Anda di halaman 1dari 7

Sitanggang 1

Marcella Olivia
Yuda Putri
Bahasa Indonesia
Senin, 14 December 2015
Statement of Intent - Diari
Peristiwa atau kisah yang penulis pilih untuk dikembangkan adalah saat Athy
sedang mencari sour leave, salah satu obat yang diperlukan untuk menyembuhkan luka
yang sudah terinfeksi. Namun Athy tertangkap oleh seorang Chllop, dan ia menuduh
Athy mencuri sour leave tersebut dengan tidak memberi penjelasan kepada Athy, Chllop
menyeret Athy ke hutan dan mengikatnya di pohon dengan posisi untuk di eksekusi.
Kisah ini terdapat pada bab 8 dan berada di halaman 194-197.
Pengembangan kisah yang penulis ingin fokuskan adalah perasaan Athy sewaktu
ia sangat takut, frustasi, stress. Athy merasakan hal-hal tersebut sewaktu ia berada sendiri
di hutan dengan tidak ada siapa-siapa di sampingnya begitu juga saat ia mengetahui
bahwa esok paginya ia akan dieksekusi didepan warga-warga Kamboja agar hal yang
Athy lakukan tidak terulang lagi di mata masyarakat. Athy sedang berasa di situasi
dimana ia tidak tahu lagi akan apa yang ia harus lakukan dan berada di ujung ke
ketakutan atau stress nya Athy, karena ia tahu bahwa esok paginya ia akan di eksekusi.
Penulis memilih karangan kreatif diari, karena kisah yang akan diceritakan adalah
kisah dimana Athy dengan berada di posisi dimana ia sangat takut, frustasi dan depresi
akan kematian yang ia harus hadapi karena ia dituduh mencuri sour leave. Diari adalah
tempat untuk menulis tentang sejarah hidup, kenangan-kenangan, mengutarakan opiniopini, dan curahan hati kita (Buku Harian / Diary). Dengan karangan kreatif ini, penulis
bisa mengembangkan atau memperdalam perasaan-perasaan Athy sewaktu ia berada di
situasi dimana ia dituduh mencuri sour leave dan mengetahui bahwa ia akan dieksekusi
esok harinya.

Sitanggang 2

Kertas yang penulis akan gunakan adalah kertas yang sudah ternodai. Penulis
menggunakan kertas tersebut karena kertas yang ternodai menunjukan bahwa pada saat
itu kehidupan sangatlah susah, di dalam kehidupan Athy ia harus mengahadapi tantangantangan yang berat baginya dan hampir membawa ia kepada kematian untuk kedua
kalinya. Noda yang akan penulis gunakan adalah noda dari daun teh yang sudah diseduh
dan akan dikenakan kepada kertas yang penulis akan gunakan, dan akan berhasil 1kertas
yang ternodai dengan kotoran.
Di dalam diari yang penulis akan buat, jarak dari setiap baris akan berbeda-beda
dan memiliki banyak coretan kata. Menunjukan bahwa Athy, dulu sebagai anak muda
tidak memiliki pendidikan tinggi membuat ia tidak bisa menulis dengan rapih dan tertata
begitu juga ia masih bingung dengan kata-kata yang membuat ia memiliki banyak
kesalahan-kesalahan atau coretan didalam diari ini.
Tujuan dan harapan untuk pembaca adalah untuk pembaca memiliki rasa empati
akan kehidupan sewaktu di Kamboja dikuasai oleh Khmer Merah. Pembaca akan
membaca dimana begitu susah kehidupan dibawah kekuasaan Khmer Merah. Penulis
berharap bahwa dengan diari ini bisa menginspirasikan pembaca bagaimana hidup itu
sangat berarti bagi Athy dan warga-warga sekitarnya walaupun ia hidup di kehidupan
yang miskin, tetapi terlihat bahwa hidup sangatlah berarti untuk mereka.

Referensi
Him, Chanrithy. When Broken Glass Floats. Trans. Utti Setiawati. PT Elex Media Komputindo,
2011. Cetak.

Buku Harian/Diari. Kompasiana, n.d. Web. 7 Dec. 2015.

Sitanggang 3

<http://www.kompasiana.com/pietronetti/buku-harian
diary_552912486ea834c7228b46a7>.

Kerangka Diary:
Pembuka:

Aku sedang mencari sour leave untuk menyembuhkan lukaku ini, tetap seorang
Chllop menemukanku dan menangkapku. Aku dituduh mencuri sour leave, daun

yang bisa menyembuhkanku.


Tanpa ada penjelasan aku di seret ke Hutan dengan sangat kasar, aku di iikat di

posisi seperti akan di eksekusi.


Sang Chllop memberi tahu bahwa besok nanti aku akan dipenggal ditengah
warga-warga yang nanti akan menontonku.

Isi:

Aku tidak tahu lagi apa yang harus aku lakukan. Waktu sudah terlambat bagiku
untuk memohon ampun, ternyata aku hanya mengambil sour leave bisa

membawaku kepada kematian.


Khmer Merah telah merubah watak para tentara-tentaranya menjadi sekejam

Chllop, menuduh tanpa tahu alasan sebenarnya apa.


Aku frustasi, stress, aku yang masih kecil ini harus mengahapi sebuah beban dan
tekanan yang sebesar ini. Aku tidak berkuasa untuk melewati kematian, kematian
sudah menunggu saat matahari terbit nanti

Sitanggang 4

Penutup:

Aku berdoa kepada roh Pa dan memohon untuk kesempatan hidup yang kedua

kali.
Aku mendengar jejakan kaki dan melihat orang yang berbaju hitam, aku mulai
tenggang dan tidak tahu apakah aku harus menjerit atau berteriak. Aku menatap

tanah dan memejamkan mataku.


Tuhan memang mendengerkan doa ku, tanganku dilepaskan dari ikatan tali yang
mengikatku ke pohon. Kegembiraan yang tidak bisa kuucapkan timbul dalamku,
aku berlari kerumah untuk bertemu Mak dan adikku.

Kamboja, 1975
Kemarin, aku sudah merencanakan hariku untuk mencari sour leave, daun yang
bisa menyembuhkan luka infeksiku ini. Tiba-tiba seorang Chllop menemukanku, dan
tanpa memberikanku kesempatan untuk menjelaskan ia menuduhku bahwa aku telah
mencuri daun tersebut. Aku diseret ke hutan, dan diikat ke sebuah pohon dengan posisi
seperti orang yang hendak di eksekusi. Chllop itu berbicara kepadaku bahwa aku akan
dieskekusi, dan warga-warga sekitarku akan menonton saat-saat akhir hidupku.
Memohon pengampunan bukanlah waktu yang tepat pada saat itu, sang Chllop

Sitanggang 5

sudah hilang dari pengelihatan mataku. Aku tidak kuat untuk menghadapi keadaan seperti
tersebut, tubuhku yang lemah tidak memiliki tenaga dan kekuatan untuk
mengahadapinya. Aku tidak mengerti akan dunia ini, mengapa bisa sejahat ini kepadaku,
hanya memetik beberapa sour leave untuk menyembuhkan lukaku telah membawa aku
kepada kematian. Apakah Khmer Merah sudah benar-benar mengubah watak seseorang
menjadi sejahat itu? Hatiku remuk mengetahui bahwa Khmer Merah telah mempengaruhi
tentara-tentaranya, mudah menuduh seseorang tanpa mengetahui hal apa yang sebetulnya
seseorang itu butuhkan. Aku masih sangat muda untuk bertemu dengan kematianku.
Hidupku masih panjang untuk aku jalani, aku masih bisa menikmati momen-momen
indah yang akan ku temukan dan masih bisa membuat memori-memori baru yang tak
akanku sia-siakan dan tak terlupakan.
Aku sendiri, di hutan menunggu hingga matahari memancarkan sinarnya dari timur.
Aku menangis sangat keras dan lantang, dan tidak memiliki seseorang yang mampu
menenangiku disaat aku ketakutan. Aku tidak bisa menerima kenyataan bahwa aku akan
meninggalkan dunia ini, hatiku hancur menyadari mengapa aku harus melewati keadaan
itu. Aku tidak bisa menahan tekanan yang aku terima dari Chllop, kata kematian
terngiang-ngiang di dalam diriku karena bagiku kematian adalah suatu hal yang sulit aku
terima. Aku tidak kuat untuk menahan semua beban ini, aku masih sangat muda untuk
mati dengan cara yang mengenaskan. Aku teringat saat aku kabur dari kamp kerja paksa,
untuk memenuhi kelaparanku dengan menyesap rumput manis dan merasakan
kepuasannya bersama Cheng, sahabat satu-satunya yang aku punya sewaktu aku berada
di kamp kerja paksa. Tetapi sewaktu itu bersama Cheng, aku tertangkap lagi dengan tidak
diberi makan satu hari dan hampir menemukan ajalku bersamanya.

Sitanggang 6

Hal tersebut terulangi lagi, aku akan segera menemui akhir hidupku. Aku
memikirkan bagaimana dengan perasaan Mak bila ia akan kehilangan anaknya untuk
kesekian kalinya, aku sangat sayang pada Mak ia adalah seorang penyayang dan sosok
yang begitu kuat bagiku. Mungkin pagi tadi adalah waktu aku terakhir kalinya bertemu
dengan Mak yang sangat aku sayangi, Aku sangat frustasi mengetahui bahwa hidupku
menjadi sangat susah, sesusah yang tidak pernah timbul didalam benakku. Terlalu cepat
bagiku untuk merasakan frustasi dan depresi yang mungkin seorang anak yang berumur
sama sepertiku mungkin tidak bisa menghadapinya,
Kicauan burung membangunkanku di pagi hari, di tengah hutan bersama matahari
yang memancarkan sinar tajam menusuk mataku. Tetapi aku ingat, bahwa ini hari
terakhirku untuk hidup, aku teringat dengan seorang pepatah berbicara bahwa Bila
menangis, maka burung hantu akan mengambil nyawa seseorang., mungkin saat itu
burung hantu akan mengambil nyawaku dan mengambil saat-saat terakhir hidupku saat
nanti Chllop datang. Aku takut, tidak ingin hidupku berakhir seperti itu, aku frustasi
memikirkan beban yang aku pikul sendiri. Kematian sudah menungguku didepan, aku
tidak siap untuk meninggalkan dunia ini.
Aku tidak berdaya pada pagi itu, hal yang aku bisa lakukan adalah berdoa untuk
yang terbaik. Aku berserah kepada Buddha Roh Pa, hanyalah roh Pa yang bisa
kuandalkan. Sebagai sosok Tuhan yang kupercaya, yang bisa mengambulkan setiap doa
yang aku inginkan dan mencintai setiap ciptaannya dengan setulus hati, hanyal Ialah yang
bisa mendengarkan semua ketakutanku dan selalu ada buat aku. Waktu sudah singkat
bagiku, berserah kepada Roh Pa akan hidupku. Apa aku akan tetap hidup dan
menjalaninya atau hidupku akan berakhir pada saat itu saja.

Sitanggang 7

Aku mendengar bunyi jejakan kaki, aku benar-benar akan menemukan akhir
hidupku. Aku meneteskan air mata terakhirku, sudah tidak ada air mata yang tersisa
didalam ku. Aku hanya bisa menatap tanah dan memejamkan mataku, aku tidak akan
kuat untuk menatap muka sang Chllop yang sedang berjalan kearahku untuk
membunuhku, berjalan dengan pisau besar yang akan membelahkan kepala dengan
tubuhku. Ia akan membunuhku membelahkan bagian tubuhku yang mungil ini dan
dengan aku yang tidak bersalah dan ternodai akan kesalahan mencuri. Seumur hidupku
aku tidak pernah mencuri, mencuri sesuatu yang dimiliki orang lain, aku tahu bahwa
mencuri adalah suatu hal yang salah dan tidak baik untuk dilakukan.
Chllop sudah sangat dekat, dekat untuk membelah kepalaku, aku meneggangkan
tubuhku agar kuat menghadapi rasa sakit dari pisau besar. Aku tidak tahu apakah aku
harus menjerit atau berteriak aku hanya bisa terdiam, perlahan-lahan tanganku terbebas
dari ikatan yang mengikatku, aku dibebaskan oleh Chllop. Mulutku tidak bisa berkatakata, kegembiraan timbul dalam diriku dan aku berlari kencang kerumah untuk bertemu
Mak dan adikku.

Anda mungkin juga menyukai