Anda di halaman 1dari 16

BAB I

PENDAHULUAN
I.1

LATAR BELAKANG
Premature rupture of the membrane (PRM)/Ketuban pecah dini
(KPD) merupakan masalah penting dalam obstetri berkaitan dengan penyulit
kelahiran prematur dan terjadinya infeksi korioamnionitis sampai sepsis,
yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan
infeksi ibu.
Insidensi ketuban pecah dini lebih kurang 10% dari semua
kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi 6-19%. Sedangkan
pada kehamilan preterm insidensinya 2% dari semua kehamilan. Hampir
semua premature rupture of the membrane (PRM) pada kehamilan preterm
akan lahir sebelum aterm atau persalinan akan terjadi dalam satu minggu
setelah selaput ketuban pecah. Sekitar 85% morbiditas dan mortalitas
perinatal disebabkan oleh prematuritas. Ketuban pecah dini berhubungan
dengan penyebab kejadian prematuritas dengan insidensi 30-40%.
Neonatologis dan ahli obstetri harus bekerja sebagai tim untuk memastikan
perawatan yang optimal untuk ibu dan janin.
Etiologi pada sebagian besar kasus tidak diketahui. Penelitian
menunjukkan infeksi sebagai penyebabnya. Faktor lain yang mempengaruhi
adalah kondisi sosial ekonomi rendah yang berhubungan dengan rendahnya
kualitas perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan
oleh Chlamydia trachomatis dan Neischeria gonorrhea.
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia
gestasi, adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tandatanda persalinan. Dilema sering terjadi pada pengelolaan premature rupture
of the membrane (PRM) dimana harus segera bersikap aktif terutama pada
kehamilan yang cukup bulan atau harus menunggu sampai terjadinya proses
persalinan sehingga masa tunggu akan memanjang, yang berikutnya akan
meningkatkan kemungkinan terjadinya infeksi. Sikap konservatif ini
sebaiknya dilakukan pada premature rupture of the membrane (PRM)
1

kehamilan kurang bulan dengan harapan tercapainya pematangan paru dan


berat badan janin yang cukup.
I.2

RUMUSAN MASALAH
Bagaimana

definisi,

etiologi,

patogenesis,

diagnosis

dan

diagnosis

dan

penatalaksanaan kulit ketuban pecah dini?


I.3

TUJUAN
Mengetahui

definisi,

etiologi,

patogenesis,

penatalaksanaan kulit ketuban pecah dini.


I.4

MANFAAT
-

Menambah wawasan mengenai penyakit di bidang kebidanan


khususnya kulit ketuban pecah dini.

Sebagai proses pembelajaran bagi dokter muda yang sedang


mengikuti kepaniteraan klinik bagian ilmu kebidanan dan kandungan.

BAB II
STATUS PASIEN
II.1

IDENTITAS PASIEN
No Reg : 392574
2

Nama penderita

: Ny. Y

Umur suami

: 22 tahun

Alamat

: Turen

Pekerjaan penderita : Ibu Rumah Tangga


Pendidikan penderita : SMA

II.2

Nama suami

: Tn. S

Umur penderita

: 30 tahun

Alamat

: Turen

Pekerjaan suami

: Swasta

Pendidikan suami

: SD

ANAMNESA
1.

Masuk rumah sakit tanggal : 11-01-2016 pukul 09.40 WIB

2.

Datang dikirim oleh bidan: Puskesmas Turen

3.

Keluhan utama : Keluar cairan jernih dari jalan lahir

4.

Riwayat penyakit sekarang :


Pada tanggal 09/01/2016 pasien sudah mulai merasakan kencengkenceng. Pada tanggal 10/01/2016 pukul 09.00 WIB pasien
melakukan aktivitas mencuci pakaian dan pada pukul 16.00 WIB
pasien merasakan kenceng-kenceng dan mules. Kemudian pada
tanggal 11/01/2016 keluar cairan ketuban jernih, merembes, lewat
jalan lahir sejak pagi pukul 04.30 WIB setelah bangun tidur.
Kemudian pada pukul 05.00 WIB pasien langsung ke Puskesmas
Turen dan dinyatakan buka 1 kemudian diberi infus dan 3 macam obat
namun pasien lupa nama obatnya. Kemudian pada pukul 05.30 WIB
pasien langsung dirujuk ke RSUD Kanjuruhan Kepanjen.

5.

Riwayat kehamilan yang sekarang : hamil anak ke 1, ANC 8 kali ke


bidan, pijat oyok 2 kali.

6.

Riwayat menstruasi : menarche 14 tahun, saat menstruasi sering


mengalami nyeri seperti diremas-remas diperut bagian bawah, HPHT :
1-5- 2015, HPL : 8-2-2016, UK : 32-33 minggu

7.

Riwayat perkawinan : 1 kali, lama 2 tahun, umur pertama kawin 19


3

tahun.
8.

Riwayat persalinan sebelumnya : tidak ada

9.

Riwayat penggunaan kontrasepsi : tidak pernah

10. Riwayat penyakit sistemik yang pernah dialami


-

Kardiovaskuler

: (-)

Hipertensi

: (-)

DM

: (-)

TBC

: (-)

Asma

: (-)

HIV/AIDS

: (-)

Pernah dirawat

: (-)

1. Riwayat penyakit keluarga :


-

: (-)

Penyakit hati

: (-)

Hipertensi

: (+)

DM

: (-)

Epilepsi

Penyakit jiwa

: (-)

Kelainan bawaan

: (-)

Hamil kembar

: (-)

TBC

: (-)

Alergi

: (-)

1.
II.3

Kanker

: (-)

Riwayat kebiasaan dan sosial : alcohol (-), Jamu (-), Kopi (-)

PEMERIKSAAN FISIK
a. Status generalis
Keadaan umum

: cukup

Kesadaran

: compos mentis GCS 456

Tekanan darah: 100/70 mmHg nadi: 80x/menit, suhu: 36C, RR:


20x/menit.
b. Review of system
Kulit : gatal (-) luka (-), warna : sawo matang.
4

Kepala :
Mata

: conjungtiva anemi -/-, sclera

ikterik -/-, odem palpebra -/Wajah

: simetris

Mulut

: kebersihan gigi geligi cukup,

stomatitis (-),
hiperemi pharyng (-), pembesaran
tonsil(-)
Leher : pembesaran kelenjar limfe di leher (-), pembesaran kelenjar
tyroid (-)
Thorax
Cor
-

Inspeksi

: ictus cordis tidak tampak

Palpasi

: ictus cordis tidak kuat angkat

Perkusi
Batas kiri atas

: ICS II parasternalis sinistra

Batas kanan atas : ICS II para sternalis dekstra


Batas kiri bawah : ICS V mid clavicula line sinistra
Batas kanan bawah: ICS IV para sternalis dekstra
-

Auskultasi
Bunyi jantung I-II regular, bunyi jantung tambahan (-)
Pulmo

Inspeksi

: bentuk normal, pengembangan dada simetris,

Palpasi

: fremitus raba kiri sama dengan kanan

Perkusi

: sonor/sonor

Auskultasi
Suara dasar

: vesikuler (+/+)

Suara tambahan: wheezing (-/-), ronkhi (-/-), stridor (-)


Abdomen
Inspeksi :

flat (-), distensi (-), gambaran pembuluh darah

collateral (-).
5

Palpasi : pembesaran organ (-), nyeri tekan (-), teraba massa


abnormal (-)

Tinggi fundus uteri 3 jari dibawah

prosesus xipoideus
Perkusi : tympani (+)
Auskultasi : suara bising usus normal, metalic sound (-)
Ekstremitas: odema -/c. Status obstetri :
Pemeriksaan luar :
Leopold I

: diatas teraba besar, bulat, lunak, tidak melenting. TFU:


antara prosesus xiphoideus dengan pusar (24 cm).

Leopold II

: teraba tahanan memanjang sebelah kiri.

Leopold III

: bagian terbawah dari janin teraba besar, bulat, keras,


dan melenting. Bagian terendah janin masuk ke PAP.

Leopold IV

: di bagian bawah teraba 4/5 jari.

Bunyi jantung janin: 156x/menit, regular, tunggal


Pemeriksaan Dalam
Pengeluaran pervaginam
Vulva / vagina

: blood (-), slym (-), cairan ketuban (+), flour albus (-),
varises (-), luka (-)

Pembukaan

Penipisan portio

: belum dapat terukur

Selaput Ketuban

: (-)

Bagian terbawah

: kepala

Hodge
II.4

: 1 cm

:1

Ringkasan

Anamnesa

Pada tanggal 09/01/2016 pasien sudah mulai merasakan kencengkenceng. Pada tanggal 10/01/2016 pukul 16.00 WIB pasien merasakan
kenceng-kenceng dan mules. Kemudian pada tanggal 11/01/2016
keluar cairan ketuban jernih, merembes, lewat jalan lahir sejak pagi
pukul 04.30 WIB setelah bangun tidur. Kemudian pada pukul 05.00
6

WIB pasien langsung ke Puskesmas Turen dan dinyatakan buka 1


kemudian diberi infus dan 3 macam obat namun pasien lupa nama
obatnya. Kemudian pada pukul 05.30 WIB pasien langsung dirujuk ke
RSUD Kanjuruhan Kepanjen. Hamil anak pertama, ANC 8 kali ke
bidan, pijat oyok 2 kali.menarche 14 tahun, saat menstruasi sering
mengalami nyeri seperti diremas-remas diperut bagian bawah, HPHT :
1-5- 2015, usia kehamilan 8 bulan. Riwayat perkawinan 1 kali, lama 2
tahun, umur pertama kawin 19 tahun. Tidak pernah menggunakan KB.
Pemeriksaan fisik

Dari pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum cukup, kesadaran


compos mentis, tekanan darah : 100/70 mmHg, nadi: 80x/menit, suhu:
36C, RR: 20x/menit.
Pemeriksaan obstetrik luar:
Leopold I : bagian teratas janin adalah bokong. Leopold II : punggung
janin sebelah kiri, tunggal. Leopold III : bagian terbawah janin kepala
dan sudah masuk PAP. Leopold IV : teraba 4/5 jari. Bunyi jantung
janin: 156x/menit, regular, tunggal.
Pemeriksaan Dalam
Pengeluaran pervaginam

Vulva / vagina : cairan ketuban (+). Pembukaan: 1 cm. Penipisan portio :


belum dapat terukur. Selaput Ketuban: negatif. Bagian terbawah : kepala.
Hodge : 1
II.5 Diagnosa

G1P0000Ab000 22 tahun usia kehamilan 32-33 minggu

Anak tunggal hidup intrauterine

Belum inpartu, letak kepala, punggung kiri, sudah masuk PAP,

Kulit ketuban pecah dini

II.6 Rencana Tindakan

Pasien di-MRS-kan bedrest dalam posisi trendelenberg


7

Infus RL (20 tpm)

Pemeriksaan lakmus

Pematangan paru dexametason 2 x 6 mg (IV)

Pasang DC

Inj. Ceftriaxone 2x1g (IV)

Planning USG

Planning SC

BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
III.1. DEFINISI
Ketuban pecah dini atau premature rupture of the membranes (PRM)
adalah pecahnya selaput ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan. Jika
ketuban pecah sebelum umur kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini
kehamilan preterm atau preterm premature rupture of the membranes (PRM).III.2. ETIOLOGI
Walaupun banyak publikasi tentang premature rupture of the membranes
(PRM), namun penyebabnya masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan
secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang berhubungan erat
dengan premature rupture of the membranes (PRM), namun faktor-faktor mana
yang lebih berperan sulit diketahui. Kemungkinan yang menjadi faktor
predisposisi adalah:
1. Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
8

ascenden dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa menyebabkan
terjadinya premature rupture of the membranes (PRM). Penelitian
menunjukkan infeksi sebagai penyebab utama ketuban pecah dini.
2. Servik yang inkompetensia, kanalis sevikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, kuretase).
3. Tekanan intra uterin yang meningkat secara berlebihan (overdistensi
uterus) misalnya tumor, hidramnion, gemelli.
4. Trauma oleh beberapa ahli disepakati sebagai faktor predisisi atau
penyebab terjadinya premature rupture of the membranes (PRM). Trauma
yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam, maupun
amnosintesis

menyebabkan

terjadinya

premature

rupture

of

the

membranes (PRM) karena biasanya disertai infeksi.


5. Kelainan letak misalnya lintang, sehingga tidak ada bagian terendah yang
menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi tekanan
terhadap membran bagian bawah.
6. Keadaan sosial ekonomi yang berhubungan dengan rendahnya kualitas
perawatan antenatal, penyakit menular seksual misalnya disebabkan oleh
Chlamydia trachomatis dan Neischeria gonorhoe.
7. Faktor lain yaitu:

Faktor disproporsi antar kepala janin dan panggul ibu

Faktor multi graviditas, merokok dan perdarahan antepartum

Defisiensi gizi dari tembaga dan vitamin C

Membrana khorioamniotik terdiri dari jaringan viskoelastik. Apabila


jaringan ini dipacu oleh persalinan atau infeksi maka jaringan akan menipis dan
sangat rentan untuk pecah disebabkan adanya aktivitas enzim kolagenolitik.
Infeksi merupakan faktor yang cukup berperan pada persalinan preterm dengan
ketuban pecah dini. Grup B streptococcus mikroorganisme yang sering
menyebabkan amnionitis. Selain itu Bacteroides fragilis, Lactobacilli dan
Staphylococcus epidermidis adalah bakteri-bakteri yang sering ditemukan pada
cairan ketuban pada kehamilan preterm. Bakteri-bakteri tersebut dapat
melepaskan mediator inflamasi yang menyebabkan kontraksi uterus. Hal ini
menyebabkan adanya perubahan dan pembukaan serviks, dan pecahnya selaput
9

ketuban.
III.3. DIAGNOSIS
Diagnosis premature rupture of the membranes (PRM) didasarkan pada
anamnesis, pemeriksaan fisik, dan laboratorium. Dari anamnesis 90% sudah dapat
mendiagnosa premature rupture of the membranes (PRM) secara benar.
Pengeluaran urin dan cairan vagina yang banyak dapat disalahartikan sebagai
premature rupture of the membranes (PRM). Pemeriksaan fisik kondisi ibu dan
janinnya. Tentukan ada tidaknya infeksi. Tanda-tanda infeksi antara lain bila suhu
ibu 38C. Janin yang mengalami takikardi, mungkin mengalami infeksi
intrauterin.
Pemeriksaan inspekulo secara steril merupakan langkah pemeriksaan
pertama terhadap kecurigaan premature rupture of the membranes (PRM).
Pemeriksaan dengan spekulum pada premature rupture of the membranes (PRM)
akan tampak keluar cairan dari orifisium uteri eksternum (OUE), kalau belum
juga tampak keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta batuk, megejan atau
megadakan manuvover valsava, atau bagian terendah digoyangkan, akan tampak
keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada forniks posterior. Cairan yang
keluar dari vagina perlu diperiksa warna, bau dan PH nya. Air ketuban yang keruh
dan berbau menunjukkan adanya proses infeksi.
Tentukan pula tanda-tanda inpartu. Tentukan adanya kontraksi yang
teratur.

Mengenai

pemeriksaan

dalam

vagina

dengan

tocher

perlu

dipertimbangkan. Periksa dalam dilakukan bila akan dilakukan penanganan aktif


(terminasi kehamilan) antara lain untuk menilai skor pelvik dan dibatasi sedikit
mungkin. Pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam persalinan tidak
perlu diadakan pemeriksaan dalam. Karena pada waktu pemeriksaan dalam, jari
pemeriksa akan mengakumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang
normal. Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.
Pemeriksaan penunjang diagnosis antara lain:
1. Pemeriksaan laboratorium

Tes lakmus (tes Nitrazin): jika kertas lakmus merah berubah


menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis) karena pH
10

air ketuban 7 7,5 sedangkan sekret vagina ibu hamil pH nya 4-5,
dengan kertas nitrazin tidak berubah warna, tetap berwarna kuning.
Darah dan infeksi vagina dapat mengahsilakan tes yang positif
palsu.

Mikroskopik (tes pakis): dengan meneteskan air ketuban pada


gelas objek dan dibiarkan kering. Pemeriksaan mikroskopik
menunjukkan gambaran daun pakis.

1. Pemeriksaan ultrasonografi USG


Pemeriksaan ini dimaksudkan untuk melihat jumlah cairan ketuban dalam
kavum uteri dan konfirmasi usia kehamilan. Pada kasus premature rupture
of the membranes (PRM) terlihat jumlah cairan ketuban yang sedikit.
Walaupun pendekatan diagnosis premature rupture of the membranes
(PRM) cukup banyak macam dan caranya, namun pada umumnya
premature rupture of the membranes (PRM) sudah bisa terdiagnosis
dengan anamnesa dan pemeriksaan sedehana.
III.4. KOMPLIKASI
Ada tiga komplikasi utama yang terjadi yaitu peningkatan morbiditas dan
mortalitas neonatal oleh karena prematuritas, komplikasi selama persalinan dan
kelahiran yaitu risiko resusitasi, dan yang ketiga adanya risiko infeksi baik pada
ibu maupun janin. Risiko infeksi karena ketuban yang utuh merupakan barier atau
penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi. Dengan tidak adanya selaput
ketuban seperti pada premature rupture of the membranes (PRM), flora vagina
normal yang ada bisa menjadi pathogen yang bisa membahayakan baik pada ibu
maupun pada janinnya. Morbiditas dan mortalitas neonatal meningkat dengan
makin rendahnya umur kehamilan.
Komplikasi pada ibu adalah terjadinya risiko infeksi dikenal dengan
korioamnionitis. Dari studi pemeriksaan histologis cairan ketuban 50% wanita
yang lahir prematur, didapatkan korioamnionitis (infeksi saluran ketuban), akan
tetapi sang ibu tidak mempunyai keluhan klinis. Infeksi janin dapat terjadi
septikemia, pneumonia, infeksi traktus urinarius dan infeksi lokal misalnya
11

konjungtivitis.

III.5. PENATALAKSANAAN
Penanganan ketuban pecah dini memerlukan pertimbangan usia gestasi,
adanya infeksi pada komplikasi ibu dan janin dan adanya tanda-tanda persalinan.
A. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini Pada Kehamilan Preterm
Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada kehamilan preterm
berupa penanganan konservatif, antara lain:

Rawat di Rumah Sakit, ditidurkan dalam posisi trendelenberg,

tidak perlu dilakukan pemeriksaan dalam untuk mencegah terjadinya


infeksi dan kehamilan diusahakan bisa mencapai 37 minggu.

Berikan antibiotika (ampisilin 4500 mg atau eritromisin bila

tidak tahan ampisilin) dan metronidazol 2 x 500 mg selama 7 hari.

J ika umur kehamilan < 32-34 minggu dirawat selama air

ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak keluar lagi.

Pada usia kehamilan 32-34 minggu berikan steroid, untuk

memacu kematangan paru janin, dan kalau memungkinkan periksa


kadar lesitin dan spingomielin tiap minggu. Sedian terdiri atas
betametason 12 mg sehari dosis tunggal selama 2 hari atau
deksametason IM 5 mg setiap 6 jam sebanyak 4 kali.

Jika usia kehamilan 32-37 minggu, belum inpartu, tidak ada

infeksi, tes busa (-): beri deksametason, observasi tanda-tanda infeksi,


dan kesejahteraan janin. Terminasi pada kehamilan 37 minggu.

Jika usia kehamilan 32-37 minggu, sudah inpartu, tidak ada

infeksi, berikan tokolitik (salbutamol), deksametason dan induksi


sesudah 24 jam.

Jika usia kehamilan 32-37 minggu, ada infeksi, beri antibiotik


12

dan lakukan induksi.

Nilai tanda-tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda-tanda infeksi

intrauterin).
A. Penatalaksanaan Ketuban Pecah Dini Pada Kehamilan Aterm
Penatalaksanaan ketuban pecah dini pada kehamilan aterm berupa
penanganan aktif, antara lain:

Kehamilan > 37 minggu, induksi dengan oksitosin, bila gagal


seksio sesaria. Dapat pula diberikan misoprostol 50 g intravaginal
tiap 6 jam maksimal 4 kali.

Bila ada tanda-tanda infeksi, berikan antibiotika dosis tinggi, dan


persalinan di akhiri:
Bila skor pelvik < 5 lakukan pematangan serviks kemudian
induksi. Jika tidak berhasil akhiri persalinan dengan seksio sesaria.
Bila skor pelvik > 5 induksi persalinan, partus pervaginam

C. Jenis section ceasaria


Jenis-jenis sectio caesarea adalah :
1. Sectio Caesarea transperitonealis
a.Sectio Caesarea klasik (korporal)
Dilakukan dengan membuat sayatan memanjang pada korpus uteri kirakira sepanjang 10 cm.
Kelebihan :1)Mengeluarkan janin lebih cepat 2) Tidak mengakibatkan
komplikasi kandung kemih 3) Sayatan bisa diperpanjang proksimal atau
distal
Kekurangan :1) Infeksi mudah menyebar secara intraabdominal karena
tidak ada riperitonearisasi yang baik 2)Untuk persalinan berikutnya lebih
sering terjadi ruptura uteri spontan
b.Sectio Caesarea ismika (profunda)
Dilakukan dengan membuat sayatan melintang-konkaf pada segmen
bawah rahim (low cervical transversal) kira-kira 10 cm.
Kelebihan :
1)Penjahitan luka lebih mudah
2)Penutupan luka dengan reperitonealisasi yang baik
3)Tumpang tindih dari peritoneal flat baik sekali untuk menahan
penyebaran isi uterus ke rongga periutoneum
4)Perdarahan kurang
5)Dibandingkan dengan cara klasik kemungkinan ruptura uteri spontan
kurang atau lebih kecil.
Kekurangan :
13

1) Luka dapat melebar ke kiri, kanan, dan bawah, sehingga dapatmenyebabkan uterine putus dan terjadi perdarahan hebat.2) Keluhan pada
kandung kemih postoperatif tinggi.
2.Sectio Caesarea ekstraperitonealis
Sectio caesarea tanpa membuka peritoneum parietalis, dengan demikian
tidak membuka kavum abdominal.

14

BAB IV
PENUTUP
IV.1

KESIMPULAN
Dari anamnesa didapatkan Ny.Y, 22 tahun mengeluhkan keluar
cairan ketuban jernih (+). Pemeriksaan fisik tekanan darah : 100/70
mmHg, nadi: 80x/menit, suhu: 36C, RR: 20x/menit. TFU 3 jari dibawah
prosesus xiphoideus (24 cm), belum masuk PAP, DJJ 156x/menit, regular,
tunggal, Pemeriksaan dalam V/V: blood (-), slym (-), cairan ketuban (+),
Penipisan portio: 25%, kulit ketuban (-), Hodge:I. Dari anamnesa dan
pemeriksaan fisik didapatkan Diagnosa GIP0000Ab000, UK 32-33 minggu
dengan ketuban pecah dini.

IV.2

SARAN
Untuk menghindari terjadinya PRM sebaiknya dihindari adanya
factor predisposisi terjadinya PRM. Jika sudah terjadi PRM diberikan
antibiotic profilaksis untuk mencegah infeksi dan ibu bed rest.

DAFTAR PUSTAKA
15

1. Cunningham FG et al. Preterm Labor in Williams Obstetric, 22st ed.


Mc.Graw Hill Publishing Division, New York, 2005.
2. Wiknjosastro H. Patologi Persalinan dan Penanganannya. Ilmu Kebidanan,
edisi ke-3. Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta 2005.
3. Prawirohardjo, Sarwono, Asuhan Maternal dan Neonatal , YBP-SP,
Jakarta : 2002
4. Mochtar, Rustam, Sinopsis Obstetri, EGC. Jakarta : 1998.
5.

Prawirohardjo, Sarwono, Ilmu Bedah Kebidanan, YBP-SP, Jakarta :


1999.

6. Sualman, K. 2009. Penatalaksanaan ketuban

pecah dini kehamilan

preterm. Available at http://belibis-a17.com/2009/08/28/penatalaksanaankpd-preterm/. Diunduh tanggal 18 juli 2011.


7. Anonim.

2010.

Catatan

kuliah

lentera

impian.

Available

at

http://lenteraimpian.wordpress.com/2010/02/27/ketuban-pecah-sebelumwaktunya-kpsw-atau-ketuban-pecah-dini-kpd-atau-ketuban-pecahprematur-kpp/. Diunduh tanggal 18 juli 2011.

16

Anda mungkin juga menyukai