Disusun oleh :
Supartiningsih H2A009044
Pembimbing :
dr. Zulfachmi Wahab, Sp.PD FINASIM
HALAMAN PENGESAHAN
NAMA
: SUPARTININGSIH
NIM
: H2A009044
FAKULTAS
: KEDOKTERAN UMUM
BIDANG PENDIDIKAN
PEMBIMBING
Pembimbing,
DAFTAR MASALAH
No
.
1
2
3
4
5
Masalah aktif
Klinis PPOK
Hipertensi
Klinis Tb paru
aktif
Dispepsia
Hiponatremi
Masalah pasif
Tanggal
2 Mei 2014
2 Mei 2014
2 Mei 2014
2 Mei 2014
4 Mei 2014
Kesan ekonomi kurang
KASUS
I.
II.
IDENTITAS
Nama
Umur
Alamat
Agama
Pekerjaan
Status
No RM
Tanggal masuk
Pasien bangsal
: Tn. Katiman
: 70 tahun
: Empu tantulat RT 3/II Tanjung Emas Semarang
: Islam
: dahulu sopir (sekarang tidak bekerja)
: Menikah
: 44.75.01
: 1 Mei
: Mawar kamar 7 3
ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis pada hari Jumat, 2 Mei 2014 di
bangsal Mawar pukul 08.00 WIB.
a. Keluhan utama : nyeri ulu hati
b. Riwayat penyakit sekarang
3 bulan SMRS sebenarnya pasien sudah mulai mengeluh nyeri
pada ulu hati. Keluhan dirasakan jarang dan hilang timbul sehingga
pasien masih menganggap biasa. Keluhan dirasakan tidak mengganggu
aktifitas. Jika sakit pasien hanya beli obat warung. Keluhan batuk juga
dirasakan lagi. Batuk terus terusan dengan dahak warna putih tidak
pernah ada darahnya. Pasien juga mengeluh demam tapi hanya
nglemeng terutama dirasakan pada malam hari. Pasien mulai merasa
mudah lemah dan nafsu makan menurun. Pasien tidak mual, muntah dan
pusing. BAB dan BAK nya tidak ada keluhan. Selama ini pasien
mengkonsumsi obat penurun tensi.
1 minggu SMRS pasien mengeluh nyeri ulu hati rasanya perih,
kenceng semakin sering sampai mengganggu aktifitas. Pasien juga
mengeluh pinggang nyeri. Pasien merasa mual dan muntah > 2x sehari.
Pasien juga mengeluh sesak, tidak pusing. BAB mulai jarang sedangkan
BAK lancar berwarna kuning biasa, tidak pernah berwarna pekat seperti
teh. Batuk dirasakan semakin kenceng, berdahak warna putih, kadang
pasien merasa nyeri pada dadanya. Pasien juga merasa badannya
semakin kurus dan mudah ngantuk.
3 hari SMRS pasien mengeluh nyeri perut semakin memberat.
Pasien mengeluh pusing, sesak napas. Batuk semakin mengganggu, tiap
kali bangun tidur pasien merasa kalau tenggorokan kering. Pasien
merasa mual dan muntah. Semenjak sakit pasien merasa dirinya semakin
kurus. BAB susah hanya sedikit sedangkan BAK masih lancar. Pasien
: disangkal
: diakui
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: diakui
: diakui
: disangkal
: diakui (sudah sejak lama > dari 5
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: jarang
: diakui (merokok sejak dari
Keluhan utama
Kepala
(-), nyeri ulu hati (+), nafsu makan menurun (+), BB turun (-).
Sistem muskuloskeletal : Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-).
Sistem genitourinaria
: Sering kencing (-), nyeri saat
kencing (-), keluar darah (-), berpasir (-), kencing nanah (-), sulit
memulai kencing (-), warna kencing kuning jernih (+), anyang
sakit sendi (-), panas (-), berkeringat (-), palmar eritema (-), gemetar (-).
Bawah
dingin (-), kesemutan di kaki (-), sakit sendi (-), bengkak kedua kaki (-)
Sistem neuropsikiatri
bercak merah kehitaman di bagian dada, punggung, tangan dan kaki (-).
III.
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 2 Mei 2014 pukul 11.00 WIB di
bangsal Mawar.
a) Keadaan umum
b) Kesadaran
c) Status gizi
d) Vital sign
TD
Nadi
RR
Suhu
: 150/90 mmHg
: 120 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
: 32 x/menit
: 36,30C (axiller)
e) Status Internus
Kepala
: kesan mesocephal
Mata :
konjungtiva anemis (-/-)
sklera ikterik (-/-)
pupil isokor (+/+)
reflek pupil (+/+)
Hidung :
napas cuping hidung (-)
nyeri tekan (-)
krepitasi (-)
Sekret (-)
septum deviasi (-)
konka: hiperemis (-) dan deformitas (-)
Mulut :
sianosis (-)
bibir kering (-)
Pursed lips-breathing (-)
lidah kotor (-)
kandidiasis (-)
uvula simetris (-)
tonsil (T1/T1), hiperemis (-), kripte melebar (-)
gigi karies (-)
Telinga :
Sekret (-/-)
Serumen (+/+)
Laserasi (-/-)
Leher :
nyeri tekan trakea (-)
pembesaran limfonodi (-/-)
Pembesaran tiroid (-/-)
Pergerakan otot bantu pernafasan (-)
Thoraks
Cor :
Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis teraba di ICS V 1-2 cm ke medial
Perkusi
Pulmo :
Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada
Hemitorak
Warna
2. Palpasi
Nyeri tekan
Stem fremitus
3. Perkusi
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan
Wheezing
Ronki
kasar
RBH
Sinistra
Dextra
datar
Simetris statis dinamis
Sama dengan kulit
sekitar
datar
Simetris statis dinamis
Sama dengan kulit
sekitar
(-)
(+) normal, Kanan =
kiri
Sonor di seluruh lapang
paru
(-)
(+) normal, kanan = kiri
Vesikuler (+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)
Stridor
Belakang
1. Inspeksi
Warna
2. Palpasi
Nyeri tekan
Stem Fremitus
3. Perkusi
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan
Wheezing
Ronki
kasar
RBH
Stridor
Tampak anterior paru
paru
Sama dengan
sekitar
kulit
(-)
(-)
(+) normal, kanan = (+) normal, kanan = kiri
kiri
Sonor di seluruh lapang
Sonor di seluruh lapang paru
paru
Vesikuler (+)
Vesikuler (+)
(-)
(-)
(-)
(+)
(-)
(-)
(+)
(-)
Tampak
Vesikuler
b) Abdomen
Inspeksi :
Bentuk : permukaan datar
Warna : sama dengan warna kulit sekitar
Venektasi : (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal 9 x/menit
Palpasi :
posterior
vesikuler
Akral dingin
Oedem
Sianosis
Gerak
Tremor
IV.
Inferior
-/-/-/Dalam batas normal
5/5
5/5
-/-
PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium
Pemeriksaan
Lekosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
RDW
Eosinofil absolute
Basofil absolute
Neutrofil absolute
Limfosit absolute
Monosit absolute
Eosinofil
Basofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit
Hasil
H 12,57
L 4,19
14.04
L 39,40
91
29
33
226
13,6
0,34
0.01
2,03
2,34
0,19
L 0,90
0.40
H 72,40
L 14,10
H 12.40
Nilai Normal
3.8 10.6
4.4 5.9
13,2 17,3
40 52
80 100
26 34
32 36
150 440
11.5 14.5
0.045 0.44
0 0.02
1.8 8
0.9 5.2
0.16 1
24
01
50 70
25 40
28
normal : 10-50
normal : 0.70-1.10
normal : 135-145
c. USG
Kesan : proses sekunder dari hepar
Pembesaran kelenjar limfonodi paraaorta
d. Foto x-thoraks
Hasil:
Cor
: Ukuran tak membesar
Pulmo
: Corakan vaskuler kasar
Diaphragma
: baik
Sinus costophrenicus : baik
Kesan:
Cor
: Tak membesar
Pulmo
: suspect TB paru aktif
e. EKG
Sinus Takikardi
Reguler
Frekuensi : 136 x/menit
Zona transisi : V2-V3
Aksis : Lead 1 (+), Lead aVf (+) = nomal
Gelombang p : kecepatan : 0,08, amplitudo : 0,1 mvolt
PR interval : 3 kotak kecil (N)
DAFTAR ABNORMALITAS
a.
Anamnesis
1. Nyeri ulu hati
2. Usia 70 tahun
3. Batuk berdahak
4. Subfebris
5. Malaise
6. Anoreksia
7. Pusing
8. Mual
9. Vomitus
10. Dyspneu
11. Nyeri dada
12. Riwayat merokok lama
13. Riwayat bronkitis
14. BB menurun
15. Riwayat magg
16. Riwayat konsumsi penurun tensi
b. Pemeriksaan Fisik
17. TD
: 150/90 mmHg
18. Nadi : 120 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
19. RR
: 32x/menit
20. Ronki : +/+
21. Nyeri tekan abdomen regio epigastrium
c. Pemeriksaan Penunjang
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
Lekosit
Eritrosit
Monosit
Neutrofil absolute
Monosit absolute
Eosinofil
Neutrofil
Limfosit
H
L
H
H
H
L
H
L
VI.
VII.
22. Ureum
H
23. Kreatinin
H
24. Natrium
L
25. Foto thorak suspek Tb paru aktif
26. USG : proses sekunder dari hepar
Pembesaran kelenjar limfonodi paraaorta
PROBLEM LIST
1. Klinis PPOK : 3, 10, 12, 13, 20
2. Hipertensi grade II : 7, 12, 17
3. Klinis Tb paru : 3, 4, 5, 6, 10, 11, 14, 20, 33
4. Pembesaran kelenjar limfonodi paraaorta : 34
5. Dispepsia : 1, 6, 8, 9, 15
6. Hiponatremi : 2, 8, 9, 16, 32
RENCANA PEMECAHAN MASALAH
1. PPOK
a. Assesment
Etiologi
Faktor lingkungan dan gaya hidup
Faktor risiko
Kebiasaan merokok
Riwayat terpajan polusi udara dilingkungan dan tempat kerja
Hiperaktifitas bronkus
Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
Komplikasi
Gagal nafas kronik
Infeksi berulang
Cor pulmo
b. Initial plan
IpDx
Faal paru (spirometri VEP1)
Foto thoraks (evaluasi)
EKG
IpTx
Brokodilator, gol.antikolinergik : aminofilin
Ambroxol sirup 3 x 1
Antiinflamasi : metil prednisolon 3 x 4 mg
IpMx
Keadaan Umum
Tanda Vital
Foto Rontgen
IpEx
Menjelaskan kepeda pasien dan keluarga pasien tentang sakit
yang diderita
Edukasi untuk minum obat secara teratur
Jelaskan kepada pasien untuk menghindari faktor pencetus
yaitu paparan polusi udara yang berlebihan untuk mencegah
kekambuhan
Menjelaskan kepada pasien untuk berhenti merokok karena
berkaitan dengan sakitnya
2. Hipertensi
a. Assesment
Etiologi
Hiperensi esensial
Hipertensi sekunder
Faktor risiko
Merokok
Obesitas
Umur (laki-laki > 55 tahun, perempuan 65 tahun)
Kurang aktifitas fisik
Pola makan
Dislipidemia
Diabetes melitus
Riwayat hipertensi pada pasien atau keluarga pasien
Komplikasi
Stroke
Gagal jantung
Gagal ginjal
Gangguan pada mata
b. Initial plan
IpDx
Pengukuran tensi
Cek gula darah
Cek laboratorium (evaluasi)
Mengukur IMT
Konsul pada dokter mata
IpTx
Amlodipin 10 mg 1 x 1
IpMx
Keadaan umum
Tanda vital
Gula darah
IpEx
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga untuk menjaga pola
hidup sehat dan pola makan serta berhenti merokok
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga untuk olahraga secara
teratur
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga untuk makan rendah
garam
3. Tb paru
a. Assesment
Etiologi
Kuman Mycobacterium tuberculosis
Faktor risiko
TBC tersebar lewat udara bila orang yang mengidap TBC
di paru-paru atau tenggorokan batuk, bersin atau berbicara
dan mengirimnya ke udara.
Apabila kuman ini terhirup orang lain, dia bisa terkena
infeksi.
Mendapatnya kebanyakan dari pergaulan yang sering dan
lama, seperti dengan anggota keluarga atau teman
Komplikasi
Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus.
Komplikasi lanjut : obstruksi jalan napas SOPT (sindrom
Obstruksi pasca tuberculosis), kerusakan parenkim berat fibrosis
paru, kor pulmonal, amyloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal
napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas
TB
b. Initial plan
IpDx
Foto thorax (evaluasi)
Sputum BTA
IpTx
Fase intensif : 2RHZES / 4R3H3
OBH syrup 3 x 1
IpMx
Keadaan Umum
Tanda Vital
Foto Rontgen
Sputum BTA
IpEx
1. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang diderita
2. Menjelaskan kepada pasien cara meminum obat
3. Lakukan pengobatan secara teratur yaitu fase intensif selama 2
bulan berturut-turut dan jangan sampai terputus
4. Edukasi pencegahan penularan kepada orang lain
4. Dispepsia
a. Assesment
Etiologi
o Riwayat penyakit magg
Faktor risiko
Konsumsi kafein berlebihan
Minum minum alkohol
Merokok
Konsumsi steroid dan OAINS
Komplikasi
o Ulkus peptikum
o Perdarahan
o Muntah darah
b. Initial plan
IpDx
o pemeriksaan endoskopi
IpTx
o Ranitidin 3 x 1 tab
o Domperidon 10 mg 3 x 1 tab
IpMx
Keadaan Umum
Tanda Vital
Foto Rontgen
IpEx
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang diderita
Menjelaskan kepada pasien untuk minum obat teratur
5. Hiponatremi
a. Assesment
Etiologi
o Obat-obat tertentu (diuretik)
o Kehilangan natrium karena muntah
Faktor risiko
Diare
Muntah
Gagal ginjal
Komplikasi
o Gagal ginjal
o Gagal jantung
b. Initial plan
IpDx
o Pemeriksaan darah (evaluasi)
IpTx
o Dengan
cara
membatasi
asupan
cairan
sambil
IpEx
o Menjelaskan kepada pasien tentang keadaannya
o Menjelaskan kemungkinan komplikasi yang bisa terjadi
Tanggal
3 Mei 2014
Follow Up
S : - batuk berdahak, sesak berkurang, mual
O:
KU : tampak lemah
TD : 140/90 mmHg
RR : 26 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Kepala : mesochepal
Mata : CPA -/-, SI -/Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+
Ronkhi +/+
Abdomen: Nyeri Tekan Epigastrium (+) , Bising usus (+) N
Ekstreminitas : dbn
Pemeriksaan penunjang : A : Klinis PPOK
P : cefotaxim 2 x 1 gr
OBH 3 x 1 c
4 Mei 2014
Ranitidin 2 x 1 tab
S : - batuk berdahak, perut terasa sebah
O:
KU : tampak lemah
TD : 140/90 mmHg
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Kepala : mesochepal
Mata : CPA -/-, SI -/Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+
Ronkhi +/+
Abdomen: Nyeri Tekan Epigastrium (+) , Bising usus (+) N
Ekstreminitas : dbn
OBH 3 x 1 c
Ranitidin 2 x 1 tab
PAPS
Hipentensi
Tanggal
3 Mei 2014
Follow Up
S : - pusing, semalam tidak bisa tidur, tengkuk kemeng
O:
KU : tampak lemah
TD : 140/90 mmHg
RR : 26 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Kepala : mesochepal
Mata : CPA -/-, SI -/Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+
Ronkhi +/+
Abdomen: Nyeri Tekan Epigastrium (+) , Bising usus (+) N
Ekstreminitas : dbn
Pemeriksaan penunjang : A : Hipertensi grade II
P : amlodipin 10 mg 1 x 1
4 Mei 2014
S : - pusing
O:
KU : tampak lemah
TD : 140/90 mmHg
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Kepala : mesochepal
5 Mei 2014
Tb Paru
Tanggal
3 Mei 2014
Follow up
S : batuk tambah kenceng dahak warna putih, lemes
O:
KU : CM, baik
TD : 140/90 mmHg
RR : 26 x/menit
Suhu : 36,80C
Kepala : mesochepal
Mata : CPA -/-, SI -/Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+
Ronkhi +/+
Abdomen: Nyeri Tekan Epigastrium (-) , Bising usus
(+) N
Ekstreminitas : dbn
Pemeriksaan penunjang : A : Tuberkulosis
P : fdc 3 x 1
OBH sirup 3 x 1 c
4 Mei 2014
S : batuk
O:
KU : CM, baik
TD : 140/90 mmHg
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,80C
Kepala : mesochepal
Mata : CPA -/-, SI -/Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+
Ronkhi +/+
Abdomen: Nyeri Tekan Epigastrium (-) , Bising usus
(+) N
Ekstreminitas : dbn
Pemeriksaan penunjang : A : Tuberkulosis
P : fdc 3 x 1
OBH sirup 3 x 1 c
5 Mei 2014
PAPS
Dispepsia
Tanggal
3 Mei 2014
Follow up
S : - nyeri ulu hati, mual
O:
KU : tampak lemah
TD : 140/90 mmHg
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Kepala : mesochepal
Mata : CPA -/-, SI -/-
Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+
Ronkhi +/+
Abdomen:Nyeri Tekan Epigastrium
(+) , Bising usus (+) N
Ekstreminitas : dbn
Pemeriksaan penunjang : A : Dispepsia
P : ranitidin 3 x 1
4 Mei 2014
Domperidone 10 mg 3 x 1 (15 30
menit sebelum makan)
S : - nyeri ulu hati, mual
O:
KU : tampak lemah
TD : 140/90 mmHg
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Kepala : mesochepal
Mata : CPA -/-, SI -/Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+
Ronkhi +/+
Abdomen:Nyeri Tekan Epigastrium
(+) , Bising usus (+) N
Ekstreminitas : dbn
Pemeriksaan penunjang : A : Dispepsia
P : ranitidin 3 x 1
Domperidone 10 mg 3 x 1 (15 30
menit sebelum makan)
Hiponatremi
Tanggal
3 Mei 2014
4 Mei 2014
Follow up
S : - lemes, pusing
O:
KU : tampak lemah
TD : 140/90 mmHg
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Kepala : mesochepal
Mata : CPA -/-, SI -/Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+
Ronkhi +/+
Abdomen: Nyeri Tekan Epigastrium (+) , Bising usus (+) N
Ekstreminitas : dbn
Pemeriksaan penunjang : A : hiponatremi
P : NaCl 20 tpm
S : - lemes
O:
KU : tampak lemah
TD : 140/90 mmHg
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Kepala : mesochepal
Mata : CPA -/-, SI -/Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+
Ronkhi +/+
Abdomen:Nyeri Tekan Epigastrium (+) , Bising usus (+) N
Ekstreminitas : dbn
Pemeriksaan penunjang : cek lab (evaluasi)
A : hiponatremi
P : NaCl
IX.
ALUR PIKIR
Riw.kerja (sopir)
Riw.merokok berat
(> 2 bungkus/hari)
Olahraga jarang
Merokok
Droplet di udara
Merusak ke alveolar
Pelepasan hormon katekolamin / adrenalin
Iritasi bronkus
Kuman akan dihadapi oleh neutrofil
Bronkitis
TB Paru
(Radiologis)
tekanan darah
Klinis PPOK
X.
PEMBAHASAN
A. PPOK
a. Definisi
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran
udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau
reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau
gabungan keduanya.
b. Faktor risiko
1. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal
yang terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya.
Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan :
a. Riwayat merokok
- Perokok aktif
- Perokok pasif
- Bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu
perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan
lama merokok dalam tahun :
- Ringan : 0-200
- Sedang : 200-600
- Berat : >600
2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja
3. Hipereaktiviti bronkus
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
5. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di
Indonesia
c. Patogenesis
d. Gambaran klinis
1. Anamnesis
Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala
pernapasan
Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis BBLR, infeksi
sebanding)
Penggunaan otot bantu napas
Hipertropi otot bantu napas
Pelebaran sela iga
Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena
jugularis i leher dan edema tungkai
Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak
diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah
Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
Auskultasi
suara napas vesikuler normal, atau melemah
terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau
Pink puffer
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit
kemerahan dan pernapasan pursed lips breathing
Blue bloater
Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk
sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru,
sianosis sentral dan perifer
Pursed - lips breathing
Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu
dan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai
mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi
sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang
terjadi pada gagal napas kronik.
e. Pemeriksaan penunjang
1. Faal paru
Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP
o Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau
VEP1/KVP ( % )
o Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1%
(VEP1/KVP) < 75 %
o VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai
untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan
penyakit
Uji bronkodilator
o Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada
gunakan APE meter
o Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8
hisapan, 15 - 20 menit kemudian dilihat perubahan nilai
VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai
awal dan < 200 ml
2. Darah rutin
Hb, Ht, leukosit
3. Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru
lain.
o Bronkitis kronis
Normal
Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus
o Emfisema
Hiperinflasi
Hiperlusen
Ruang retrosternal melebar
Diafragma mendatar
Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop
appearance)
f.
Diagnosis Banding
o Asma
o SOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis) Adalah penyakit
obstruksi saluran napas yang ditemukan pada penderita pascatuberculosis
dengan lesi paru yang minimal.
o Pneumotoraks
o Gagal jantung kronik
o Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : bronkiektasis,
destroyed lung.
g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :
1. Edukasi
Tujuan edukasi pada pasien PPOK :
Mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan
Melaksanakan pengobatan yang maksimal
Mencapai aktiviti optimal
Meningkatkan kualiti hidup
Agar edukasi dapat diterima dengan mudah dan dapat dilaksanakan
ditentukan skala prioriti bahan edukasi sebagai berikut :
1. Berhenti merokok
Disampaikan pertama kali kepada penderita pada waktu diagnosis
PPOK ditegakkan
b.
yaitu
terdapat
perbaikan
VEP1
pascabronkodilator
makrolid baru
Perawatan di Rumah Sakit :
dapat dipilih
- Amoksilin dan klavulanat
- Sefalosporin generasi II & III injeksi
- Kuinolon per oral
ditambah dengan yang anti pseudomonas
- Aminoglikose per injeksi
- Kuinolon per injeksi
- Sefalosporin generasi IV per injeksi
3. Terapi oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang
menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi
seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ - organ
lainnya.
Manfaat oksigen
- Mengurangi sesak
- Memperbaiki aktiviti
- Mengurangi hipertensi pulmonal
- Mengurangi vasokonstriksi
- Mengurangi hematokrit
- Memperbaiki fungsi neuropsikiatri
- Meningkatkan kualiti hidup
Indikasi
- Pao2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90%
- Pao2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai Kor
Pulmonal, perubahan P pullmonal, Ht >55% dan tanda - tanda
gagal jantung kanan, sleep apnea, penyakit paru lain
Macam terapi oksigen :
- Pemberian oksigen jangka panjang
- Pemberian oksigen pada waktu aktiviti
- Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak
Fungsi
untuk memperlambat aktivitas
dari
enzim
ACE,
yang
mengurangi
produksi
dari
angiotensin II
angiotensin II adalah zat kimia
yng
sangat
kuat
yang
menyebabkan otot-otot yang
mengelilingi pembuluh darah
untuk
berkontraksi,
jadi
menyempitkan pembuluh
Contoh obat
enalapril (Vasotec)
captopril (Capoten)
lisinopril (Zestril and
Prinivil)
benazepril (Lotensin)
quinapril (Accupril)
perindopril (Aceon)
ramipril (Altace)
trandolapril (Mavik)
fosinopril (Monopril)
moexipril (Univasc)
Angiotensin
losartan (Cozaar)
irbesartan (Avapro)
valsartan (Diovan)
candesartan (Atacand)
olmesartan (Benicar)
telmisartan (Micardis)
eprosartan (Teveten)
Beta-blockers
Untuk
menghalangi
norepinephrine dan epinephrine
(adrenaline) mengikat pada
reseptor beta pada syaraf.
atenolol (Tenormin)
propranolol (Inderal)
metoprolol (Toprol)
nadolol (Corgard)
betaxolol (Kerlone)
acebutolol (Sectral)
pindolol (Visken)
bisoprolol (Zebeta)
Calcium channel
blockers (CCBs)
amlodipine (Norvasc)
sustained release
nifedipine
(Procardia
XL, Adalat CC)
felodipine (Plendil)
nisoldipine (Sular)
hydrochlorothiazide
(Hydrodiuril)
the loop diuretics
furosemide (Lasix) dan
torsemide (Demadex)
kombinasi
dari
triamterene
dan
hydrochlorothiazide
(Dyazide)
metolazone
(Zaroxolyn)
Alpha-blockers
terazosin (Hytrin)
doxazosin (Cardura)
Alpha-beta
blockers
carvedilol (Coreg)
labetalol
(Normodyne, Trandate)
Clonidine
Penghalang-penghalang sistim
clonidin
receptor
(ARB)
blocker
syaraf
bekerja
dengan
menstimulasi reseptor-reseptor
pada syaraf-syaraf di otak yang
mengurangi transmisi dari
pesan-pesan dari syaraf dalam
otak ke syaraf pada lain dari
tubuh.
Minoxidil
minoxidil
C. TB PARU
a. Definisi
Tuberkulosis paru merupakan suatu penyakit infeksi kronis yang
disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang terutama menyerang
saluran pernapasan, walaupun dapat juga melibatkan semua sistem tubuh.
b. Cara Penularan
Lingkungan yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan
sekali akan jumlah kasus TB. Proses terjadinya infeksi M. Tuberkulosis
biasanya secara inhalasi, sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis
yang paling sering dibanding organ lainnya.
- Inhalasi basil yang mengandung droplet nuklei khususnya yang
didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdahak atau bercampur
-
Tahan Asam.
Kuman bersifat dormant karena bisa hidup dalam udara kering maupun
udara dingin
Kuman bersifat aerob yaitu lebih menyukai jaringan yang tinggi akan
oksigen (pada apikal paru)
mikobakterium. Tuberkulosis
yang kebanyakan
paru.
Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan
halus tidak lebih dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar
Kasus kambuh
Manifestasi klinis
Demam biasanya subfebris menyerupai demam influensa
Batuk berdahak / berdahak campur darah
Sesak napas
Nyeri dada
Malaise berupa anoreksia, BB menurun, sakit kepala, nyeri otot
Keringat dingin malam
f. Penatalaksanaan
DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo A. W. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI