat:
1) Memperbaiki kesehatan umum penderita
2) Mengarahkan pada berat badan normal
3) Menormalkan pertumbuhan DM anak dan DM dewasa muda
4) Mempertahankan kadar KGD normal
5) Menekan dan menunda timbulnya penyakit angiopati diabetik
6) Memberikan modifikasi diit sesuai dengan keadaan penderita.
7) Menarik dan mudah diberikan
b. Prinsip diet DM, adalah:
1)

Jumlah sesuai kebutuhan

2)

Jadwal diet ketat

3)

Jenis: boleh dimakan/tidak


c. Diit DM sesuai dengan paket-paket yang telah disesuaikan dengan
kandungan kalorinya.

1)

Diit DM I

: 1100 kalori

2)

Diit DM II

: 1300 kalori

3)

Diit DM III

: 1500 kalori

4)

Diit DM IV

: 1700 kalori

5)

Diit DM V

: 1900 kalori

6)

Diit DM VI

: 2100 kalori

7)

Diit DM VII

: 2300 kalori

8)

Diit DM VIII: 2500 kalori


Keterangan :
a) Diit I s/d III : diberikan kepada penderita yang terlalu gemuk
b) Diit IV s/d V : diberikan kepada penderita dengan berat badan normal
c) Diit VI s/d VIII : diberikan kepada penderita kurus. Diabetes remaja,
atau diabetes komplikasi.
Dalam melaksanakan diit diabetes sehari-hari hendaklah diikuti pedoman 3
J yaitu:
a) J I

: jumlah kalori yang diberikan harus habis, jangan

dikurangi atau ditambah


b) J II

: jadwal diit harus sesuai dengan intervalnya.

c) J III : jenis makanan yang manis harus dihindari


Penentuan jumlah kalori Diit Diabetes Mellitus harus disesuaikan oleh status
gizi penderita, penentuan gizi dilaksanakan dengan menghitung Percentage of
relative body weight (BBR= berat badan normal) dengan rumus:
BB (Kg)
BBR =

X 100 %
TB (cm) 100

Kurus (underweight)
a)

Kurus (underweight)

BBR < 90 %

b)

Normal (ideal)

BBR 90 110 %

c)

Gemuk (overweight)

BBR > 110 %

d)

Obesitas, apabila

BBR > 120 %

e)

Obesitas ringan

BBR 120 130 %

f)

Obesitas sedang

BBR 130 140 %

g)

Obesitas berat

BBR 140 200 %

h)

Morbid

BBR > 200 %

Sebagai pedoman jumlah kalori yang diperlukan sehari-hari untuk penderita


DM yang bekerja biasa adalah:
a)

kurus

BB X 40 60 kalori sehari

b)

Normal

BB X 30 kalori sehari

c)

Gemuk

BB X 20 kalori sehari

d)

Obesitas

BB X 10-15 kalori sehari

2. Latihan
Beberapa kegunaan latihan teratur setiap hari bagi penderita DM, adalah:
a. Meningkatkan kepekaan insulin (glukosa uptake), apabila dikerjakan setiap
1 jam sesudah makan, berarti pula mengurangi insulin resisten pada
penderita dengan kegemukan atau menambah jumlah reseptor insulin dan
meningkatkan sensitivitas insulin dengan reseptornya.
b. Mencegah kegemukan apabila ditambah latihan pagi dan sore
c. Memperbaiki aliran perifer dan menambah supply oksigen
d. Meningkatkan kadar kolesterol-high density lipoprotein
e. Kadar glukosa otot dan hati menjadi berkurang, maka latihan akan
dirangsang pembentukan glikogen baru
f.

Menurunkan kolesterol (total) dan trigliserida dalam darah karena


pembakaran asam lemak menjadi lebih baik.

3. Penyuluhan
Penyuluhan Kesehatan Masyarakat Rumah Sakit (PKMRS) merupakan salah
satu bentuk penyuluhan kesehatan kepada penderita DM, melalui bermacammacam cara atau media misalnya: leaflet, poster, TV, kaset video, diskusi
kelompok, dan sebagainya.
4. Obat
Tablet OAD (Oral Antidiabetes)
1). Mekanisme kerja sulfanilurea
a)kerja OAD tingkat prereseptor : pankreatik, ekstra pancreas
b) kerja OAD tingkat reseptor
2). Mekanisme kerja Biguanida
Biguanida tidak mempunyai efek pankreatik, tetapi mempunyai efek
lain yang dapat meningkatkan efektivitas insulin, yaitu:
(a) Biguanida pada tingkat prereseptor ekstra pankreatik
(1)

Menghambat absorpsi karbohidrat

(2)

Menghambat glukoneogenesis di hati

(3)

Meningkatkan afinitas pada reseptor insulin


(b) Biguanida pada tingkat reseptor : meningkatkan jumlah reseptor
insulin

(c) Biguanida

pada

tingkat

pascareseptor

mempunyai

efek

intraseluler
b.

Insulin
Indikasi penggunaan insulin
1) DM tipe I
2) DM tipe II yang pada saat tertentu tidak dapat dirawat dengan OAD
3) DM kehamilan
4) DM dan gangguan faal hati yang berat
5) DM dan infeksi akut (selulitis, gangren)
6) DM dan TBC paru akut
7) DM dan koma lain pada DM
8) DM operasi
9) DM patah tulang
10) DM dan underweight
11) DM dan penyakit Graves
Beberapa cara pemberian insulin
1). Suntikan insulin subkutan
Insulin reguler mencapai puncak kerjanya pada 1-4 jam, sesudah
suntikan subcutan, kecepatan absorpsi di tempat suntikan tergantung
pada beberapa factor antara lain:

lokasi suntikan
ada 3 tempat suntikan yang sering dipakai yitu dinding perut,
lengan, dan paha. Dalam memindahkan suntikan (lokasi)
janganlah dilakukan setiap hari tetapi lakukan rotasi tempat
suntikan setiap 14 hari, agar tidak memberi perubahan kecepatan
absorpsi setiap hari.
Pengaruh latihan pada absorpsi insulin
Latihan akan mempercepat absorbsi apabila dilaksanakan dalam
waktu 30 menit setelah suntikan insulin karena itu pergerakan
otot yang berarti, hendaklah dilaksanakan 30 menit setelah
suntikan.
2). Pemijatan (Masage)
Pemijatan juga akan mempercepat absorpsi insulin.
3). Suhu

10

Suhu kulit tempat suntikan (termasuk mandi uap) akan mempercepat


absorpsi insulin.
a) Dalamnya suntikan
Makin dalam suntikan makin cepat puncak kerja insulin dicapai.
Ini berarti suntikan intramuskuler akan lebih cepat efeknya
daripada subcutan.
b) Konsentrasi insulin
Apabila konsentrasi insulin berkisar 40 100 U/ml, tidak
terdapat perbedaan absorpsi. Tetapi apabila terdapat penurunan
dari u 100 ke u 10 maka efek insulin dipercepat.
4). Suntikan intramuskular dan intravena
Suntikan intramuskular dapat digunakan pada koma diabetik atau
pada kasus-kasus dengan degradasi tempat suntikan subkutan.
Sedangkan suntikan intravena dosis rendah digunakan untuk terapi
koma diabetik.

Tabel 2: Jenis Insulin berdasarkan Lama Kerja


N

Awitan

Puncak

Durasi

- 1 jam

- 1 jam

3-5 jam

Insulin Lispro (Humalog)

5-15 menit

- 1 jam

3-5 jam

Insulin Gluisine (Apidra)

5-15 menit

- 1 jam

3-5 jam

Insulin Aspart (Novorapid


Insulin Intermediate Acting

5-15 menit

- 1 jam

3-5 jam

NPH (Insultard, Humuli N)


Insulin Long Acting

2-4 jam

4-10 jam

10-16 jam

Insulin Glargine (Lantus)

2-4 jam

No peak

18-26 jam

Insulin Detemir (Levemir)

2-4 jam

No peak

22-24 jam

O
1

Sedian Insulin
Insulin Short acting
Reguler

(Actrapid, Humulin R)
Insulin Analog Rapid
Acting

11

Insulin Campuran
70% NPH 30% Reguler

- 1 jam

Dual

10-16 jam

10-20 menit

Dual

15-18 jam

5- 15 menit

Dual

16-18 jam

(Mixtard, humulin 30/70)


70% Insulin Aspart Protamin
30% Insulin Aspart
(Novomix 30)
75% Insulin Lispro Protamin
30% Insulin Lispro
(Humalog Mix)

II. Konsep Ulkus Kaki Diabetikus


1. Definisi
Ulkus diabetikus adalah salah satu bentuk komplikasi kronik Diabetes mellitus
berupa luka terbuka pada permukaan kulit yang dapat disertai adanya kematian
jaringan setempat. Ulkus diabetika merupakan luka terbuka pada permukaan kulit
karena adanya komplikasi makroangiopati sehingga terjadi vaskuler insusifiensi
dan neuropati, yang lebih lanjut terdapat luka pada penderita yang sering tidak
dirasakan, dan dapat berkembang menjadi infeksi disebabkan oleh bakteri aerob
maupun anaerob. (Working Group on the Diabetic Foot,2011)
2. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala ulkus diabetika yaitu :
a. Sering kesemutan.
b. Nyeri kaki saat istirahat.
c. Sensasi rasa berkurang.
d. Kerusakan Jaringan (nekrosis).
e. Penurunan denyut nadi arteri dorsalis pedis, tibialis dan poplitea.
f. Kaki menjadi atrofi, dingin dan kuku menebal.
g. Kulit kering.
3. Etiologi dan Faktor Prediposisi
a. Faktor endogen:

12

1) Neuropati
2) Angiopati
3) Iskemia
b. Faktor eksogen
1) Trauma
2) Infeksi
Faktor-faktor risiko terjadinya ulkus Diabetik lebih lanjut dijelaskan sebagai
berikut :
a. Umur 60 tahun.
b. Lama DM 10 tahun.
c. Neuropati.
d. Obesitas.
e. Hipertensi.
f. Glikolisasi Hemoglobin (HbA1C) dan kadar glukosa darah tidak terkendali.
g. Kolesterol Total, HDL, Trigliserida tidak terkendali.
h. Kebiasaan merokok.
i. Ketidakpatuhan Diet DM
j. Kurangnya aktivitas Fisik.
k. Pengobatan tidak teratur.
l. Perawatan kaki tidak teratur.
m. Penggunaan alas kaki tidak tepat.
4. Klasifikasi
Berdasarkan faktor penyebab:
a. Diabetika neuropati
b. Iskemia
c. Neuroiskemia
Berdasarkan derajat Ulkus Diabetikum:
1) Grade 0

: tidak ada luka

2) Grade I

: kerusakan hanya sampai pada permukaan kulit

3) Grade II

: kerusakan kulit mencapai otot dan tulang

4) Grade III

: terjadi abses

5) Grade IV

: Gangren pada kaki bagian distal

6) Grade V

: Gangren pada seluruh kaki dan tungkai bawah distal

5. Patofisiologi

13

Patway

LUKA DIABETIK

Neuropati

Iskemik

Perubahan
jaringan
syaraf

Kekurangan
darah dalam
jaringan

Penimbunan
sorbitol dan
Fruktosa
Akson
menghilang

Kekurangan
oksigen

Infeksi
Kuman dan
Bakteri
berkembang biak
Invaksi
Sekunder

Nekrosis
jaringan

Respon
Peradangan

Ulkus Diabetikum
Penurunan
kecepatan
induksi

Peningkatan
Suhu Tubuh

Ganggren Diabetikum

Parastesia
Arterosklerosis

Gangguan
Perfusi
jaringan

Trombus

6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan Fisik: inspeksi kaki untuk mengamati terdapat luka atau ulkus pada
kulit atau jaringan tubuh pada kaki, pemeriksaan sensasi
vibrasi/rasa berkurang atau hilang, palpasi denyut nadi arteri
dorsalis pedis menurun atau hilang. Pemeriksaan Doppler
ultrasound adalah penggunaan alat untuk memeriksa aliran
darah

arteri

maupun

vena.

Pemeriksaan

ini

ntuk

mengidentifikasi tingkat gangguan pada pembuluh darah


arteri maupun vena. Dengan pemeriksaan yang akurat dapat
membantu proses perawatan yang tepat. Pemeriksaan ini
sering disebut dengan Ankle Brachial Pressure Index. Pada
kondisi normal, tekanan sistolik pada kaki sama dengan di

14

< 0.5

0.5-0.7

0.7-0.8

> 0.8

> 1.2

Arterial ulcer

Arterial dan

Arterial dan

Venous

Calcified

venus ulcer

venous ulcer

ulcer

Gangguan

Gangguan

Gangguan

Gangguan

Periksa

pembuluh

arteri dan

arteri dan

pembuluh

ulang

arteri

vena

vena

vena

tangan atau lebih tinggi sedikit. Pada kondisi terjadi gangguan


di area kaki, vena ataupun arteri, akan menghasilkan tekanan
sistolik yang berbeda. hasil pemeriksaan yang akurat dapat
membantu diagnostic ke arah gangguan vena atau arteri
sehingga manajemen perawatan juga berbeda.
Cara pemeriksaan ABPI adalah sebagai berikut:
a. Baringkan klien kurang lebih selama 20 menit.
b. Pastikan area kaki tidak ada sumbatan atau hambatan dari pakaian ataupun posisi.
c. Tutup area luka dengan lapisan melindungi cuff yang menekan.
d. Tempatkan cuff di atas ankle.
e. Doppler probe letakkan di dorsalis pedis dan anterior tibial pulse (dengan

konekting gel). Arah probe Doppler 450


f. Tekan cuff hingga bunyi pulse menghilang
g. Tekan cuff perlahan untuk menurunkan tekanan sampai terdengar bunyi pulse
lagi. Point ini disebut tekanan sistolik ankle.
h. Pindahkan cuff ke lengan di sisi yang sama dengan ekstremitas bawah.
i. Cari pulse brachial dengan dopler probe ( konekting gel).
j. Tekan cuff hingga bunyi pulse menghilang
k. Turunkan tekanan perlahan hingga terdengar bunyi pulse lagi, point ini disebut

tekanan sistolik brachial.


l. Hitung ABPI dengan membagi hasil sistolik ankle dengan hasil sistolik brachial.

Hasil perhitungan di atas di interpretasi pada tabel di bawah ini.


Hasil pemeriksaan APBI tidak hanya berfungsi mendeteksi pulse pada pasien diabetes
tetapi juga sebagai panduan dalam Bandaging pada kasus leg ulcer atau luka kaki.
Pemeriksaan Penunjang : X-ray, EMG dan pemeriksaan laboratorium untuk mengetahui
apakah ulkus diabetika menjadi infeksi dan menentukan
kuman penyebabnya.
7. Penatalaksanaan Medis
Pencegahan dan pengelolahan ulkus diabetikus:
a. Memperbaiki kelainan vaskuler.
b. Memperbaiki sirkulasi.

15

c. Pengelolaan pada masalah yang timbul ( infeksi, dll).


d. Edukasi perawatan kaki.
e. Pemberian obat-obat yang tepat untuk infeksi (menurut hasil laboratorium
lengkap) dan obat vaskularisasi, obat untuk penurunan gula darah maupun
menghilangkan keluhan/gejala dan penyulit DM.
f.

Olah raga teratur dan menjaga berat badan ideal.

g. Menghentikan kebiasaan merokok.


h. Merawat kaki secara teratur setiap hari, dengan cara :
1) Selalu menjaga kaki dalam keadaan bersih.
2) Membersihkan dan mencuci kaki setiap hari dengan air, suam-suam kuku

dengan memakai sabun lembut dan mengeringkan dengan sempurna dan hatihati terutama diantara jari-jari kaki.
3) Memakai krem kaki yang baik pada kulit yang kering atau tumit yang retak-

retak, supaya kulit tetap mulus, dan jangan menggosok antara jari-jari kaki
(contoh: krem sorbolene).
4) Tidak memakai bedak, sebab ini akan menyebabkan kulit menjadi kering dan

retak-retak.
5) Menggunting kuku hanya boleh digunakan untuk memotong kuku kaki

secara lurus dan kemudian mengikir agar licin. Memotong kuku lebih mudah
dilakukan sesudah mandi, sewaktu kuku lembut.
6) Kuku kaki yang menusuk daging dan kalus, hendaknya diobati oleh

podiatrist. Jangan menggunakan pisau cukur atau pisau biasa, yang bias
tergelincir; dan ini dapat menyebabkan luka pada kaki. Jangan menggunakan
penutup kornus/corns. Kornus-kornus ini seharusnya diobati hanya oleh
podiatrist.
7) Memeriksa kaki dan celah kaki setiap hari apakah terdapat kalus, bula, luka

dan lecet.
8) Menghindari penggunaan air panas atau bantal panas.
9) Penggunaan alas kaki tepat, dengan cara :

a) Tidak boleh berjalan tanpa alas kaki, termasuk di pasir.


b) Memakai sepatu yang sesuai atau sepatu khusus untuk kaki dan nyaman dipakai.
c) Sebelum memakai sepatu, memerika sepatu terlebih dahulu, kalau ada batu dan
lain-lain, karena dapat menyebabkan iritasi/gangguan dan luka terhadap kulit.

16

d) Sepatu harus terbuat dari kulit, kuat, pas (cukup ruang untuk ibu jari kaki) dan
tidak boleh dipakai tanpa kaus kaki.
e) Sepatu baru harus dipakai secara berangsur-angsur dan hati-hati.
f) Memakai kaus kaki yang bersih dan mengganti setiap hari.
g) Kaus kaki terbuat dari bahan wol atau katun. Jangan memakai bahan sintetis,
karena bahan ini menyebabkan kaki berkeringat.
h) Memakai kaus kaki apabila kaki terasa dingin.
i)

Menghindari trauma berulang, trauma dapat berupa fisik, kimia dan termis, yang
biasanya berkaitan dengan aktivitas atau jenis pekerjaan.

j)

Menghidari pemakaian obat yang bersifat vasokonstriktor misalnya adrenalin,


nikotin.

k) Memeriksakan diri secara rutin ke dokter dan memeriksa kaki setiap control
walaupun ulkus diabetik sudah sembuh.

III. KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

17

1. PENGKAJIAN
Pengkajian adalah tahap awal dan dasar dalam proses keperawatan. Pengkajian
merupakan tahap yang paling menentukan untuk tahap berikutnya. Oleh karena
itu, pengkajian harus dilakukan secara teliti dan cermat, sehingga kebutuhan
perawatan pada klien dapat diidentifikasi. Kegiatan dalam pengkajian adalah
pengumpulan data (Rohmah Nikmatur, 2009). Pokok utama pengkajian meliputi
:
a. Identitas
biografi pasien meliputi nama, usia, alamat. BB, Tgl, Agama, N0 Rekam
Medis, diagnose sementara, Tgl/jam masuk, Tgl/jam pengkajian, Tgl/jam
keluar RS, Ruangan, Identitas penanggung jawab, hubungan, Alamat,
umur
b. Keluhan Utama
Menurut Robert priharjo (1996 ; 9), untuk mengutamakan masalah atau
keluhan secara lengkap/ keluhan yang mendasari klien dating ke rumah
sakit. Pada khasus DM, bisa terdapat keluhan mual-muntah, Oedema,
adanya ulkus,ganggren, luka susah sembuh, kesemutan.
c. Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien mengatakan Nyeri , mual-muntah, bengkak atau kakinya Luka.
Misal pada keluhan Luka, luka terlihat seperti ulkus , bernanah (puss),
terdapat jaringan nekrosis serta berbau busuk/khas. Luka terlihat pada Ibu
jari kaki kiri klien. Ulkus tersebut meliputi setengah bagian ibu jari klien
dan sedalam 1,5 cm. Ulkus tersebut muncul sejak 1 minggu yang lalu dan
semakin parah semenjak satu minggu yang lalu.
d. Riwayat Kesehatan dahulu
Klien mengatakan bahwa dirinya mengidap penyakit Diabetes Melitus
sejak >10 tahun yang lalu. Klien juga mengatakan memiliki penyakit
maagh, ataupun biasanya di sertai dengan hipertensi dan kolesterol tinggi
atau obesitas.
e. Riwayat Kesehatan keluarga
Keluarga klien mengatakan, di keluarganya ada yang pernah menderita
penyakit diabetes mellitus yaitu ayah dan neneknya. Buat genogram jika
punya riwayat yang sama minimal 3 generasi.
f.

Aktifitas Sehari-hari

18

NO
1

JENIS AKTIVITAS
Nutrisi
a. Makanan
Frekuensi
Jenis
Porsi
Keluhan
b. Minum
Frekuensi
Jumlah
Jenis
Keluhan

DI RUMAH

DI RUMAH SAKIT

> 4 x Sehari
Nasi, Lauk, Sayur
2 centong nasi
Ada/tidak ada

2 x Sehari
Bubur
6 Sendok makan
Ada/tidak ada

> 6 x Sehari
> 1800 ml
The, Air mineral,

4 x sehari

Kopi
Ada /tidak ada

> 800 ml
Air mineral
Ada/tidak ada

Eliminasia
a. BAB
Frekuensi
Konsistensi
Warna
Bau
Keluhan
Istirahat Tidur
a. Siang
b. Malam
c. Keluhan
Personal Hygine
a. Mandi
b. Gosok gigi
c. Keramas
d. Gunting kuku
e. Ganti pakaian

Aktivitas

2 x Sehari
Padat, Lunak
Kuniang
Khas
Ada/tidak ada

2 x sehari
Lunak
Kuning
Khas
Ada/tidak ada

1-3 jam
>6 jam
Ada/Tidak ada

30 menit
3 jam
Ada/tidak

2 x sehari
2 x sehari
2 x sehari
2 x seminggu
2 x sehari

1 x sehari
2 x sehari
1 x sehari
1 x seminggu
2 x sehari

Klien dapat

Semua kegiatan klien

beraktivitas sesuai

dibantu oleh petugas

kemampuan

medis dan

dengan mandiri

keluarganya

(berjalan, bekerja,
berlari, berdiri,
duduk, dll)

19

g. Pemeriksaan Fisik
2) Kedaan umum
Keadaan umum
Kesadaran

:Baik, lemah, gelisah, rewel.


:Glassgow Coma Skala (EMV).

compos

mentis,apatis,samnolen,sopor dan koma.


3) Pemeriksaan Tanda-tanda vital
Meliputi Tekanan darah bias tinggi atau rendah, nadi bias tinggi atau
lemah, suhu tinggi, respirasi normal.
4) Pemeriksaan fisik persistem
a. Sistem pernafasan
Kaji keluhan utama adakah batuk, sesak, dispnea, nyeri dada,
penyempitan saluran nafsa ada sekret atau tidak. Adanya jumlah
frekuensi nafas yang dilakukan permenit dalam keadaan istirahat.
Kaji kebiasaan merokok, meminum alkohol, dll. Inspeksi bentuk
hidung , kebersihan hidung, ada sekret atau tidak, palpasi adanya
nyeri tekan pada sinus . auskultasi suara nafas normal, ada suara
nafas tambahan atau tidak seperti wheezing, ronchi . Inspeksi
posisi trachea simetris atau tidak, inspeksi bentuk dada, ada jejas
atau tidak di dada, pergerakan dinding dada, palpasi dada ada
nyeri atau tidak.
b. Sistem cardiovaskuler
Ada pembengkakan daerah palpebra, reflek pupil, warna
konjuntiva

(Normal

berwarna

merah

muda).

Tidak

ada

peningkatan vena jugularis.


Jantung
: Sirkulasi terganggu terutama pada ekstrimitas
bawah, luka susah sembuh. Perhatikan biasanya ada
edema di daerah ekstremitas bawah.
c. Sistem perkemihan
Pada Dm biasanya klien mengalami banyak kencing, kantong
kemih sering penuh, BAK berbau khas DM.
d. Sistem pencernaan
Kaji keadaan bibir, gusi dan gigi, lidah serta rongga mulut. Daerah
abdomen ispeksi bentuk abdomen, ada masa atau tidak, auskultasi
bunyi bising usus, palpasi ada nyeri atau tidak, ada benjolan atau
tidak, kaji turgor kulit, palpasi daerah hepar. Pada anus amati ada
lubang anus atau tidak , adanya jahitan perineum atau tidak,
adanya bengkak, benjolan dan nyeri atau tidak.
e. Sistem Mukuloskeletal

20

Adanya keterbatasan gerak, atropi otot, penurunan kekuatan otot,


massa otot, tonus otot dan deformitas, pada ekstrimitas bawah
f.

biasanya tampak oedema, lesi, nekrosis, ganggren, ulkus.


Sistem Integumen
Terdapat iritasi kulit, jaringan rusak, lesi, ulkus, puss, tougor kulit
kurang elastis, gangren, warna kulit pucat dan tampak ada

jaringan yang nekrosis.


g. Sistem Persyarafan
Klien biasanya mudah kesemutan, rasangan nyeri kurang.
h. Data psikologi
Hal-hal yang perlu dikaji dalam data psikososial untuk memudahkan
dalam intervensinya adalah : Respon klien terhadap kecemasan, respon
klien terhadap kehilangan kendali, respon klien terhadap trauma fisik dan
nyeri, mekanisme koping klien terhadap hospitalisasi, reaksi dan
mekanisme koping keluarga terhadap hospitalisasi.
1) Status emosi
KLien biasanya tampak, gelisah dan takut.
2) Kecemasan
Klien tampak cemas menghadapi kondisi sakit
3) Pola koping
Koping bisa baik atau tidak.
4) Gaya komunikasi
Klien menggunakan gaya komunikasi dua arah
5) Konsep diri
Klien malu ataukah tidak dengan kondisinya sekaarang. Peran klien
dalam keluarga, identitas dirinya, harapan klien akan kesembuhan
penyakitnya.
a)

Data sosial
Hubungan dan pola interaksi klien dengan keluarga, masyarakat
dan lingkungan yang sakit terjalin dengan harmonis dan rukun.

b)

Data spiritual
Mengidentifikasi

tentang

keyakinan

hidup,

optimisme

kesembuhan penyakit, gangguan dalam melaksanakan ibadah.


c) Data penunjang
Semua prosedur diagnostik dan lab yang dijalani klien. Hasil
pemeriksaan di tulis termasuk nilai rujukan, pemeriksaan terakhir
secara berturut-turut. Terdiri dari pemeriksaan laboratorium
terutama biasanya ada peningkatan kadar gula dalam darah > 200

21

mg/dl. Jika terjadi infeksi pada luka terjadi peningkatan leuosit


lebih dari nomal dan dapat terjadi gangguan elektrolit. Rongent
biasanya terjadi kerusakan jaringan akibat luka yang makin
parah, penyatuan jari, bahkan nekrotik.
d) Program dan rencana pengobatan
Therapi yang diberikan diidentifikasi mulai nama obat, dosis
waktu dan cara pemberian. Pada Dm bisanya klien ,
mendapatkan terapi insulin, antibiotic (levox/metronidazole),
anti nyeri (ketorolak, tramadol, asam nefenamat) dan pemberian
obat anti diuretic (furosemide atau laxic).
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Diagosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau
kelompok dimana perawat secara akontabilitas dapat mengidentifikasi dan
memberikan intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan,
membatasi, mencegah dan merubah (Carpenito 200)
Tujuan diagnosa keperawatan untuk mengidentifikasi masalah dimana adanya
respon klien terhadap status kesehatan atau penyakit, faktor-faktor yang
menunjang atau menyebabkan suatu masalah, kemampuan klien untuk mencegah
dan menyelesaikan masalah. Diagnosa yang mungkin bias muncul pada klien
dengan Diabetes Melitus:
N

Diagnosa

Tanggal

Nama

Tanda

Keperawatan

ditemukan

perawat

tangan

Gangguan

perfusi

jaringan
berhubungan dengan
Luka DM ditandai
dengan:
DS :
a. Klien
mengatakan
Ibu jari kaki
kirinya luka
DO :

22

a. Ibu jari kaki


kiri

klien

tampak seperti
ulkus
b. Terdapat
jaringan
nekrosis pada
luka
c. Terdapat dan
puss pada luka
d. Luka tersebut
berbau
busuk/khas
e. Warna kulit
terlihat pucat
2

Gangguan
Intergritas
kulit

jaringan

berhubungan

luka DM, ditandai


dengan:
DS : DO :
a. Terdapat luka
seperti

ulkus

pada ibu jari


kaki kiri klien
b. Terdapat bau
khas

pada

luka
c. Terdapat
jaringan kulit
yang

mati

(nekrosis)
d. Luka tersebut
sedalam

1,5

23

cm
3

Keterbatasan
mobilitas

fisik

berhubungan dengan
luka DM, ditandai
dengan:
DS :
a. Klien
mengatakan
susah
melakukan
aktivitas
sesuai dengan
kemampuan
(duduk,
berdiri,
berjalan)
b. Klien
mengatakan
nyeri jika kaki
klien tertekan
DO :
a. Pergerakan
klien tampak
terbatas
b. Klien tampak
di

bantu

dalam
melakukan
aktivitas
sesuai dengan
kemampuan
c. Skala nyeri 8
dari (1-10)

24

Infeksi berhubungan
dengan

invaksi

kuman/bakteri
terhadap

luka,

ditandai dengan:
DS :
a. Klien
mengatakan
terdapat luka
pada ibu jari
kaki kiri klien
DO :
a. Luka tampak
iritasi
b. Sekitaran luka
tampak
kemerahan
c. Leukosit
>10.000 ul

3. INTERVENSI KEPERAWATAN DAN RASIONAL


Intervensi merupakan rencana tindakan yang akan dilakukan. Rencana tindakan
keperawatan dibuat secara eksplisit dan spesifik. Rasional berisi mekaanisme
pencapaian hasil melalui tindakan yang dilakukan berupa tujuan dari satu
tindakan.
N

DIAGNOSA

O
1

KEPERAATAN
Gangguan perfusi

TUJUAN
Setelah

INTERVENSI
TINDAKAN

RASIONAL

a. Ajarkan pasien a. Pengkajian yang

jaringan

diberikan

untuk

tepat terhadap

berhubungan

asuhan

melakukan

luka dan proses

dengan Luka DM

keperawata

ditandai dengan:

DS :

diharapkan

mobilisasi
b. Ajarkan tentang
faktor-faktor
yang

dapat

penyembuhan
akan membantu
dalam

25

b. Klien

masalah

meningkatkan

menentukan

mengataka

klien

aliran

tindakan

n Ibu jari

teratasi

Tinggikan kaki

kaki

dengan

sedikit

lebih

kirinya

kreteria

rendah

dari

luka

hasil:
a. Luka

DO :
f. Ibu

jari

kaki

kiri

klien
tampak
seperti

setengah
bagian ibu
jarinya
g. Terdapat
jaringan
nekrosis
pada luka
h. Terdapat
puss

pada luka
Luka
tersebut
berbau

j.

busuk/khas
Warna kulit
terlihat

pucat
k. Luka
tersebut
sedalam
1,5 cm

sembuh
b. Wakna
tampak

sebesar

i.

bahkan

kulit

ulkus

dan

membaik

merah
muda
c. Puss
hilang
d. Tidak
terdapat
jaringan
nekrosis
e. Bau
berkuran
g bahkan
hilang

darah:

jantung ( posisi
elevasi

pada

dan melancarkan
aliran darah
balik sehingga
tidak terjadi

waktu
istirahat

),

hindari

oedema.
c. Kolestrol tinggi
dapat

penyilangkan
kaki,

mempercepat

hindari

balutan

ketat,

hindari

terjadinya
arterosklerosis,
merokok dapat

penggunaan

menyebabkan

bantal,

di

belakang

lutut

dan sebagainya
c. Ajarkan tentang

berupa:
diet

tinggi kolestrol,
teknik relaksasi,
menghentikan
kebiasaan
merokok,

vasokontriksi
pembuluh darah,
mengurangi efek

faktor-faktor
Hindari

terjadinya

relaksasi untuk

modifikasi
resiko

selanjutnya
b. Meningkatkan

dari stress.
d. Pemberian
vasodilator akan
meningkatkan
dilatasi
pembuluh darah
sehingga perfusi

dan

penggunaan

jaringan dapat
diperbaiki,

obat

sedangkan

vasokontriksi
d. Kolaborasi
dengan

tim

kesehatan

lain

pemeriksaan
gula darah
secara rutin
dapat

26

mengetahui

dalam

perkembangan

pemberian

dan keadaan

vasodilator,
pemeriksaan
gula

darah

secara rutin dan


terapi

oksigen

( HBO ).

Setelah

Intergritas

berikan

keadaan

asuhan

serta

kulit

berhubungan
luka

keperawata
DM,

ditandai dengan:

diharapkan

DS : -

masalah

DO :

klien

e. Terdapat

dengan

ulkus pada

kreteria

ibu

jari

kaki

kiri

hasil:
a. Luka
klien

klien
sebesar
setengah
bagian ibu
f.

teratasi

luka seperti

jarinya
Terdapat
bau

khas

pada luka
g. Terdapat
jaringan
kulit yang

untuk
memperbaiki
oksigenasi
daerah

ulkus/gangren
di a. Kaji luas dan a. Pengkajian yang

Gangguan
jaringan

pasien, HBO

sembuh
b. Bau

luka
proses

penyembuhan.
b. Jelaskan pada
pasien tentang
sebab-sebab
timbulnya nyeri.
c. Kolaborasi
dengan dokter
untuk
pemberian
insulin,
pemeriksaan
kultur pus
pemeriksaan

pada

gula darah

luka

pemberian anti

hilang
c. Tidak
tampak
ada
jaringan
nekrosis

biotic

tepat

terhadap

luka dan proses


penyembuhan
akan membantu
dalam
menentukan
tindakan
selanjutnya.
b. Merawat
luka
dengan

teknik

aseptik,

dapat

menjaga
kontaminasi luka
dan larutan yang
iritatif

akan

merusak jaringan
granulasi

tyang

timbul,

sisa

balutan jaringan
nekrosis

dapat

menghambat
proses granulasi.
c. Insulin
akan

mati

menurunkan

(nekrosis)

kadar gula darah,

27

h. Luka

pemeriksaan

tersebut

kultur pus untuk

sedalam

mengetahui jenis

1,5 cm

kuman dan anti


biotik yang tepat
untuk
pengobatan,
pemeriksaan
kadar

gula

darahuntuk
mengetahui
perkembangan
3

Keterbatasan
mobilitas

Setelah
fisik

a. Kaji dan

penyakit.
a. Untuk

diberikan

identifikasi

mengetahui

berhubungan

asuhan

tingkat

derajat kekuatan

dengan luka DM,

keperawata

kekuatan otot

otot-otot

ditandai dengan:

pada kaki

DS :

diharapkan

c. Klien

masalah

mengataka

klien

teratasi

susah

melakukan

dengan

aktivitas

kreteria

sesuai
dengan
kemampua
n

(duduk,

berdiri,
berjalan)
d. Klien
mengataka
n nyeri jika
kaki klien

hasil:
a. Pergerak
an klien
bebas
b. Klien

pasien.
b. Beri penjelasan

kaki

pasien
b. Pasien mengerti
pentingnya

tentang

aktivitas

pentingnya

sehingga

melakukan

kooperatif dalam

aktivitas untuk

tindakan

menjaga kadar
gula darah
dalam keadaan
normal.
c. Anjurkan

mampu

pasien untuk

melakuk

menggerakkan/

an

mengangkat

aktivitas

ekstrimitas

sesuai

bawah sesui

dengan

kemampuan.

dapat

keperawatan
c. Untuk melatih
otot otot kaki
sehingg
berfungsi dengan
baik
d. Keterbatasan
mobilitas

fisik

cenderung
membuat

klien

kesulitan dalam

28

tertekan
DO :
d. Pergerakan

memnuhi

ua secara

dalam

kebutuhannya

memenuhi

sehingga

kebutuhannya
e. Kerja sama

diberikan

mandiri.
c. Skala

klien
tampak

nyeri

terbatas
e. Klien
tampak di
bantu
dalam
melakukan
aktivitas
sesuai
dengan
kemampua
f.

kemamp d. Bantu pasien

harus

bantuan
e. Analgesik dapat

berkuran

dengan tim

kesehatan lain:

membantu

menjadi

dokter

mengurangi rasa

<4 dari 8

( pemberian

nyeri, fisioterapi

atau

analgesik ) dan

untuk

bahkan

tenaga

pasien

nyeri

fisioterapi.

melakukan

melatih

klien

aktivitas

secara

hilang.

bertahap

dan

benar

n
Skala nyeri
8 dari (1-

10)
Infeksi

Setelah

berhubungan

diberikan

dengan

asuhan

invaksi

kuman/bakteri
terhadap

keperawata

luka,

dan gejala
infeksi
b. Lakukan
perawatan luka

ditandai dengan:

diharapkan

DS :

masalah

b. Klien

a. Pantau tanda

klien

dengan teknik
aseptic
c. Genti perban

a. Deteksi dini akan


peradangan agar
tidak timbul
infeksi dan
kompliasi
b. Menghindari
iritasi dan infeksi
c. Mencegah

mengataka

teratasi

secara rutin
d. Kolaborasi

n terdapat

dengan

dalam

luka

pada

kreteria

pemberian

digunakan untuk

ibu

jari

antibiotic dan

mmbunuh

kaki

kiri

hasil:
a. Luka

pemeriksaan

bakteri atau

hematologi

kuman

terutama kaji

sedangkan

leukosit.

pemeriksaaan

klien
DO :
d. Luka
tampak

tidak
iritasi
b. Tidak
terjadi

kontaminasi dari
luar.
d. Antibiotic

29

iritasi
e. Sekitaran
luka
tampak
f.

peradang

leukosit untuk

an di

mengecek tanda

seitar

terjadi infeksi

luka
kemerahan c. Leukosit
Leukosit
<10.000
>10.000 ul
ul

dan peradangan.

Anda mungkin juga menyukai