Anda di halaman 1dari 38

LAPORAN KASUS

SEORANG LAKI-LAKI 70 TAHUN DATANG DENGAN KELUHAN


NYERI ULU HATI
Untuk memenuhi tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu Penyakit Dalam
di RSUD Tugurejo Semarang

Disusun oleh :
Supartiningsih H2A009044
Pembimbing :
dr. Zulfachmi Wahab, Sp.PD FINASIM

KEPANITERAAN KLINIK ILMU PENYAKIT DALAM


RSUD TUGUREJO SEMARANG
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG
2014

HALAMAN PENGESAHAN

NAMA

: SUPARTININGSIH

NIM

: H2A009044

FAKULTAS

: KEDOKTERAN UMUM

BIDANG PENDIDIKAN

: ILMU PENYAKIT DALAM

PEMBIMBING

: dr. Zulfachmi W, Sp.PD - FINASIM.

Telah diperiksa dan disahkan pada tanggal 12 Mei 2014

Pembimbing,

dr. Zulfachmi Wahab Sp. PD FINASIM

DAFTAR MASALAH
No
.
1
2
3
4
5

Masalah aktif
Klinis PPOK
Hipertensi
Klinis Tb paru
aktif
Dispepsia
Hiponatremi
Masalah pasif

Tanggal
2 Mei 2014
2 Mei 2014
2 Mei 2014
2 Mei 2014
4 Mei 2014
Kesan ekonomi kurang

KASUS
I.

II.

IDENTITAS
Nama
Umur
Alamat
Agama
Pekerjaan
Status
No RM
Tanggal masuk
Pasien bangsal

: Tn. Katiman
: 70 tahun
: Empu tantulat RT 3/II Tanjung Emas Semarang
: Islam
: dahulu sopir (sekarang tidak bekerja)
: Menikah
: 44.75.01
: 1 Mei
: Mawar kamar 7 3

ANAMNESIS
Dilakukan secara autoanamnesis pada hari Jumat, 2 Mei 2014 di
bangsal Mawar pukul 08.00 WIB.
a. Keluhan utama : nyeri ulu hati
b. Riwayat penyakit sekarang
3 bulan SMRS sebenarnya pasien sudah mulai mengeluh nyeri
pada ulu hati. Keluhan dirasakan jarang dan hilang timbul sehingga
pasien masih menganggap biasa. Keluhan dirasakan tidak mengganggu
aktifitas. Jika sakit pasien hanya beli obat warung. Keluhan batuk juga
dirasakan lagi. Batuk terus terusan dengan dahak warna putih tidak
pernah ada darahnya. Pasien juga mengeluh demam tapi hanya
nglemeng terutama dirasakan pada malam hari. Pasien mulai merasa
mudah lemah dan nafsu makan menurun. Pasien tidak mual, muntah dan
pusing. BAB dan BAK nya tidak ada keluhan. Selama ini pasien
mengkonsumsi obat penurun tensi.
1 minggu SMRS pasien mengeluh nyeri ulu hati rasanya perih,
kenceng semakin sering sampai mengganggu aktifitas. Pasien juga
mengeluh pinggang nyeri. Pasien merasa mual dan muntah > 2x sehari.
Pasien juga mengeluh sesak, tidak pusing. BAB mulai jarang sedangkan
BAK lancar berwarna kuning biasa, tidak pernah berwarna pekat seperti
teh. Batuk dirasakan semakin kenceng, berdahak warna putih, kadang
pasien merasa nyeri pada dadanya. Pasien juga merasa badannya
semakin kurus dan mudah ngantuk.
3 hari SMRS pasien mengeluh nyeri perut semakin memberat.
Pasien mengeluh pusing, sesak napas. Batuk semakin mengganggu, tiap
kali bangun tidur pasien merasa kalau tenggorokan kering. Pasien
merasa mual dan muntah. Semenjak sakit pasien merasa dirinya semakin
kurus. BAB susah hanya sedikit sedangkan BAK masih lancar. Pasien

memeriksakan dirinya ke RS Panti Wiloso. Tetapi keluhan tidak


berkurang dan pasien di bawa ke RS UD Tugurejo Semarang Rabu
malam tanggal 1 Mei 2014.
c. Riwayat penyakit dahulu
Riwayat sakit serupa
Riwayat hipertensi
Riwayat Alergi
Penyakit jantung
Riwayat DM
Alergi makanan
Riwayat radang paru
Riwayat magg
Alergi obat
Riwayat batuk berdahak

: disangkal
: diakui
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: diakui
: diakui
: disangkal
: diakui (sudah sejak lama > dari 5

tahun, batuk dirasakan hanya kadang-kadang. Pasien pernah periksa


ke dokter dan di jelaskan kalau terkena radang pada paru.)
d. Riwayat penyakit keluarga
Riwayat sakit serupa
Riwayat hipertensi
Riwayat Alergi
Penyakit jantung
Riwayat DM
Alergi makanan
Alergi obat
e. Riwayat kepribadian
- Kebiasaan olahraga
- Kebiasaan merokok

: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: disangkal
: jarang
: diakui (merokok sejak dari

usia muda, sehari menghabiskan rokok 2 sampai 3 bungkus)


- Riwayat konsumsi obat penurun tensi : diakui
- Kebiasaan minum alkohol
: disangkal
- Riwayat transfusi darah
: disangkal
- Riwayat pemakaian jarum suntik
: disangkal
- Riwayat seks bebas
: disangkal
f. Riwayat sosial ekonomi
Pasien tinggal bersama istrinya. Dulu bekerja sebagai sopir dan sekarang
sudah tidak bekerja lagi. Biaya pengobatan ditanggung oleh
JAMKESDA.
Kesan ekonomi : kurang
g. Anamnesis sistem

Keluhan utama
Kepala

: nyeri ulu hati


: Sakit kepala (-), pusing (+), nggliyer (-),

jejas (-), leher kaku (-)


Mata

: Penglihatan kabur (-), pandangan ganda (-),

pandangan berputar (-), berkunang-kunang (-),


Hidung
: Pilek (-), mimisan (-), tersumbat (-)
Telinga
: Pendengaran berkurang (-), berdenging (-), keluar

cairan (-), darah (-).


Mulut

pecah-pecah (-), gusi berdarah (-), mulut kering (-).


Tenggorokan
: Sakit menelan (-), terasa kering , suara

serak (-), gatal (-).


Sistem respirasi
: Sesak nafas (+), batuk (+), dahak (+), batuk

darah (-), mengi (-), tidur mendengkur (-)


Sistem kardiovaskuler
: Sesak nafas saat beraktivitas (-),

nyeri dada (-), berdebar-debar (), keringat dingin (-)


Sistem gastrointestinal
: Mual (+), muntah (-), perut mules (-), diare

(-), nyeri ulu hati (+), nafsu makan menurun (+), BB turun (-).
Sistem muskuloskeletal : Nyeri otot (-), nyeri sendi (-), kaku otot (-).
Sistem genitourinaria
: Sering kencing (-), nyeri saat

: Sariawan (-), luka pada sudut bibir (-), bibir

kencing (-), keluar darah (-), berpasir (-), kencing nanah (-), sulit
memulai kencing (-), warna kencing kuning jernih (+), anyang

anyangan (-), berwarna seperti teh (-).


Ekstremitas
Atas

: Luka (-), kesemutan (-), bengkak(-),

sakit sendi (-), panas (-), berkeringat (-), palmar eritema (-), gemetar (-).
Bawah

: Luka (-), gemetar (-), ujung jari

dingin (-), kesemutan di kaki (-), sakit sendi (-), bengkak kedua kaki (-)

Sistem neuropsikiatri

mengigau (-), emosi tidak stabil (-)


Sistem Integumentum
: Kulit kuning (-), pucat (-), gatal (-),

:Kejang (-), gelisah (-), kesemutan (-)

bercak merah kehitaman di bagian dada, punggung, tangan dan kaki (-).
III.

PEMERIKSAAN FISIK

Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 2 Mei 2014 pukul 11.00 WIB di
bangsal Mawar.
a) Keadaan umum
b) Kesadaran
c) Status gizi

: pasien tampak sesak


: compos mentis
: BB : 60 kg
TB : 170 cm
Kesan : kurus

d) Vital sign
TD
Nadi
RR
Suhu

: 150/90 mmHg
: 120 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
: 32 x/menit
: 36,30C (axiller)

e) Status Internus
Kepala
: kesan mesocephal
Mata :
konjungtiva anemis (-/-)
sklera ikterik (-/-)
pupil isokor (+/+)
reflek pupil (+/+)
Hidung :
napas cuping hidung (-)
nyeri tekan (-)
krepitasi (-)
Sekret (-)
septum deviasi (-)
konka: hiperemis (-) dan deformitas (-)
Mulut :
sianosis (-)
bibir kering (-)
Pursed lips-breathing (-)
lidah kotor (-)
kandidiasis (-)
uvula simetris (-)
tonsil (T1/T1), hiperemis (-), kripte melebar (-)
gigi karies (-)
Telinga :
Sekret (-/-)
Serumen (+/+)

Laserasi (-/-)
Leher :
nyeri tekan trakea (-)
pembesaran limfonodi (-/-)
Pembesaran tiroid (-/-)
Pergerakan otot bantu pernafasan (-)
Thoraks
Cor :
Inspeksi
: ictus cordis tidak tampak
Palpasi
: ictus cordis teraba di ICS V 1-2 cm ke medial
Perkusi

linea midclavicula sinistra, kuat angkat (-)


: batas atas : ICS II linea parasternal sinistra
pinggang jantung: ICS III linea parasternal sinistra
batas kanan bawah : ICS IV linea sternalis dextra
kiri bawah : ICS V 1-2 cm ke arah medial linea

mid clavicula sinistra


Kesan : konfigurasi jantung dalam batas normal
Auskultasi : Suara jantung murni: Suara I dan Suara II reguler
Suara jantung tambahan gallop (-), murmur (-)
Pulmo

Pulmo :
Depan
1. Inspeksi
Bentuk dada
Hemitorak
Warna
2. Palpasi
Nyeri tekan
Stem fremitus
3. Perkusi
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan
Wheezing
Ronki
kasar
RBH

Sinistra

Dextra

datar
Simetris statis dinamis
Sama dengan kulit
sekitar

datar
Simetris statis dinamis
Sama dengan kulit
sekitar

(-)
(+) normal, Kanan =
kiri
Sonor di seluruh lapang
paru

(-)
(+) normal, kanan = kiri

Vesikuler (+)

Vesikuler (+) melemah


di apek

(-)

(-)

(-)
(+)
(-)

(-)
(+)
(-)

Sonor di seluruh lapang


paru

Stridor

Belakang
1. Inspeksi
Warna
2. Palpasi
Nyeri tekan
Stem Fremitus
3. Perkusi
4. Auskultasi
Suara dasar
Suara tambahan
Wheezing
Ronki
kasar
RBH
Stridor
Tampak anterior paru
paru

Sama dengan
sekitar

kulit Sama dengan


sekitar

kulit

(-)
(-)
(+) normal, kanan = (+) normal, kanan = kiri
kiri
Sonor di seluruh lapang
Sonor di seluruh lapang paru
paru
Vesikuler (+)

Vesikuler (+)

(-)

(-)

(-)
(+)
(-)

(-)
(+)
(-)

Tampak

Vesikuler

b) Abdomen
Inspeksi :
Bentuk : permukaan datar
Warna : sama dengan warna kulit sekitar
Venektasi : (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal 9 x/menit
Palpasi :

posterior

vesikuler

Supel (+), Nyeri tekan (+) pada regio epigastrium


Defance muscular : (-)
Hepar : normal
Lien : normal
Ginjal : normal, tidak teraba
Perkusi:

Timphani di seluruh kuadran


Pekak hati (+)
Pekak sisi (+) normal
c) Ekstremitas
Superior
-/-/-/Dalam batas normal
5/5
5/5
-/-

Akral dingin
Oedem
Sianosis
Gerak
Tremor
IV.

Inferior
-/-/-/Dalam batas normal
5/5
5/5
-/-

PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. Laboratorium

Pemeriksaan
Lekosit
Eritrosit
Hemoglobin
Hematokrit
MCV
MCH
MCHC
Trombosit
RDW
Eosinofil absolute
Basofil absolute
Neutrofil absolute
Limfosit absolute
Monosit absolute
Eosinofil
Basofil
Neutrofil
Limfosit
Monosit

Hasil
H 12,57
L 4,19
14.04
L 39,40
91
29
33
226
13,6
0,34
0.01
2,03
2,34
0,19
L 0,90
0.40
H 72,40
L 14,10
H 12.40

Nilai Normal
3.8 10.6
4.4 5.9
13,2 17,3
40 52
80 100
26 34
32 36
150 440
11.5 14.5
0.045 0.44
0 0.02
1.8 8
0.9 5.2
0.16 1
24
01
50 70
25 40
28

b. Kimia klinik serum


Ureum
H 51
Kreatinin H 1.60
Kalium
3,7
Natrium
L 131
Khlorida
98

normal : 10-50
normal : 0.70-1.10
normal : 135-145

c. USG
Kesan : proses sekunder dari hepar
Pembesaran kelenjar limfonodi paraaorta
d. Foto x-thoraks
Hasil:
Cor
: Ukuran tak membesar
Pulmo
: Corakan vaskuler kasar
Diaphragma
: baik
Sinus costophrenicus : baik
Kesan:
Cor
: Tak membesar
Pulmo
: suspect TB paru aktif
e. EKG

Sinus Takikardi
Reguler
Frekuensi : 136 x/menit
Zona transisi : V2-V3
Aksis : Lead 1 (+), Lead aVf (+) = nomal
Gelombang p : kecepatan : 0,08, amplitudo : 0,1 mvolt
PR interval : 3 kotak kecil (N)

Kompleks QRS : 2 kotak kecil


Q: lebar < 1 kotak kecil,tinggi : < 2 kotak kecil
R : menimggi mulai V3
S : meninggi mulai V2
ST segmen : isoelektrik
T : Lead I -, Lead II +, V2 -, V3 -,V4 -, V5 -, V6 V.

DAFTAR ABNORMALITAS
a.
Anamnesis
1. Nyeri ulu hati
2. Usia 70 tahun
3. Batuk berdahak
4. Subfebris
5. Malaise
6. Anoreksia
7. Pusing
8. Mual
9. Vomitus
10. Dyspneu
11. Nyeri dada
12. Riwayat merokok lama
13. Riwayat bronkitis
14. BB menurun
15. Riwayat magg
16. Riwayat konsumsi penurun tensi
b. Pemeriksaan Fisik
17. TD
: 150/90 mmHg
18. Nadi : 120 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
19. RR
: 32x/menit
20. Ronki : +/+
21. Nyeri tekan abdomen regio epigastrium
c. Pemeriksaan Penunjang

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.

Lekosit
Eritrosit
Monosit
Neutrofil absolute
Monosit absolute
Eosinofil
Neutrofil
Limfosit

H
L
H
H
H
L
H
L

VI.

VII.

22. Ureum
H
23. Kreatinin
H
24. Natrium
L
25. Foto thorak suspek Tb paru aktif
26. USG : proses sekunder dari hepar
Pembesaran kelenjar limfonodi paraaorta
PROBLEM LIST
1. Klinis PPOK : 3, 10, 12, 13, 20
2. Hipertensi grade II : 7, 12, 17
3. Klinis Tb paru : 3, 4, 5, 6, 10, 11, 14, 20, 33
4. Pembesaran kelenjar limfonodi paraaorta : 34
5. Dispepsia : 1, 6, 8, 9, 15
6. Hiponatremi : 2, 8, 9, 16, 32
RENCANA PEMECAHAN MASALAH
1. PPOK
a. Assesment
Etiologi
Faktor lingkungan dan gaya hidup
Faktor risiko
Kebiasaan merokok
Riwayat terpajan polusi udara dilingkungan dan tempat kerja
Hiperaktifitas bronkus
Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
Komplikasi
Gagal nafas kronik
Infeksi berulang
Cor pulmo
b. Initial plan
IpDx
Faal paru (spirometri VEP1)
Foto thoraks (evaluasi)
EKG
IpTx
Brokodilator, gol.antikolinergik : aminofilin
Ambroxol sirup 3 x 1
Antiinflamasi : metil prednisolon 3 x 4 mg
IpMx

Keadaan Umum

Tanda Vital

Foto Rontgen

IpEx
Menjelaskan kepeda pasien dan keluarga pasien tentang sakit
yang diderita
Edukasi untuk minum obat secara teratur
Jelaskan kepada pasien untuk menghindari faktor pencetus
yaitu paparan polusi udara yang berlebihan untuk mencegah
kekambuhan
Menjelaskan kepada pasien untuk berhenti merokok karena
berkaitan dengan sakitnya
2. Hipertensi
a. Assesment
Etiologi
Hiperensi esensial
Hipertensi sekunder
Faktor risiko
Merokok
Obesitas
Umur (laki-laki > 55 tahun, perempuan 65 tahun)
Kurang aktifitas fisik
Pola makan
Dislipidemia
Diabetes melitus
Riwayat hipertensi pada pasien atau keluarga pasien
Komplikasi
Stroke
Gagal jantung
Gagal ginjal
Gangguan pada mata
b. Initial plan
IpDx
Pengukuran tensi
Cek gula darah
Cek laboratorium (evaluasi)
Mengukur IMT
Konsul pada dokter mata
IpTx
Amlodipin 10 mg 1 x 1
IpMx
Keadaan umum
Tanda vital
Gula darah

IpEx
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga tentang penyakitnya
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga untuk menjaga pola
hidup sehat dan pola makan serta berhenti merokok
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga untuk olahraga secara
teratur
Menjelaskan kepada pasien dan keluarga untuk makan rendah
garam

3. Tb paru
a. Assesment
Etiologi
Kuman Mycobacterium tuberculosis
Faktor risiko
TBC tersebar lewat udara bila orang yang mengidap TBC
di paru-paru atau tenggorokan batuk, bersin atau berbicara
dan mengirimnya ke udara.
Apabila kuman ini terhirup orang lain, dia bisa terkena
infeksi.
Mendapatnya kebanyakan dari pergaulan yang sering dan
lama, seperti dengan anggota keluarga atau teman
Komplikasi
Komplikasi dini : pleuritis, efusi pleura, empiema, laryngitis, usus.
Komplikasi lanjut : obstruksi jalan napas SOPT (sindrom
Obstruksi pasca tuberculosis), kerusakan parenkim berat fibrosis
paru, kor pulmonal, amyloidosis, karsinoma paru, sindrom gagal
napas dewasa (ARDS), sering terjadi pada TB milier dan kavitas
TB
b. Initial plan
IpDx
Foto thorax (evaluasi)
Sputum BTA

IpTx
Fase intensif : 2RHZES / 4R3H3
OBH syrup 3 x 1
IpMx
Keadaan Umum
Tanda Vital

Foto Rontgen
Sputum BTA

IpEx
1. Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang diderita
2. Menjelaskan kepada pasien cara meminum obat
3. Lakukan pengobatan secara teratur yaitu fase intensif selama 2
bulan berturut-turut dan jangan sampai terputus
4. Edukasi pencegahan penularan kepada orang lain

4. Dispepsia
a. Assesment
Etiologi
o Riwayat penyakit magg
Faktor risiko
Konsumsi kafein berlebihan
Minum minum alkohol
Merokok
Konsumsi steroid dan OAINS
Komplikasi
o Ulkus peptikum
o Perdarahan
o Muntah darah
b. Initial plan
IpDx
o pemeriksaan endoskopi
IpTx
o Ranitidin 3 x 1 tab
o Domperidon 10 mg 3 x 1 tab
IpMx
Keadaan Umum
Tanda Vital
Foto Rontgen

IpEx
Menjelaskan kepada pasien tentang penyakit yang diderita
Menjelaskan kepada pasien untuk minum obat teratur

5. Hiponatremi
a. Assesment
Etiologi
o Obat-obat tertentu (diuretik)
o Kehilangan natrium karena muntah
Faktor risiko
Diare
Muntah
Gagal ginjal
Komplikasi
o Gagal ginjal
o Gagal jantung
b. Initial plan
IpDx
o Pemeriksaan darah (evaluasi)
IpTx
o Dengan
cara
membatasi
asupan

cairan

sambil

mempertahankan asupan natrium normal dengan cairan

intravena yang tepat


o NaCl 20 tpm
IpMx
Keadaan Umum
Tanda Vital
Monitoring laboratorium
EKG

IpEx
o Menjelaskan kepada pasien tentang keadaannya
o Menjelaskan kemungkinan komplikasi yang bisa terjadi

VIII. PROGRES NOTE


PPOK

Tanggal
3 Mei 2014

Follow Up
S : - batuk berdahak, sesak berkurang, mual
O:
KU : tampak lemah
TD : 140/90 mmHg
RR : 26 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Kepala : mesochepal
Mata : CPA -/-, SI -/Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+
Ronkhi +/+
Abdomen: Nyeri Tekan Epigastrium (+) , Bising usus (+) N
Ekstreminitas : dbn
Pemeriksaan penunjang : A : Klinis PPOK
P : cefotaxim 2 x 1 gr
OBH 3 x 1 c

4 Mei 2014

Ranitidin 2 x 1 tab
S : - batuk berdahak, perut terasa sebah
O:
KU : tampak lemah
TD : 140/90 mmHg
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Kepala : mesochepal
Mata : CPA -/-, SI -/Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+
Ronkhi +/+
Abdomen: Nyeri Tekan Epigastrium (+) , Bising usus (+) N
Ekstreminitas : dbn

Pemeriksaan penunjang : A : PPOK


P : cefotaxim 2 x 1 gr
5 Mei 2014

OBH 3 x 1 c
Ranitidin 2 x 1 tab
PAPS

Hipentensi
Tanggal
3 Mei 2014

Follow Up
S : - pusing, semalam tidak bisa tidur, tengkuk kemeng
O:
KU : tampak lemah
TD : 140/90 mmHg
RR : 26 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Kepala : mesochepal
Mata : CPA -/-, SI -/Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+
Ronkhi +/+
Abdomen: Nyeri Tekan Epigastrium (+) , Bising usus (+) N
Ekstreminitas : dbn
Pemeriksaan penunjang : A : Hipertensi grade II
P : amlodipin 10 mg 1 x 1

4 Mei 2014
S : - pusing
O:
KU : tampak lemah
TD : 140/90 mmHg
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Kepala : mesochepal

5 Mei 2014

Mata : CPA -/-, SI -/Telinga : dbn


Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+
Ronkhi +/+
Abdomen: Nyeri Tekan Epigastrium (+) , Bising usus (+) N
Ekstreminitas : dbn
Pemeriksaan penunjang : A : Hipertensi grade II
P : amlodipin 10 mg 1 x 1
PAPS

Tb Paru
Tanggal
3 Mei 2014

Follow up
S : batuk tambah kenceng dahak warna putih, lemes
O:
KU : CM, baik
TD : 140/90 mmHg
RR : 26 x/menit
Suhu : 36,80C
Kepala : mesochepal
Mata : CPA -/-, SI -/Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+
Ronkhi +/+
Abdomen: Nyeri Tekan Epigastrium (-) , Bising usus
(+) N
Ekstreminitas : dbn
Pemeriksaan penunjang : A : Tuberkulosis
P : fdc 3 x 1

OBH sirup 3 x 1 c

4 Mei 2014

S : batuk
O:
KU : CM, baik
TD : 140/90 mmHg
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,80C
Kepala : mesochepal
Mata : CPA -/-, SI -/Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+
Ronkhi +/+
Abdomen: Nyeri Tekan Epigastrium (-) , Bising usus
(+) N
Ekstreminitas : dbn
Pemeriksaan penunjang : A : Tuberkulosis
P : fdc 3 x 1
OBH sirup 3 x 1 c

5 Mei 2014

PAPS

Dispepsia
Tanggal
3 Mei 2014

Follow up
S : - nyeri ulu hati, mual
O:
KU : tampak lemah
TD : 140/90 mmHg
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Kepala : mesochepal
Mata : CPA -/-, SI -/-

Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+
Ronkhi +/+
Abdomen:Nyeri Tekan Epigastrium
(+) , Bising usus (+) N
Ekstreminitas : dbn
Pemeriksaan penunjang : A : Dispepsia
P : ranitidin 3 x 1
4 Mei 2014

Domperidone 10 mg 3 x 1 (15 30
menit sebelum makan)
S : - nyeri ulu hati, mual
O:
KU : tampak lemah
TD : 140/90 mmHg
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Kepala : mesochepal
Mata : CPA -/-, SI -/Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+
Ronkhi +/+
Abdomen:Nyeri Tekan Epigastrium
(+) , Bising usus (+) N
Ekstreminitas : dbn
Pemeriksaan penunjang : A : Dispepsia
P : ranitidin 3 x 1
Domperidone 10 mg 3 x 1 (15 30
menit sebelum makan)

Hiponatremi
Tanggal
3 Mei 2014

4 Mei 2014

Follow up
S : - lemes, pusing
O:
KU : tampak lemah
TD : 140/90 mmHg
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Kepala : mesochepal
Mata : CPA -/-, SI -/Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+
Ronkhi +/+
Abdomen: Nyeri Tekan Epigastrium (+) , Bising usus (+) N
Ekstreminitas : dbn
Pemeriksaan penunjang : A : hiponatremi
P : NaCl 20 tpm

S : - lemes
O:
KU : tampak lemah
TD : 140/90 mmHg
RR : 22 x/menit
Suhu : 36,5 0C
Kepala : mesochepal
Mata : CPA -/-, SI -/Telinga : dbn
Hidung : dbn
Mulut : dbn
Leher : dbn
Thorax : BJ I-II regular
SD Vesikuler +/+
Ronkhi +/+
Abdomen:Nyeri Tekan Epigastrium (+) , Bising usus (+) N

Ekstreminitas : dbn
Pemeriksaan penunjang : cek lab (evaluasi)
A : hiponatremi
P : NaCl

IX.

ALUR PIKIR

Riw.kerja (sopir)
Riw.merokok berat
(> 2 bungkus/hari)

Olahraga jarang
Merokok

Droplet di udara

Rokok mengandung nikotin tinggi


Mengganggu silia pada epitel sal.pernapasan

Terhirup orang sehat

Menempel di jaringan napas / jaringan paru


Memberi efek perubahan metabolik

at antiprotease & menyebabkan lekosit melepas enzim proteolitik

Merusak ke alveolar
Pelepasan hormon katekolamin / adrenalin
Iritasi bronkus
Kuman akan dihadapi oleh neutrofil
Bronkitis

Memacu laju jantung

Jika > 3 bulan

TB Paru
(Radiologis)
tekanan darah

Klinis PPOK

Berlanjut secara bronkogenik, hematogen, limfogen, perkontinuitatu


HIPERTENSI

Penyebaran ke kelenjar limfe

Pembesaran kelenjar limfonodi paraaorta

X.

PEMBAHASAN

A. PPOK
a. Definisi
PPOK adalah penyakit paru kronik yang ditandai oleh hambatan aliran
udara di saluran napas yang bersifat progressif nonreversibel atau
reversibel parsial. PPOK terdiri dari bronkitis kronik dan emfisema atau
gabungan keduanya.
b. Faktor risiko
1. Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal
yang terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya.
Dalam pencatatan riwayat merokok perlu diperhatikan :
a. Riwayat merokok
- Perokok aktif
- Perokok pasif
- Bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu
perkalian jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan
lama merokok dalam tahun :
- Ringan : 0-200
- Sedang : 200-600
- Berat : >600
2. Riwayat terpajan polusi udara di lingkungan dan tempat kerja
3. Hipereaktiviti bronkus
4. Riwayat infeksi saluran napas bawah berulang
5. Defisiensi antitripsin alfa - 1, umumnya jarang terdapat di
Indonesia
c. Patogenesis

d. Gambaran klinis
1. Anamnesis
Riwayat merokok atau bekas perokok dengan atau tanpa gejala

pernapasan
Riwayat terpajan zat iritan yang bermakna di tempat kerja
Riwayat penyakit emfisema pada keluarga
Terdapat faktor predisposisi pada masa bayi/anak, mis BBLR, infeksi

saluran napas berulang, lingkungan asap rokok dan polusi udara


Batuk berulang dengan atau tanpa dahak
Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi
2. Pemeriksaan fisik
Inspeksi
Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal

sebanding)
Penggunaan otot bantu napas
Hipertropi otot bantu napas
Pelebaran sela iga
Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena
jugularis i leher dan edema tungkai

Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak
diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah

Palpasi
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
Auskultasi
suara napas vesikuler normal, atau melemah

terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau

pada ekspirasi paksa


ekspirasi memanjang
bunyi jantung terdengar jauh

Pink puffer
Gambaran yang khas pada emfisema, penderita kurus, kulit
kemerahan dan pernapasan pursed lips breathing
Blue bloater
Gambaran khas pada bronkitis kronik, penderita gemuk
sianosis, terdapat edema tungkai dan ronki basah di basal paru,
sianosis sentral dan perifer
Pursed - lips breathing
Adalah sikap seseorang yang bernapas dengan mulut mencucu
dan ekspirasi yang memanjang. Sikap ini terjadi sebagai
mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang terjadi
sebagai mekanisme tubuh untuk mengeluarkan retensi CO2 yang
terjadi pada gagal napas kronik.
e. Pemeriksaan penunjang
1. Faal paru
Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP
o Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau
VEP1/KVP ( % )
o Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1%
(VEP1/KVP) < 75 %
o VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai
untuk menilai beratnya PPOK dan memantau perjalanan

penyakit
Uji bronkodilator
o Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada
gunakan APE meter
o Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8
hisapan, 15 - 20 menit kemudian dilihat perubahan nilai
VEP1 atau APE, perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai
awal dan < 200 ml

2. Darah rutin
Hb, Ht, leukosit
3. Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit paru
lain.
o Bronkitis kronis
Normal
Corakan bronkovaskuler bertambah pada 21 % kasus
o Emfisema
Hiperinflasi
Hiperlusen
Ruang retrosternal melebar
Diafragma mendatar
Jantung menggantung (jantung pendulum / tear drop / eye drop
appearance)
f.

Diagnosis Banding
o Asma
o SOPT (Sindroma Obstruksi Pascatuberculososis) Adalah penyakit
obstruksi saluran napas yang ditemukan pada penderita pascatuberculosis
dengan lesi paru yang minimal.
o Pneumotoraks
o Gagal jantung kronik
o Penyakit paru dengan obstruksi saluran napas lain misal : bronkiektasis,
destroyed lung.

g. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan secara umum PPOK meliputi :
1. Edukasi
Tujuan edukasi pada pasien PPOK :
Mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan
Melaksanakan pengobatan yang maksimal
Mencapai aktiviti optimal
Meningkatkan kualiti hidup
Agar edukasi dapat diterima dengan mudah dan dapat dilaksanakan
ditentukan skala prioriti bahan edukasi sebagai berikut :
1. Berhenti merokok
Disampaikan pertama kali kepada penderita pada waktu diagnosis
PPOK ditegakkan

2. Pengunaan obat - obatan


a. Macam obat dan jenisnya
b. Cara penggunaannya yang benar ( oral, MDI atau nebuliser )
c. Waktu penggunaan yang tepat ( rutin dengan selangwaku
tertentu atau kalau perlu saja )
d. Dosis obat yang tepat dan efek sampingnya
3. Penggunaan oksigen
- Kapan oksigen harus digunakan
- Berapa dosisnya
- Mengetahui efek samping kelebihan dosis oksigen
4. Mengenal dan mengatasi efek samping obat atau terapi oksigen
5. Penilaian dini eksaserbasi akut dan pengelolaannya
Tanda eksaserbasi :
- Batuk atau sesak bertambah
- Sputum bertambah
- Sputum berubah warna
6. Mendeteksi dan menghindari pencetus eksaserbasi
7. Menyesuaikan kebiasaan hidup dengan keterbatasan aktiviti
2. Obat obatan
a. Bronkodilator
Pada derajat berat diutamakan pemberian obat lepas lambat (

b.

slow release ) atau obat berefek panjang ( long acting ).


Macam-macam bronkodilator :
Golongan antikolinergik
Golongan agonis beta 2
Kombinasi antikolinergik dan agonis beta 2
Golongan xantin
Antiinflamasi
Digunakan bila terjadi eksaserbasi akut dalam bentuk oral atau
injeksi intravena, berfungsi menekan inflamasi yang terjadi, dipilih
golongan metilprednisolon atau prednison. Bentuk inhalasi sebagai
terapi jangka panjang diberikan bila terbukti uji kortikosteroid
positif

yaitu

terdapat

perbaikan

VEP1

pascabronkodilator

meningkat > 20% dan minimal 250 mg.


c. Antibiotik
Hanya diberikan bila terdapat infeksi. Antibiotik yang digunakan :
- Lini I : amoksisilin
makrolid
- Lini II : amoksisilin dan asam klavulanat
sefalosporin
kuinolon

makrolid baru
Perawatan di Rumah Sakit :
dapat dipilih
- Amoksilin dan klavulanat
- Sefalosporin generasi II & III injeksi
- Kuinolon per oral
ditambah dengan yang anti pseudomonas
- Aminoglikose per injeksi
- Kuinolon per injeksi
- Sefalosporin generasi IV per injeksi
3. Terapi oksigen
Pada PPOK terjadi hipoksemia progresif dan berkepanjangan yang
menyebabkan kerusakan sel dan jaringan. Pemberian terapi oksigen
merupakan hal yang sangat penting untuk mempertahankan oksigenasi
seluler dan mencegah kerusakan sel baik di otot maupun organ - organ
lainnya.
Manfaat oksigen
- Mengurangi sesak
- Memperbaiki aktiviti
- Mengurangi hipertensi pulmonal
- Mengurangi vasokonstriksi
- Mengurangi hematokrit
- Memperbaiki fungsi neuropsikiatri
- Meningkatkan kualiti hidup
Indikasi
- Pao2 < 60mmHg atau Sat O2 < 90%
- Pao2 diantara 55 - 59 mmHg atau Sat O2 > 89% disertai Kor
Pulmonal, perubahan P pullmonal, Ht >55% dan tanda - tanda
gagal jantung kanan, sleep apnea, penyakit paru lain
Macam terapi oksigen :
- Pemberian oksigen jangka panjang
- Pemberian oksigen pada waktu aktiviti
- Pemberian oksigen pada waktu timbul sesak mendadak

- Pemberian oksigen secara intensif pada waktu gagal napas


4. Ventilasi mekanik
5. Nutrisi
6. Rehabilitasi
B. HIPERTENSI
a. Definisi
Darah tinggi atau hipertensi berarti tekanan tinggi didalam arteri-arteri.
b. Etiologi
1. Hipertensi primer
Hipertensi primer adalah suatu kondisi yang lebih sering terjadi pada
banyak orang. Penyebab dasar yang mendasarinya tidak selalu
diketahui, namun dapat terdiri dari beberapa faktor antara lain:
- Tekanan darah tidak terdeteksi (diastolik < 90 m Hg, sistolik > 105
mm Hg)
- Peningkatan kolesterol plasma (> 240-250 mg/dl)
- Kebiasaan merokok / alkohol
- Kelebihan Berat Badan / Kegemukan / Obesitas
- Kurang olah raga
- Penggunaan garam yang berlebihan
- Peradangan ditandai peningkatan C reactive
- Gagal ginjal (renal insufficiency)
- Faktor genetic / keturunan
- Usia
2. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder disebabkan oleh suatu kelaianan spesifik dari
suatu organ tertentu atau pembuluh darah, seperti ginjal, kelenjar
adrenal, atau arteri aorta.
o Peningkatan trigliserida plasma
o Kelebihan Berat Badan / Kegemukan / Obesitas
o Penyakit Kencing Manis / Diabetes
o Stress kronis
o Pil KB
o Vasektomi
o Kebiasaan merokok / alkohol

Kelainan spesifik dari suatu organ tertentu atau pembuluh darah,


seperti ginjal, tumor kelenjar adrenal, dan kelainan aorta
c. Gejala
o

Hipertensi sederhana umumnya terjadi tanpa gejala-gejala apapun


(diam-diam). Hipertensi dapat berlanjut pada komplikasi penyakit jantung
atau stroke. Hipertensi sederhana mungkin hadir dan tetap tidak diketahui
untuk bertahun-tahun, bahkan sampai dekade-dekade (puluhan tahun).
Beberapa penderita sampai pada kondisi darurat (Malignant hypertension)
umumnya merasakan gejala:
- sakit kepala berat
- pusing-pusing
- kehabisan napas
- penglihatan kabur
- mual
- kadangkala gagal ginjal
d. Terapi
Obat hipertensi menurunkan tekanan darah dengan beberpa cara:
- Membuat pembuluh menjadi besar atau lebar
- Menyempitkan saluran-saluran udara dengan menstimulasi otot-otot
yang mengelilingi saluran udara untuk berkontraksi
- Mengurangi kekuatan dari aksi memompa jantung (kontraksi jantung)
dan mengendurkan sel otot pada dinding dari arteri
Jenis obat
ACE inhibitors

Fungsi
untuk memperlambat aktivitas
dari
enzim
ACE,
yang
mengurangi
produksi
dari
angiotensin II
angiotensin II adalah zat kimia
yng
sangat
kuat
yang
menyebabkan otot-otot yang
mengelilingi pembuluh darah
untuk
berkontraksi,
jadi
menyempitkan pembuluh

Contoh obat
enalapril (Vasotec)
captopril (Capoten)
lisinopril (Zestril and
Prinivil)
benazepril (Lotensin)
quinapril (Accupril)
perindopril (Aceon)
ramipril (Altace)
trandolapril (Mavik)
fosinopril (Monopril)
moexipril (Univasc)

Angiotensin

untuk menghalangi aksi dari

losartan (Cozaar)

angiotensin II. ARB mencegah


angiotensin II mengikat pada
reseptor angiotensin II pada
pembuluh-pembuluh darah

irbesartan (Avapro)
valsartan (Diovan)
candesartan (Atacand)
olmesartan (Benicar)
telmisartan (Micardis)
eprosartan (Teveten)

Beta-blockers

Untuk
menghalangi
norepinephrine dan epinephrine
(adrenaline) mengikat pada
reseptor beta pada syaraf.

atenolol (Tenormin)
propranolol (Inderal)
metoprolol (Toprol)
nadolol (Corgard)
betaxolol (Kerlone)
acebutolol (Sectral)
pindolol (Visken)
bisoprolol (Zebeta)

Calcium channel
blockers (CCBs)

Untuk menghalangi gerakan


dari calcium kedalam sel otot
dari jantung dan arteri-arteri.
Calcium diperlukan oleh otot
ini untuk berkontraksi

amlodipine (Norvasc)
sustained release
nifedipine
(Procardia
XL, Adalat CC)
felodipine (Plendil)
nisoldipine (Sular)
hydrochlorothiazide
(Hydrodiuril)
the loop diuretics
furosemide (Lasix) dan
torsemide (Demadex)

kombinasi
dari
triamterene
dan
hydrochlorothiazide
(Dyazide)

metolazone
(Zaroxolyn)

Alpha-blockers

Untuk menurunkan tekanan


darah dengan menghalangi
reseptor alpha pada otot halus
dari arteri peripheral diseluruh
jaringan tubuh.

terazosin (Hytrin)
doxazosin (Cardura)

Alpha-beta
blockers

Cara kerja yang sama seperti


alpha-blockers
dan
juga
memperlambat denyut jantung,
seperti yang dilakukan betablockers, sehingga lebih sedikit
darah yang dipompa melalui
pembuluh-pembuluh
dan
tekanan darah menurun.

carvedilol (Coreg)

labetalol
(Normodyne, Trandate)

Clonidine

Penghalang-penghalang sistim

clonidin

receptor
(ARB)

blocker

syaraf
bekerja
dengan
menstimulasi reseptor-reseptor
pada syaraf-syaraf di otak yang
mengurangi transmisi dari
pesan-pesan dari syaraf dalam
otak ke syaraf pada lain dari
tubuh.
Minoxidil

Sebagai vasodilators, yaitu


pengendur (relaxants) otot yang
bekerja secara langsung pada
otot halus dari arteri peripheral
diseluruh tubuh, sehingga arteri
melebar dan tekanan darah
berkurang

minoxidil

C. TB PARU
a. Definisi
Tuberkulosis paru merupakan suatu penyakit infeksi kronis yang
disebabkan oleh Mycobacterium Tuberculosis yang terutama menyerang
saluran pernapasan, walaupun dapat juga melibatkan semua sistem tubuh.
b. Cara Penularan
Lingkungan yang sangat padat dan pemukiman di wilayah perkotaan
kemungkinan besar telah mempermudah proses penularan dan berperan
sekali akan jumlah kasus TB. Proses terjadinya infeksi M. Tuberkulosis
biasanya secara inhalasi, sehingga TB paru merupakan manifestasi klinis
yang paling sering dibanding organ lainnya.
- Inhalasi basil yang mengandung droplet nuklei khususnya yang
didapat dari pasien TB paru dengan batuk berdahak atau bercampur
-

darah yang menjadi BTA


Kuman tuberculosis yang berbentuk batang sebagian besar dinding
kuman terdiri atas lipid atau asam lemak, peptidoglikan. Lipid
membuat kuman lebih tahan terhadap asam sehingga di sebut Basil

Tahan Asam.
Kuman bersifat dormant karena bisa hidup dalam udara kering maupun

udara dingin
Kuman bersifat aerob yaitu lebih menyukai jaringan yang tinggi akan
oksigen (pada apikal paru)

Tuberkulosis paru adalah penyakit menular yang disebabkan oleh


basil mikrobakterium tuberkulosis tipe humanus, sejenis kuman yang
berbentuk batang dengan ukuran panjang 1-4/mm dan tebal 0,30,6/mm. Sebagian besar kuman terdiri atas asam lemak (lipid). Lipid
inilah yang membuat kuman lebih tahan terhadap asam dan lebih tahan
terhadap gangguan kimia dan fisik. Kuman ini tahan hidup pada udara
kering maupun dalam keadaan dingin (dapat tahan bertahun-tahun
dalam lemari es). Hal ini terjadi karena kuman berada dalam sifat
dormant. Dari sifat dormant ini kuman dapat bangkit kembali dan
menjadikan tuberkulosis aktif kembali. Sifat lain kuman adalah aerob.
Sifat ini menunjukkan bahwa kuman lebih menyenangi jaringan yang
tinggi kandungan oksigennya. Dalam hal ini tekanan bagian apikal
paru-paru lebih tinggi dari pada bagian lainnya, sehingga bagian apikal
ini merupakan tempat predileksi penyakit tuberkulosis.
Tuberkulosis paru merupakan penyakit infeksi penting saluran
pernapasan. Basil mikrobakterium tersebut masuk kedalam jaringan
paru melalui saluran napas (droplet infection) sampai alveoli, maka
terjadilah infeksi primer (ghon) selanjutnya menyebar kekelenjar getah
bening setempat dan terbentuklah primer kompleks (ranke). keduanya
dinamakan tuberkulosis primer, yang dalam perjalanannya sebagian
besar akan mengalami penyembuhan. Tuberkulosis paru primer,
peradangan terjadi sebelum tubuh mempunyai kekebalan spesifik
terhadap basil

mikobakterium. Tuberkulosis

yang kebanyakan

didapatkan pad usia 1-3 tahun. Sedangkan yang disebut tuberkulosis


post primer (reinfection) adalah peradangan jaringan paru oleh karena
terjadi penularan ulang yang mana di dalam tubuh terbentuk kekebalan
spesifik terhadap basil tersebut.
c. Patofisiologi
Tb Primer
Penularan TB paru terjadi karena dibatukkan atau dibersihkan
keluar menjadi droplet nuklei di udara partikel infeksi terhisap
oleh orang sehat menempel di saluran napas / jaringan paru

masuk ke alveolar kuman akan dihadapi oleh neutrofil,


kemudian setelah beberapa hari diganti makrofag kuman mati
atau dibersihakan oleh makrofag keluar dari percabangan
trakeobronkial bersama dengan gerakan silia atau sekretnya
bila kuman menetap di paru berkembangbiak dalam sitoplasma
makrofag dapat terbawa ke organ lain. Kuman yang bersarang
di jaringan paru akan berbentuk sarang Tb pneumonia kecil /
sarang primer / fokus ghon. Sarang dapat terjadi di setiap jarinagn
paru bila menjalar ke pleura maka di sebut efusi pleura. Kuman
dapat juga menjalar ke saluran GI, jaringan limfe, orofaring atau
kulit terjadi limfadenopati regional bakteri masuk vena
menjalar ke sirkulasi organ seperti paru, otak, ginjal dan tulang.
Bila masuk ke arteri pulmonalis maka akan terjadi TB Milier.
Tb Sekunder
Kuman yang dormant pada Tb primer akan muncul bertahun-tahun
kemudian sebagai infeksi endogen menjadfi Tb dewasa / Tb pasca
primer / Tb sekunder. Buiasanya di ikuti dengan peradangan pada
saluran getat bening menuju ke hilus kemudian di ikuti
pembesaran kelenjar getah bening.
d. Klasifikasi Tuberkulosis
Pembagian secara patologis
- Tuberkulosis primer (childhood tuberculosis)
- Tuberkulosis post-primer (adult tuberculosis)
Pembagian secara radiologis (luas lesi)
- Tuberkulosis minimal
Terdapat sebagian kecil infiltrat nonkavitas pada satu paru
maupun kedua paru, tetapi jumlahnya tidak melebihi satu lobus
-

paru.
Moderately advanced tuberculosis
Ada kavitas tidak lebih dari 4 cm. Jumlah infiltrat bayangan
halus tidak lebih dari satu bagian paru. Bila bayangannya kasar

tidak lebih dari sepertiga bagian satu paru.


Far advanced tuberculosis
Terdapat infiltrat dan kavitas yang melebihi keadaan pada
moderately advanced tuberculosis.

Pada tahun 1974 American Thoracic Society memberikan klasifikasi baru


yang diambil berdasarkan aspek kesehatan masyarakat
o Kategori 0 : tidak pernah terpajan, dan tidak terinfeksi, riwayat
kontak negatif, tes tuberkulin negatif
o Kategori I : terpajan tuberkulosis, tapi tidak terbukti ada infeksi.
Riwayat kontak positif, tes tuberkulin negatif
o Kategori II : terinfeksi tuberkulosis, tetapi tidak sakit. Tes

tuberkulin positif, radiologis dan sputum negatif


o Kategori III : terinfeksi tuberkulosis dan sakit
Di Indonesia paling banyak berdasarkan kelainan klinis, radiologis dan
mikrobiologis
- Tuberkulosis paru
- Bekas tuberkulosis paru
- Tuberkulosis paru tersangka
a) Tuberkulosis paru tersangka yang diobati. Disini sputum BTA (-),
tetapi tanda lain (+)
b) Tuberkulosis paru tersangka yang tidak diobati. Disini sputum

BTA (-), dan tanda lain juga meragukan


WHO 1991 berdasarkan terapi membagi TB dalam 4 kategori
- Kategori I

Kasus baru dengan sputum positif

Kasus baru dengan bentuk TB berat


- Kategori II

Kasus kambuh

Kasus gagal dengan sputum BTA positif


- Kategori III

Kasus BTA (-) dengan kelainan paru yang tidak luas

Kasus TB ekstra paru selain dari yang disebut dengn kategori I


- Kategori IV : TB kronik
e.
-

Manifestasi klinis
Demam biasanya subfebris menyerupai demam influensa
Batuk berdahak / berdahak campur darah
Sesak napas
Nyeri dada
Malaise berupa anoreksia, BB menurun, sakit kepala, nyeri otot
Keringat dingin malam

f. Penatalaksanaan

1. Fase intensif : 2 bulan pengobatan pertama (setiap hari harus


minum)
INH + rifampisin (+) salah satu dari : streptomisin, etambutol,
pirazinamid
2. Fase lanjutan : setelah 2 bulan selama 4 bulan (minum 3 x sehari)
INH (+) salah satu dari : rifampisin, streptomisin, etambutol
g. Komplikasi
- Komplikasi Dini
Pleuritis, efusi pleura, empiema, laringitis, usus
- Komplikasi Lanjut
Obstruksi jalan napas, kerusakan parenkim berat, amiloidosis, Ca Paru

DAFTAR PUSTAKA
1. Sudoyo A. W. 2001. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta : FKUI

Anda mungkin juga menyukai