DOSEN PEMBIMBING :
Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Dipl.hyp, ST., M.Kes
NIP. 19780420 200501 2 002
KELOMPOK 4:
Ilman Sahbani
H1E112043
H1E113058
Hadi Saufi
H1E113205
Betina Surya
H1E113242
Ilman Sahban
H1E112043
Hadi Saufi
H1113205
M.Yasir
Arafat
Betina Surya
H1E113242
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa
yang telah melimpahkan karunia nikmat, rahmat, dan hidayah bagi umat-Nya.
Atas ridho-Nya jualah penulis dapat menyusun dan menyelesaikan makalah yang
berjudul Konsep Penyebaran Penyakit Cacingan Di SDN Cempaka 1 Kecamatan
Cempaka, Kota Banjarbaru tepat pada waktunya. Adapun penulisan makalah ini
bertujuan untuk memenuhi tugas mata kuliah Epidemologi.
Tak lupa penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Prof. Dr. H. Sutarto Hadi, M.Si., M.Sc. selaku Reaktor Universitas Lambung
Mangkurat.
2. Bapak Dr. Ing Yulian Firmana Arifin, M.T. selaku Dekan Fakultas Teknik
Universitas Lambung Mangkurat.
3. Ibu Prof. Dr. Qomariyatus Sholihah, Amd. Hyp, ST., M.Kes. selaku dosesn
mata kuliah Ekotoksikologi.
4. Seluruh Dosen Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat
Banjarbaru dan jajarannya.
5. Seluruh pihak SDN Sungai Tiung 3 Kecamatan Cempaka, Kota Banjarbaru
terkait yang telah membantu melakukan observasi lapangan dan pengambilan
sampel.
6. Teman-teman Teknik Lingkungan Universitas Lambung Mangkurat.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih mempunyai kekurangan.
Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik, saran, bimbingan, serta nasihat
yang membangun demi kesempurnaan makalah ini. Besar harapan penulis semoga
makalah ini bermanfaat bagi penulis dan bagi pembaca dalam meningkatkan
prestasi belajar, serta membina mental seorang pelajar Indonesia seutuhnya.
Penulis
DAFTAR ISI
JUDUL.............................................................................................................
iv
DAFTAR SINGKATAN.................................................................................
DAFTAR ISI....................................................................................................
vi
DAFTAR TABEL
DAFTAR GAMBAR
BAB 1
PENDAHULUAN
Penyakit yang disebabkan oleh infeksi cacing ini tergolong penyakit yang kurang
mendapat perhatian, sebab masih sering dianggap sebagai penyakit yang tidak
menimbulkan wabah maupun kematian. Walaupun demikian, penyakit kecacingan
sebenarnya cukup membuat penderitanya mengalami kerugian, sebab secara
perlahan adanya infestasi cacing di dalam tubuh penderita akan menyebabkan
gangguan pada kesehatan mulai yang ringan, sedang sampai berat yang
ditunjukkan sebagai manifestasi klinis diantaranya berkurangnya nafsu makan,
rasa tidak enak di perut, gatal - gatal, alergi, anemia, kekurangan gizi,
pneumonitis, syndrome Loeffler dan lain lain.
1.2 Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Bagaimana konsep penyebaran penyakit akibat lingkungan ?
2. Apa yang dimaksud dengan sanitasi lingkungan ?
3. Bagaimana penyebaran penyakit cacingan ?
1.3 Tujuan
Tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui konsep penyebaran penyakit terhadap lingkungan.
2. Memahami maksud dari sanitasi lingkungan.
3. Mengetahui penyebaran penyakit cacingan terajdi.
1.4 Hipotesis
Hipotesis pada makalah ini dilakukan untuk membuktikan adanya
kemungkinan terdapat penyebaran penyakit cacingan yang dilihat dari daerah
SDN yang berpotensi menyebabkan hal tersebut.
1.5
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
10
Kuman harus dapat ditemukan pada semua hewan yang sakit, tidak pada
yang sehat,
Kuman tersebut harus dapat diisolasi ulang dari hewan yang diinfeksi.
11
Teori
Kuman
memungkinkan
penemuan
obat-obatan
atau
dipengaruhi
oleh
tiga
komponen
utama
yaitu host,
12
Interaksi di antara tiga elemen terlaksana karena adanya faktor penentu pada
setiap elemen. Model ini menerangkan apabila pengungkit tadi berada dalam
keseimbangan, maka dikatakan bahwa masyarakat berada dalam keadaan
sehat, seperti gambar di bawah ini :
13
14
orang sakit dengan gejala-gejala yang tidak jelas (kasus sub klinis)
Karier, yaitu orang yang tidak sakit tetapi tubuhnya mengandung dan
mengeluarkan hama penyakit.
Sumber penularan itu mengandung hama penyakit pada berbagai bagian
tubuhnya, misalnya dalam darah, paru-paru, hati, dan sebagainya. Juga dalam
berbagai produk yang dikeluarkannya, misalnya ingus, ludah, dahak (sputum),
urine, faeces, nanah, cairan luka, dan lain-lain, yang sewaktu-waktu dengan cara
tertentu dapat menular kepada orang lain.
b. Hewan (Animal Reservoir)
16
berbagai bibit penyakit seperti misalnya spora dari basil tetanus (Clostridium
tetani), telur dari cacing-cacing (cacing ankylostoma, ascaris, dan lain-lain), yang
dapat menimbulkan penyakit pada manusia. Di udara bebas beterbangan
bermacam-macam mikro organisme yang juga dapat menimbulkan penyakitpenyakit seperti streptococcus, staphylococcus, dan lain-lain.
2.4.2. Hama Penyakit
Yang dimaksud dengan hama penyakit adalah mikro organisme yang
merupakan penyebab penyakit pada tuan rumah. Hama penyakit dapat dibedakan
atas 4 golongan sebagai berikut, yaitu:
a. Golongan hewan
Protozoa,
contohnya
Amoeba
dysentri,
Trypanosoma
gambiense,
Plasmodium malariae.
b. Golongan tumbuh-tumbuhan
sporanya banyak terdapat di tanah, debu, dan benda-benda yang kotor hanya akan
menimbulkan penyakit tetanus apabila secara kebetulan masuk ke dalam luka
pada kulit. Staphylococcus aureus yang banyak terdapat di udara bebas, baru akan
menimbulkan penyakit (radang) apabila secara kebetulan sampai pada luka kulit.
2.4.3. Pintu Keluar
Pintu keluar adalah jalan yang dilalui oleh hama penyakit sewaktu
keluar/dikeluarkan dari tubuh tuan rumah. Beberapa jenis penyakit infeksi
memiliki pinru keluar yang berbeda-beda. Pintu keluar dapat berupa:
a. Alat pernafasan
Yaitu hidung dan mulut, pada waktu penderita bernafas, berbicara, batuk,
bersin, mengesang, dan atau mendahak. Ini terjadi misalnya pada penyakit TBC
paru, influenza, dan difteria.
b. Alat pencernaan makanan
Dalam hal ini adalah mulut dan anus pada waktu penderita muntah dan
atau berak, misalnya pada peyakit kolera. Pada peyakit dysentri dan thypus perut
yang tidak memiliki gejala khas muntah, hama penyakit dikeluarkan hanya
melalui anus bersama faeces. Pada penyakit kolera hama penyakit dikeluarkan
juga melalui urine penderita.
c. Alat kencing dan kelamin
Ini terjadi pada beberapa jenis penyakit kelamin, misalnya gonorhoea,
syphilis, AIDS, dan lain-lain.
d. Luka pada kulit
Luka pada kulit dapat dibedakan atas tiga macam, yaitu:
Luka akibat terjadinya infeksi dan radang pada kulit (misalnya luka pada penyakit
syphylis).
Luka akibat gigitan binatang (misalnya gigitan nyamuk, kutu, atau pinjal).
Luka yang dibuat dengan sengaja (misalnya luka bekas suntikan).
Pada luka (ulkus) akibat penyakit syphilis atau pennyakit frafmboesia
hama penyakit dikeluarkan bersama cairan luka (exudat). Melalui gigitan nyamuk,
kutu, dan pinjal dapat terisap keluar hama peyakit yang ada dalam darah
penderita, misalnya pada penyakit malaria, typhus bercak pes. Melalui jarum
18
suntik hama beberapa jenis penyakit dapat juga terbawa keluar, seperti misalnya
pada penyakit hepatitis infectiosa dan AIDS.
2.4.4. Cara Penularan
Yang dimaksud dengan cara penularan penyakit adalah proses-proses yang
dialami oleh hama penyakit tersebut sehingga dapat masuk ke dalam tubuh calon
penderita. Masing-masing penyakit menular mempunyai cara penularan yang
khas, yang satu berbeda dengan yang lain.
Cara-cara penularan tersebut adalah sebagai berikut:
a. Melalui Hubungan Orang dengan Orang (Personal Contact)
Personal contact dapat dibedakan atas 5 cara, yaitu:
Kontak fisik, contohnya penularan penyakit syphilis melalui hubungan seksual.
Melalui tangan yang terkontaminasi, ini dapat terjadi misalnya pada penyakit
kolera, seseorang yang tangannya terkontaminasi dengan produk si penderita,
kemudian makan tanpa terlebih dahulu membersihkan tangannya.
Melalui benda-benda yang terkontaminasi. Benda-benda bekas dipergunakan oleh
pederita dapat menjadi sarana penularan, seperti misalnya saputangan, handuk,
piring, sendok, gelas, dan sebagainya, karena benda-benda tersebut telah
terkontaminasi dengan produk dari penderita yang sudah barang tentu penuh
dengan hama penyakit.
Melalui titik ludah (Droplet Infection). Ini dapat terjadi misalnya pada penyakit
TBC paru dan influenza. Pada saat penderita bersin, batuk, atau berbicara, secara
tidak disadari akan disemprotkan butir-butir yang amat halus dari ludah dan
ingusnya ke udara. Penularan akan terjadi apabila butir-butir ludah atau ingus
yang mengandung hama penyakit itu terisap oleh orang lain pada saat bernafas.
Melalui udara (Air Borne Infection). Butir-butir ludah dan ingus seperti tersebut
di atas mempunyai ukuran/diameter bermacam-macam. Butir-butir yang sangat
halus akan terus melayang-layang di udara, sedangkan butir-butir yang cukup
besar akan turun dan mengendap di tanah. Butir-butir yang melayang di udara
apabila mengering akan meninggalkan inti yang berisi hama penyakit, yang
disebut droplet nuclei, sedangkan butir-butir yang jatuh di tanah apabila
mengering akan membentuk debu yang penuh dengan hama penyakit juga.
Dengan perantara udara/angin baik itu droplet nuclei maupun debu yang
19
terkontaminasi itu akan dapat tersebar sampai jauh, dan akan dapat menimbulkan
penularan pada orang banyak melalui pernafasan.
b. Melalui Air (Water Borne Infection)
Air dapat menjadi sarana penularan beberapa macam penyakit, misalnya
kolera, typhus, parathyphus, dysentri, radang hati menular, lumpuh kanak-kanak
dan penyakit karena cacing. Penularan umumnya terjadi akibat orang
mengkonsumsi air yang telah tercemar oleh faeces manusia, tana direbus atau
diproses terlebih dahullu (faecal-oral infection).
c. Melalui Makanan (Food Borne Infection)
Penyakit-penyakit seperti yang telah disebutkan di atas juga dapat menular
dengan perantara makanan. Penularan dapat terjadi karena:
Makanan telah tercemar dengan hama penyakit akibat diproses oleh orang yang
sedang menderita saki ataupun carrier penyakit tersebut.
Makanan tercemar oleh hama penyakit tersebut dengan perantaraan lalat.
Bahan makanan yang dimakan mentah tidak dicuci terlebih dahulu dengan
sempurna sebelum dikonsumsi, padahal sebelumnya telah disiram air sungai/kali
dan sebagainya.
d. Melalui Serangga (Insect Borne Infection=Arthropod Borne Infection)
Beberapa jenis serangga dapat menjadi vektor beberapa macam penyakit.
e. Melalui Alat-Alat Kedokteran Yang Tidak Steril
Beberapa jenis alat kedokteran misalnya jarum suntik, jarum tranfusi,
jarum vaksinasi, dan sebagainya dapat juga menjadi perantara penularan beberapa
jenis penyakit.
2.4.5. Pintu Masuk
Yang dimaksud dengan pintu masuk adalah bagian-bagian badan yang
dilalui oleh hama penyakit sewaktu masuk ke dalam tubuh calon penderita. Pintu
masuk itu disebut juga pintu infeksi. Pintu masuk itu umumnya sama dengan
pintu keluar, yaitu:
a. Alat pernafasan, yaitu idung dan mulut, misalnya pada penyakit TBC paru,
influenza dan difteria.
b. Alat Pencernaan Makanan, yaitu mulut misalnya pada penyakit kolera,
dysentri, dan thypus perut.
20
21
22
telur
cacing)
(Surat
Keputusan
Menteri
Kesehatan
No:
424/MENKES/SK/VI/, 2006:7).
2
23
darah masuk ke bronchus lalu ke trachea dan laring. Dari laring, larva ikut
tertelan dan masuk ke dalam usus halus dan menjadi cacing dewasa. Infeksi
terjadi bila larva filariform menembus kulit atau ikut tertelan bersama
makanan (Surat Keputusan Menteri Kesehatan No: 424/MENKES/SK/VI/,
2006:10).
Kejadian penyakit (Incidens) ini di Indonesia sering ditemukan pada
penduduk yang bertempat tinggal di pegunungan, terutama di daerah
pedesaan, khususnya di perkebunan atau pertambangan. Cacing ini
menghisap darah hanya optimum 32C - 38C. Untuk menghindari infeksi
dapat dicegah dengan memakai sandal atau sepatu bila keluar rumah.
25
26
Kepemilikan jamban
Jamban adalah bangunan untuk tempat buang air besar dan buang air
kecil. Buang air besar dan buang air kecil harus di dalam jamban, jangan
disungai
atau
di
sembarang
tempat
karena
dapat
menimbulkan
27
penyakit
sangat
besar.
Di
samping
dapat
langsung
28
15 meter dari sumber air bersih agar sumber air tidak tercemar, didalam
jamban harus tersedia air bersih dan sabun untuk membersihkan diri., untuk
jamban model cemplung lubang jamban harus mempunyai tutup yang rapat
agar lalat, kecoa, dan serangga lain tidak dapat keluar masuk tempat
penampungan kotoran, lubang saluran saluran air kotor pada lantai letaknya
lebih rendah daripada lubang jamban, jamban sebaiknya tidak dibuat di
tempat yang digenangi air. Untuk daerah rawa atau daerah yang sering banjir
letak lantai jamban dibuat lebih tinggi daripada permukaan air yanglubang
penampungan kotoran harus mempunyai pipa saluran udara yang cukup
tinggi agar gas yang timbul dapat disalurkan ke luar.
Model dan bentuk jamban yang memenuhi syarat kesehatan antara
lain :
a
kotoran.
Jamban model cemplung adalah jamban yang paling sederhana. Jamban
dibangun langsung diatas lubang penampungan kotoran. Lubang
penampungan kotoran digali sedalam 2 sampai 3 meter dengan lingkaran
Lantai rumah
29
30
Personal higiene berasal dari bahasa yunani yaitu personal yang artinya
perorangan dan higiene berarti sehat. Kebersihan seseorang adalah suatu tindakan
untuk memelihara kebersihan dan kesehatan seseorang untuk kesejahteraan fisik
dan psikis (http://keperawatan-agung. blogspot.com/). Menjaga personal higiene
berarti menjaga kebiasaan hidup bersih dan menjaga kebersihan seluruh anggota
tubuh. Kata higiene digunakan untuk menggambarkan penerapan prinsip-prinsip
kebersihan untuk perlindungan kesehatan manusia. Manusia merupakan sumber
potensial mikroorganisme yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia.
Kebersihan diri adalah suatu usaha individu dalam menjaga kesehatan memalui
kebersihan individu sebagai cara untuk mengendalikan kondisi lingkungan
terhadap kesehatan.
Kebiasaan hidup bersih harus dimulai dari diri pribadi karena seseorang
yang sudah membiasakan dirinya selalu bersih, tidak akan senang melihat
lingkungan yang kotor. Oleh karena itu seseorang yang selalu menjaga kebersihan
diri dengan sendirinya akan berusaha menjaga kebersihan lingkungan dimanapun
dia berada. Kebersihan atau kesehatan lingkungan merupakan faktor utama dalam
mewujudkan kesehatan. Artinya kesehatan tidak terlepas dari keadaan
lingkungaan. Seseorang tidak akan merasa nyaman bila berada dilingkungan
kotor, yang dapat menularkan penyakit. Karena itu pengelolaan lingkungan
merupakan sesuatu yang harus dilaksanakan agar dapat hidup sehat.
Faktor-faktor higiene perorangan antara lain :
1. Kebiasaan memakai alas kaki
Kesehatan anak sangat penting karena kesehatan semasa kecil
menentukan kesehatan pada masa dewasa. Anak yang sehat akan menjadi
manusia dewasa yang sehat. Membina kesehatan semasa anak berarti
mempersiapkan terbentuknya generasi yang sehat akan memperkuat ketahanan
bangsa. Pembinaan kesehatan anak dapat dilakukan oleh petugas kesehatan,
ayah, ibu, saudara, anggota keluarga anak itu serta anak itu sendiri. Anak
harus menjaga kesehatannya sendiri salah satunya membiasakan memakai
alas/sandal (Departemen Kesehatan R.I, 1990). Tanah yang baik untuk
pertumbuhan larva ialah tanah gembur (pasir, humus) dengan suhu optimum
untuk
Necator
americanus
28-32
derajat
celcius
sedangkan
untuk
31
32
tumbuh
Didaerah pedesaan anak berdefekasi dekat rumah dan orang dewasa
sayuran
Pengolahan tanah pertanian/perkebunan dan pertambangan dengan
2.4 Sanitasi
Departemen Pendidikan Nasional (2001:996) sanitasi adalah usaha untuk
membina dan menciptakan suatu keadaan yang baik dibidang kesehatan terutama
kesehatan masyarakat. Sedangkan menurut Budioro.B. (1997:85) sanitasi adalah
usaha kesehatan masyarakat yang menitik beratkan pada pengawasan terhadap
berbagai factor lingkungan yang mempengaruhi derajat kesehatan manusia. Jadi
lebih baik mengutamakan usaha pencegahan terhadap berbagai faktor lingkungan
33
34
BAB III
METODE PENLITIAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Pelitian ini dilakukan di SDN 3 Sungai Tiung Kecamatan Cemaka, Kota
Banjarbaru, Provinsi Kalimantan Selatan. Waktu Penelitian dilakukan pada
tanggal 20 Oktober 2015 jam 10.00-12.00 WITA.
3.2 Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa-siswi SDN Sungai
Tiung 3. Sampel yang diambil sebanyak 6 orang yang dilakukan secara acak
3.3 Analisis Data
Dari data yang didapat akan diteliti kebenarannya dan dibandingkan
dengan tinjauan pustaka dan ditarik kesimpulan yang merupakan hasil dari
penelitian ini
35
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
36
37
lingkungan sekolah yang tidak baik, seperti kamar mandi, halaman, dan kantin
sekolah yang memungkinkan anak untuk terinfeksi. Hal ini dikarenakan cacingan
merupakan salah satu penyakit berbasis lingkungan yang disebabkan oleh keadaan
lingkungan yang buruk. Kurangnya sanitasi yang memadai menyebabkan
lingkungan tercemar dengan tinja yang mengandung telur cacing.
38
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Adapun kesimpulan dari makalah ini adalah sebagai berikut:
1. Konsep dari penyebaran penyakit yang paling populer adalah Segitiga
Epidemologi yang dikemukan oleh John Gordon dan La Richt,
menyebutkan bahwa timbul atau tidaknya penyakit pada manusia
dipengaruhi oleh tiga komponen utama yaitu host, agent, dan environment.
2. Sanitasi merupakan usaha untuk membina dan menciptakan suatu keadaan
yang baik dibidang kesehatan terutama kesehatan masyarakat.
3. Hasil dari semua sampel feses berketerangan negatif, karena kemungkinan
perilaku hidup bersih dan sehat subjek sudah cukup baik.
5.2 Saran
Adapun
saran
dari
makalah
ini
adalah
untuk
memperhatikan
39
40
DAFTAR PUSTAKA
41
Kundaian, Friscasari. Umboh, Joatje M.L. Kepel, Billy J. 2011 Hubungan antara
Sanitasi Lingkungan dengan Infestasi Cacing pada Murid Sekolah Dasar
di Desa Teling Kecamatan Tombarir Kabupaten Minahasa. Jurnal dari
Universitas Sam Ratulangi : Manado
Lucas A and Gilles H, Short Textbook of Public Health Medicine for the Tropics,
Fourth Edition, Oxford University Press, 2003.
Maryani, Lidya dan Rizki Muliani. 2010. Epidemiologi Kesehatan Pendekatan
Penelitian. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Mustafa, Preliana. Palandeng, Henry. Lampus, Benedictus S. 2013. Hubungan
antara Perilaku tentang Pencegahan Penyakit Kecacingan dengan Infestasi
Cacing pada Siswa SD di Kelurahan Bengkol Kecamatan Mapanget Kota
Manado. Jurnal dari Universitas Sam Ratulangi : Manado
Notoatmodjo, Soekidjo. 2003. Prinsip-Prinsip Dasar Ilmu Kesehatan Masyarakat
edisi ke-2. Jakarta: Rineka Cipta.
Nur, Muhammad Ihramsyah. Ane, Rusian La, Selomo, Makmur. 2013. Faktor
Resiko Sanitasi Lingkungan Rumah Terhadap Kejadian Kecacingan pada
Murid di SD di Pulau Barrang Lompo Kota Makassar. Jurnal dari
Universitas Hasanuddin : Makassar
Palgunadi, Bagus Uda. 2010. Faktor Faktor yang Mempengaruhi Kejadian
Kecacingan yang Disebabkan Oleh Soil Transmitted Helminth Di
Indonesia:. Jurnal dari Universitas Wijaya Kusuma : Surabaya
Perdana, Andhika Setya. Keman, Soedjajadi. 2009. Hubungan Higiene Tangan
dan Kuku dengan Kejadian Enterobiasis pada Siswa SDN Kenjeran No.
248 Kecamatan Bulak Surabaya. Jurnal dari Universitas Airlangga:
Surabaya
Rahayu, Sofia Ery. 2006. Keberadaan Telur Cacing Parasit pada Siswa SD di
Sekitar IPAL Terpadu Kota Malang dan Hubungannya dengan Kepadatan
Telur Cacing pada air Limbah Perumahan di IPAL terpadu Jurnal dari
Universitas Negeri Malang : Malang
Romadillah. Jaya, I Ketut Swirya. 2013. Hubungan Infeksi Kecacingan dan
Personal Higiena dengan Kadar HB Sis SDN 51 Cakranegara . Jurnal dari
POLTEKKES Mataram : Mataram
42
INDEKS
A
agen, 7, 9, 11, 17
Agent, 3, 17
Ascariasis lumbricoides, 18
Ascaris lumbricoides, 17
C
Cacing Cambuk, 21, 22
Cacing Gelang, 17, 18
Cacing Tambang, 19, 20
cacingan, 2, 17, 18, 20, 26, 28, 29,
35
Causation, 9, 10
E
eosinofelia, 18
Epidemiologi, 1
Epidemologi, 8, 9, 36
esofagus, 17
etiologi, 6, 7
G
Germ, 6
H
higiene, 27, 30, 34
Hipcrates, 3
hospes, 16, 17, 21
Host, 27
I
Incidens, 19
infeksi, 2, 7, 8, 11, 13, 14, 16, 18, 19,
20, 21, 22, 23, 28, 34, 35
J
jamban, 21, 23, 24, 25, 28
jasad renik, 4, 6
K
kesehatan, 1, 2, 8, 16, 23, 25, 26, 27,
30, 34, 36
kolon asendens, 21, 22
43
kontangion, 4, 5
Kontangion, 4
Kuman, 6, 7
W
Water, 3, 15
L
limbah, 5
lingkungan, 2, 3, 4, 5, 8, 9, 10, 11,
17, 23, 27, 28, 29, 30, 34, 35
M
menular, 1, 4, 5, 9, 11, 12, 14, 15
Miasma, 5
mikroorganisme, 4, 7, 27
O
Observe, 3
P
penduduk, 1, 4, 6, 19, 23, 24
Places, 3
predisposisi, 3
prepatogenesis, 4
R
Record, 3
Reflect, 3
S
Sanitasi, 30, 36
Sindroma loeffler, 18
Soil Transmitted Helmints, 17
T
Trichuris trichiura, 17, 21, 22
V
virus, 6, 13
44
SOAL SOAL
1. Cacing tambang ( necator americanus) didapatkan pada daratan :
a.Tinggi
b.Rendah
d. a dan b benar
Jawaban : b. rendah
2. Dalam konsep multikasual memiliki empat konsep pendukung diantaranya,
kecuali ...
a. Konsep Segitiga Epidemologi
b. Konsep Jejaring
c. Konsep Roda
d. Konsep Ekologis
b. Diare
c. Anemia
d. Pusing
Jawaban: b. diare
4. Apa yang terjadi apa bila anak terinfeksi cacingan ?
a. Lesu
b. Anemia/Pucat
d. Semua benar
b. Ekologi Lingkungan
c. Miasma
d. Multiklausa
LAMPIRAN
LAMPIRAN
LAMIRAN